Anda di halaman 1dari 7

2

Anak masih sangat bergantung pada orang dewasa, terutama orangtua

yang berperan penting pada pembentukan pola makan dan pemenuhan kebutuhan

nutrisi termasuk memilihkan jenis makanan yang dihidangkan. Jenis makanan

keluarga pertama yang dikenalkan adalah sop sayur (52,7%) dan tahu/tempe

(29,0%).3 Hal ini membuktikan orangtua sebagai penyedia makanan dan yang

mengenalkan berbagai macam makanan termasuk sayur sudah memperkenalkan

sejak dini, namun anak memilih-milih dan menghindari sayur.

Anak perlu mendapat penanaman sejak dini mengenai pentingnya makan

sayur, karena masa prasekolah merupakan waktu yang terbaik untuk inisiasi

eating behaviors yang baik dan akan bertahan hingga dewasa.4 Dongeng bisa

menjadi wahana untuk mengasah imajinasi, membuka pemahaman dan belajar

pada pengalaman-pengalaman sang tokoh dalam dongeng tersebut. Teknik

bercerita merupakan cara yang unik, menarik tanpa memaksa dan tanpa perlu

menggurui sang anak.5

Terdapat proporsi yang cukup besar pada anak di dunia yang tidak

memenuhi rekomendasi WHO dalam konsumsi sayur dan buah, yakni setidaknya

400 gram/ hari.6 Hal ini disebabkan karena anak sudah dapat memilih-milih

makanan yang disukainya, hanya mau makan makanan tertentu saja dan

cenderung menghindari makan sayur.7 Diperkirakan sebanyak 80% anak-anak di

dunia ini yang tidak menyukai sayur-mayur sedangkan sayur-mayur merupakan

penyumbang utama untuk nutrisi dan diet seimbang pada anak-anak dan dewasa.8

Sebuah penelitian oleh The Gateshead Millenium Baby Study pada tahun 2006 di

Inggris menyebutkan 20% orangtua melaporkan anaknya mengalami masalah


3

makan, dengan prevalensi tertinggi anak hanya mau makan makanan tertentu.9

Survei lain di Amerika Serikat menyebutkan 19-50% orangtua mengeluhkan

anaknya sangat pemilih dalam makan sehingga terjadi defisiensi zat gizi

tertentu10,11 dalam penelitiannya mengatakan rata-rata konsumsi sayur pada anak

prasekolah masih kurang dari anjuran, yaitu 50,9 gram/ kapita/ hari. Padahal

angka anjuran konsumsi anak prasekolah adalah >75 gram/ kapita/ hari.

Salah satu penyebab rendahnya konsumsi sayur pada anak karena

kurangnya pengetahuan dan sikap mengabaikan pentingnya makan sayur. Tidak

efektifnya pendidikan gizi pada anak semenjak usia dini berdampak pada

pengetahuan yang kurang tentang pola konsumsi makanan yang sehat dan

seimbang saat dewasa, sehingga menyebabkan perilaku yang salah.12 Masalah

tersebut dapat berakibat buruk bagi tumbuh kembang anak. Anak dapat

mempunyai peluang besar untuk menderita kurang gizi karena makanan yang

dikonsumsi dalam jumlah sedikit sehingga tidak memenuhi kebutuhan nutrisinya.7

Selain itu, anak dapat mengalami stunting atau menjadi balita pendek.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, Indonesia dengan prevalensi anak

balita pendek sebesar 35,6% merupakan negara ke-5 terbesar yang berkontribusi

pada 90% stunting di dunia. Anak pendek mempunyai risiko lebih tinggi

menderita diabetes, obesitas, hipertensi dan stroke pada usia dewasa.12 Untuk itu,

diperlukan suatu metode untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap mengenai

pentingnya makan sayur setiap hari. Salah satunya adalah storytelling untuk

intervensi sejak dini supaya anak-anak mendapat kesehatan yang optimum.1


4

Diwilayah Kecamatan Cipunagara terdapat beberapa PAUD. PAUD Al-

Inayah dengan jumlah 24 anak dan hanya 4 anak yang tidak suka sayuran, PAUD

Az-Zahra dengan jumlah 26 anak dan hanya 2 anak yang tidak suka sayuran,

PAUD Miftahu Khoer dengan kumlah 20 anak dan semua anak menyukai sayuran

dan PAUD Ar-Rahim dengan jumlah 25 anak dengan 16 anak yang tidak suka

sayuran. Jadi peneliti memilih PAUD Ar-Rahim untuk dilakukan penelitian

karena banyak jumlah anak yang tidak menyukai sayuran dibandingkan dengan

PAUD lain diwilayah Kecamatan Cipunagara.

