Anda di halaman 1dari 15

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Landasan Teori


1.1.1 Pengertian
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit
menular yang berbahaya. Penyakit ini dapat menimbulkan wabah dan
menyebabkan kematian dalam waktu yang siingkat. DBD pertama kali
ditemukan di Manila (Filipina) pada tahun 1953. Di Indonesia penyakit DBD
ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan DKI Jakarta. Kini semua
provinsi sudah terjangkit penyakit ini (Meilani, 2010)
Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada
anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi dan
biasanya memburuk setelah 2 hari pertama (Meilani, 2010)
1.1.2 Etiologi
Penyebab demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorragic
fever (DHF) adalah virus dengue. Di Indonesia virus tersebut saat ini telah
diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B. Dari
arthopedi borne virus (arbovirus) yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4.
Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang menjadi penyebab
terbanyak. Di Thailand dilaporkan bahwa serotipe DEN-2 adalah dominan
sementara di Indonesia yang terutama deominan adalah DEN-3 tapi akhir-
akhir ini adalah kecenderungan dominan DEN-2. Setelah oleh nyamuk yang
membawa virus, maka inkubasi akan berlangsung antara 3-15 hari sampai
gejala demam Dengue muncul. (Meilany, 2010).Karakteristik nyamuk Aedes
aegypti yang menyebarkan penyakit demam berdarah antara lain:
a.Badannya kecil, warnanya hitam dengan bintik-bintik putih.
b.Hidup didalam dan disekitar rumah di tempat yang bersih dan sejuk
seperti: hinggap di pakaian yang tergantung, vas bunga yang ada airnya
atau ditempat kaleng bekas yang menampung air hujan.
c.Biasanya nyamuk Aedes aegypti yang menggigit tubuh manusia adalah
betina, sedangkan nyamuk jantan manyukai aroma manis pada tumbu-
tumbuhan.
d.Nyamuk Aedes aegypti menggigit pada siang atau sore hari dengan
peningkatan aktivitas menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari terbit dan
beberapa jam setelah mataharit terbenam, sedangkan malamnya digunakan
untuk bertelur.

1
1.1.3 Patofisiologis
Virus Dengue (Arbovirus)

Melalui gigitan nyamuk

Reinfektion oleh virus dengue dengan serotip berbeda

Bereaksi dengan antibodi

menimbulkan respon Terbentuk kompleks Trombositopenia


peradangan antibodi dalam sirkulasi
darah
Potensi terjadinya
hipertermia Menstimulasi medula Pengaktifan sistem pendarahan
vomiting komplemen dan di
lepaskan nya anvilaktosin
Mual dan muntah C3a dan C5a
Melepaskan hiatamin yang
Anoreksia bersifat vasoaktif

Intake nutrisi kurang Permeabilitas dinding


pembuluh darah Kebocoran plasma
intertisium
Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi Penurunan jumlah cairan
intravascular
Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit Peningkatan viskositas isi
Kelemahan pembuluh darah

Gangguan aktivitas Aliran darah terhambat


sehari-hari Energi berkurang
Suplai O2 ke jaringan tidak
Iritasi terhadap ujung adekuat
Nyeri ujung saraf oleh asam
laktat Metabolisme anaerob

Penimbunan asam laktat di


jaringan
1.1.4 Manifestasi Klinis
Bentuk ringan demam dengue menyerang semua golongan umur dan
bermanivestasi lebih berat pada orang dewasa. Demam dengue pada bayi dan
anak berupa demam ringan yang disertai dengan timbulnya ruam
makulopapular. Pada anak besar dan dewasa, penyakit ini dikenal dengan
sindrom triase dengue yang berupa demam tinggi dan mendadak yang dapat
mencapai 40°C atau lebih dan terkadang disertai dengan kejang demam, sakit
kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastrik discomfort, nyeri
perut kanan atas atau seluruh bagian perut dan perdarahan, terutama
perdarahan kulit, walaupun hanya berupa uji tourniguet positif. Selain itu,

2
perdarahan kulit dapat berwujud memar atau juga berupa perdarahan spontan
mulai dari petechiae (muncul pada hari-hari pertama demam dan berlangsung
selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan
perdarahan gusi, sementara perdarahan gastrointestinal masih lebih jarang
terjadi dan biasanya terjadi pada kasus syok yang berkepanjangan. Pada masa
konvalesens seringkali ditemukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan
hepatomegali. Nyeri tekan sering kali ditemukan tanpa ikterus maupun
kegagalan peredaran darah.World Health Organization (WHO) untuk
menegaskan diagnosa Dengue Haemorragic Fever (DHF) adalah sebagai
berikut :
a.Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.
b.Manifestasi perdarahan, termasuk paling tidak uji tourniguet positif dan
bentuk lain perdarahan/perdarahan spontan (Patechia, purpura, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi) dan hematemesis melena. Rumpel leed test
dengan tekhnik:

1)Klien diukur tekanan darahnya dan dicari sistol dan diastolnya.


