Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU


KESULITAN MAKAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH

LITERATURE REVIEW

Oleh:

DEVI SINTIA DEWI BR S

NIM : 01.2.17.00597
1

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


STIKES RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI
2020
PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU


KESULITAN MAKAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH

LITERATURE REVIEW
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Pada Program Studi Keperawatan Program Sarjana
STIKES RS. Baptis Kediri

Oleh:

DEVI SINTIA DEWI BR S

NIM : 01.2.17.00597

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


STIKES RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Orang tua memiliki pilihan untuk menerapkan pola asuh yang akan
mereka gunakan untuk mendampingi dan mengarahkan proses perkembangan
anak mereka, karena setiap pola asuh yang dipilih oleh orang tua dapat
menentukan kepribadian anaknya kelak (Yeni Munita, 2020).Pola asuh adalah
pengasuhan berupa sikap, dan perilaku dalam hal kedekatannya dengan anak
dalam memberikan makan, merawat, menjaga kebersihan, memberi kasih
sayang, dan sebagainya.(Menurut Soekirman dikutip oleh
Septiari,2012).Kesulitan makan bisa terjadi akibat hubungan pengasuh dengan
anak yang kurang baik sehingga proses makan anak tidak baik. Proses makan
adalah saat interaksi yang penting untuk Ibu dan anak. Bilamana Ibu dan anak
tidak dapat membina hubungan yang erat, proses makan terganggu, dan
asupan anak menjadi tidak baik.(Endy P, 2018).Pada masa prasekolah berat
badan anak prasekolah mengalami kenaikan rata-rata 2 kg per tahunnya,
sedangkan kenaikan tinggi badan rata-rata 6,75-7,5 cm per tahun.Pada masa
ini pola makan anak prasekolah mengalami perubahan, yakni anak sering
menolak untuk makan dan cenderung memilih-milih makanan.(Suryani dkk,
2017).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Nurpadila dkk, 2017)
Di Tk Pembina Nusa Putra 2 Tinambung dengan total responden 95
orang,anak tidak sulit makan sebanyak 35 orang atau 36.8%, dan anak sulit
makan sebanyak 60 orang atau 63.2% memiliki hasil penelitian gaya pola asuh
(Otoriter, demokratif, permisif) mempengaruhi perilaku sulit makan pada
anak.Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Lukitasari Depi,2020)
di wilayah Sukanegla RW 01 yang dilakukan pada 74 Orang
,dilakukanpenerapan pola asuh orang tua paling banyak sebanyak 46 orang
( demokratif), 19 orang (Otoriter), 9 orang (permisif ) menunjukkan adanya
hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku kesulitan makan pada anak.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Lariwu Cicilia dkk,2019) di
Pancaran Berkat Desa Ranoketang Atas Kecamatan Tombatu Kabupaten
Minahasa Tenggara didapatkan hubungan antara pola asu ibu dengan perilaku
sulit makan pada anak usia pra sekolah.Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh (Maria Fransiska, dkk , 2019) yang berjudul pola asuh ibu
yang mempengaruhi perilaku sulit makan pada anak prasekolah (4-6 tahun).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Maria Fransiska, dkk ,
2019) di RA Pesantren Almadaniyah Landungsari Kecamatan Dau Kabupaten
Malang ada hubungan pola asuh ibu dengan kesulitan makan pada anak dan
sebagian besar ibu yang menerapkan pola asuh demokrasi mampu
menurunkan perilaku sulit makan anak prasekolah (4-6 tahun) menjadi rendah.
Pola asuh adalah suatu gagasan-gagasan mengenai cara terbaik
membesarkan anak yang mengalami perubahan dari tahun ketahun dan bisa
berbeda antar budaya , dimana orangtua disarankan untuk menerapkan disiplin
ketat dalam bersikap kepada anak-anaknya.( Laura ,2014).Masa prasekolah
merupakan masa kanak-kanak pada awal pada usia 3-6 Tahun. Pada masa ini
berat badan mengalami kenaikan mencapai 2Kg pertahunnya, sedangkan
kenaikan tinggi badan rata-rata 6,75 -7,5 cm pertahunnya.Pada masa ini pola
makan anak prasekolah sering mengalami perubahan,yakni anak sering
menolak untuk makan dan cenderung memilih-milih makanan.(Suryani Eko
dkk ,2017).Dalam memilih makanan biasanya 25 - 40% anak - anak
mengalami kesulitan .Kesulitan makan bukanlah diagnosis atau penyakit,
tetapi merupakan gejala atau tanda adanya penyimpangan atau kelainan yang
sedang terjadi pada tubuh anak, apabila anak mengalami kesulitan makan
maka anak dapat mengalami kegagalan pertumbuhan dan penyakit kronis
sehingga membawa konsekuensi bagi anak(Soetjiningsih dkk, 2013). Dalam
menghadapi situasi seperti ini, para orang tua biasanya cenderung
panik.Kepanikan orang tua justru membuat anak lebih sulit makan, ketika
anak menolak makan bisa saja karena bosan dengan makanan yang disajikan,
sedang asyik bermain, atau sedang sakit sehingga nafsu makan berkurang,
Orang tua sering kali tidak mencari penyebab dan pemecahan kesulitan makan
pada anak.Orang tua baru akan menyadari bahwa kesulitan makan sebagai
suatu hal yang perlu pemecahan ketika sudah terjadi komplikasi dan gangguan
tumbuh kembang lainnya pada anak , padahal keterlambatan penaganan
kesulitan makan dapat menyebabkan dampak yang berkepanjangan (Indiarti,
2018).Anak yang mengalami sulit makan bisa disebabkan oleh factor gaya
pemberian makan yang kurang benar,Untuk menentukan keberhasilan makan
pada anak , pola asuh yang dilakukan oleh orang tua juga akan sangat
menentukan keberhasilan dalam menciptakan perilaku makan yang baik.Pola
makan pada anak sangat ditentukan oleh pola makan dari orang tua yang
diterapkan pada anak meliputi :pembatasan makanan tidak sehat yang
dikomsumsi anak, pemaksaan makanan dalam jumlah besar (Yoyok Bekti,
dkk, 2020). Bilamana Ibu dan anak tidak dapat membina hubungan yang erat,
proses makan terganggu, dan asupan anak menjadi tidak baik.Akibatnya, anak
mengalami kurang gizi dan mengalami gangguan pertumbuhan (feeding
disorder of caregiver-infant reciprocity) .Anak dengan masalah makan seperti
ini menunjukkan fisik yang lemah, kurus,tidak aktif, kurang senyum, lambat
bicara dan apatis(Prawirohartono,, 2018).
Pola asuh orang tua merupakan suatu cara bagaimana orang tua
memperlakukan anak , mendidik, membimbing dan mendisiplinkan anak
dalam mencapai proses kedewasaan hingga pada upaya pembentukan norma-
norm yang diharapkan masyarakat pada umumnya (Menurut Casmini dikutip
oleh Septiari 2012).Orangtua berperan penting dalam mencegah gangguan
makan pada anak sehingga harus menghindari sikap yang berlebihan dalam
mengontrol makanan anak-anaknya.Orangtua harus melibatkan anak-anak
dalam penyusunan daftar makanan yang sehat dan bergizi (Suryani,
2017).Selain itu cara dalam mengatasi anak dengan kesulitan makan adalah
mengajari mereka mengenal atau merasakan rasa lapar dan kenyang.Orang tua
harus memahami tempramen anak yang khusus, sulit diatur, sulit memahami
rasa lapar dan kenyang, rasa ingin tahu, dan bahwa mereka menggunakan
kondisi mereka untuk menarik perhatian orang tuanya.Orang tua juga perlu
memahami aturan makan yang perlu diterapkan pada anak seperti
melaksanakan prosedur time-out supaya anak belajar anak belajar
menenangkan diri bilamana aturan makan tidak dapat diterapkan dengan
baik( Prawirohartono, 2018).Untuk mengatasi kesalahan dalam praktik
pemberian makan dapat diatasi dengan suatu aturan dasar pemberian makan
yang disebut sebagai Basic feeding rules yaitu merupakan aturan makan yang
terstruktur yang meliputi tiga aspek yaitu jadwal, lingkungan, dan prosedur
pemberian makan(Menurut Chatoor dikutip oleh Saidah dkk,2020).Dari latar
belakang yang sudah di uraikan diatas peneliti tertarik untuk meneliti
Hubungan Pola Orang Tua dengan perilaku kesulitan makan pada Anak Pra
Sekolah.

