Anda di halaman 1dari 14

PERAN ORANG TUA DALAM MENGATASI PERILAKU

PICKY EATER PADA ANAK USIA 7 TAHUN

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0


International License

Keywords: Abstract
children, parents, A picky eater is a behavior that is usually known as refusing
picky eaters to consume all food other than the food they like. This
research aims to determine the role of parents in dealing
with picky eater behavior in 7-year-old children. The method
used by researchers is qualitative research with a case study
approach. The data collection techniques used are
interviews, observation, and documentation techniques.
This research was conducted in Sidrap Regency. The subject
in this study with the initials SH was 7 years old. The
results of this research show that parents have an important
role in providing nutrition for children. The role that
parents can play is to pay more attention to how food is
processed and served, serving food with various variations,
and providing positive support by persuading and advising
by telling SH that eating fish is one of the foods that are
nutritious for the body and motivating SH to eat fish by
eating together is not just making demands.
Kata kunci: Abstrak
anak, orang tua, Picky eater adalah sebuah perilaku yang biasanya
pilih-pilih dikenal dengan perilaku menolak untuk
makanan mengonsumsi semua makanan selain makanan yang
disukainya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peran orang tua dalam mengatasi
perilaku picky eater pada anak usia 7 tahun. Metode
yang digunakan peneliti yaitu penelitian kualitatif
dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan
data yang digunakan yaitu teknik wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan
di Kabupaten Sidrap. Subjek dalam penelitian ini
berinisial SH berusia 7 tahun. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa orang tua mempunyai peran
penting dalam pemenuhan gizi bagi anak. Peran yang
dapat dilakukan oleh orang tua yaitu dengan cara
lebih memperhatikan cara pengolahan dan penyajian
makanan, menyajikan makanan dengan berbagai
variasi, memberi dukungan yang positif dengan cara
membujuk dan menasehati dengan memberitahukan
SH bahwa mengonsumsi ikan adalah salah satu
makanan yang bergizi bagi tubuh, serta memotivasi
SH untuk mengonsumsi ikan dengan makan bersama
bukan hanya memberi tuntutan.

I. PENDAHULUAN tuanya, jika melihat orang tuanya


Orang tua merupakan panutan memakan suatu makanan, anak akan
utama bagi anak. Oleh karena itu, mencoba makanan yang sama
orang tua memerlukan kesabaran dan (Anggraini, 2014).
perhatian khusus dalam pemberian Usia prasekolah adalah masa
makanan untuk anak. Menghadirkan dimana anak mulai berlatih untuk
perasaan senang juga diperlukan meningkatkan keterampilan dasarnya.
dengan menciptakan lingkungan yang Pada masa ini, anak juga mulai
nyaman bagi anak pada saat makan. meningkatkan keterampilan
Dengan begitu anak dapat menyukai makannya. Di usia ini, anak mulai
makanan sehat dan oleh karenanya dapat menentukan makanan apa yang
orang tua mempunyai peran yang disukai dan yang tidak disukainya
sangat penting dalam mempengaruhi serta terbangunnya kemandirian anak
anak untuk mengonsumsi makanan untuk makan. Salah satu
yang sehat. Tidak hanya sekedar permasalahan yang dikeluhkan para
menghidangkan makanan sehat, tetapi ibu yaitu anak usia prasekolah
orang tua juga harus mengonsumsinya mengalami penurunan nafsu makan
bersama dengan anak. Anak akan dibandingkan usia bayi. Selain itu,
mencontoh apa yang dilakukan orang anak juga menunjukkan perilaku picky
eater yaitu suka memilih makanan, yang kurang baik (Cerdasari et al.,
makan lebih lambat, rewel saat makan, 2022).
dan cepat kenyang (Cerdasari et al., Berdasarkan penelitian yang
2022). Gangguan pola makan yang dilakukan oleh Ika Budi Wijayanti,
dialami anak apabila tidak dicegah dkk. diketahui bahwa sebagian besar
sebelum terjadi akan mengakibatkan ibu mengakui anaknya mempunyai
gangguan pola makan sehingga anak permasalahan tentang perilaku
sulit untuk makan (Arini Mustikasari makannya. Berdasarkan hasil skrining
& Ernawati, 2019). yang dilakukan di awal penelitian,
Picky eater merupakan perilaku diperoleh hasil bahwa sebanyak 82%
anak yang memilih makanan dengan anak digolongkan sebagai picky eater.
jenis makanan tertentu dan menolak Penelitian lain juga menyatakan
untuk makan makanan tertentu. Picky bahwa anak di usia prasekolah lebih
eater berhubungan dengan menyukai dominan mengalami picky eater.
rasa atau tekstur tertentu pada Penelitian tersebut antara lain
makanan (Adhani, 2019). Picky eater dilakukan oleh Carruth, dkk. pada
dikenal dengan anak yang menolak tahun 2004, menunjukkan bahwa
makanan tertentu, akan tetapi anak picky eater dialami oleh sebanyak
masih mengonsumsi minimal satu 23%-54% anak perempuan dan 17%-
jenis dari kelompok makanan yaitu, 47% anak laki-laki. Penelitian lain oleh
karbohidrat, protein, sayur atau buah, Beautris, dkk. dalam Wright, dkk.
