BAB 1
PENDAHULUAN
pelayanan posyandu terdiri dari kader kader yang bekerja secara sukarela
kesehatana bayi dan balita. Ada tidak nya masalah gizi anak disuatu daerah tidak jauh
Secara teknis, tugas atau peran kader yang terkait dengan gizi adalah
melakukan penyuluhan gizi serta kunjunga rumah ibu yang memiliki balita. Kader
Indonesia. Pada tahun 2017 sejumlah 3,80% untuk gizi buruk mengalami peningkatan
yang sebelum nya pada tahun 2016 sejumlah 3,40% pada gizi buruk yang dialami
balita usia 0-59 bulan dengan indikator (BB/U) dan sedangkan gizi kurang pada balita
usia 0-59 bulan pada tahun 2017 sebanyak 14% ini mengalami penurunan yang
yang mengalami gizi kurang dengan menggunkan indikator (BB/U) sebanyak 3331
( 4,36%) dan gizi buruk 106 (0,62%), mengalami kenaikan yang sebelumnya pada
tahun 2016 balita yang menderita gizi kurang sebanyak 3221 (4,12 %) dan untuk gizi
buruk 495 (0,63%), Dari data dinas kesehatan kabupaten Jombang daerah yang rawan
gizi buruk dengan jumlah kasus gizi buruk berkisar antara 9 -17 kasus tersebar di
daerah yang memiliki kasus gizi buruk terbanyak ada di pukesmas perak dan Bandar
kedung mulyo Jombang dengan kasus sekitar 18-25 kasus gizi buruk (Dinas
melebihi 100%. Yaitu Puskesmas Pulorejo dan Gambiran (Dinas kesehatan kabupaten
jombang, 2017).
Permasalahan status gizi dipegaruhi oleh faktor langsung dan faktor tidak
langsung, faktor tidak langsung ialah seperti dipengaruhi karena ketahanan pangan
dalam keluarga, pola asuh anak, pelanyanan kesehatan, kesehatan lingkungan, tingkat
pendidikan, sedangkan faktor langsung ialah dikarenakan makanan anak dan penyakit
Pelayanaan kesehatan sangat penting bagi ibu dan balita. Fasilitas kesehatan
mendapatkan infomasi kesehatan khusus nya informasi gizi yang tepat untuk balita,
kesadaran masyarakat yang kurang akan pentingnya gizi pada balita membuat gizi
buruk sulit untuk dideteksi. Diperlukan nya keaktifan ibu balita untuk mengikuti
posyandu sehingga akan menaikan status gizi balita (Sulistyo et al., 2018).
Balita membutuhkan gizi yang cukup dalam proses tumbuh dan berkembang.
Gizi balita dipengaruhi oleh besar nya keluarga karena semakin banyak anggota
dalam keluarga sehingga pembagian makanan untuk setiap anak akan berkurang.
Jumlah anak yang banyak diikuti pemberiaan makanan yang tidak merata akan
(Ihsan,2012).
Pengetahuan orang tua yang masih rendah juga mempengaruhi status gizi pada
balita, khususnya pengetahuan tentang gizi balitanya. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan Ismi (2014) bahwa adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan
pengetahuan yang di terima dalam kehidupan sehari hari (Wynsdy dkk. 2017).
Tinggkat pendidikan ibu balita juga salah satu faktor yang berperan dalam
penentuan gizi balita khusus nya tingkat pendidikan formal ibu. Semakin tinggi
tingkat pendidikan yang dimiliki ibu maka akan semakin mudah dalam menerima
pengetahuannya dalam prilaku khusus nya dalam hal kesehatan gizi. Tingkat
pendidikan ibu yang relative rendah akan berkaita dengan sikap dan tindakan ibu
pada masa perkembangan balita. Status gizi balita adalah tolak ukur kesehatan disuatu
masyarakat. Usia balita ialah usia yang rawan akan terjadinya masalah gizi dan
penyakit. Kelompok usia balita merupakan kelompok yang sangat besar jumlah
populasi yang terdampak karena masalah gizi. Balita yang mendapatkan nutrisi yang
cukup dapat berkembang dan tumbuh serta tidak mudah terserang penyakit, jika
nutrisi balita tidak terpenuhi secara optimal balita akan mudah terserang penyakit
bahkan bisa menyebabkan kematian. Oleh karena itu harus ada perhatian yang besar
dalam perkembangan di usia balita dinyatakan dalam fakta kurang nya gizi yang
terjadi pada priode emas ini bersifat tidak dapat di pulihkan (Marmi, 2013).
Banyak cara dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi masalah status gizi
rumah untuk penderita masalah gizi, pelatihan petugas lapangan, serta kordinasi lintas
elemen pemerintah yang saling terhubung untuk pemenuhan pangan dan gizi
dengan tujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dari layanan sosial dasar
2012).
Kesuksesan posyandu salah satu nya dikarenakan kerja keras dari kader dan
wilayah kerja nya. Kader posyandu merupakan kelompok yang dekat dengan
masyarakat oleh karena itu kader posyandu memiliki posisi yang penting dan sebagai
masyarakat dapat mengatasi masalah kesehatan nya sendiri. Pelaksaan peran kader
sesuai dengan upaya pemerintah dalam mengaktifkan masyarakat untuk mengurangi
tingkat kematian bayi dan balita serta menaikan taraf kesehatan masyarakat , terutama
kesehatan ibu dan anak balita. Kader bergerak di bidang promotif dan prefentif dalam
penanganan gizi balita dengan mengadakan penyuluhan gizi kepada ibu balita, Dalam
proses peningkatan status gizi balita, peran kader diposyandu sangat penting karena
Dalam konsep Lawren Green mengkaji masalah prilaku manusia dan faktor –
faktor yang mempengaruhi nya, serta menindak lanjuti nya degan berusaha
Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau berbentuk dari tiga faktor , yaitu
kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang tua atau masyarakat yang
bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas
kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuk nya
perilaku. (Nursalam,2017).
penelitian tentang “Hubungan Keaktifan Kader Posyandu Balita dengan Status Gizi
Apakah ada hubungan keaktifan kader posyandu balita dengan status gizi balita di
Berdasakan uraian latar belakang diatas maka peneliti membatasi masalah difokuskan
1.5 Tujuan
Menganalisis hubungan keaktifan kader posyandu balita dengan status gizi balita
balita
kader posyandu balita dengan status gizi balita sehingga dapat digunakan sebagai
Keperawatan Anak.
keaktifan kader posyandu balita dengan status gizi balita. Serta dapat dijadikan
2. Bagi peneliti
balita dengan status gizi balita. Serta dapat menerapkan ilmu yang diperoleh
3. Saran
gizi balita
5. Bagi Responden
Faktor
Faktor Predisposisi pendukung Faktor pendorong
Keterangan :
Diteliti
Tidak di Diteliti