HASIL PENELITIAN
Wijaya Kusuma No. 48, Ketabang, Genteng, Kota Surabaya. Lokasi sekolah
sangat strategis karena berada di pusat kota Surabaya dan termasuk SMA
komplek bersama SMA Negeri 1 Surabaya, SMA Negeri 2 Surabaya, dan SMA
untuk kelas X IPA, 2 kelas untuk kelas X IPS, 7 kelas untuk kelas XI IPA, 2 kelas
untuk kelas XI IPS, 7 kelas untuk kelas XII IPA, dan 4 kelas untuk kelas XII IPS.
Selain fasilitas ruang kelas, SMA Negeri 9 Surabaya juga memiliki fasilitas
lain berupa ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, ruang bimbingan
OSIS, laboratorium, masjid, gubug wifi, kamar mandi, dan gudang. SMA Negeri
guru mata pelajaran sebanyak 57 orang, pegawai tata usaha sebanyak 5 orang,
sebanyak 3 orang, satpam sebanyak 3 orang, tenaga UKS sebanyak 1 orang, dan
SMA Negeri 9 Surabaya yaitu, Futsal, Basket, Voli, Badminton, Silat, Kerohanian
(SKK), Dance, Band, Paduan suara, Tari, PETA (pecinta alam 9), Supermath, Eco
38
39
luhur.
inovatif.
Usia responden didasarkan pada perhitungan ulang tahun terakhir pada saat
adolescence) dan 18-21 tahun yang termasuk kategori remaja akhir (late
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Usia pada Siswi Kelas 11
dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya.
Pengetahuan gizi dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang ilmu gizi
gizi pada siswi kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya dapat dilihat pada
Tabel 5.2.
41
pengetahuan cukup.
Tingkat pendidikan orang tua responden dibagi menjadi tiga, yaitu rendah
(tidak sekolah, tamat SD, tamat SMP), menengah (tamat SMA/SMK), dan Tinggi
Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Pendidikan pada Orang Tua Siswi Kelas 11 dan 12 di
SMA Negeri 9 Surabaya.
Pekerjaan orang tua responden dibagi menjadi dua, yaitu bekerja dan tidak
bekerja. Distribusi pekerjaan orang tua responden dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Distribusi Pekerjaan pada Orang Tua Siswi Kelas 11 dan 12 di SMA
Negeri 9 Surabaya.
Surabaya tahun 2018 dan dibagi menjadi dua, yaitu rendah <UMK = Rp
Tabel 5.5 Distribusi Pendapatan pada Orang Tua Siswi Kelas 11 dan 12 di SMA
Negeri 9 Surabaya.
Citra tubuh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambaran yang
yang merupakan hasil dari penilaian subjektif itu sendiri. Citra tubuh dibagi
menjadi dua kategori, yaitu citra tubuh positif skor <110 dan citra tubuh negatif
skor ≥110. Distribusi citra tubuh pada siswi kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Citra Tubuh pada Siswi Kelas 11
dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya.
Berdasarkan Tabel 5.6 diketahui bahwa sebanyak 73,3% siswi memiliki citra
tubuh positif dengan skor <110. Hal ini mengindikasikan bahwa lebih dari
protein, dan lemak untuk remaja putri berturut-turut sebesar 2125 kkal/ hari, 292
44
gram/hari, 59-69 gram/ hari, dan 71 gram/ hari. Distribusi jumlah konsumsi
pangan pada siswi kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya dapat dilihat pada
tabel 5.7.
Mean ± Standart
Zat Gizi Minimum Maksimum
Deviasi
Energi (g) 455 2259 1095,29 ± 329,1
Karbohidrat (g) 36 308 125,88 ± 48,38
Protein (g) 0 87 43,83 ± 16.26
Lemak (g) 0 84 45,85 ± 17,91
karbohidrat, dan lemak pada siswi berturut-turut sebesar 1095,29 gram ± 329,1;
43,83 gram ± 16.26; 125,88 gram ± 48,38; 45,85 gram ± 17,91. Rata-rata asupan
Data jenis dan frekuensi konsumsi pangan diperoleh dari hasil wawancara
menggunakan metode FFQ yang terdiri dari jenis dan frekuensi bahan makanan
5.5.2.1 Serealia
Distribusi jenis dan frekuensi bahan makanan serealia yang dikonsumsi siswi
kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya dapat dilihat pada Tabel 5.8.