dan susu. Picky eater juga dikenal pada tahun 2007 mendapati sebanyak
sebagai anak yang tidak mempunyai 24% responden di New Zealand
selera dengan makanan yang biasa saja menyatakan anaknya mempunyai
atau tidak memiliki variasi dan rasa masalah sulit makan di usia 2 tahun
yang tidak enak (Shintya, 2023). dan 18% diantaranya berlanjut hingga
Berat badan yang dimiliki anak usia 4 tahun. Dikutip dari sumber
picky eater juga cenderung lebih rendah yang sama, Wright, dkk, Richman, dkk
dari anak yang tidak memiliki perilaku di Inggris menemukan 17% anak
picky eater. Hal tersebut, disebabkan digambarkan orangtuanya memiliki
karena anak kurang memperoleh nafsu makan yang rendah dan 12%
asupan zat gizi yang sesuai dengan lainnya mengalami picky eaters
kebutuhannya. Beberapa penelitian (Wijayanti et al., 2020).
sebelumnya juga telah mendapatkan Terdapat banyak faktor yang
data bahwa asupan protein, energi dan dapat menyebabkan pilih-pilih makan
mineral anak picky eater lebih rendah pada anak. Faktor-faktor ini memiliki
daripada anak yang tidak mengalami interaksi yang dinamis satu sama
picky eater. Jika pola makan ini lainnya, yaitu penyakit pada anak,
berlangsung setiap hari, dapat faktor psikologis, nafsu makan,
menimbulkan status gizi anak makin hubungan ibu dan anak, perilaku
terganggu, menyebabkan makan orang tua, usia ibu, pendidikan
pertumbuhan dan perkembangan ibu, tingkat penghasilan keluarga,
pengasuh anak, dan sosial budaya suatu masalah, peristiwa atau
(Kusumawardhani et al., 2013). fenomena dalam konteks kehidupan
Berdasarkan permasalahan nyata yang alami agar dapat
tersebut, tubuh anak dapat mengalami diselesaikan (Nurahma & Hendriani,
keterlambatan dalam pertumbuhan 2021).
dan perkembangannya mulai dari bayi Teknik pengumpulan data
hingga anak-anak. Picky eater yang pada penelitian ini yaitu teknik
dibiarkan tanpa penanganan sejak dini wawancara, teknik dokumentasi, dan
dan tepat dapat memberikan dampak teknik observasi. Teknik wawancara
jangka panjang. Hal tersebut akan adalah mewawancarai langsung
terjadi secara berulang sebelum anak menjadi teknik yang dilakukan untuk
berusia dewasa, termasuk fisik yang mengumpulkan data dan informasi
mengalami kerusakan, mental, yang diterima dari orang tua. Teknik
perilaku, bahkan anoreksia dan dokumentasi adalah teknik yang
bumilia jika situasinya memburuk dilakukan dengan cara
(Ridharini et al., 2022). Oleh karena itu, mengumpulkan data dengan melihat
orang tua mempunyai peranan keadaan anak yang ada di rumah.
penting dalam upaya untuk mencegah Teknik observasi adalah observasi
dan mengatasi picky eater pada anak. dilakukan pada saat sebelum
Maka dari itu, peneliti ingin melakukan observasi dan setelah di
melakukan penelitian mengenai lakukan tindakan (Hakim, 2013).
”Peran Orang Tua dalam Mengatasi
Picky Eater pada Anak Usia 7 Tahun di III. PEMBAHASAN
Sidrap”. A. Pengertian Picky Eater
Picky eater merupakan
II. METODE kebiasaan anak untuk melakukan
Metode penelitian yang pilih-pilih makanan dimana anak
digunakan peneliti adalah metode mempunyai selera yang kuat pada
kualitatif, dengan model pendekatan makanan tertentu, kurangnya variasi
studi kasus. Metode penelitian dalam mengonsumsi makanan,
kualitatif merupakan penelitian yang memberi batasan pemberian makanan
mewujudkan penemuan yang tidak pada kelompok makanan tertentu, dan
dapat diciptakan dengan menolak untuk memakan makanan
menggunakan prosedur statistik atau yang baru. Picky eater dikenal dengan
dengan cara kuantitatif (Umarsidiq, anak yang menolak makanan tertentu,
2019). Studi kasus adalah sebuah akan tetapi anak masih mengonsumsi
metode empiris untuk menganalisis minimal satu jenis dari kelompok
sebuah kasus yang sedang makanan yaitu, karbohidrat, protein,
berkembang untuk diselesaikan sayur atau buah, dan susu. Pengabaian
dengan baik. Pendekatan studi kasus terhadap anak yang mengalami picky
digunakan peneliti sebagai cara untuk eater dapat menyebabkan anak
mendapatkan pemahaman terhadap mendapat masalah terhadap
pertumbuhannya dan asupan zat gizi tubuh dengan baik tanpa adanya
yang rendah. Perilaku pengabaian desakan dan tanpa diberikan vitamin
tersebut akan membuat anak terbiasa atau obat tertentu. Berdasarkan hal
untuk mengonsumsi makanan hanya tersebut, dapat disimpulkan pemilih-
pada makanan tertentu yang milih makanan adalah permasalahan
mempengaruhi status gizi anak makan anak yang dikenal dengan
ditandai dengan anak yang mengalami hanya mengonsumsi makanan yang
kekurangan atau kelebihan asupan disukainya dan menolak makanan
gizi (Shintya, 2023). yang tidak disukainya
Picky eater (pilih-pilih (Kusumawardhani et al., 2013).
makanan) dapat dikenal melalui tiga Picky eater adalah kondisi
perilaku anak, yaitu: anak sering pilih- dimana pilih-pilih makanan yang
pilih makanan, biasanya makan mengacu pada perilaku yang hanya
dengan perlahan, tidak cukup makan. ingin makan makanan tertentu dan
Picky eater adalah sebuah perilaku tidak mau mencoba makanan baru,
yang kuat dikenal dengan menolak picky eater merupakan salah satu
untuk mengonsumsi semua makanan, permasalahan makanan pada masa
selain makanan yang disukainya dan anak prasekolah dengan pilih-pilih
menunjukkan perilaku tertentu makanan, yang salah satu faktor
sebagai bentuk perlawanan untuk risikonya yaitu malnutrisi, karena picky
mengonsumsi makanan yang tidak eater cenderung mengkonsumsi lebih
disukainya seperti tersedak, sedikit energi, protein, karbohidrat,
membuang makanan, memainkan vitamin, dan mineral dibandingkan
makanan saat makan, memperlambat dengan non picky eater. Manifestasi
makan, sulit dalam menelan makanan. gangguan ini adalah pembatasan
Pemilih-milih makanan didefinisikan pemilihan makan berdasarkan
sebagai anak yang pilih-pilih penampilan luar makanan seperti bau,
makanan, ditunjukkan dalam perilaku rasa, tekstur, merek, kualitas, atau
menolak makanan, makan dengan pengalaman negatif terhadap makanan
porsi sedikit, dan tidak memiliki selera tersebut (Astuti et al., 2023).
makan (Kusumawardhani et al., 2013). Karakteristik anak yang
Picky eater merupakan suatu mengalami picky eater, sebagai berikut:
perilaku pilih-pilih makanan pada sering mengeluh terhadap makanan
anak dimana anak menolak untuk yang diberikan, tidak menyukai
makan atau anak kesulitan untuk makanan tertentu misalnya daging,
mengonsumsi makanan atau minuman buah, dan sayur, membuang makanan
tertentu sesuai usia. Fisiologis disini yang tidak disukai di waktu makan,
berarti anak menunjukkan perilaku hanya suka pada jenis makanan yang
siap menerima makanan di mulai dari sama, menolak untuk mencoba
anak membuka mulut secara suka rela, makanan yang baru, memperlambat
mengunyah makanan, menelan, makannya, lebih suka makanan yang
sampai terserapnya makanan di dalam tidak sehat, misalnya makanan
berlemak dan permen, mengutamakan Penyakit infeksi bisa bertindak
memakan cemilan, rewel, dan tidak menjadi faktor utama terjadinya
tenang bahkan marah-marah saat kurang gizi karena menurunnya nafsu
makan (Adhani, 2019). makan, adanya gangguan penyerapan
di dalam saluran pencernaan. Anak
B. Faktor-faktor Penyebab Picky yang sering mengalami sakit bisa
Eater mengganggu proses pertumbuhan dan
Di bawah ini terdapat banyak perkembangan anak. Berikut dibawah
faktor yang menyebabkan pilih-pilih ini terdapat beberapa pemicu bagi
makanan atau picky eater pada anak anak yang mudah terkena penyakit,
(Kusumawardhani et al., 2013) antara sebagai berikut:
lain sebagai berikut : a. Apabila kebutuhan gizi
1. Penyakit pada anak terganggu akibat anak tidak
Penyakit yang biasanya anak mau makan serta nafsu makan
alami yaitu anak mengalami gangguan menurun. Dapat berdampak
pada saluran pencernaan seperti alergi pada kelemahan fisik sehingga
makanan, hepatitis, diare, sariawan, menyebabkan anak akan rawan
bibir sumbing, celiac, kolik, reflux, tertular virus dan penyakit.
pancreatic insufficiency, dan lain b. Lingkungan sekitar yang tidak
sebagainya. Hal tersebut adalah mendukung, kotor, dan tidak
komponen yang menyebabkan sehat.
ketidaknyamanan pada anak saat c. Orang tua yang memiliki sikap
proses makan di mulut. kurang peduli dan kurang
Ciri-ciri yang telah disebutkan memperhatikan saat anak sakit
diatas masih kerap dikatakan penyakit dan tidak segera memeriksakan
biasa pada orang tua bahkan anaknya ke dokter.