Dari hasil wawancara yang dilakukan pada 9 orang ibu murid PAUD Ar-

Rahim Sindang, 100% ibu selalu menghidangkan menu sayur setiap hari. Akan

tetapi, 7 dari 9 ibu mengatakan bahwa anak menolak untuk makan sayur. Anak

lebih memilih nasi dan lauk saja seperti telur, ikan dan ayam. Ibu harus berusaha

keras dan memaksa anak untuk mau makan sayur sehingga membuat suasana

makan tidak nyaman dan anak menjadi rewel. Gambaran sikap ini merupakan

kasus global dan merupakan suatu kesulitan bagi orangtua untuk memberi anak-

anak mereka makanan yang mengandung serat dan banyak vitamin yaitu sayur-

mayur.1

Storytelling merupakan metode yang sesuai dengan perkembangan

kognitif dan afektif anak usia prasekolah. Saat storytelling berlangsung

merupakan proses yang penting, terjadi penyerapan pengetahuan yang

disampaikan storyteller kepada audience. Proses inilah yang menjadi pengalaman

seorang anak dan menjadi tugas storyteller untuk menampilkan kesan

menyenangkan pada saat bercerita.13 Setelah itu, memilah mana yang dapat
5

dijadikan panutan sehingga membentuknya menjadi moralitas yang dipegang

sampai dewasa.5 Anak akan mengadopsi cerita yang disampaikan oleh storyteller

yang berisi tentang pesan-pesan baik; senang makan sayur, tidak rewel dan

memilih-milih jenis makanan saat waktu makan tiba. Selanjutnya, anak

diharapkan dapat menerapkan pesan-pesan yang disampaikan pada kehidupan

sehari-hari. Storytelling merupakan cara yang efektif untuk mengembangkan

aspekkognitif, afektif dan aspek konatif anak.14

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian guna

mempelajari pengaruh storytelling terhadap anak usia prasekolah dengan kesulitan

makan sayur di PAUD Ar-Rahim Sindang Kecamatan Cipunagara Kabupaten

Subang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin meneliti masalah “Apakah

storytelling dapat mempengaruhi anak usia prasekolah dalam memakan sayuran di

PAUD Ar-Rahim Sindang Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh storytelling terhadap

anak usia prasekolah dengan kesulitan makan sayur di PAUD Ar-Rahim Sindang

Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang.


6

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui kesulitan anak usia prasekolah untuk makan sayur

sebelum diberikan terapi storytelling.

2. Mengetahui kesulitan anak usia prasekolah untuk makan sayur setelah

diberikan terapi storytelling.

3. Mengetahui perbedaan kesulitan anak usia prasekolah untuk makan

sayur yang sudah dilakukan terapi dengan yang belum diberikan terapi

storytelling.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi storytelling

terhadap anak usia prasekolah dengan kesulitan makan sayur di PAUD Ar-Rahim.

Populasi penelitian ini adalah anak usia prasekolah yang berada di PAUD Ar-

Rahim Sindang Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang. Jumlah anak usia

prasekolah di PAUD Ar-Rahim Sindang Kecamatan Cipunagara Kabupaten

Subang adalah 25 anak yang diambil dari data bulan Desember 2017. Metode

yang digunakan adalah quasi experiment, dengan pendekatan one group pretest

posttest dan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive

sampling.
7

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Diketahuinya pengaruh storytelling terhadap anak usia prasekolah dengan

kesulitan makan sayur di PAUD Ar-Rahim Sindang Kecamatan Cipunagara

Kabupaten Subang.

1.5.2 Manfaat Praktis

Penelitian yang baik tentunya memiliki manfaat bagi peneliti sendiri

ataupun bagi masyarakat sekitar. Bukan hanya sebagai dasar teori namun juga

harus dipraktikkan secara langsung dalam kehidupan. Penelitian ini memiliki

manfaat praktis bagi :

1. Orangtua

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi refleksi atas upaya yang telah

dilakukan orangtua. Harapan besar kedepan dapat terjadi pembenahan

yang mendalam pada cara konsumsi sayur untuk anak usia prasekolah

agar lebih baik dan teratur.

2. Bagi Responden

Penelitian ini dapat memotivasi responden agar menyukai sayuran dan

mau mencoba makan sayuran.

3. Peneliti Sendiri

Hasil penelitian ini merupakan ide, pikiran, dan gagasan untuk

menambah pengalaman, wawasan serta pengetahuan dalam pengaruh

storytelling dalam mengubah kesulitan mengkonsumsi sayur pada anak

usia prasekolah.
8

4. Peneliti Lainnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai data lanjutan saat akan

melakukan penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai