Anda di halaman 1dari 19

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KONSUMSI

MINUMAN BERPEMANIS DENGAN STATUS GIZI PADA


SISWA SD TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I


Pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :
SABRIANTO MASIR
j310141038

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019

i
i
ii
iii
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KONSUMSI MINUMAN
BERPEMANIS DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA
DI SD TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA

Abstrak

Usia anak sekolah merupakan masa pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Salah
satu jenis pemanis yang dapat mengakibatkan obesitas adalah fruktosa. Perilaku
mengkonsumsi minuman berpemanis dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan
siswa. Masalah gemuk pada anak umur 5-12 tahun masih tinggi yaitu 18,8 %,
terdiri dari gemuk 10,8% dan sangat gemuk (obesitas) 8,8%. Ketidak seimbangan
antara asupan kebutuhan akan menimbulkan masalah gizi. Salah satu perilaku
anak sekolah adalah mengkonsumsi minuman berpemanis dengan jumlah yang
banyak sehingga dapat mempengaruhi status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan dan konsumsi minuman berpemanis dengan
status gizi pada siswa di SD Ta’mirul Islam Surakarta. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian observasional serta pendekatan cross sectional.
Sampel adalah siswa kelas V di SD Ta’mirul Islam Surakarta, dengan teknik
sampling menggunakan random sampling. Instrument penelitian mengggunakan
kuesioner pengetahuan, penilaian konsumsi minuman berpemanis menggunakan
Food frequensi questioner semi kuantitatif (FFQ) selama 1 bulan terakhir dan
penilaian status gizi menggunakan Z-score IMT/U. Analisis data menggunakan uji
Rank Spearman.Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar tingkat pengetahuan
siswa dalam kategori baik dengan nilai rata-rata 14.86. Sebagian besar siswa
mempunyai kebisaan mengkonsumsi minuman berpemanis dalam kategori lebih.
Rata-rata konsumsi minuman berpemanis adalah 52,36gram per hari. Sebagian
besar status gizi pada siswa dalam kategori normal. Hasil uji rank Spearman
diketahuitidak ada hubungan pengetahuan tentang minuman berpemanis dengan
status gizi dengan r = 0,102; p = 0,348. Tidak ada hubungan kebiasaan
mengkonsumsi minuman berpemanis dengan status gizi dengan r= 0,073; p =
0,648 Tidak ada hubungan pengetahuan tentang minuman berpemanis dengan
status gizi antara anak sekolah yang memiliki status gizi lebih dan normal di SD
Ta’Mirul Islam Surakarta. Tidak ada hubungan kebiasaan mengkonsumsi
minuman berpemanis dengan status gizi antara anak sekolah yang sering dan
cukup mengkonsumsi minuman berpemanis di SD Ta’mirul Islam Surakarta.

Kata Kunci: pengetahuan, minuman berpemanis, status gizi, siswa di SD

Abstract

School age is a period of very rapid physical growth. Behavior consuming


sweetened drinks can be influenced by the level of student knowledge.The
problem of fat in children aged 5-12 years is still high at 18.8%, consisting of fat
10.8% and very fat (obese) 8.8%.The choice of consuming sugar-sweetened
beveragescan be influenced by the level of student knowledge, which is can be
affect the nutritional status. To determine the relationship between knowledge

1
andconsumtion sugar-sweetened beverageswith nutritional status in students at
Ta'mirul Islam Elementary School Surakarta. This research uses an observational
research design and cross sectional approach. The sample is the fifth grade
students at Ta'mirul Islam Elementary School Surakarta, with the sampling
technique using simple random sampling. The research instrument used
knowledge questionnaires,consumtion sugar-sweetened beveragesusing semi-
quantitative Food Frequency Questioners (FFQ)for the past 1 monthand
nutritionalstatus assessments using IMT / U. Data analysis using the Spearman
Rank test. Most of the students' knowledge level is in good category with an
average value of 14.86. Most students have the habit of consumtion sugar-
sweetened beveragesin more categories. The average consumption of sugar-
sweetened beveragesis 52,36gram per day. Most of the nutritional status of
students is in the normal category. Spearman rank test results are known There is
no relation of knowledge about sugar-sweetened beverageswith nutritional status
with p= 0.348. There was no correlation between the habits of consumtion sugar-
sweetened beverageswith nutritional status with p = 0.648. There is no
relationship of knowledge about sugar-sweetened beverageswith nutritional status
between school children who have more and normal nutritional status instudents
at Ta'mirul Islam Surakarta. There is no relationship between the habit of
consuming sugar-sweetened beverageswith nutritional status between school
children who frequently and sufficiently consume sugar-sweetened
beveragesinstudents at Ta'mirul Islam Surakarta.