45
Tabel 5.8 Distribusi Jenis dan Frekuensi Bahan Makanan Serealia pada Siswi
Kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya
siswi adalah nasi dengan frekuensi lebih dari 1 kali sehari sebanyak 92%, mie
dengan frekuensi 1 sampai 2 kali per minggu sebanyak 46,7%, kentang dengan
frekuensi kurang dari sama dengan 2 kali per bulan sebanyak 40%, dan bahan
Distribusi jenis dan frekuensi bahan makanan sumber protein hewani yang
dikonsumsi siswi kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya dapat dilihat pada
Tabel 5.9.
46
Tabel 5.9 Distribusi Jenis dan Frekuensi Bahan Makanan Sumber Protein Hewani
pada Siswi Kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya
hewani siswi adalah susu dengan frekuensi 1 kali sehari sebanyak 17,3%, daging
ayam dan telur ayam dengan frekuensi 3 sampai 6 kali per minggu sebanyak
41,3%, daging bebek dengan frekuensi kurang dari sama dengan 2 kali per bulan
sebanyak 52%, dan bahan makanan yang tidak pernah dikonsumsi adalah telur
Distribusi jenis dan frekuensi bahan makanan sumber protein nabati yang
dikonsumsi siswi kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya dapat dilihat pada
Tabel 5.10.
Tabel 5.10 Distribusi Jenis dan Frekuensi Bahan Makanan Sumber Protein Nabati
pada Siswi Kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya
nabati siswi adalah tempe dengan frekuensi 1 kali sehari sebanyak 16%, santan
dengan frekuensi 1 sampai 2 kali per minggu sebanyak 36% dan frekuensi kurang
dari sama dengan 2 kali per bulan sebanyak 26,7%, dan bahan makanan yang
5.5.2.4 Sayuran
48
Distribusi jenis dan frekuensi bahan makanan sayuran yang dikonsumsi siswi
kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya dapat dilihat pada Tabel 5.11.
Tabel 5.11 Distribusi Jenis dan Frekuensi Bahan Makanan Sayuran pada Siswi
Kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya
siswi adalah kangkung dengan frekuensi 1 kali sehari sebanyak 6,7% dan wortel
dengan frekuensi lebih dari 1 kali sehari sebanyak 6,7%, bayam dengan frekuensi
1 sampai 2 kali per minggu sebanyak 37,3%, kacang panjang dengan frekuensi
49
kurang dari sama dengan 2 kali per bulan sebanyak 29%, dan bahan makanan
5.5.2.5 Buah
Distribusi jenis dan frekuensi bahan makanan buah yang dikonsumsi siswi
kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya dapat dilihat pada Tabel 5.12.
Tabel 5.12 Distribusi Jenis dan Frekuensi Bahan Makanan Buah pada Siswi Kelas
11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya
Berdasarkan Tabel 5.12 diketahui bahwa sebagian besar konsumsi buah siswi
adalah pisang dengan frekuensi 1 kali sehari sebanyak 10,7%, jeruk dan mangga
dengan frekuensi 1 sampai 2 kali per minggu sebanyak 20%, semangka dengan
50
frekuensi kurang dari sama dengan 2 kali per bulan sebanyak 44%, dan buah yang
Tingkat kecukupan energi dibagi menjadi dua, yaitu cukup (≥ 77% AKG) dan
kurang (< 77% AKG). Distribusi tingkat konsumsi energi pada siswi kelas 11 dan
AKG) dan kurang (< 77% AKG). Distribusi tingkat konsumsi karbohidrat pada
siswi kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya dapat dilihat pada Tabel 5.14.
Jumlah 75 100
Tingkat kecukupan protein dibagi menjadi dua, yaitu cukup (≥ 77% AKG)
dan kurang (< 77% AKG). Distribusi tingkat konsumsi protein pada siswi kelas
Tingkat kecukupan lemak dibagi menjadi dua, yaitu cukup (≥ 77% AKG) dan
kurang (< 77% AKG). Distribusi tingkat konsumsi lemak pada siswi kelas 11 dan
Jumlah 75 100
Penilaian status gizi dalam penelitian ini menggunakan penilaian nilai z-score
dari IMT/U untuk usia 14 – 18 tahun. Perhitungan status gizi dalam penelitian ini
Distribusi status gizi pada siswi kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya dapat
Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi pada Siswi Kelas 11
dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya.
Berdasarkan Tabel 5.17 diketahui bahwa 70,7% siswi berstatus gizi normal -2
SD ≤ z ≤ + 1SD.