kebanyakan dokter juga mengatakan 2. Faktor Psikologis
hal tersebut karena sering dialami oleh Faktor psikologis atau perilaku
anak. Jika diamati dengan teliti, ciri- anak karena kesulitan makan yaitu;
ciri dan tanda tersebut adalah kekhawatiran, sikap peduli yang
konkretisasi timbulnya gangguan pada sering terabaikan, mempunyai
pencernaan yang memiliki hubungan kemauan yang tinggi, dan gangguan,
pada perilaku anak yang sulit untuk dalam mengatur diri. Apabila anak
makan. Hal tersebut bisa tersedak, dan ditekan atau dibentak
menimbulkan ketidaknyaman pada pada saat makan bisa menimbulkan
anak serta menolak makan karena faktor psikologis dalam kesulitan
berakibat menimbulkan dampak yang makan.
tinggi pada gizi buruk. Keterbatasan Dapat diketahui faktor
fisik yang paling utama organ-organ psikologis yang mempengaruhi nafsu
pencernaanya adalah pemicu anak makan pada anak yang merasakan
mengalami picky eater. kurang senang, merasakan
ketidaknyamanan bisa mengalami
gangguan pada nafsu makan, bahkan serta memberikan pelukan pada anak
suasana hati pada saat stress, sangat dan jalinan yang negatif yaitu
berpengaruh pada rendahnya variasi memaksa anak untuk makan,
makanan serta kegemaran pada rasa mempengaruhi, menakuti, serta
yang manis. melemparkan makanan pada anak.
Anak yang mengalami depresi Hal tersebut bisa menyebabkan
dapat kehilangan kemauan dalam psikologis anak yang berpengaruh
melaksanakan sesuatu yang pada nafsu makannya.
sebelumnya anak gemari salah satunya Perilaku picky eater mempunyai
perubahan kebiasaan makan. Adanya hubungan yang sangat erat pada
penurunan nafsu makan pada anak faktor psikologis atau stres ibu saat
dapat menimbulkan pilih-pilih memberikan makan pada anak, hal
makanan (picky eater) dimana anak tersebut bisa menimbulkan dampak
mulai kehilangan nafsu makan dari negatif pada jalinan antara ibu dan
yang ringan hingga berat. anak. Permasalahan makan bisa
3. Nafsu Makan memicu faktor terhadap emosi baik
Anak yang mengalami pilih- pada anak maupun orang tua,
pilih makanan (picky eater) dapat terutama ibu karena hal tersebut
diakibatkan dengan nafsu makan yang adalah proses yang saling
sangat menurun. Hal tersebut bisa berhubungan dan mempunyai jalinan
terjadi dari nafsu makan yang ringan yang efesien pada orang yang
hingga berat. Gejala ringan tersebut merawat anak dan lingkungan.
menurunnya nafsu makan, seperti saat Komunikasi ibu dan anak memiliki
makan dan minum anak seringkali jalinan yang erat terhadap perilaku
tidak menghabiskan makanannya dan makan dan berat badan anak.
menyembur-nyemburkan 5. Perilaku makan orang tua
makanannya, sedangkan gejala berat Anak pemilih-milih makanan
anak tidak mau membuka mulut atau dapat dikatakan hasil tiruan dari pola
menutupnya dengan rapat hal tersebut makanan orang tuanya sendiri.
anak menolak makan dan minum. Pemilih-milih makanan bisa dimulai
Menurunya nafsu makan anak bisa dari peniruan pola makan orang yang
mengalami gangguan saluran ada disekitarnya dan juga suka
pencernaan, penyakit infeksi atau memilih-milih makanan. Kebiasaan
kronis. orang tua dalam hal makan, yang
4. Hubungan ibu dan anak diakibatkan karena pengaruh
Dalam kegiatan makan pada budayalah yang mempengaruhi sikap
anak sangat diperlukan suatu seseorang yang gemar dan tidak
komunikasi atau jalinan antara ibu dan terhadap makanan. Orang tua adalah
anak, hal tersebut adalah unsur pokok peran penting dalam memberi
yang harus diperhatikan. Jalinan yang pengaruh terhadap perilaku anak yang
positif yaitu komunikasi dua arah, berkaitan dengan pola makanan dan
memberikan perhatian, memuji anak pemilihan jenis makanan pada anak.
Orang tua juga adalah role model bagi pula kematangan dan pengalaman ibu
anak-anaknya terhadap kebiasaan dalam pola pengasuhan dan
makan yang sehat. Orang tua memiliki pemberian makanan untuk anak.
tanggung jawab dengan menu Zaman sekarang tidak sedikit
makanan dirumah, jenis-jenis makan perempuan yang menikah dibawah
serta kapan waktu makanan siap umur 20 tahun. Di usia tersebut,
disajikan dan juga perlu untuk mereka secara fisik maupun mental
memberikan arahan terkait hal-hal belum memiliki kesiapan untuk hamil
yang penting pada anak agar mereka maupun melahirkan. Bukan hanya
bisa memilih makan yang sehat karena rahim yang belum siap
apabila berada jauh di luar lingkungan menerima kehamilan, akan tetapi
rumah. Anak yang tinggal pada mereka juga belum memiliki kesiapan
lingkungan keluarga yang malas untuk mengasuh dan membesarkan
makan, dapat menimbulkan kebiasaan anaknya. Hal tersebut memberi
malas makan juga, sebaliknya anak pengaruh terhadap kesiapan ibu
yang tinggal dilingkungan keluarga dalam mendidik dan mengasuh anak.
yang memiliki pola makan terjadwal Kesiapan yang dimiliki orang
akan tumbuh dan kembang dengan tua guna mendidik anak ataupun
baik. Jadi, hubungan picky eater dengan dalam hal mempunyai pengalaman
perilaku makan orang tua sangat yang baik, tidak bakal kehabisan ide
dipengaruhi. dalam mengatur anak yang kesulitan
Orang tua yang suka memilih untuk makan. Berbagai jenis makanan
makanan akan mempengaruhi yang mampu disajikan oleh ibu dapat
perilaku pilih-pilih makan pada anak membuat anak tidak memiliki perilaku
juga. Bisa jadi anak akan kurang pilih-pilih makanan karena timbulnya
mencoba makanan yang belum pernah rasa bosan terhadap menu makanan
orang tua rasakan sebelumnya. Anak yang disajikan hanya sedikit dan tidak
juga tidak akan mencoba makan yang bervariasi.
belum pernah ia rasakan sebelumnya 7. Pendidikan Ibu
apabila ia melihat perilaku orang Pendidikan adalah sebuah
tuanya dalam memilih-milih makanan. tahapan yang menumbuhkan sikap
Perilaku orang tua juga akan terus lebih kritis terhadap perubahan
mempengaruhi pilih-pilih makan pada ataupun gagasan yang baru.
anak atau disebut anak akan menjadi Pendidikan bukan hanya tentang
picky eater. pendidikan yang diperoleh dari
6. Usia Ibu sekolah. Di sisi lain, pendidikan
Usia ibu menjadi salah satu seorang ibu juga berarti, artinya untuk
faktor penentuan pola pengasuhan kesejahteraan anak. Akan tetapi, tidak
dan pemberian makanan sesuai dapat dipungkiri bahwa di beberapa
kebutuhan anak. Hal tersebut tempat masih terdapat perempuan
dikarenakan usia ibu yang semakin yang terbelakang mengenai
bertambah, maka semakin bertambah pendidikan. Padalah bagi seorang ibu
pendidikan sangat besar artinya dan Tidak dapat dihindari bahwa ekonomi
diperlukan agar ibu dapat lebih memiliki peran yang amat besar dalam
tanggap terhadap permasalahan gizi penentuan perilaku seseorang.
yang dialami anak dan tahu cara Kebutuhan ekonomi yang terpenuhi
mengatasinya. memberi pengaruh terhadap
Pendidikan dapat pengembangan potensi individu. Oleh
dihubungkan dengan pengetahuan, karena itu, posisi pertama dalam
memberi pengaruh pada pemilihan memandang aktualisasi perilaku
bahan makanan dan pemenuhan individu adalah kebutuhan fisiologis.
kebutuhan gizi. Pemikiran orang Tingkat penghasilan menjadi
dengan pendidikan yang rendah lebih salah satu penentu jenis bahan
mementingkan rasa kenyang sehingga makanan yang akan dijadikan stok
mengonsumsi karbohidrat dalam porsi dengan adanya penambahan
banyak dibandingkan mengonsumsi penghasilan. Jadi, penghasilan adalah
kamdungan bahan makanan yang lain. unsur pokok untuk menentukan
Sedangkan pemikiran orang dengan kualitas dan kuantitas bahan makanan.
pendidikan lebih tinggi memiliki Penghasilan dan gizi mempunyai
pemahaman mengenai bahan hubungan yang jelas dan
makanan yang dibutuhkan oleh tubuh menguntungkan. Penghasilan yang
sehingga mampu menyeimbangkan tinggi dibarengi dengan pemahaman
konsumsi bahan makanan sesuai kebutuhan gizi akan menciptakan
kebutuhan gizi. Ibu dengan individu yang paham dalam pola
pendidikan tinggi memiliki cara pemenuhan makanan sehari-hari
penyajian menu makanan yang sehingga dalam pemilihan bahan
bervariasi, sehat, dan bergizi untuk makanan lebih mementingkan aspek
dirinya dan keluarganya. Hal tersebut gizi dibandingkan apa yang
dapat membuat anak terhindar dari diinginkannya. Penghasilan keluarga
rasa bosan dan perilaku dengan pilih- dapat memberi pengaruh terhadap
pilih makanan. Mayoritas ibu dari rencana menu makanan yang
anak picky eater berpendidikan rendah. bervariasi, sehat, dan bergizi. Sehingga
8. Tingkat Penghasilan keluarga membuat anak terhindar dari rasa
Tingkat penghasilan keluarga bosan dan perilaku dengan pilih-pilih
memberi pengaruh yang cukup makanan. Mayoritas ibu dari anak
dominan terhadap konsumsi pangan picky eater berpenghasilan rendah.