Keywords: knowledge, sugar-sweetened beverages, nutritional status, students in


elementary school

1. PENDAHULUAN
Kebiasaan makan sehari-hari sangat berpengaruh terhadap status gizi siswa.
Kekurangan dan kelebihan gizi pada remaja terjadi akibat pola makan yang tidak
memperhatikan kaidah gizi dan kesehatan yang mengakibatkan asupan gizi secara
kuantitas dan kualitas tidak sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
dianjurkan (Widianti, 2012).
Salah satu penyebab timbulnya masalah gizi dan perubahan
kebiasaankonsumsi makanan dan minuman pada anak adalah pengetahuan gizi
yangrendah dan terlihat pada kebiasan mengkonsumsi minuman yangsalah
(Emelia, 2009). Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan
yaitupendidikan, umur, kondisi lingkungan, dan sosial budaya (Wawan dan
Dewi,2011). Pengetahuan anak sekolah tentang gizi yang baik akan

2
mempengaruhi pola asupan makanan yang lebih sehat, demikian juga tentang
pemilihan dan penyedian minuman berpemanis (Chang, 2010).
Minuman berpemanismerupakan minuman dalam kemasan yang
ditambahkan pemanis berkalorisebagai salah satu bahan atau kandungan dalam
minuman (Ariani, 2012). Minuman ringan berpemanis ini sebagai contoh adalah
minuman ringan, minuman olahraga (sportdrink), minuman rasa buah, minuman
berenergi, minuman teh dan kopi, susu manis, dan segala minuman yang
ditambahkan gula (CDC, 2010).
Skinner dalam Notoadmojo (2010) menjelaskan bahwa perilaku seseorang
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan yang baik akan
mempengaruhi sikap dan perilakunya, dengan demikian pengetahuan pada anak
tentang minuman berpenmanis juga dapat mempengaruhi perilaku dalam
kebiasaan memilih dan mengkonsumsi minuman berpemanis.
Hasil survei pendahuluan di SD Ta’mirul Islam, diketahui 65 % siswa
mengkonsumsi minuman berpemanis lebih dari 50 gr dan 35 % siswa
mengkonsumsi minuman berpemanis kurang dari 50 gr kandungan gula yang
terkandung dalam minuman bepemanis dengan sumbangan energi paling rendah
58 kkal dan paling tinggi 428,3 kkal.Hasil penilaian status gizi di dapatkan hasil
sebanyak 2% siswa masuk kategori kurus, 56% siswa kategori normal,18% siswa
kategori gemuk dan 24% siswa masuk kategori obesitas.
Tujuan Penelitian adalah mengetahui hubungan pengetahuan dan konsumsi
minuman berpemanis dengan status gizi pada siswa di SD Ta’mirul Islam
Surakarta.

2. METODE
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional yaitu peneliti
melakukan pengamatan pada subjek penelitian dalam kurun waktu tertentu
dengan metode pendekatan cross sectional. Populasi target dalam penelitian ini
adalah siswa kelas 5 SD Ta’mirul Islam Surakarta sejumlah 200 siswa. Kriteria
inklusi sampel : Siswa yang sehat, tidak cacat fisik yang dapat menghalangi
pengukuran antropometri, mendapat izin orang tua menjadi responden penelitian.,

3
Siswa dengan umur 10-12 tahun. Kriteria eksklusi : Siswa yang tidak hadir selama
pengambilan data dan Siswa yang pindah sekolah. Jumlah sampel adalah sebesar
86subjek. Teknik pengambilan sampel secara random sampling. Jenis data yang
dikumpulkan adalah Data pengetahuan tentang minuman berpemanis, Data
kebiasaan minuman berpemanis: menggunakan food frekuensi questionnaire semi
quantitatif (FFQ) selama satu bulan terakhir, kemudian dirata-rata menjadi
konsumsi per hari.Data antropometri : dengan cara mengukur berat badan (BB)
dan tinggi badan (TB) menggunakan timbangan injak digital dan
microtoicedengan ketelitian 0,5 kg dan 0,1 cm, serta foto contoh minuman
berpemanis.Analisis data menggunakan uji Rank Spearman.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Responden pada penelitian ini adalah siswa SD Ta’mirul Islam Surakarta kelas 5
dengan jumlah 86 orang. Karakteristik responden seperti usia dan jenis kelamin
sebagai berikut :
Tabel 1. distribusi jenis kelamin dan usia siswa sd ta’mirul islam
Variabel Jumlah Persentase (%)
Usia
11 tahun 76 88,4
12 tahun 10 11,6
Jenis Kelamin
Laki-laki 42 48,8
Perempuan 44 51,2

Berdasarkan tabel 1 diketahui sebagaian besar umur subjek adalah 11 tahun


sebanyak 88,4%. Berdasarkan hasil pengumpulan data karakteristik responden
diketahui bahwa responden berusia 11-12 tahun tersebut berada di kelas V. Siswa
kelas V sudah lancar membaca dan memahami setiap apa yang dibaca. Siswa pada
usia tersebut sudah dapat berpikir secararasional seperti orang dewasa sehingga
sudah dapat membedakan dan menilai jenis makanan jajanan yang akan dibeli dan
dikonsumsi (Crain, 2009)
Siswa-siswa usia 11-12 tahun mulai banyak berhubungan dengan orang-
orang diluar keluarganya dan berkenalan dengan suasana dan lingkungan baru

4
dalam hidupnya. Perilaku jajan teman-teman di sekolah menyebabkan siswa-
siswa sering menyimpang dari kebiasaan makan yang sudah diberikan oleh
keluarga mereka (Moehji, 2013).
Sedangkan menurut jenis kelamin menunjukkann subjek perempuan lebih
banyak dari pada subjek laki-laki sebesar 51,2%. Kebutuhan nutrisi untuk siswa
di masa pertumbuhan, praremaja, dan remaja, berbeda karena secara kejiwaan dan
hormonal juga mengalami perbedaan.Demikian juga menyangkut jenis kelamin,
siswa putri dan siswa putramembutuhkan nutrisi dan energi berbeda, disesuaikan
dengan aktivitasnya. Secara fisik siswa laki-laki lebih kuat daripada siswa
perempuan, oleh karena itu laki-laki dalam bermain lebih banyak yang
memerlukan motorik kasar seperti: main bola, sehingga kebutuhan kalori juga
akan semakin meningkat (Maglaya, 2012).
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pengetahuan Dan Kebiasaan
Minuman Berpemanis Serta Status Gizi, Pengetahuan SubjekTentang Minuman
Berpemanis Data penelitian tingkat pengetahuan subjek tentang minuman
berpemanis dari hasil jawaban 22 pertanyaan kuesioner.Hasil penelitian tingkat
pengetahuan subjek tentang minuman berpemanis ditampilkan dalam Tabel 2.
Tabel 2. distribusi subjek tingkat pengetahuan tentang minuman berpemanis
Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
Baik 17 19,8
Cukup 58 67,4
Kurang 11 12,8
Total 86 100,0

Tabel 2 menunjukan sebagian besar subjek mempunyai tingkat


pengetahuan tentang minuman berpemanis sebesar 67,4%. Pertanyaan dari
kuesioner yang masih banyak dijawab dengan salah oleh subjek ditampilkan pada
tabel 3.

5
Tabel 3. distribusi setiap item soal yang benar dan salah dari seluruh jumlah
responden berdasarkan indikator pertanyaan yang telah di tentukan
No Indikator Item Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Soal jawaban menjawab jawaban menjawab
benar benar (%) salah salah (%)
1 Definisi 1 64 74 22 26
Minuman 5 53 62 33 38
Berpemanis 8 63 73 23 27
10 64 74 22 26
11 54 63 32 37
2 Kandungan 9 51 59 35 41
Minuman 12 60 70 26 30
berpemanis
3 Konsumsi 2 65 76 21 24
Minuman 14 56 65 30 35
Berpemanis 15 58 67 28 33
16 61 71 25 29
18 65 76 21 24
19 42 49 44 51
20 67 78 19 22
21 61 71 25 29
4 Dampak 3 65 76 21 24
4 59 69 27 31
6 59 69 27 31
7 53 62 33 38
13 52 60 34 40
17 50 58 36 42
22 51 59 35 41

Item pertanyaan yang masih banyak di jawab salah yaitu item soal nomer 5,
7, 9, 13, 17, 19 dan 22.
Banyaknya subjek yang mempunyai pengetahuan kategori cukup dapat
dipengaruhi oleh sumber informasi yang diterima. Menurut Wawan dan Dewi
(2011), menjelaskan salah satu faktor pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh
informasi yang diterima. Sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki
pengetahuan yang lebih luas. Informasi tentang makanan berpemanis dapat
bersumber dari guru di sekolah, oran tua ataupun media seperti buku pelajaran,
mengakses handhphone. Informasi tentang minuman berpemanis ini menjadi

6
sumber wawasan yang baik sehingga subjek dapat menjawab kuesioner yang
diajukan peneliti.
Faktor lain yang dapat menambah pengetahuan siswa memilih minuman dan
jajanan adalah tayangan pada media televisi ataupun media online yang dapat
diakses dari handphone. Minuman jajanan yang sering masuk iklan itulah yang
diketahui siswa baik untuk dikonsumsi. Minuman yang sering ditayangkan di
media massa lebih populer di kalangan siswa-siswa dan membuat siswa tertarik
meskipun minuman tersebut tidak sehat.
Kebisaan minuman berpemanis Data penelitian konsumsi minuman
berpemanis diperoleh dari Form frekuensi minuman berpemanis semikuantitatif
(FFQ) dalam satu bulan terakhir kemudian dikonversikan menjadi konsumsi rata-
rata perhari dalam bentuk satuan gram. Kandungan gula dalam minuman
berpemanis tersebut dinilai apabila dalam 1 hari ≥ 50 gram, maka masuk dalam
kategori lebih, sedangkan jika konsumsi ≤ 50 gram, maka masuk dalam kategori
cukup. Hasil penelitian kebisaan minuman berpemanisditampilkan dalam Tabel 4.
Tabel 4. distribusi subjek berdasarkankebisaan minuman berpemanis
Kebisaan minuman
Jumlah Persentase (%)
berpemanis
Cukup 35 40,7
Lebih 51 59,3
Total 86 100,0

Tabel 4 menunjukan sebagian besar subjek mengkonsumsi minuman


berpemanis dalam kategori lebih sebesar 59,3%. Menurut Dradjat (2009), sugar-
sweetened beverage adalah minuman atau makanan yang mengandung pemanis
berkalori.Rekomendasi Centers for Disease Control and Prevention (CDC) untuk
energi yang berasal dari minuman padasiswa tidak melebihi 130 kkal. Orang
yang mengonsumsi minuman berpemanis tidak menyadari bahwa minuman
berpemanis mengandung kalori, tetapi dalam mengonsumsi tidak merasakan
kenyang seperti jika memakan makanan padat dengan energi yang sama. Untuk
jenis minuman berpemanis ang paling banyak di konsumsi dapat di lihat di tabel
5.

7
Tabel 5.jenis minuman berpemanis yang paling banyak dikonsumsi
Jenis minuman Rata-rata Sumbangan
konsumsi (g/hari) energi (Kkal)
Floridina (37 g) 9,7 150
Mizone 11,2 150
Pocari (15 g) 8,3 110
Frestea( 22 g) 7,4 90
Teh pucuk 10,1 80
Nu Green tea 78 80
Teh gelas 7,3 80
Nutrisari (13 g) 10 52
Fruitea (22 g) 5,9 50
Pop ice 1,7 40

Tabel 5 menunjukkan rata–rata konsumsi jenis minuman berpemanis yang


sering dikonsumsi siswa banyak tersedia di semua kantin sekolah dan warung
sekitar sekolah. Banyaknya jenis minuman berpemani yang dikonsumsi subjek
adalah diduga karena minuman rasa buah dan minuman harganya murah,
sehingga subjek dapat membeli lebih dari 1 jenis minuman tersebut.
Distribusi Status Gizi berdasarkan status gizi siswa SD Ta’mirul Islam
Surakarta ditampilkan dalam Tabel 6.
Tabel 6. distribusi subjek berdasarkan status gizi
Status gizi Jumlah Persentase (%)
Lebih 36 41.9
Normal 50 58.1
Total 86 100.0

Tabel 6 menunjukkan sebagian besar subjek mempunyai status gizi normal


sebesar 58,1%.Status gizi adalah suatu keadaan kesehatan tubuh berkat asupan zat
gizi melalui makanan dan minuman yang dihubungkan dengan kebutuhan.
Apabila status gizi seseorang normal, namun karena pola konsumsi yang tidak
seimbang maka timbul status gizi kurang dan status gizi lebih (Sutomo dan Yanti,
2010).
Status gizi seseorang dipengaruhi oleh asupan zat gizi. Asupan zat gizi
tergantung pada konsumsi makanan yang dipengaruhi beberapa faktor seperti

8
produk pangan, kebiasaan makan, keterbatan ekonomi, sanitasi makanan,kondisi
emosional, budaya, penyakit dan pengetahuan gizi ( Almatsier, 2011).
Berdasarkan hasil uji normalitas data konsumsi minuman berpemanis dan
status gizi mempunyai signifikansi <0,05 maka data tidak berdistribusi normal,
sehingga analisis bivariat antar variabel menggunakan uji korelasi Rank
Spearman. Hasil analisis hubungan pengetahuan dengan status gizi di tampilkan
pada Tabel 7.
Tabel 7 hubungantingkat pengetahuan subjek tentang minuman berpemanis
Variabel Minimal Maksimal Median SD p-value
Pengetahuan 9 21 15,00 2,12
0,348
Status gizi 0,73 2,67 0,970 0,97

Tabel7 menunjukkanHasil analisis Rank Spearman diperoleh nilai p = 0,348


(p>0,05) sehingga disimpulkan tidak ada hubungan pengetahuan tentang
minuman berpemanis dengan status gizi pada siswa di SD Ta’mirul Islam
Surakarta.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurmala (2018) yang
menyebutkan tidak ada hubungan pengetahuan dan konsumsi sugar sweetened
beverages dengan status gizi remaja di SMPN 3 Surakarta. Tidak adanya
hubungan antara pengetahuan dan status gizi ditampilkan pada tabel 8.
Tabel 8 distribusi responden berdasarkan pengetahuan dan status gizi
Status Gizi
Total
Pengetahuan Lebih Normal
n % n % n %
Baik 8 47,1 9 52,9 17 100
Cukup 25 43,1 33 56,9 58 100
Kurang 3 27,3 8 72,7 11 100
Jumlah 36 41.9 50 58.1 86 100

Berdasarkan Tabel 8. Menunjukkan subjek dengan pengetahuan kategori


cukup persentasenya pada anak dengan status gizi lebih sebesar 43,1% dan status
gizi normal sebesar 56,9%. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan status
gizi menunjukkan bahwa pengetahuanyang baik yang baik tidak selalu diikuti
oleh perilakuyang baik. Tingkat pengetahuan subjek masih dalam tingkatan tahu,
sedangkan memahami tentang baik buruknya mengkonsumsi minuman