1.2 Identifikasi Masalah

Pola Asuh Perilaku Kesulitan


makan pada anak

4 gaya pemberian makan pada anak : a. Dampak jangka


pendek(sinus
1. Autoritatif
bradikardi,motalitas
2. Otoriter
gastrointestinal,lekopeni,a
3. Permisif
menia defiensi besi dll)
4. Neglect (Yoyok Bekti, dkk
b. Dampak jangka
2020)
panjang(pubertas
terlambat,pertumbuhan
terlambat,perawakan
(pendek,osteopeni dan
osteoporosis,gangguan
psikologis)(Soetjiningsih
dkk,2017)

Gambar 1.1 Identifikasi Masalah Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan
perilaku kesulitan makan pada Anak Pra Sekolah
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah yaitu bagaimana
hubungan pola asuh Orang Tua dengan perilaku kesulitan makan pada anak
usia pra sekolah.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi ada atau tidaknya hubungan pola asuh Orang Tua
dengan perilaku kesulitan makan pada anak usia pra sekolah.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pola asuh orang tua berdasarkan hasil literature
review.
2. Mengidentifikasi perilaku kesulitan makan pada anak usia pra sekolah
berdasarkan hasil literature review.
3. Mengidentifikasi hubungan antara pola asuh Orang Tua dengan
perilaku kesulitan makan pada anak usia pra sekolah berdasarkan hasil
literature review.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Mengembangkan ilmu pengetahuan terkhusus dalam mengetahui hubungan
pola asuh ibu dengan perilaku kesulitan makan pada anak usia pra sekolah.
1.5.2 Manfaat Praktisi
1. Bagi Orangtua
Penelitian ini memberikan informasi kepada orangtua mengenai pola asuh
dan perilaku sulit makan, serta diharapkan orangtua dapat memahami dan
menerapkan pola asuh yang benar sesuai dengan karakter anak
masingmasing.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Meningkatkan kesadaran dan motivasi kader, bidan, dan tenaga kesehatan
setempat untuk memberikan informasi tentang pendidikan kesehatan dan
meningkatkan kesehatan masyarakat terutama pada anak usia prasekolah.
3. Bagi Peneliti
Hasil Penelitian merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama mengikutipendidikan serta
memperluas wawasan pengetahuan tentang tingkat kebutuhan harapan
dan kepuasan pasien dalam memanfaatkan pelayanan keperawatan di
rumah sakit.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pola Asuh