2)Setelah ketemu kemudian dijumlahkan lalu dibagi dua.
3)Hasil digunakan untuk patokan mempertahankan tekanan air raksa
tensimeter.
4)Pompa lagi balon tensimeter sampai patokan tadi lalu kunci dan
pertahankan sampai 5 menit.
5)Setelah itu buka kuncinya dan mansit dilepaskan.
6)Kemudian lihat apakah ada petekie / tidak didaerah vola lengan
bawah. Kriteria normal Rumple leede yaitu <10 dalam 1 lingkaran 5
cm.
c.Pembesaran hati.
d.Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan
nadi yang menurun (20 mmHg atau kurang) tekanan darah yang menurun
(tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang) dan kulit yang
teraba dingin dan lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan kaki
penderita gelisah serta timbul sianosis disekitar mulut.
1.1.4 Tanda dan Gejala
Gejala klinis utama pada DBD adalah demam dan manifestasi
pendarahan baik yang timbul secara spontan maupun uji torniquet.
Tanda dan gejala DBD berdasarkan pembagian derajat.
a. Derajat I

3
Demam dan uji torniquet
b. Derajat II
Demam pendarahan spontan, pada umumnya dikulit atau pendarahan
lainnya.
c. Derajat III
Demam, pendarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali dan
ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi nadi yang cepat dan
lemah, tekanan nadi menurun (< 20 mmhg) atau hipotensi disertai
ekstremitas dingin dan anak gelisa.
d. Derajat IV
Demam, pendarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali dan
ditemukan gejala renjatan hebat (naditak teraba dan tekanan darah tak
terukur).
1.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan untuk menskrining penderita demam dengue adalah melalui
uji rumpel leede, pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit dan hapus
darah tepi untuk melihat adanya limpositosis relatif disertai gambar limfosit
plasma biru. Pada DD terdapat Leukopeniapadahari ke-2 atau hari ke-3. Pada
DBD terjadi leukopenia dan Hemokonsentrasi. Trombositopenia : Trombosit <
150.000/mm3, penurunan progresif pada pemeriksaan periodik dan waktu
perdarahan memanjang. Hemokonsentrasi : Hematokrit saat MRS>20% atau
meningkat progresif pada pemeriksaan periodik.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (metode cell
culture) atau pun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR
(Reverse Transcriptosi Polymerase Chain Reachon). Namun ketika teknik yang
rumit yang berkembang saat ini adalah uji serologi (adanya antibodi spesifik
terhadap antibodi total, IgM maupun IgG) (Warsidi, E, 2009).
1.1.7 Komplikasi
Menurut (Warsidi, E, 2009) Komplikasi dari penyakit demam berdarah
diantaranya :
a.Ensepalopati : demam tinggi,gangguan kesadaran disertai atau tanpa kejang
b.Disorientasi dan penurunan kesadaran
c.Perdarahan luas.
d.Shock atau renjatan dan dapat terjadi Anoksia jaringan

