LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Konsep Idiopathic Thrombocytopenic Purpura
1.1.1 Definisi
Trombositopenia adalah berkurangnya produksi trombosit di bawah 100.
000/mm3 (Blood Disorder, 1993). Apabila jumlah trombosit 50.000/mm3 atau
kurang, maka kemungkinan perdarahan meningkat dan pasien akan mengalami
trauma ringan. Perdarahan spontan yang keluar dari hidung dapat terjadi dengan
jumlah antara 10.000-20.000/mm3 , dimana individu akan menunjukan adanya
ecymoses bintik-bintik, purpura yang besar, perdarahan dari mukosa membran. Jika
jumlah trombosit dibawah 10.000/mm3 maka akan terjadi perdarahan hebat dari
hidung dan akan berakibat fatal.
ITP adalah kondisi yang ditandai dengan menurunnya jumkah trombosit darah
(trombositopenia) dalam tubuh, sehingga menimbulkan kecenderungan perdarahan.
Biasanya berbentuk perdarahan yang muncul sebagai purpura, yaitu perubahan warna
pada kulit atau selaput lender karena adanya perdarahan pembuluh darah kecil
(memar) atau bisa juga dalam bentuk prechiae, yaitu bintik bintik merah akibat
perdarahan didalam kulit (Andriyani, 2021).
Trombositopenia bermanifestasi sebagai memar, perdarahan dan petekia
dalam beberapa hari sampai dengan beberapa minggu terisolasi pada individu dalam
keadaan lainnya sehat (Hoffbrand. dkk, 2011).
1.1.2 Etiologi
Penyebab ITP yang pasti belum diketahui, tetapi dikemukakan berbagai
kemungkinan diantaranya ialah :
a. Trombositopenia (Jumlah trombosit dapat sedikit atau sangat menurun,
bila kurang dari 20.000 bahkan mencapai 0
b. Infeksi virus (demam berdarah, morbili, varisela, rubela, dll)
c. Bahan kimia.
d. Pengaruh fisis (radiasi, panas)
e. Kekurangan faktor pematangan (misalnya malnutrisi)
f. Mekanisme imun yang menghancurkan trombosi
1.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi ITP adalah sebagai berikut:
1. Akut
a. Pada anak-anak dan dewasa muda
b. Riwayat infeksi virus 1-3 minggu sebelumnya
c. Gejala Pendarahan bersifat mendadak
d. Lama penyakit 2-6 minggu atau 6 bulan, jarang lebih dan remisi
spontan pada 80% kasus
e. Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.
2. Kronik
a. Paling banyak terjadi pada wanita muda dan pertengahan
b. Jarang terdapat riwayat infeksi sebelumnya
c. Gejala pendarahan bersifat menyusup, pada wanita berupa
menomethoragi
d. Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan setelah diagnosis 6
e. Jumlah trombosit tetap di bawah normal selama penyakit.
f. Jarang terjadi remisi spontan
1.1.5 Patofisiologis
Ada 4 mekanisme yang dapat mempercepat trombositopenia yaitu :
1) Kegagalan produksi trombosit
a. Kegagalan sumsum tulang generalisasi anemia aplastik, anemia
megaloblastik, sindroma mielodisplastik, mielofibrosis, myeloma
multiple, infiltrasi sumsum tulang, missal karsinoma, limfoma, radioterapi,
obat sitotoksik, leukemia, infeksi HIV.
b. Penekanan megakarosit selektif, defek congenital yang langka, obat-
obatan, bahan kimia, infeksi virus.
2) Peningkatan destruksi trombosit
a. Purpura trombositopenia autoimun/idiopatik (ITP).
Sensitisasi trombosit oleh autoantibody (biasanya igG) menyebabkan
disingkirkannya trombosit tersebut secara premature dari sirkulasi oleh
makrofag system retikuloendotel, khususnya limpa. Pada banyak kasus
antibody tersebut ditujukan terhadap tempat-tempat antigen pada
glikoprotein IIb-IIa atau kompleks Ib. Masa hidup normal untuk trombosit
adalah 7 hari tetapi pada penderita trombositopenia masa hidup ini
memendek menjadi beberapa jam. Masa bosit meningkat secara sejajar
seperti 5 kali normal.
b. Purpura pascatransfusi Trombositopenia yang terjadi sekitar 10 hari
setelah transfuse darah telah dikaitkan dengan terbentuknya antibody pada
penerima darah terhadap antigen- Ia trombosit manusia (HPA-Ia) pada
trombosit yang ditransfusikan (yang tidak terdapat pada trombosit pasien
itu sendiri).
c. Purpura trombositopenia trombotik (TTP). TTP terjadi dalam bentuk
familial. Terdapat defesiensi metalloprotease (kaspase) memecah
multimer factor von willebrand (vWF) berberat molekul tinggi, bentuk
familial terjadi karena defec genetic sedangkan bentuk didapat TTP terjadi
setalah terbentuknnya antibody inhibitor yang keberadaannya dapat
dirangsang oleh infeksi. Multimer vWF berat molekul tinggi dengan
plasma menginduksi agregrasi trombosit, menyebabkan pembentuknya
mikrotrombus dalam pembuluh darah kecil.