2.1.2 Definisi Pola Asuh
Pola asuh adalah asuhan yang diberikan ibu atau pengasuh lain berupa
sikap dan perilaku dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan,
merawat, menjaga kebersihan memberi kasih sayang dan sebagainya.
Kesemuanya berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal kesehatan fisik dan
mental, status gizi, pendidikan umum, pengetahuan tentang pengasuhan anak
yang baik, peran dalam keluarga dan masyarakat, dan lain sebagainya (Menurut
Soekirman dikutip oleh Septiari, 2012).
Pola asuh merupakan suatu cara yang dipilih oleh orangtua dalam
mendidik anak-anak mereka sebagai berwujudan untuk melakukan tanggung
jawab kepada anak dalam mencapai komunikasi dengan anak yang mencakup
pemberian tuntutan dan tanggapan (Menurut Toha dikutip oleh Yeni Munita,
2012).
Pola asuh orang tua dalam keluarga berarti kebiasaan orangtua, ayah dan
atau ibu, dalam memimpin ,mengasuh dan membimbing anak dalam
keluarga.Mengasuh dalam arti menjaga dengan cara merawat dan mendidiknya.
Pola asuh orang tua menggambarkan sikap dan perilaku orang tua dan anak
dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan
pengasuhan.Dalam mengadakan kegiatan pengasuhan ini orang tua akan
memberikan perhatian, peraturan, disiplin, hadiah dan hukuman serta tanggapan
terhadap keinginan anaknya.(Djamarah, 2014).
2.1.2 Gaya pola Asuh
Gaya pola asuh merupakan gagasan - gagasan mengenai cara terbaik
membesarkan anak yang mengalami perubahan dari tahun ke tahun dan bisa
berbeda antar budaya.( menurut Baumrind dikutip King Laura, 2014).
1. Pola Asuh authoritarian
Merupakan gaya pola asuh yang membatasi dan
menghukum.Orangtua mendesak anak untuk mengikuti arahan mereka dan
menghargai kerja keras serta usaha. Orangtua authoritarian secara jelas
membatasi dan mengendalikan anak dengan sedikit pertukaran verbal.
Pola asuh authoritarian diasosiasikan dengan ketidakmampuan anak secara
sosial. Anak dari orangtua yang authoritarian sering kali gagal untuk
memulai aktivitas, memiliki kemampuan komunikasi yang buruk dan
membandingkan dirinya dengan orang lain.
2. Pola asuh authoritative
Merupakan pola asuh yang mendorong anak untuk mandiri namun
tetap meletakkan batas-batas dan kendali atas tindakan mereka. Pertukaran
verbal masih diizinkan dan orangtua menunjukkan kehangatan serta
mengasuh anak mereka. Gaya pengasuhan yang authoritative membuat
anak cenderung lebih kompeten bersosialisasi,mampu bergantung pada
dirinya sendiri dan bertanggung jawab secara social.
3. Pola asuh neglectful
Merupakan gaya pola asuh di mana mereka tidak terlibat dalam
kehidupan anak mereka. Anak- anak dengan orangtua neglectful
cenderung kurang mampu bersosialisasi, buruk dalam hal kemandirian dan
terutam menunjukkan kendali diri yang buruk.
4. Pola asuh indulgent
Merupakan gaya pola asuh dimana orang tua terlibat dengan anak
mereka namun memberikan hanya sedikit batasan pada mereka.Orang tua
yang demikian membiarkan anak mereka melakukan apa yang diinginkan.
Anak – anak dengan gaya pola asuh ini menjadi anak yang mampu
menghargai orang lain, selalu berharap mendapatkan yang mereka
inginkan dan sulit mengendalikan perilaku.

Pola asuh yang diterapkan kepada anak sebenarnya dipengaruhi


oleh pola asuh yang digunakan orangtua mereka pada masa lalu.Beberapa
ahli memberikan penjelasan mengenai pola asuh yang dipakai keluarga
untuk menyalurkan dukungan dan control kepada anaknya.Ada beberapa
macam pola asuh yang juga dijelaskan oleh beberapa ahli yaitu :
1. Pola pengasuhan Demokrasi
Pola pengasuhan demokrasi ditandai dengan perilaku orangtua
yang lebih memprioritaskan kepentingan anak mereka dan
memberikan kebebasan kepada anak untuk menentukan pilihan.Tetapi,
orangtua tetap akan memberikan teguran jika sang anak melakukan
perilaku yang menyimpang.keluarga yang menerapkan pola asuh
demokratis biasanya mereka senang berdiskusi dengan anak.Ketika
anak melakukan kesalahan, hal yang dilakukan orangtua dengan pola
asuh ini akan memanggil anak mereka dan melakukan diskusi bersama
dengan menanyakan, dengan diskusi dan melibatkan anak dalam
melakukan kedisplinan pada akhirnya anak menyadari tanggung jawab
dan memikirkan hal yang akan ia lakukan dengan memahami sendiri
risiko yang ia dapatkan.Hal ini akan membuat anak akan menerima
hukuman dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, sehingga tidak
akan membuat anak menjadi terpuruk dan tertekan terlalu keras.
2. Pola pengasuhan permisif
Merupakan pola asuh yang memberikan kebebasan kepada
anaknya, atau dengan kata lain, memanja sang anak.Orang tua dengan
pola asuh ini cenderung lebih pemaaf terhadap perilaku dan kesalahan
anak.Pola asuh ini merupakan pola asuh yang disukai oleh anak karena
orang tua memberikan kebebasan kepada mereka untuk berekspresi
sesuai dengan kehendak mereka tanpa adanya control dan teguran yang
keras dari orangtua mereka.Kelebihan pola asuh ini memberikan rasa
yang nyaman dan aman didalam keluarga.Dalam pola asuh ini, anak
akan merasa benar - benar berharga.Tetapi beberapa sifat negative
yaitu anak tidak pernah belajar bertanggung jawab atas segala
perbuatannya.Kasih sayang orangtua menumbuhkan rasa berarti yang
tinggi pada diri anak, sehingga anak tidak bisa belajar rasa toleransi
ketika ia mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungan baru atau
teman- teman sebayanya.
3. Pola asuh otoriter
Pola asuh ini adalah memiliki anak yang patuh, sopan, santun serta
penurut dengan memberikan tekanan dan teguran keras agar anak tidak
berani membangkang dan tetap memandang hormat orangtua.Orang
tua terbiasa mendikte anak dalam apapun yang harus mereka lakukan
dan bersikap, dan hal apa saja yang harus mereka hindari.Anak yang
didik dengan pola asuh ini akan menjadi lebih tertekan, karena
hukuman yang mereka terima bukan dari kesadaran mereka
sendiri.Anak tidak bisa mengembangkan pemikiran serta ide atau
gagasan yang ada dalam benak mereka, karena sejak dini anak sudah
mendapatkan penerimaan orangtua yang memotong pemikiran mereka.
(Menurut Yeni Munita, 2020).

Selain pola asuh yang dijelaskan diatas , macam pola asuh juga
didasarkan pada sifat interaktif antara orang tua dan anak.(menurut
Hauser dikutip dalam Yeni Munita, 2020 ) menjadi tiga pola yaitu :

1. Pola asuh mendorong dan menghambat


Pola asuh ini hamper sama dengan pola asuh otoriter dan autoritatif
yang dijabarkan oleh Baumrind.Bersifat mendorong dan juga
menghambat sehingga mengandung komponen kognitif dan
afektif.
2. Pola asuh mendorong
Merupakan pola asuh yang memberikan dorongan terhadap
anggota keluarga untuk mengekspresikan pikiran-pikiran dan
pendapat mereka.
Pola asuh mendorong kognitif meliputi : memfokuskan pada
pemecahan masalah, mengikutsertakan anak dalam mengekspolarsi
masalah-masalah keluarga, dan menjelaskan sudut pandnag
individu pada anggota keluarga lain.Sementara itu pola asuh
mendorong afektif adalah adanya ekspresi empati dan penerimaan
dari anggota keluarga yang lain.
3. Pola asuh menghambat (Constraining)
Merupakan pola asuh yang ditandai dengan adanya hambatan yang
berasal dari orangtua dalam hal otonomi dan pembedaan.
Menghambat kognitif berarti mengalihkan anggota keluarga dari
permasalahan keluarga yang sedang dihadapi, tidak memberikan
informasi pada anak dan mengabaikan anggota keluarga dari
masalah - masalah keluarga.Menghambat afektif bermakna afektid
bermakna penilaian yang berlebihan, baik yang bersifat positif
maupun negative.