9
berpemanis terlebih dalam aplikasi atau tindakan untuk memilih dan membatasi
minuman berpemanis yang dapat mempengaruhi status gizi belum dapat
diterapkan. Pengetahuan subjek pada tataran tahu, mengakibatkan perilaku jajan
membeli minuman berpemanis menjadi meningkat dimana konsumsi minuman
berpemanis dalam kategori lebih.
Perilaku dalam jajan minuman pada subjek ini juga dipengaruhi oleh faktor
uang saku. Meskipun Peraturan yang ada di SD Ta’mirul Islam Surakarta adalah
membatasi jumlah uang saku sebesar Rp. 10.000-, namun karena harga minuman
di kantin masih dapat dibeli, maka subjek pada akhirnya membeli minuman
berpemanis lebih dari 1 kali. Hasil penelitian oleh Suci (2009) yang menyebutkan
bahwa jumlah nominal dan cara orang tua memberikan uang saku merupakan
faktor penentu perilaku jajan siswa sekolah dasar.
Perilaku siswa memilih makanan pada dasarnya merupakan bentuk
penerapan kebiasaan makan. Kebiasaan makan merupakan sebagai cara-cara
individu atau kelompok masyarakat dalam memilih, mengkonsumsi dan
menggunakan makanan yang tersedia, yang didasarkan pada latar belakang sosial
budaya tempat mereka hidup. Siswa usia sekolah mempunyai kebiasaan makan
makanan jajanan. Kebiasaan jajan cenderung menjadi bagian budaya dalam suatu
keluarga (Susanto, 2013).
Ada banyak faktor yang mempengaruhi status gizi siswa diluar faktor
pengetahuan seperti tersebut diantaranya pendapatan keluarga, masalah kesehatan,
kekurangan gizi, pola gizi yang berlebihan, pertumbuhan fisik, pendidikan,
kebebasan dalam memilih makanan, aspek waktu dan aspek keuangan (Fikawati,
dkk., 2017). Status gizi terkait dengan asupan zat gizi pada subjekjuga berkaitan
dengan asupan zat gizi yang dimakan oleh subjek sehari-hari bergantung pada
pola konsumsi keluarga dan lingkungan sekolahannya seperti banyak
ditemukannya penjual makanan dan minuman disekitar sekolah baik di dalam
maupun diluar sekolah, sehingga keduanya memiliki peran yang penting terhadap
perubahan masukan zat gizi.

10
Hubungan Konsumsi Minuman berpemanis dengan Status GiziHasil
analisis hubungan konsumsi minuman berpemanis dengan status giziditampilkan
pada Tabel 9.
Tabel 9 hubungan kebisaan minuman berpemanis dengan status gizi
Variabel Minimal Maksimal Median SD p
Konsumsi
minuman
berpemanis 18,53 82,50 52,36 17,28 0,648
Status gizi 0,73 2,67 1,35 0,97

Tabel 9 menunjukkan hasil analisis Rank Spearman diperoleh nilai p =


0,648 (p>0,05), sehingga disimpulkan tidak ada hubungan kebiasaan
mengkonsumsi minuman berpemanis dengan status gizi pada siswa di SD
Ta’mirul Islam Surakarta. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Akhriani
(2016) yang menjelaskan tidak ada hubungan antara konsumsi minuman
berpemanis dan kejadian kegemukan pada remaja di SMP Negeri 1 Bandung.
Tidak adanya hubungan antara kebisaan minuman berpemanis dengan status
gizi karena faktor perilaku minum minuman berpemanis pada subjek cenderung
sama. Kebiasaan jajan minuman minuman berpemanis baik yang ada di kantin
sekeloh ataupun warung di sekitar tempat tinggal subjek cenderung sama, jenis
minuman seperti ale-ale, pop ice, teh gelas ataupun susu kotak semuanya
mempunyai rasa manis. distribusi subjek berdasarkan kebiasaan mengkonsumsi
minuman berpemanis dengan status gizi ditampilkan pada Tabel 10.
Tabel 10 distribusi subjek berdasarkan mengkonsumsi minuman berpemanis
dengan status gizi
Kebisaan Status Gizi
Total
mengkonsumsi Lebih Normal
minuman n % n % n %
berpemanis
Kurang 12 34,3 23 65,7 35 100
Lebih 24 47,1 27 52,9 51 100
Jumlah 36 41,9 50 58,1 86 100

11
Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan subjek dengan konsumsi minuman
berpemanis kategori lebih, lebih banyak dengan status gizi normal sebesar 52,9 %
dibanding subjek dengan mengkonsumsi minuman berpemanis kategori cukup
sebesar 65,7%. Tidak ada hubungan yang signifikan antara minuman manis dan
soda dengan status gizi disebabkan efek fisiologis yang ditimbulkan oleh
minuman pada pemuasan selera makan dan rasa kenyang tampaknya berbeda
antara makanan padat dan cair. Minuman berpemanis mungkin kurang dirasakan
daripada makanan padat hal ini mungkin terjadi karena minuman kurang
menimbulkan distensi lambung dan memiliki waktu transit yang lebih cepat,
sehingga meningkatkan konsumsi minuman berpemanis.
Status gizi pada subjek yang lebih banyak pada kategori normal,
menunjukkan bahwa status gizi dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti
makanan pokok, ataupun aktivitas fisik. subjek yang masih dalam usia
pertumbumMhan dan mempunyai karakteristik seperti banyak bermain, maka
konsumsi minuman berpemanis dalam jumlah yang berlebih tidak banyak
mempengaruhi status gizi, dimana energi yang diperoleh dari minuman
berpemanis akan dikeluarkan dalam jumlah yang banyak sebagai akibat dari
aktivitas fisik seperti bermain yang membutuhkan gerak motorik kasar.
Peningkatan asupan karbohidrat sederhana yang berasal dari minuman
berpemanis dapat mengakibatkan penurunan nafsu makan karena tingginya
glukosa dalam darah. Teori ini disebut dengan glucostatic, yaitu pusat lapar
(feeding centre) dan pusat kenyang (satiety center) yang aktifitasnya dipengaruhi
oleh peningkatan atau penurunan kadar glukosa darah. Pusat kenyang (satiety
center) yang terletak pada nukleus ventromedial di hipotalamus dipengaruhi oleh
peningkatan glukosa darah, sedangkan pusat lapar (feeding centre) yang terletak
pada nukleus lateral di hipotalamus dipengaruhi oleh penurunan glukosa darah.
Konsumsi gula yang tinggi dari minuman berpemanis pada responden tidak
mempengaruhi pusat lapar karena adanya peningkatan glukosa darah, sehingga
reponden tidak menambahakan energi melebihi kebutuhannya (Chaput, 2009)
Berdasarkan penelitian juga menunjukkan subjek dengan konsumsi
minuman Mberpemanis kategori lebih juga banyak mempunyai status gizi normal.

12
Khomsan (2015), menjelaskan minuman berpemanis yang beredar juga lebih
banyak mengandung unsur kalori. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan rata-
rata konsumsi minuman berpemanis sebesar 53,37 gram dan sudah melebihi dari
batas konsumsi sebesar 50 gram, sedangkan rata-rata konsumsi kalori sebesar
189,60 kalori. Hasil penelitian Cahyaningtyas (2018) menjelaskan frekuensi
konsumsi minuman berkalori pada siswa SMA Negeri 5 Surakarta dalam kategori
tinggi sebesar 70,3% (5 – 6 kali per minggu atau > 1 kali per hari). Kebutuhan
energi selain didapatkan dari makanan juga dapat diperoleh dari minuman
terutama minuman berkalori. Dalam hal minuman, ketidaktahuan mengenai
pemilihan minuman dapat berdampak buruk pada kelebihan energi.
Menurut Mardalena (2017) kebutukan kalori pada siswa berbeda-beda,
bergantung kepada beberapa faktor, antara lain: umur, jenis kelamin, berat dan
tinggi badan, serta berat ringannya aktivitas fisik yang dilakukan. Kebutuhan
kalori siswa usia sekolah menurut Irianto (2010) siswa laki-laki usia 10-12 tahun
membutuhkan kalori sebanyak 1625 kalori per hari, sedangkan siswa perempuan
usia 10-12 tahun membutukan kalori sebanyak 1224 kalori per hari. Almatsier
(2011), berpendapat kalori diperlukan untuk kerja otot diproleh dari zat makanan
yang dikonsumsi setiap hari, terdiri dari zat gizi makro meliputi: karbohidrat,
lemak, dan protein. Kalori dan zat gizi yang diperlukan oleh setiap orang dalam
jumlah sesuai dengan kebutuhan berdasarkan jenis kelamin, berat badan, lama dan
beratnya aktivitas fisik.
Akibat ketidaklengkapan gizi dalam minuman berpemanis, maka siswa-
siswa yang banyak mengkonsumsi minuman berpemanis akan merasa kenyang
karena padatnya kalori yang masuk ke dalam tubuhnya, sementara gizi seperti
protein, vitamin, dan mineral masih sangat kurang. Penelitian oleh Teresia M.
O’Connor et al., (2015) juga menemukan bahwa tidak terdapat hubungan
signifikan antara asupan sugar-sweetenedbeverages dengan indeks massa tubuh.
Prevalensi siswa usia prasekolah dengan overweight pada penelitian tersebut
sebanyak siswa (10,7%).

13
4. PENUTUP
Sebagian besar tingkat pengetahuan siswa tentang minuman berpemanis siswa di
SD Ta’mirul Islam Surakarta dalam kategori baik dengan nilai rata-rata
14.86.Sebagian besar siswa mempunyai kebiasaan konsumsi gula dalam
minuman berpemanis terendah 18,53 gram dan terbanyak 82,50 gram/hari dengan
rata-rata 52,36 gram/hari.Sebagian besar status gizi pada siswa di SD Ta’mirul
Islam Surakarta dalam kategori normal sebanyak 50 siswa. Tidak ada hubungan
pengetahuan tentang minuman berpemanis dengan status gizi pada siswa di SD
Ta’mirul Islam Surakarta denganp = 0,348 Tidak ada hubungan konsumsi
minuman berpemanis dengan status gizi pada siswa di SD Ta’mirul Islam
Surakarta dengan p = 0,648

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2011). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Ariani, S. (2012). Hubungan Antara Faktor Individu dan Lingkungan dengan


Konsumsi Minuman Berpemanis pada siswa/I Negeri 1 Bekasi Tahun
2012. Skripsi. FKM UI. Depok.

Arikunto, (2010).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, Jakarta , Rineka Cipta

Baran, J. S dan Davis, K. D, (2010).Teori Komunikasi Massa: Dasar, Pergolakan,


dan Masa Depan. Jakarta: SalembaHumanika.

Barasi, M.E. (2007). At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta : Erlangga.


Cahyadi, W. (2009), Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan TambahanPangan,

Chang H., Nayga Jr. 2010. Chihood Obesity and Unhappiness: The Influence of
Soft Drinks and Fast Food Consumption. Journal oh Happiness Studies.
11(3) :261-275

Dirjen BKM, (2012).Penilaian Status gizi Dalam Terapaan. Bandung


Edelman, CL and Mandle, CL. (2016). HealthPromotion Trhought the Lifespan.
The Mosby : St Louis

Istianty dan Ruslianti, (2013)Gizi Terapan. Jakarta: Remaja Rosdakarya

Keraf. (2001). Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Kanisius.

14
Khomsan,A. (2015),Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: Raja Gravindo
Persada

Kurniasih. (2010). Sehat Dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta: Gramedia

Mardalena (2017) Dasar-dasar ilmu gizi dalam keperawatan. Yogyakarta:


Pustaka Baru Pres

Maryani, I.D. (2008). Hubungan antara Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa
SD Negeri Tangkil III di Sragen. Naskah Publikasi. Fakultas ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Nicklas, TA. (2003). Calcium Intake Trends and Health Consequences From
Childhood Through Adulthood. Journal of The American College of
Nutrition, 22 (5) : 340-356

Notoatmodjo S. (2011). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2013). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta

Nur. A.M, (2013), Pola hidup Sehat Rasulullah Sehari hari, Yogyakarta Real
Book

Santoso, S.,danRanti, AL. (2011). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sediaoetama, A. (2010). Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat

Soetjiningsih.(2012). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Sohyun P., Samara J.N., Cynthia L.O. (2013). Trends in SugaR- Sweetened
Beverage Consumption among Youth and Adults in the United States:
1999-2010. American Journal of Clinical Nutrition. doi:
10.3945/ajcn.112.057943. Epub 2013 May 15.

Surya, A. P. (2013) Faktor dominan dalam menentukan frekuensi konsumsi fast


food modern pada siswa-siswi SMA Negeri di Kecamatan Tangerang
Kota, Kota Tangerang tahun 2013, Jurnal kesehatan. FIK Universitas
Indonesia.

Tarwotjo, S. (2008). Dasar-Dasar Gizi Kuliner. Jakarta,Grasindo.

Wahyumingsih, M. (2011). Minum soda bikin gemuk, Jakarta: Raja Grafindo


Persada

15

Anda mungkin juga menyukai