keluarga. Penghasilan yang tinggi 9. Pengasuh Anak
akan meningkatkan kesempatan bagi Pengasuh anak adalah
keluarga untuk membeli bahan seseorang yang memberi pengasuhan
makanan dengan kualitas dan dan bagaimana pengasuhan itu
kuantitas yang lebih baik. Sedangkan dilakukan. Orang yang paling banyak
penghasilan keluarga yang rendah mengasuh anak merupakan orang
akan menurunkan kualitas dan yang paling sering melakukan
kuantitas bahan makanan yang dibeli. interaksi dengan anak dengan tujuan
mendidik dan membesarkan anak, masalah gizi di berbagai bagian
tidak terkecuali tentang hal makanan. belahan dunia ini. Unsur-unsur
Hal ini berkaitan dengan kualitas budaya memberi pengaruh terhadap
hubungan antara pengasuh dengan kebiasaan makan atau pola makan
anak. Di samping itu, pengasuh dan masyarakat yang biasanya berlawanan
anak harus tetap berinteraksi terus dengan ketentuan ilmu gizi. Berbagai
menerus. budaya mempunyai peranan dan
Apabila anak rewel saat makan nilainya tersendiri berkenaan dengan
kemudian orang tua atau pengasuh bahan makanan. Contohnya bahan
mengatasinya dengan memaksa anak makanan tertentu di satu budaya
untuk makan bahkan tidak sabaran, dinilai tidak baik untuk dikonsumsi
maka dapat membuat anak merasa karena alasan tertentu, sedangkan
tidak senang dan tidak nyaman bahan makanan tersebut di budaya
sehingga membuat nafsu makan anak lain dinilai mempunyai manfaat tinggi
menjadi turun. Hal tersebut dari segi sosial maupun ekonomi
mengakibatkan anak menjadi susah karena memiliki peran penting
untuk makan. Mengenai pola asuh terhadap hidangan makanan yang
anak, orang tua yang menyajikan berkaitan dengan agama atau
makanan yang tidak bervariatif bisa kepercayaan pada suatu acara
membuat anak kurang dalam perayaan.
mengenal berbagai rasa dan jenis Budaya memberi peran besar
makanan. Akibatnya anak memiliki dalam penentuan variasi dan jenis
perilaku pilih-pilih makanan (picky makanan yang biasa dikonsumsi.
eater). Jadi, pola pengasuhan terhadap Pemberian makanan yang bervariatif
anak secara signifikan berkaitan tidak akan menimbulkan rasa bosan
dengan picky eater. terhadap makanan. Perencanaan siklus
Peningkatan emosi orang tua makan juga perlu diperhatikan agar
yang terus menerus dalam mengatasi berbagai kebutuhan gizi dapat
kesulitan makan pada anak, maka terpenuhi. Salah satu penyebab rasa
akan semakin menghadirkam bosan dan perilaku pilih-pilih
perasaan yang tidak menyenangkan makanan terhadap makanan yang
bagi anak. Suasana makan tersebut disukainya yaitu pengulangan jenis
akhirnya dapat membuat anak makanan terlalu sering dalam rentan
semakin susah untuk makan. Kejadian waktu yang pendek. Hal ini
tersebut akan membuat anak semakin dikarenakan pola konsumsi yang
berantisipasi terhadap makanan diterapkan adalah salinan dari budaya
dikarenakan kejadian yang tidak tertentu kemudian mengalami
menyenangkan yang pernah perubahan secara berkala sesuai
dialaminya. dengan situasi lingkungan dan
10. Sosial Budaya peningkatan budaya masyarakat. Pola
Faktor budaya mempunyai konsumsi ini diajarkan dan bukan
peran besar terhadap proses terjadinya
diturunkan secara herediter dari nenek disamping anak bermain. Hal penting
moyang sampai generasi mendatang. yang perlukan diperhatikan yaitu
tidak memaksakan kepada anak untuk
C. Peran Orang Tua dan Cara menghabiskan makanannya. Orang
Mengatasi Perilaku Picky Eater tua terutama ibu harus hati-hati dalam
Anak dengan picky eater dapat memberi makan anak, waktu makan
juga memberi dampak serius terhadap anak sebaiknya dilakukan diwaktu
perkembangan dan pertumbuhannya yang sama dengan waktu makan
yaitu dapat menyebabkan anak keluarga untuk menciptakan rasa
mengalami stunting (pendek) ataupun antusias anak sehingga dapat
wasting (kurus). Berdasarkan hal mengonsumsi makanan sampai habis,
tersebut, orang tua memiliki peranan dan tidak melakukan percakapan yang
yang sangat penting untuk kurang menyenangkan dengan anak
memberikan pola makan yang baik tentang jenis makanan tertentu agar
kepada anak sehingga memberi tidak terciptanya permikiran yang
dampak positif dikemudian hari. tidak baik mengenai makanan tersebut
Aturan jumlah pola makan yang baik (Pratiwi et al., 2021).
adalah makan dengan tiga kali sehari Berdasarkan hasil penelitian
(pagi, siang, malam) disertai dengan yang telah ditemukan pada subjek SH
mengonsumsi sedikit makanan berusia 7 tahun dengan picky eater
selingan dengan teratur. Peran orang bahwa SH tersebut tidak suka
tua terhadap perkembangan gizi anak mengomsumsi ikan. Menurut SH, ikan
dimana pola asuh dan pola pemberian adalah makanan yang memiliki
makanan kurang tepat, maka akan banyak tulang, rasa yang tidak sesuai
menyebabkan anak memiliki perilaku seleranya, dan ikan memiliki bau amis
pilih-pilih makanan. Status gizi anak sehingga SH menggolongkan ikan
sangat berkaitan dengan anak yang sebagai menu makanan yang tidak
mengalami picky eater. Semakin baik disukainya. SH hanya menyukai
peran orang tua dalam mengatur pola makanan seperti indomie, tahu, dan
makan anak maka akan semakin baik tempe karena rasa makanan tersebut
pula status gizinya (Idhayanti et al., sangat enak sesuai dengan seleranya.
2022). SH merupakan anak kedua
Peran situasi juga dapat dari tiga bersaudara. Picky eater yang
menunjang kemauan anak untuk dialami SH ini sudah dialami sejak
makan. Penciptaan situasi makan usia 6 tahun. Kondisi yang dialami SH
diharapkan mampu menambah nafsu ini juga berawal dari ibunya karena
makan anak. Peran situasi tersebut kurang dalam menyajikan makanan
dapat berupa anak makan dengan yang bervariasi. Selain itu, pemikiran
kondisi makan sambil bermain. Situasi ibu SH juga hanya mementingkan rasa
ini menjadi situasi kesukaan anak kenyang pada anaknya sehingga
ketika makan dimana ibu akan memberi menu makanan dengan
memberi suapan kepada anak karbohidrat dalam porsi banyak
dibandingkan dengan mengonsumsi yang amis serta mengandung rasa
kandungan bahan makanan yang lain yang disukai oleh anaknya. Pemberian
seperti protein. makanan yang bervariasi juga
Hasil penelitian ini dilakukan oleh orang tua SH untuk
menunjukkan bahwa orang tua mendukung anaknya agar dapat
mempunyai peran penting dalam mengonsumsi ikan.
pemenuhan gizi bagi anak, baik dari Perilaku makan orang tua
cara pengolahan maupun cara menunjang proses perkembangan dan
penyajian makanan. Hasil penelitian pertumbuhan anak, termasuk dalam
ini sejalan dengan hasil penelitian aspek perilaku makan. Orang tua tidak
Rinda Dian Pratiwi, dkk. bahwa hanya memberikan tuntutan kepada
mayoritas ibu belum melaksanakan anak, tetapi juga memberi contoh
peran penyajian dalam memberikan dengan mengonsumsi ikan karena
makanan bergizi pada anak sesuai anak akan meniru apa yang dilakukan
dengan status gizi baik bagi anak yang oleh orang tuanya. Oleh karena itu,
mengalami kesulitan makan. Hal orang tua SH memotivaasi anaknya
tersebut dikarenakan ibu tidak untuk mengonsumsi ikan bukan hanya
memberi variasi terhadap cara dengan memberi tuntutan tetapi
penyajian menu makanan untuk anak, dengan mengonsumsi ikan bersama
baik dari segi warna, rasa, pengolahan, dengan SH. Jadi, dengan cara inilah
tempat makan, dan bentuk makan orang tua SH memberikan peran dan
(Pratiwi et al., 2021). dukungan yang baik agar SH tidak
Orang tua SH yang menyadari mengalami picky eater atau pilih-pilih
bahwa anaknya mengalami picky eater makanan.
tidak membiarkannya berlangsung Kebiasaan orang tua dalam hal
secara terus menerus. Akan tetapi, makan, yang diakibatkan karena
orang tua SH selalu memberikan pengaruh budayalah yang
perhatian dan dukungan yang positif mempengaruhi sikap seseorang yang
dengan cara menemani SH saat suka dan tidak suka terhadap
makan, membujuk, dan menasehati makanan. Parental feeding atau pola
dengan memberitahukan SH bahwa asuh makan orang tua untuk anak
mengonsumsi ikan adalah salah satu merupakan perilaku orang tua yang
makanan yang bergizi bagi tubuh. mengandung makna penentuan pola
Selain itu, orang tua SH melakukan menu makanan orang tua bagi
perbaikan terhadap cara mencuci ikan anaknya dengan adanya pertimbangan
dengan baik agar ikan yang akan atau tanpa pertimbangan (Nadya,
dikonsumsi tidak lagi mempunyai rasa 2019).

VI. SIMPULAN tua terhadap perkembangan gizi anak


Orang tua mempunyai peran yang dilakukan dengan kurang tepat,
yang sangat penting dalam maka dapat menyebabkan anak
pemenuhan gizi anak. Peran orang memiliki perilaku picky eater atau
pilih-pilih makanan. SH yang makan orang tua dengan
mengalami picky eater karena kurang kejadian. NurseLine Journal, 5(2),
dalam menyajikan makanan yang 154–162.
Arini Mustikasari, M., & Ernawati.
bervariasi disertai dengan pemikiran
(2019). Hubungan Pola Asuh
ibu yang hanya mementingkan rasa Orang Tua Dengan Kebiasaan
kenyang pada anaknya sehingga Memilik-milih Makan (Picky
memberi menu makanan dengan Eater) Pada Anak Prasekolah Di
karbohidrat dalam porsi banyak TK Aisyiyah 1 Gombong
dibandingkan dengan mengonsumsi Kabupaten Kebumen. University
kandungan bahan makanan yang lain Research Colloqium, 1(1), 446–453.
Arta Wiguna, I. B. A. (2020).
seperti protein.
Implementasi Metode
SH berusia 7 tahun mengalami Hynoteaching Dalam
perilaku picky eater yaitu tidak suka Meningkatkan Mutu Aktivitas
mengomsumsi ikan. Orang tua SH Belajar Siswa Di SMAN 7
yang menyadari bahwa anaknya Denpasar. Jurnal Penjaminan
mengalami picky eater tidak Mutu, 6(1).
membiarkan hal tersebut berlangsung https://doi.org/10.25078/jpm.v6
i1.1204
terus menerus. Mereka melakukan
Astuti, Y., Magdalena, A., & Aisyaroh,
pencarian agar dapat mengurangi N. (2023). NARRATIVE
bahkan menghilangkan perilaku pilih- REVIEW : FAKTOR FAKTOR
pilih makanan pada SH. Orang tua SH YANG MEMPENGARUHI
melakukan berbagai cara yaitu lebih PICKY EATER PADA ANAK
memperhatikan cara pengolahan dan USIA PRASEKOLAH. Jurnal
penyajian makanan, menyajikan Pendidikan Sejarah Dan Riset Sosial
Humaniora, 3(3), 207–214.
makanan dengan berbagai variasi dan
Cerdasari, C., Intake, J., Sutjianti, E., &
tidak hanya mementingkan rasa Adelina, R. (2022). Picky Eater,
kenyang, memberi dukungan yang Asupan Makan, dan Status Gizi
positif dengan cara membujuk dan pada Anak Prasekolah. Medika
menasehati dengan memberitahukan Respati : Jurnal Ilmiah Kesehatan,
SH bahwa mengonsumsi ikan adalah 17(2), 69–76.
salah satu makanan yang bergizi bagi Hakim, L. N. (2013). Ulasan
Metodologi Kualitatif:
tubuh, serta memotivasi SH untuk
Wawancara Terhadap Elit.
mengonsumsi ikan dengan makan Aspirasi, 4(2), 165–172.
bersama bukan hanya memberi Idhayanti, R. I., Puspitaningrum, A.,
tuntutan. Arfiani, Munayarokh, &
Mundarti. (2022). Pola Asuh
DAFTAR PUSTAKA Orang Tua Mempengaruhi
Perilaku Picky Eater pada Anak
Adhani, D. N. (2019). Peran Orang
Prasekolah. Midwifery Care
Tua terhadap Anak Usia Dini
Journal, 3(4), 104–114.
(Usia 2 Tahun) yang mengalami
Kusumawardhani, N., Purnomo, W.,
Picky Eater. Aulad : Journal on
Hargono, R., Hidayati, S. N.,
Early Childhood, 2(1), 38–43.
Utomo, M. T., & Andari, S.
Anggraini, I. R. (2014). Perilaku
(2013). Determinan “Picky Eater” Review : Hubungan Picky Eater
Pilih-pilih Makanan) pada Anak Dengan Status Gizi Anak Usia
usia 1-3 Tahun (Studi di Wilayah Preschool. PROFESIONAL
Kerja Puskesmas Jabon Sidoarjo). HEALTH JOURNAL, 4(1), 62–71.
HOSPITAL MAJAPAHIT, 5(2), Shintya, R. M. (2023). Hubungan
91–119. Riwayat Makanan Pendamping
Nadya, A. (2019). HUBUNGAN ASI dan Perilaku Makan Orang
KEBIASAAN MAKAN ORANG Tua dengan Status Gizi Anak
TUA, KEJADIAN PICKY Picky Eater. JOURNAL OF
EATING TERHADAP STATUS NURSING EDUCATION &
GIZI ANAK PRASEKOLAH DI PRACTICE, 02(02), 209–215.
TK ISLAM AL-AZHAR Umarsidiq. (2019). METODE
PADANG 2019. STIKES Perintis PENELITIAN KUALITATIF DI
Padang. BIDANG PENDIDIKAN.
Nurahma, G. A., & Hendriani, W. Wijayanti, I. B., Astuti, H. P., &
(2021). Tinjauan sistematis studi Riawati, D. (2020). GAMBARAN
kasus dalam penelitian kualitatif. PERILAKU PICKY EATER DAN
Mediapsi, 7(2), 119–129. FAKTOR YANG MELATAR
https://doi.org/10.21776/ub.mp BELAKANGINYA PADA ANAK
s.2021.007.02.4 USIA 2-4 TAHUN DI RW XII
Pratiwi, R. D., Martini, N. K., & KELOMPOK BERMAIN DAN
Nyandra, M. (2021). Peran Ibu RAUDHATUL ATHFAL
dalam Pemberian Makanan ALAMTERPADU UWAIS AL
Bergizi pada Balita Status Gizi QORNI SURAKARTA. Jurnal
Baik yang Kesulitan Makan. Gizi Prima (Frime Nutrition
Jurnal Kesehatan, 14(2), 119–125. Journal), 5(1), 39–48.
https://doi.org/10.23917/jk.v14i
2.11759
Ridharini, A. K., Lumadi, S. A., &
Prastiwi, E. D. (2022). Literature

Anda mungkin juga menyukai