2.2 Konsep Kesulitan Makan

2.2.1 Definisi Kesulitan Makan

Kesulitan atau gangguan makan bukanlah diagnosis atau penyakut, tetapi


merupakan gejala atau tanda adanya penyimpangan atau kelainan yang sedang
terjadi pada tubuh anak.(Soetjiningsih dkk, 2013).

Kesulitan makan merupakan ketidakmampuan anak untuk mengonsumsi


sejumlah makanan yang diperlukannya dimana apa bila terjadi secara
berkepanjangan dapat mengancam nyawa anak(Saidah Halimatus dkk, 2020).

Kesulitan makan merupakan ketidak mampuan anak untuk mengkonsumsi


makanan yang diperlukannya secar alamiah dan wajar dimana anak tersebut
tidak mampu menggunakan mulutnya secara sukarela. Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui hubungan pola asuh ibu dengan perilaku sulit makan pada
anak usia prasekolah(Nurpadila dkk, 2017).

2.2.2 Penyebab Kesulitan Makan

Pada dasarnya kesulitan makan pada anak dapat diklasifikasikan menjadi


tiga teori yaitu kelainan structural, kelainan neurodevelopmental, dan kelainan
perilaku makan.Kelainan structural yang dapat menimbulkan kesulitan makan
adalah kelainan yang meliputi tiga area yaitu nasofaring, kelainan pada laring
dan trakea, dan kelainan pada esophagus. Kelainan neurodevelopmental akan
mengganggu oral serta disfungsi motor oral.Kategori yang ketiga adalah
kelainan perilaku makan.Kesulitan makan dapat disebabkan oleh beberapa
factor antara lain :

1. Kelainan kebiasaan makan


Masalah makan pada umumnya terjadi pada umur 2-5 tahun,karena
kesalahan cara pemberian makan selama bayi.Berbagai masalah
menyebabkan anak kehilangan selera makan atau kurang nafsu
makan(anoreksia) .Dilain pihak, balita memiliki lingkungan dan ruang
gerak yang semakin luas, sehingga mudah terpajan terhadap kuman atau
penyebab penyakit lainnya dan anak sering sakit, misalnya penyakit
infeksi, infestasi cacing, dan lain-lain. Di samping itu, antara masing-
masing anak terdapat perbedaan perilaku dalam mengkonsumsi makanan,
yang mungkin dapat terlihat sejak usia dini.
2. Kelainan psikologis
Anoreksia psikogenik adalah berkurangnya nafsu makan yang
disebabkan oleh factor psikologis. Faktor psikologis yang paling
menentukan dalam usia dini adalah kegelisahan dan kebimbangan
orangtua atau pengasuh. Bayi tampaknya rentan terhadap sikap tersebut
dan memberi reaksi dalam bentuk kegelisahan, gangguan tidur, menangis
berlebihan,anoreksia, bahkan muntah.
Keadaan fisik anak biasanya baik, dan yang menonjol adalah
kerewelannya terhadap makanan. Pada suatu saat, makanan tertentu
dimakannya, tetapi pada saat yang lain nafsu makan berubah-ubah,
tergantung pada perasaan anak pada saat makan dan tergantung pada
hiburan yang diberikan. Anak juga tidak mau mengunyah makanannya dan
tidak mau menelan makanan yang padat.
Persoalan yang lebih sering kita hadapi ialah kekhawatiran ibu.
Kita biasanya ber-hadapan dengan dua perilaku ibu, yaitu ibu yang terlalu
memperhatikan anaknya dan ibu yang lebih menggampangkan perawatan
anaknya. Ibu yang terlalu memperhatikan anaknya biasanya mempunyai
fixed idea yang terlalu terpaku tentang makanan apa yang harus dimakan
anaknya.
Dalam hal ini perlu diingat bahwa secara naluriah anak lebih
menyenangi makanan yang lebih lembut, asin, atau manis. Nafsu makan
tidak saja dipengaruhi oleh rasa lapar, melainkan pula oleh emosi. Anak
yang merasa tidak mendapatkan kasih sayang ibunya dapat kehilangan
nafsu makannya dan akan mengalami gangguan pertumbuhannya. Ibu atau
pengasuh harus tahu mengenai anak dan perasaannya terhadap
makanannya. Anak harus belajar banyak pada waktu mulai diberi makanan
padat, yaitu tidak mengisap seperti pada pemberian susu formula,
melainkan mengunyah dan menelan makanan dalam bentuk padat.
3. Kelainan organic
a. Kelainan gigi-geligi/rongga mulut
Kelainan bawaan : celah bibir (labioschisis), celah palatum
(palatoschisis), labiognatopalatoschisis, frenulum lidah pendek,
makroglosi, dan sebagainya.Juga mengalami gangguan mengisap,
mengunyah, dan pendorongan makanan ke faring (makro- glossia,
ankilosis temporamandibuler, tumor lidah); serta hambatan
transportasi makanan ke dan di esofagus (tumor/divertikula faring,
stenosis/striktura esophagus serta penekanan esofagus dari luar, tumor
mediastinum, vascular ring, dan sebagainya).
Penyakit infeksi: stomatitis, ginggivitis, tonsilitis. Kelainan di
rongga mulut juga dapat menyebabkan gangguan pada proses menelan.
Kelainan neuro-muskuler: paresis/paralisis lidah dan otot di sekitar
faring dan laring menimbulkan gangguan refleks yang mendasari
proses mengisap, mengigit, mengunyah, dan menelan.
b. Kelainan pada saluran cerna
Kelainan bawaan: atresia esophagus, akhlasia, spasme duodenum,
penyakit Hirschsprung,Hernia hiatus.
Penyakit infeksi : diare akut/kronis, ineksi cacing, muntah,
kembung, kolik, konstipasi.
c. Penyakit infeksi umum
Penyakit infeksi akut yang dapat menyebabkan gangguan makan
adalah infeksi saluran nafas akut atas/bawah.selian itu penyakit infeksi
kronis adalah tuberculosis paru, malaria.
d. Kelainan non infeksi
Kelainan bawaan dirongga mulut dan saluran cerna berupa
penyakit jantung bawaan dan sindroma Down.Penyakit neuromuscular
adalah palsi serebral.Sesuai dengan derajat penyakit, secara berturut-
turut akan hilang kemampuan mengunyah,mengisap, dan menelan.
e. Penyakit lainnya
Penyakit keganasan antara lain tomor Willems.Penyakit
hematologi berupa anemia dan leukemia.Penyakit endokrin adalah
diabetes Mellitus,penyakit kardiovaskuler dan lain-lain.(Soetjiningsih
dkk, 2013).