1.1.8 Pencegahan

4
Menurut (Warsidi, E, 2009) upaya pencegahan harus dilakukan dengan cara
yang terbaik, murah, mudah dan dapat pula dilakukan oleh masyarakat umum.
Upaya pencegahan tersebut meliputi:
a.Pencegahan dengan prinsip 3 M:
1)Menguras: tempat penyimpanan air seperti bak mandi, sekurang-
kurangnya seminggu sekali.
2)Menutup: tempat penyimpanan air agar nyamuk tidak masuk dan
berkembang.
3)Mengubur: barang-barang bekas, seperti kaleng bekas yang dapat
menampung air hujan, agartiak menjadi tempat perkembang biakan
nyamuk.
b.Lipatlah pakaian / kain yang tergantung agar nyamuk tidak himggap.
c.Untuk tempat-tempat air yang sulit untuk dikuras, taaburkan bubuk abate
kedalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk.
Ulangi 2-3 bulan sekali.
d.Memberantas nyamuk Aedes aegepti, dengan cara: penyemprotan dengan
bahan kimia, pengasapan dengan bahan insektisida (fogging).
e.Memberantas jentik nyamuk dengan menggunakan serbuk abate, dengan cara:
1)Untuk 10 liter air, cukup dengan 1 gram serbuk abate.
2)Bila memerlukan abate kurang dari 10 gram caranya: ambil 1 sdm abate
dan tuangkan pada selembar kertas, lalu bagilah abate menjadi 2,3 atau
4 bagian sesuai dengan takaran yang dibutuhkan
3)Setelah dibubuhkan abate, selama 3 bulan bubuk abate tersebut mampu
membunuh jentik nyamuk, hendaknya jangan menyikat dinding
penampungan air selama 3 bulan setelah dibubuhi abate, dan air yang
dibubuhi abate selama takarannya benar tetap aman digunkaan.
1.1.9 Penatalaksanaan
Menurut (Meilany, 2010) penatalaksanaan untuk DBD sebagai berikut:
a. Tirah baring
b. Makanan lunak, dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5-2 liter
dalam 24 jam (susu, air dengan gula) atau air tawar yang ditambah garam.
c.Medikamentosa yang bersifat simtomatis, seperti hiepertermia diberikan
asetamiofen, jangan diberikan asetosal karena bahaya perdarahan.
Sedangkan pada pasien tanda renjatan dilakukan:
1)Pemasangan infus dan dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan teratasi.

5
2)Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan tiap
jam, serta Hb dan Ht tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24
jam
3)Pada pasien DSS diberikan cairan intravena yang diberikan dengan
diguyur, seperti NaCl, ringer laktat, yang dipertahankan selama 12-24
jam setelah renjatan teratasi. Bila tidak nampak perbaikan dapat
diberikan plasma sejumlah 15-29 ml/kg BB dan dipertahankan selama
12-24 jam. Setelah renjatan teratasi bila kadar Hb dan Ht mengalami
penurunan maka diberi transfusi darah.
1.1.10 Prognosis
Menurut (Meilany, 2010) kematian karena demam dengue hampir tidak
ada. Pada DBD/DSS mortalitasnya cukup tinggi. Penelitian di Surabaya,
semarang, dan jakarta menunjukkan bahwa prognosis dan perjalanan penyakit
pada orang dewasa umumnya lebih ringan dibandingkan anak-anak.
1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
1. Identitas pasien

Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF datang ke rumah
sakit adalah panas tinggi dan pasien lemah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil dan
saat demam kesadaran kompos mentis. Panas turun terjadi antara hari ke-3
dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk
pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit
kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata
terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade
III, IV), melena atau hematemasis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya
mengalami serangan ulangan DHF dengan type virus yang lain.
5. Riwayat imunisasi

6
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemumgkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan
status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada faktor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan
mual, muntah,dan nafsu akan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan
tidak disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi lingkungan
sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju yang di
kamar).
8. Pola kebiasaan
Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan
berkurang, dan nafsu makan menurun.
Eliminasi BAB: kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi.
Sementara DHF grade III-IV bisa terjadi melena.
Eliminasi BAK : perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau banyak,
sakit atau tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
Tidur dan istirahat : anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur
maupun istirahatnya kurang.
Kebersihan : upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk
aedes aegypti. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta
upa untuk menjaga kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai
ujung kaki. Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik anak adalah :
a. Kesadaran : Apatis
b. Kepala : Bentuk mesochepal
c. Mata : simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, mata anemis
d. Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran
e. Hidung : ada perdarahan hidung / epsitaksis

7
f. Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada perdarahan
pada rongga mulut, terjadi perdarahan gusi
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak
ada, nyeri telan
h. Dada
Inspeksi : simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan
Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan
Perkusi : Sonor
Palpasi : taktil fremitus normal
i. Abdomen :
Inspeksi : bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali)
Auskultasi : bising usus 8x/menit
Perkusi : tympani
Palpasi : turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas
j. Ekstrimitas : sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi
tulang
k. Genetalia : bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang
kateter

10. Sistem integumen


Adanya peteki pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin dan lembab.
Kuku sianosis atau tidak.
a. Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy),
mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada
grade II,III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering,
terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telingga (grade
II, III, IV).
b. Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax
terdapatadanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan, (efusi
pleura),rales, ronchi, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
c. Abdomen
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites.
Ekstremitas : akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

8
11. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya infeksi
dengue adalah :
a. Uji rumple leed / tourniquet positif
b. Darah, akan ditemukan adanya trombositopenia, hemokonsentrasi,
masa perdarahan memanjang, hiponatremia, hipoproteinemia.
c. Air seni, mungkin ditemukan albuminuria ringan
d. Serologi
Dikenal beberapa jenis serologi yang biasa dipakai untuk
menentukan adanya infeksi virus dengue antara lain : uji IgG Elisa
dan uji IgM Elisa
e. solasi virus
Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body
technique test secara langsung / tidak langsung menggunakan
conjugate (pengaturan atau penggabungan)
f. Identifikasi virus
Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body
tehnique test secara langsung atau tidak langsung dengan
menggunakan conjugate
g. Radiology
Pada fhoto thorax selalu didapatkan efusi pleura terutama
disebelah hemi thorax kanan
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemia berhubungan dengan Kehilangan cairan aktif
2. Hipertermi berhubungan dengan infeksi (virus)
SDKI
Hipovolemia D.0023
Definisi : penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan atau intraselular

Penyebab :
3. Kehilangan cairan aktif
4. Kegagalan mekanisme regulasi
5. Peningkatan permeabilitas kapiler
6. Kekurangan intake cairan
7. Evaporasi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Frekuensi nadi meningkat
2. Nadi teraba lemah
3. Tekanan darah menurun

9
4. Tekanan nadi menyempit
5. Turgor kulit menurun
6. Membran mukosa kering
7. Volume urin menurun
8. Hematokrit meningkat
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
1. Merasa lemah 1. Pengisian vena menurun
2. Mengeluh haus 2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urin meningkat
5. Berat badan turun tiba-tiba
Kondisi klinis terkait
1. Penyakit Addison
2. Trauma/perdarahan
3. Luka bakar
4. AIDS
5. Penyakit Crohn
6. Muntah
7. Diare
8. Kolitis ulseratif
9. hipoalbuminemia

SDKI
Hipertemia D.0130
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi

Definisi : suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.

Penyebab :
1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5. Peningkatan laju metabolisme
6. Respon trauma
7. Aktivitas berlebihan
8. Penggunaan inkubator

Gejala dan Tanda Mayor


Subejktif Objektif
(Tidak tersedia) 1. Suhu tubuh diatas nilai normal

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif
(Tidak tersedia) 1. Kulit merah

10
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat

Kondisi Klinis Terkait :


1. Proses infeksi
2. Hipertiroid
3. Stroke
4. Dehidrasi
5. Trauma
6. Prematuritas

1.2.3 Intervensi Keperawatan


1. Hipovolemia berhubungan dengan Kehilangan cairan aktif
SIKI
Manajemen Hipovolemia I.03116
Definisi : mengidentifikasi dan mengelola penurunan volume cairan intravaskuler.
Tindakan
Obervasi
- periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membran mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit
meningkat, haus, lemah)
- monitor intake dan output cairan
Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan posisi modified trendelenburg
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
- Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
- Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, plasmanate)
- Kolaborasi pemberian produk darah

2. Hipertermi berhubungan dengan infeksi (virus)


SIKI
Manajemen Hipertermia I.15506
Definisi : mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tubuh akibat disfungsi
termoregulasi
Tindakan
Observasi :
- Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
penggunaan inkubator)

11
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor haluaran urine
- Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
- Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipotermia atau kompres digin
pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigenasi, jika perlu
Edukasi :
- Anjurkaan tirah baring
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
- Kolaborasi pemberian obat farmakologi

1.2.4 Implementasi Keperawatan


SLKI
Status Cairan L.03028
Definisi : kondisi volume cairan intravaskuler, interstisiel, dan atau
intraseluler.
Kriteria hasil
Cukup Sedan Cukup
Menurun Meningkat
Menurun g Meningkat
Kekuatan nadi 1 2 3 4 5
Turgor kulit 1 2 3 4 5
Output urine 1 2 3 4 5
Pengisian vena 1 2 3 4 5
Cukup Sedan Cukup
Meningkat Menurun
Meningkat g Menurun
Ortopnea 1 2 3 4 5
Dispnea 1 2 3 4 5
Paroxysmal
nocturnal dyspnea 1 2 3 4 5
(PND)
Edema anasarka 1 2 3 4 5
Edema perifer 1 2 3 4 5
Berat badan 1 2 3 4 5

12
Distensi vena
1 2 3 4 5
jugularis
Suara napas
1 2 3 4 5
tambahan
Kongesti paru 1 2 3 4 5
Perasaan lemah 1 2 3 4 5
Keluhan haus 1 2 3 4 5
Konsentrasi urine 1 2 3 4 5
Cukup Sedan Cukup
Memburuk Membaik
memburuk g membaik
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Tekanan nadi 1 2 3 4 5
Membran
1 2 3 4 5
mukosa
Jugular venous
1 2 3 4 5
pressure (JVP)
Kadar Hb 1 2 3 4 5
Kadar Ht 1 2 3 4 5
Cental venous
1 2 3 4 5
pressure
Refuks
1 2 3 4 5
hepatojugular
Berat badan 1 2 3 4 5
Hepatomegali 1 2 3 4 5
Oliguria 1 2 3 4 5
Intake cairan 1 2 3 4 5
Status mental 1 2 3 4 5
Suhu tubuh 1 2 3 4 5
SLKI
Termoregulasi L.14134
Definisi : pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal
Cukup Cukup
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat
Menggigil 1 2 3 4 5
Kulit merah 1 2 3 4 5
Kejang 1 2 3 4 5
Akrosianosis 1 2 3 4 5
Konsumsi oksigen 1 2 3 4 5
Piloereksi 1 2 3 4 5
Vasokonstriksi
1 2 3 4 5
perifer
Kutis memorata 1 2 3 4 5
Pucat 1 2 3 4 5
Takikardi 1 2 3 4 5
Takipnea 1 2 3 4 5
Bradikardi 1 2 3 4 5
Dasar kuku sianolik 1 2 3 4 5
Hipoksia 1 2 3 4 5
Memburu Cukup Sedang Cukup Membaik

13
k Memburuk Membaik
Suhu tubuh 1 2 3 4 5
Suhu kulit 1 2 3 4 5
Kadar glukosa darah 1 2 3 4 5
Pengisian kapiler 1 2 3 4 5
Ventilasi 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
SLKI
Status Neurologis L.06053
Definisi : kemampuan sistem saraf perifer dan pusat untuk menerima, mengolah dan
merespon stimulus internal dan eksternal
Cukup Cukup
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat
Tingkat kesadaran 1 2 3 4 5
Reaksi pupil 1 2 3 4 5
Orientasi kognitif 1 2 3 4 5
Status kognitif 1 2 3 4 5
Kontrol motorik pusat 1 2 3 4 5
Fungsi sensorik
1 2 3 4 5
kranial
Fungsi sensorik
1 2 3 4 5
spinal
Fungsi motorik
1 2 3 4 5
kranial
Fungsi motorik spinal 1 2 3 4 5
Fungsi otonom 1 2 3 4 5
Komunikasi 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun
Sakit kepala 1 2 3 4 5
Frekuensi kejang 1 2 3 4 5
Hipertermia 1 2 3 4 5
Diaforesis 1 2 3 4 5
Pucat 1 2 3 4 5
Kongesti konjuntiva 1 2 3 4 5
Kongesti nasal 1 2 3 4 5
Parastesia 1 2 3 4 5
Sensasi logam di
1 2 3 4 5
mulut
Sindrom horner 1 2 3 4 5
Pandangan kabur 1 2 3 4 5
Penile erection 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Memburuk Sedang Membaik
Memburuk Membaik
Tekanan darah
1 2 3 4 5
sistolik
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Ukuran pupil 1 2 3 4 5
Gerakan mata 1 2 3 4 5
Pola napas 1 2 3 4 5
Pola istirahat tidur 1 2 3 4 5
Frekuensi napas 1 2 3 4 5

14
Denyut jantung apikal 1 2 3 4 5
Denyut nadi radialis 1 2 3 4 5
Refleks pilomotorik 1 2 3 4 5

DAFTAR PUSTAKA

Hendrayanto. 2004. Ilmu Penyakait Dalam : jilid 1. Jakarta : FKUI


Herdman T.Heather. 2015. Diagnosa Keprawatan. Jakarta : EGC
M, Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak. Jakarta : Salemba
Medik
Meilani. 2010. Penyakit Menular di Sekitar Kita. Klaten: PT Intan Sejati.
Moorhead. 2016. Nursimg Outcome Classification (NOC). Yogyakarta : Moco
Media
Warsidi, E. 2009. Bahaya dan Pencegahan DBD. Bekasi: Mitra Utama.
Widyastuti, Palupi. 2004. Pencegahan, Pengendalian Dengue Dan Demam
Berdarah. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith. M. 2011. Buku saku diagnosa keperawatan: diagnosis

15

Anda mungkin juga menyukai