Data analisis hubungan citra tubuh dengan status gizi pada siswi kelas 11 dan
Data kemudian diolah menggunakan uji statistik chi square dan pearson dengan
aplikasi SPSS versi 16. Hasil uji statistika hubungan citra tubuh dengan status gizi
Tabel 5.18 Hubungan Citra Tubuh dengan Status Gizi pada Siswi Kelas 11 dan 12
di SMA Negeri 9 Surabaya.
Tabel 5.18 menunjukkan bahwa berdasarkan uji pearson, variabel citra tubuh
korelasi yang sedang dengan r = 0,479. Arah hubungan kedua variabel citra tubuh
dengan status gizi adalah searah karena nilai correlation coefficient yang positif.
Data analisis hubungan pola konsumsi pangan dengan status gizi pada siswi
kuesioner recall 2x24 jam. Pola konsumsi pangan siswi berdasarkan persentasi
kemudian diolah menggunakan uji statistik chi square dan pearson dengan
Data analisis hubungan pola konsumsi pangan dengan status gizi pada siswi
kuesioner recall 2x24 jam. Pola konsumsi pangan siswi berdasarkan persentasi
jumlah konsumsi energi perharinya. Hasil uji statistika hubungan pola konsumsi
Tabel 5.19 Hubungan Pola Konsumsi Energi dengan Status Gizi pada Siswi Kelas
11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya.
Pola Kurus Normal Gemuk Obesitas Jumlah p r
Konsumsi value
Pangan n % n % n % n % n % 0,616 0,059
Cukup 0 0 3 100 0 0 0 0 3 10
(≥77% dari 0
AKG)
Kurang 6 8,3 50 64,4 1 16,7 4 5,6 72 10
(<77% dari 2 0
AKG)
Jumlah 6 8,0 53 70,7 1 16 4 5,3 75 10
2 0
konsumsi energi memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan p value 0,616
(>0,005) dengan korelasi yang sangat lemah dengan r = 0,059. Arah hubungan
55
kedua variabel pola konsumsi energi dengan status gizi adalah searah karena nilai
Data analisis hubungan pola konsumsi pangan dengan status gizi pada siswi
kuesioner recall 2x24 jam. Pola konsumsi pangan siswi berdasarkan persentasi
Tabel 5.20 Hubungan Pola Konsumsi Karbohidrat dengan Status Gizi pada Siswi
Kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya.
Pola Kurus Normal Gemuk Obesitas Jumlah p r
Konsumsi value
Pangan n % n % n % n % n % 0,684 0,048
Cukup 0 0 2 100 0 0 0 0 2 10
(≥77% dari 0
AKG)
Kurang 6 8,2 51 69,9 1 16,4 4 5,5 73 10
(<77% dari 2 0
AKG)
Jumlah 6 8,0 53 70,7 1 16 4 5,3 75 10
2 0
0,684 (>0,005) dengan korelasi yang sangat lemah dengan r = 0,048. Arah
hubungan kedua variabel pola konsumsi karbohidrat dengan status gizi adalah
Data analisis hubungan pola konsumsi pangan dengan status gizi pada siswi
kuesioner recall 2x24 jam. Pola konsumsi pangan siswi berdasarkan persentasi
jumlah konsumsi protein perharinya. Hasil uji statistika hubungan pola konsumsi
Tabel 5.21 Hubungan Pola Konsumsi Protein dengan Status Gizi pada Siswi
Kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya.
konsumsi protein memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan p value 0,372
(>0,005) dengan korelasi yang sangat lemah dengan r = 0,105. Arah hubungan
kedua vaiabel pola konsumsi protein dengan status gizi adalah searah karena nilai
Data analisis hubungan pola konsumsi pangan dengan status gizi pada siswi
kuesioner recall 2x24 jam. Pola konsumsi pangan siswi berdasarkan persentasi
jumlah konsumsi lemak perharinya. Hasil uji statistika hubungan pola konsumsi
Tabel 5.22 Hubungan Pola Konsumsi Lemak dengan Status Gizi pada Siswi Kelas
11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya.
konsumsi protein memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan p value 0,276
(>0,005) dengan korelasi yang sangat lemah dengan r = 0,127. Arah hubungan
kedua vaiabel pola konsumsi protein dengan status gizi adalah searah karena nilai
Tabel 5.23 Rekapitulasi Hasil Analisis hubungan Antar Variabel pada siswi kelas
No Variabel p value