d. Sindrom hemolitik uremic. Toksin masuk kedalam sirkulasi intestinal dan
berjalan didalam plasma dan permukaan trombosit atau monosit. Toksin
berkaitan dengan molekul endotel kapiler glomerular, selm mesangia dan
sel epitel glomerular dan tubular yang kemudian merusak endotel sel
melalui pembentukan factor von Willebrans multimer besar yang tidak
biasa.
e. Koagulasi intavaskuler diseminata (KID). DIC dapat dicetuskan oleh
masuknya materi prokoagulan kedalam darah pada keadaan-keadaan
berikut ini : Emboli cairan amnion, solusio plasenta, adenokarsinoma yang
menyekresi musin secara luas, leukimia promiolistik akut (LMA tipe M3),
penyakit hati,malaria, falcifarum berat, reaksi transfuse hemolitik dan
beberapa gigitan ular. DIC dapat juga dicetuskan oleh kerusakan endotel
luas dan pemanjanan kolagen (misalnya endotoksemia, septisemia gram
negative dan meningococus, aborsi septik), infeksi virus tertentu dan luka
bakar berat atau hipotermia
f. Trombositopenia imun yang diinduksi obat (terutama heparin). Ini terjadi
akibat peningkatan heparin pada thrombosis yang diikuti dengan
pembentukan antibody igG terhadap kompleks heparin platelet factor 4
(PF4) yang menyebabkan aktivasi trombosit.
3) Distribusi trombosit abnormal.
Pada splenomegali hingga 90% dapat mengalami sekuestrasi dalam limpa,
sedangkan pada keadaan normal sekuestrasi hanya dapat terjadi pada sekitar
sepertiga masa trombosit total. Lama hidup trombosit normal dan tidak
terdapat defek hemostatis lain.
4) Kehilangan akibat dilusi (sindroma transfuse massif). Trombosit tidak berada
dalam keadaan stabil bila darah disimpan dalam suhu 4ºC dan jumlah
trombosit menurun dengan cepat bila darah disimpan selama lebih dari 24
jam.
Pathway
Terbentuk antibodi
Menyerang platelet
Trombositopenia yang merusak
dalam darah
trombosit
Penghancuran dan
pembuangan trombosit
meningkat
Penurunan transport O2
Muncul sensasi nyeri Penurunan metabolism
dan zat nutrisi lain
anaerob
kejaringan
Nyeri
Kelemahan
Intoleransi aktivitas
1.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang dialami penderita idiopatik trombositopenia purpura adalah
sebagai berikut :
1. Reaksi transfusi
Merupakan keadaan kegawatdaruratan hematologik, pada ITP dapat terjadi
pendarahan mayor jika trombosit < 10.000/mm3 . Dalam pemberian tranfusi
memang harus dalam pengawasan ketat. Reaksi transfusi dapat
mengakibatkan reaksi anafilaksis. Terjadi karena pemberian darah
mengandung Ig A pada penderita tergolong defisiensi Ig A konginetal, yang
telah mendapat sensitisasi terhadapa Ig A sebelumnya melalui tranfusi
kehamilan. Reaksi dapat terjadi dalam bentuk urtikaria dan bronkospasme.
2. Realps / Kekambuhan
Merupakan kambuh berulang atau gagal dalam pengobatan, dan pada dewasa
perlu dilakukan splenenektomi. Relaps dapat terjadi karena tidak berespon
terhadap kortikostroid dan imunoglobulin IV.
3. Perdarahan susunan saraf pusat ( kurang dari 1% individu yang terkena)
4. Kematian
Trombositopenia berat yang mengancam kehidupan ditemukan bila jumlah
trombosit < 10.000/mm3.
Subyektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
Meringis 1 2 3 4 5
Sikap protektif 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Kesulitan tidur 1 2 3 4 5
Menarik diri 1 2 3 4 5
Berfokus pada diri
1 2 3 4 5
sendiri
Diaforesis 1 2 3 4 5
Perasaan depresi
1 2 3 4 5
(tertekan)
Perasaan takut
mengalami cedera 1 2 3 4 5
berulang
Anoreksia 1 2 3 4 5
Perineum terasa
1 2 3 4 5
tertekan
Uterus teraba
1 2 3 4 5
membulat
Ketegangan otot 1 2 3 4 5
Pupil dilatasi 1 2 3 4 5
Muntah 1 2 3 4 5
Mual 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Memburuk Sedang Membaik
memburuk membaik
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Pola napas 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Proses berpikir 1 2 3 4 5
Fokus 1 2 3 4 5
Fungsi berkemih 1 2 3 4 5
Perilaku 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Pola tidur 2 3 4 5
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
2. Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi
3. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari konstipasi
4. Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
5. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
6. Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2019 Standar Luaran
Keperawatan Indonesia. .Jakarta.DPP PPNI.
Kiik, K. (2019). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada Nn. DB Dengan Idiopatik
Trombositopenia Purpura (ITP) Di Ruang Cempaka RSUD Prof. Dr. WZ
Johannes Kupang (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kupang).
Lewo Tobi, G. (2018). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan
Diagnosa Medis Trombositopenia Di Ruangan Anggrek RSUD Prof. DR.
WZ Johannes Kupang.