(Menurut Judarwanto dikutip oleh Saidah dkk, 2020) penyebab kesulitan


makan yang paling sering terjadi adalah gangguan pencernaan (karena alergi
makanan,intoleransi makan,celiac dan lain-lain).Infeksi akut seperti flu, batuk,
pilek, panas , diare.dan kelianan kronis sangat jarang terjadi(TBC, Infeksi
Saluran kencing, keganasan, kelaianan jantung bawaan, kelainan endokrin dan
metabolic, gangguan neurologist(persarafan), serta gangguan psikologis.

2.2.3 Dampak Kesulitan Makan

Dampak kesulitan makan pada anak tidak hanya berpengaruh pada


kesehatan saja tetapi juga berdampak pada aktivitas sehari-hari dan juga tumbuh
kembang anak.Dampak kesulitan makan antara lain adalah malnutrisi.Malnutrisi
mengakibatkan defisiensi berbagai macam mineral,vitamin dan protein.Sintetis
protein yang tidak adekuat menurunkan daya tahan tubuh termasuk imun, yang
selanjutnya dapat menurunkan kualitias individu.Dampak dari kesulitan makan
ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Dampak jangka pendek :


a. Sinus bradikardi, iversi gelombang T, depresi ST, Interval QT
memanjang, distrimia dengan ventricular takikardi.
b. Motalitas gastrointestinal yang lembat dan konstipasi, gambaran fungsi
hati yang abnormal
c. Peningkatan kadar urea darah,serta peningkatan risiko terbentuknya
batu ginjal
d. Lekopeni,anemia defisiensi besi dan trombositopeni
2. Dampak jangka panjang :
a. Pubertas terlambat
b. Pertumbuhan terlambat dan perawakan pendek
c. Ganguan pembentukan mineral tulang
d. Gangguan psikologis (cemas dan depresi)( Soetjiningsih dkk, 2013).
Gangguan makan juga dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik
yang sangat serius seperti Anoreksia dan bulimia yang dapat menyebabkan
dehidrasi dan komplikasi medis lainnya seperti masalah jantung atau gagal
ginjal.Dalam kasus ekstrem dapat menyebabkan kekurangan gizi yang
parah bahkan kematian.kekurangan gizi karena anoreksia dapat
mempengaruhi tubuh antara lain seperti :
a. Penurunan tekanan darah, denyut nadi, dan gangguan pernafasan
b. Mengalami kerontokan rambut dan kerusakan kuku
c. Periode menstruasi yang tidak normal
d. Tumbuhnya bulu halus disemua area kulit
e. Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
f. Anemia
g. Pembembakakan sendi
h. Pengeroposan tulang
Sedangkan dengan bulimia , sering muntah dan kurangnya nytrisi
menyebabkan :
a. Sakit perut konstan
b. Kerusakan pada lambung dan gninjal
c. Kerusakan gigi(dari paparan asam lambung)
d. Timbulnya chipmunk cheeks (ketika kelenjar ludah secara permanen
melebar akibat sering muntah)
e. Hilangnya kalium mineral(ini dapat berkontribusi pada gangguan
jantung bahkan kematian).(Suryani Eko dkk, 2017).
2.2.4 Penatalaksanaan
Beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan ketika anak mengalami
kesulitan makan menurut ( Soetjiningsih dkk, 2013) yaitu :
1. Rawat Jalan
Pada beberapa kasus program rawat jalan telah dijadikan suatu cara
dalam upaya untuk mencegah kebutuhan akan perawatan inap.Selain itu
perawatan ini dijadikan transisi dari perawatan inap ke perawatan rawat
jalan.kegiatan ini dapat dikerjakan apabila kondisinya tanpa disertai
komplikasi atau kelainan organic yang berat.Penatalaksanaan kegiatan
dapat dilakukan dengan menyedikan beberapa petunjuk bagi orang tua
seperti menetapkan jadwal makan,menghindari pengalihan perhatian
ketika anak sedang makan,menawarkan sedkit cairan/minuman setelah
anak selesai makan(penawaran susu hanya diberikan setelah makan),tidak
menawarkan makanan apapun sampai jadwal makan selanjutnya dan
jangan memaksa anak untuk makan.
2. Intervensi Gizi
Pada anak kurang gizi , perlu dilakukan koereksi gizi sebelum
dilakukan mmodifikasi perilaku berupa menilai status gizi anak.Adapun
cara mengoreksi gangguan gizi yang telah terjadi yaitu :
a. Melakukan pengolaan pemberian makan,memperbaiki jenis dan
jumlah yang dimakan,da pengaturan jadwal serta cara pemberian
makan.
b. Mengoreksi keadaan deplesi/defesiensi gizi yang ditemukan dengan
cara memberikan jumlah dan jenis makanan sesuai dengan
deplesi/defesiensinya.Pada kasus tertentu zat gizi yang dibutuhkan
untuk mengoreksi deplesi/defesisensi berupa bentuk obat-obatan
seperti situp, tablet dan obat atau suntikan dalam upaya mengatasi
deplesi/defesiensi vitamin.
3. Rawat Inap
4. Rawat inap dibutuhkan karena kegagalan perawatan rawat jalan.Rawat
inap bertujuan untuk menyempurnakan perkembangan medis dan
nutrisi.Para dokter/spesialis anak, yang terlibat dalam perawatan pasien
rawat inap harus mempertimbangkan nutrisi melalui tabung nasogastrik
atau secara intravena bila diperlukan.Hal ini disebabkan banyak paien
rawat inap yang mengalami mal nutrisi.
Semakin cepat dilakukan intervensi terhadap gangguan mkaan (idealnya
sebelum anak mengalami malnutrisi atau siklus binge dimulai) maka
pengobatan yang lebih pendek bisa dilakukan .Biasanya melalui pengobatan
yang berfokus membantu dalam mengatasi perilaku makan teratur dan
membentuk pola pikir yang baru tentang makanan dengan melibatkan
pengawasan mendis, konseling gizi, dan terapi berupa pembahasan presepsi
anak tentang ukuran tubuh,bentuk makan, dan makanan.Selain itu, anak yang
mengalami gizi buruk mungkin memerlukan rawat inap dan perawatan
berkelanjutan setelah kondisi mereka stabil.(Suryani Eko dkk, 2017).
2.3 Konsep Anak Pra Sekolah
2.3.1 Definisi Fase Anak Pra Sekolah
Anak usia prasekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-6
Tahun, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau
wanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training), dan megenal
beberapa hal yang dianggap berbahaya.(Dahlan, 2012).

Masa anak – anak awal berlangsung dari umur 2 tahun sampai 6 tahun,
dan masa anak-anak akhir dari usia 6 tahun sampai saat anak matang secara
seksual(menurut Hurlock dikutip dalam samsunuwiyati, 2012)

Periode kanak-kanak awal pada masa prasekolah (3-6 tahun) merupakan


masa dimana anak memiliki perkembangan fisik yang cenderung melambat dan
relative stabil.Berat badan anak prasekolah mengalami kenaikan rata – rata 2 kg
pertahunnya, sedangkan kenaikan tinggi badan rata-rata 6,75 -7,5 cm
pertahun.Pola makan anak prasekolah mengalamin perubahan yakni anak sering
menolak maian dan cenderung memilih –milih makanan.( Suryani dkk, 2020).
2.3.2 Pertumbuhan dan perkembangan Fase Anak Pra Sekolah
1. Pertumbuhan
Beberapa aspek pertumbuhan fisik menjadi stabil dalam tahun
prasekolah.Waktu rata-rata denyut jantung dan pernapasan menurun hanya
sedikit mendekati 90x permenit dan pernapasan 22-24x permenit.Tekanan
darag meningkat sedikit ke nilai rata-rata 95/58 mmhg.Berat badan anak
meningkat kira – kira 2,5 kg pertahun, berat rata-rata usia 5 tahun adalah
kira kira 21 kg, hamper 6 kali berat badan lahir.
Pada masa ini tumbuh 5-7,5cm pertahun . panjang menjadi dua kali
lipat panjang lahir pada usia 4 tahun dan berada pada tinggi rata- rata 109
cm pada ulang tahun kelima mereka.Perpanjangan tungkai
kakinmenghasilkan penampilan yang lebih kurus.Kepala sudah mencapai
90 persen dari ukuran orang dewasa pada ulang tahun keenam.Perbedaan
kecil terjadi antara jenis kelamin, walaupun anak laki-laki sedikit lebih
besar dengan lebih banyak otot dan kurang jaringan lemak.Kekurangan
nutrisi umumnya terjadi pada anak-anak berusia dibawah 6 tahun yaitu
kekurangan vitamin A, C serta zat besi.
2. Perkembangan
Rasa keingintahuan tentang hal – hal yang berada di lingkungan semakin
besar dan dapat mengembangkan pola sosialisasinya.
1) Anak sudah mulai mandiri dalam merawat diri sendiri, seperti mandi ,
makan minum, menggosok gigi, buang air besar.
2) Mulai memahami waktu
3) Penggunaan tangan primer terbentuk
4) Pada fase perkembangan psikosial masuk kedalam tahap falik selama
fase ini genetalia menjadi area tubuh yang menarik dan area tubuh
yang sensitive.
5) Fase perkembangan kognitif pada tahap ini anak memasuki usia fase
praoperasional dengan karakteristik utama perkembangan intelektual
didasari sifat egosentris dimana pemikiran di dominasi oleh apa yang
dilihat, dirasakan, dan dengan pengalaman lainnya.
Fase ini di bagi 2 yaitu:
a) Prokonseptual (2-4 tahun)
Anakmengembangkan kemampuan berbahasa untuk
berkomunikasi, dan bermasyarakat. Anak mulai mengembangkan
sebab-akibat, trial, dan error, dan mengintepretasikan benda atau
kejadian. Anak mulai
menggunakan simbul kata-kata, mengingat masa lalu, sekarang dan
yang akan datang.
b) Intuitive thought (4-6 tahun)
Anak mampu bermasyarakat namun masih belum mampu berpikir
timbal balik. Anak biasanya banyak meniru perilaku orang dewasa
tetapi sudah bisa memberi alasan pada tindakan yang dilakukan.
6) Perkembangan moral pada Fase perkembangan moral pada anak usia
prasekolah memasuki fase prekonvensional. Anak belajar baik dan
buruk, benar dan salah melalui budaya sebagai dasar peletakan nilai
moral. Pola pertumbuhan dan perkembangan secara normal tidak sama
antara anak yang satu dengan yang lain, karena dipengaruhi oleh
banyak faktor.
1) Genetika
a. Perbedaan ras, etnis atau bangsa

b. Keluarga

ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh kurus, gemuk,


perawakan pendek, dan tinggi.

c. Umur

Masa prenatal, masa bayi, dan masa remaja merupakan tahap yang
mengalami pertumbuhan cepat dibandingkan dengan masa lainnya.

d. Jenis kelamin

Wanita akan mengalami pubertas lebih dahulu dibandingkan laki-laki


e. Kelainan Kromosom

Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan

2) Pengaruh hormone
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu pada saat
janin berumur empat bulan. Pada saat itu terjadi pertumbuhan yang
cepat. Hormon yang berpengaruh terutama adalah hormon
pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari.
Selain itu kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang
berguna untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi, dan otak.
3) Faktor lingkungan
1. Faktor prenatal
a. Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan
terutama selama trimester akhir janin, kehamilan. Gizi ibu yang
buruk sebelum terjadinya maupun pada waktu sedang hamil
lebih sering menghasilkan BBLR (berat bayi lahir rendah), atau
lahir kehamilan mati, dan jarang menyebabkan cacat bawaan.
Disamping itu dapat pula menyebabkan hambatan pertumbuhan
otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah
terkena infeksi, abortus, dan sebagainya.
b. Mekanis, posisi janin yang abnormal di dalam kandungan dapat
menyebabkan kelainan kongenital misalnya club foot. Trauma
dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan
bawaan pada bayi yang dilahirkan.
c. Toksin, zat kimia, radiasi. Masa organogenesis adalah masa
yang sangat peka terhadap zat-zat teratogen. Misalnya obat-
obatan seperti thalidomide, phenitoin, methadion, obat-obat
anti kanker, dan sebagainya dapat menyebabkan kelainan
bawaan. Demikian pula dengan ibu hamil yang perokok berat
atau peminum alkohol kronis sering melahirkan berat bayi lahir
rendah, lahir mati, cacat atau retardasi mental. Keracunan
logam berat pada ibu hamil misalnya karena makan ikan yang
terkontaminasi merkuri dapat menyebabkan mikrosefali dan
palsi serebralis.
d. Kelainan endokrin Infeksi TORCH (toxoplasma,
rubella,cytomegalovirus, herpes simplex). (Septiari, 2012).

Pada masa kanak - kanak akan terjadi perubahan yang signifikan , baik secara
fisik maupun psikologis( menurut Mar’at, 2012) yaitu :

1. Perkembangan fisik
Selama masa anak-anak awal perkembangan pertumbuhan fisik
berlangsung lambat dibandingkan selama masa bayi namun pada masa ini
ketrampilan motorik kasar dan motorik halus anak berkembang dengan
cepat.
a. Tinggi dan Berat
Selama masa anak – anak awal , tinggi dan berat rata-rata anak
bertumbuh 2,5 inci dan berat bertambah antara 2,5 hingga 3,5 kg setiap
tahunnya. Pada usia 3 tahun, tinggi anak sekitar 38 inci dan beratnya
sekitar 16,5 kg. Pada usia 5 tahun , tinggi anak mencapai 43,6 inci dan
beratnya 21,5 kg. Ketika anak usia prasekolah bertumbuh makin besar,
presentase pertumbuhan dalam tinggi dan berat berkurang setiap
tahunnya.Baik anak laki-laki maupun perempuan terlihat mkain
langsing, semntara batang tubuh mereka makin panjang.
b. Perkembangan otak
Pada saat bayi mencapai 2 tahun, ukuran otaknya rata –rata 75 %
dari otak orang dewasa , dan pada usia 5 tahun ukuran otaknya
mencapai sekitar 90% otak orang dewasa.Pertumbuhan otak selama
masa anak-anak disebabkan oleh pertambahan jumlah dan ukuran urat
saraf yang berujung didalam dan di antara daerah –daerah otak.
c. Perkembangan motorik
Perkembangan fisik pada masa anak-anak ditandai dengan
berkembangnya keterampilan motorik , baik kasar maupun
halus.Sekitar usia 3 tahun anak sudah dapat berjalan engan baik, dan
sekitar usia 4 tahun anak hampir menguasai jalan orang dewasa.Usia 5
tahun anak sudah terampil menggunakan kakinya untuk berjalan
berbagai cara.
2. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif pada masa awal anak-anak masuk kedalam
tahap praoperasional dimana konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental
muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian melemah serta
terbentuknya keyakinan terhadap hal yang magis.
3. Perkembangan psikososial
Selama masa prasekolah hubungan dengan orang tua atau dengan
pengasuhnya merupakan dasar bagi perkembangan emosional dan social
anak.Sejumlah ahli mempercayai bahwa kasih sayang orang tua atau
pengasuh selama beberapa tahun pertama kehidupan merupakan kunci
utama perkembangan social anak, menignkatkan kemungkinan anak
memiliki kompetensi secara social dan penyesuaian diri yang baik pada
tahun –tahun prasekolah dan sesudahnya selain itu perkembangan
psikososial anak juga ditandai dengan oleh semakin meluasnya pergaulan
social terutama teman sebaya.
2.4 Keaslian Penelitian
Tabel 2.4.1 Keaslian Penelitian Gambaran Kepuasan Pelayanan
Keperawatan di Ruang Anak Karunia Rumah Sakit Baptis Kediri.

No Judul Variabel Desain Hasil


1. Hubungan pola 1.Variabel analitik Terdapat
asuh ibu dengan Independen: observational hubungan
perilaku sulit Pola asuh ibu antara pola
makan pada
2.Variabel asuh ibu
anak usia
dependen: dengan perilaku
prasekolah (3-5
Perilaku sulit sulit makan
tahun) di taman
makan pada anak usia
kanak-kanak
pembina nusa
prasekolah 3-5

putra 2 tahun.
No Judul Variabel Desain Hasil
kecamatan
tinambung
kabupaten
polewali tahun
2017
2. Hubungan pola 1. Variabel Observational Rata-rata
asuh orang tua Independen: Pola analytic jenis responden
dengan perilaku asuh ibu cross sectional berpola asuh

picky eater pada 2. Variabel demokratis

anak usia sebanyak 30


dependen:
responden
prasekolah Picky eater
(65.2%) dengan
anak non picky
eater. Hasil
hitungan
didapatkan
analisis data
menggunakan uji
chi square, α=
0,041 artinya ho
ditolak terdapat
hubungan pola
asuh orang tua
terhadap
terjadinya picky
eater pada anak
usia prasekolah.
Simpulan pola
asuh demokratis
yang diterapkan
mampu
menjadikan anak
tidak picky eater
3. Pola asuh ibu 1. Variabel Analitik non Sebagian besar
yang Independen: eksperimen (61,8%) ibu
No Judul Variabel Desain Hasil
mempengaruhi Pola asuh ibu dengan menerapkan
perilaku sulit 2. Variabel pendekatan pola asuh
makan pada dependen: Picky cross demokrasi pada
anak prasekolah eater sectional. anak prasekolah
(4-6 tahun) (4-6 tahun) dan
sebagian besar
(70,6%) anak
prasekolah (4-6
tahun)
mempunyai
perilaku sulit
makan rendah
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

2.2 Kerangka Konseptual

Anak PraSekolah (
Dahlan, 2012)

Pola Asuh ( King


4 gaya pemberian makan Laura, 2014) Kesulitan
pada anak : Makan(Soetjiningsih
dkk, 2013)
5. )

6. Autoritatif
c. Dampak jangka pendek(sinus
7. Otoriter
bradikardi,motalitas
8. Permisif
gastrointestinal,lekopeni,amenia defiensi besi dll)
Neglect (Yoyok
d. Dampak jangka panjang(pubertas
Bekti, dkk 2020
terlambat,pertumbuhan terlambat,perawakan
(pendek,osteopeni dan osteoporosis,gangguan
psikologis)(Soetjiningsih dkk,2017)
Keterangan:

: Diteliti : Berpengaruh

: Tidak diteliti : Berhubungan

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Hubungan Pola Orang Tua dengan
perilaku kesulitan makan pada Anak Pra Sekolah
Dari gambar 3.1 Dapat dijelaskan bahwa anak Pra sekolah dengan gaya
pola asuh yang terdiri dari berbagai macam gaya yaitu autoritatif, otoriter,
permisif dan neglect dapat mempengaruhi perilaku kesulitan makan pada
anak yaitu berupa dampak jangka pendek (sinus bradikardi,motalitas
gastrointestinal,lekopeni,amenia defiensi besi dll) dan dampak jangka
panjang (pubertas terlambat,pertumbuhan terlambat,perawakan
(pendek,osteopeni dan osteoporosis,gangguan psikologis).
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Review ini bertujuan untuk mengetahui dan memeriksa literature. Apakah

terdapat Hubungan Pola Orang Tua dengan perilaku kesulitan makan pada Anak

Pra Sekolah. Peneliti melakukan review penelitian yang menggunakan desain

korelasi , yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan perilaku kesulitan makan pada Anak Pra

Sekolah.

4.2 Kerangka Kerja

Identifikasi dan penetapan masalah penelitian

Penetapan pertanyaan penelitian dan hipotesis

Penetapan PICO

Melakukan pencarian hasil pencarian dengan kata kunci “Pola Asuh orangtua
dengan Perilaku kesulitan makan” “Parenting with Picky Eater of children”
Melakukan seleksi terhadap referensi telah didapatkan

Melakukan review dan analisa artikel jurnal yang terpilih dengan


menggunakan Critical Appraisal

Menyusun pembahasan dan mengambil kesimpulan hasil review sesuai


dengan tujuan yang telah ditetapkan

Gambar 4.1 Kerangka Kerja berdasarkan Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan
perilaku kesulitan makan pada Anak Pra Sekolah review literature
4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Jurnal penelitian terbaru pada 10 tahun terakhir yaitu dari tahun 2011

sampai dengan 2020. Sumber data base online berasal dari repository baik

dari Indonesia atau negara lain yang menggunakan bahasa internasional.

4.3.2 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Telah terpublikasi dengan Open Access Journal

2. Naskah jurnal terdiri dari abstract dan fulltext

3. Artikel berbahasa Indonesia atau Bahasa Inggris

4. Jurnal dari Indonesia terindeks SINTA, Google Scholar dan Garuda

4.3.3 Jumlah Referensi

Jumlah jurnal yang digunakan dalam literature review ini adalah 10 jurnal

yang terdiri abstract dan fulltext yang terindeks SINTA, Google Scholar,

dan Garuda, dengan artikel berbahasa Indonesia dan berbahasa

internasional.
4.4 Protocol and registration

Pada penelitian ini tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan perilaku

kesulitan makan pada Anak Pra Sekolah penelitian ini menggunakan metode

analisis korelasi Literature Review dan sesuai dengan indikator inklusi yang

spesifik dalam penseleksian dokumen melalui sistem pencarian yang

komprehensif (Comprehensive Literature Search). Peneliti melakukan review

jadi hasil penelitian yang menggunakan berbagai desain penelitian yaitu

deskriptif, kualitatif, dan deskriptif observasional dan korelasi.

4.4.2 Egilibity Criteria

Egilibity criteria pada penelitian ini dilakukan berdasarkan kriteria inklusi

untuk mengeliminasi dan menyeleksi data. Hasil penelitian yang direview

merupakan penelitian dengan karakteristik studi berupa PICO yang terdiri

dari :

1. Population

Populasi yang digunakan dalam jurnal review ini adalah jurnal yang

terbit 10 tahun terakhir yaitu dari tahun 2011 sampai dengan 2021 yang

menggunakan populasi anak prasekolah.

2. Intervention

Tidak ada

3. Comparison

Tidak ada

4. Outcome

Hasil yang diukur dalam penelitian adalah Hubungan Pola Asuh Orang

Tua dengan perilaku kesulitan makan pada Anak Pra Sekolah.


4.4.3 Information Source

Penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi dari pencarian electronic

database, dan penelitian reference list articles, tidak ada pembatasan

bahasa pada artikel. Penelitian ini diambil dari database elektronik Google

Scholar, melalui database scanning, dan screening artikel dilakukan secara

mandiri oleh peneliti. Peneliti mengikuti syarat dalam pemenuhan kriteria

inklusi.

4.4.4 Search

Peneliti menggunakan seluruh search engine strategy untuk setiap database

elektronik dengan limitasi kriteria inklusi. Peneliti menggunakan search

string dengan kata kunci : Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan perilaku

kesulitan makan , picky eater pada anak prasekolah.

4.4.5 Data Collection Procces

Peneliti mengidentifikasi data melalui PICO (Population, Intervention,

Comparison, Outcome). Peneliti melakukan seleksi dan pemeriksaan. Data

juga diidentifikasi oleh pembimbing untuk dilakukan review hasil ekstraksi

oleh peneliti, setelah itu dilakukan diskusi terkait ekstraksi yang telah

dilakukan oleh peneliti dari 10 jurnal yang ditemukan.

4.4.6 Data Items

Informasi data yang diekstrak diantaranya adalah karakteristik responden

diantaranya variabel yang sama Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan

perilaku kesulitan makan pada Anak Pra Sekolah.

4.4.6 Data Items


Peneliti melakukan validasi terhadap literatur dengan melakukan ekstraksi

data. Peneliti mengidentifikasi penelitian pada literatur apakah telah

dilaksanakan sesuai prosedur, dan diukur menggunakan alat yang

tervalidasi, dan juga metode pengumpulan data apakah dilakukan blank

metode. Peneliti mengeksplorasi variabilitas pada hasil penelitian

(heterogenency), dan peneliti menentukan tujuan penelitian sebelum

melakukan analisa peneliti dalam mengidentifikasi Hubungan Pola Asuh

Orang Tua dengan perilaku kesulitan makan pada Anak Pra Sekolah 10

pada setiap literatur mungkin akan menghasilkan hasil yang berbeda-beda

sesuai dengan metodologi penelitian yang dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai