Anda di halaman 1dari 21

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 9 Surabaya yang beralamat di Jl.

Wijaya Kusuma No. 48, Ketabang, Genteng, Kota Surabaya. Lokasi sekolah

sangat strategis karena berada di pusat kota Surabaya dan termasuk SMA

komplek bersama SMA Negeri 1 Surabaya, SMA Negeri 2 Surabaya, dan SMA

Negeri 5 Surabaya. SMA Negeri 9 Surabaya memiliki 29 kelas, yakni 7 kelas

untuk kelas X IPA, 2 kelas untuk kelas X IPS, 7 kelas untuk kelas XI IPA, 2 kelas

untuk kelas XI IPS, 7 kelas untuk kelas XII IPA, dan 4 kelas untuk kelas XII IPS.

Selain fasilitas ruang kelas, SMA Negeri 9 Surabaya juga memiliki fasilitas

lain berupa ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, ruang bimbingan

konseling, perpustakaan, UKS, aula, lapangan olahraga, kantin, koperasi, ruang

OSIS, laboratorium, masjid, gubug wifi, kamar mandi, dan gudang. SMA Negeri

9 Surabaya memiliki tenaga kependidikan sebanyak 73 orang yang terdiri dari

guru mata pelajaran sebanyak 57 orang, pegawai tata usaha sebanyak 5 orang,

laboran sebanyak 1 orang, pustakawan sebanyak 1 orang, petugas kebersihan

sebanyak 3 orang, satpam sebanyak 3 orang, tenaga UKS sebanyak 1 orang, dan

penjaga sekolah sebanyak 2 orang. Kegiatan ektrakurikuler yang dimiliki oleh

SMA Negeri 9 Surabaya yaitu, Futsal, Basket, Voli, Badminton, Silat, Kerohanian

islam (SKI), Kerohanian kristen protestan (SKP), Kerohanian kristen katolik

(SKK), Dance, Band, Paduan suara, Tari, PETA (pecinta alam 9), Supermath, Eco

38
39

songo, Cheerleader, Passmanix (paskibra 9), Astronomix (astronomi smanix), dan

Palmerix (palang merah remaja 9).

Visi SMA Negeri 9 adalah terwujudnya insan yang beriman, berilmu,

beramal, peduli, dan berbudaya lingkungan.

Misi SMA Negeri 9 Surabaya adalah :

1. Menumbuhkan insan yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, dan berbudi

luhur.

2. Mewujudkan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, dan

inovatif.

3. Membentuk pribadi yang enterpreneur.

4. Menguasai dan mengembangkan IPTEK.

5. Menumbuhkan pribadi yang mandiri, kompetitif, berprestasi, dan belajar

dengan sepanjang hayat.

6. Membentuk pribadi yang sehat jasmani dan rohani.

7. Membangun warga sekolah yang peka akan keindahan dan keharmonisan.

8. Menumbuhkan warga yang memiliki kepedulian terhadap diri sendiri,

keluarga, lingkungan, dan berestetika tinggi.

9. Mewujudkan pendidikan lingkungan hidup yang berkesinambungan,

mencegah kerusakan alam, dan melestarikan pembiasaan peduli lingkungan.

10. Mewujudkan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang

profesional, transparan, dan akuntabel.


40

5.2 Karakteristik Responden

5.2.1 Usia Responden

Usia responden didasarkan pada perhitungan ulang tahun terakhir pada saat

lahir hingga waktu pengambilan data. Kelompok umur responden dibedakan

menjadi 15-17 tahun yang termasuk kategori remaja menengah (middle

adolescence) dan 18-21 tahun yang termasuk kategori remaja akhir (late

adolescence). Distribusi usia pada siswi kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9

Surabaya dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Usia pada Siswi Kelas 11
dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya.

Usia Frekuensi Persentase (%)


15 Tahun 6 8
16 Tahun 31 41,3
17 Tahun 36 48
18 Tahun 2 2,7
Jumlah 75 100

Berdasarkan Tabel 5.1 diketahui bahwa sebanyak 48% siswi termasuk

kategori usia 17 tahun.

5.2.2 Tingkat Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang ilmu gizi

secara umum. Kuesioner pengetahuan gizi disusun dengan 10 pertanyaan tertutup

yang menggunakan jawaban dengan pilihan ganda. Distribusi tingkat pengetahuan

gizi pada siswi kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya dapat dilihat pada

Tabel 5.2.
41

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Gizi pada


Siswi Kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya.

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)


Gizi
Kurang 0 0
Cukup 62 82,7
Baik 13 17,3
Jumlah 75 100

Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui bahwa sebanyak 82,7% siswi memiliki

pengetahuan cukup.

5.3 Karakteristik Orang Tua Responden


5.3.1 Pendidikan Orang Tua

Tingkat pendidikan orang tua responden dibagi menjadi tiga, yaitu rendah

(tidak sekolah, tamat SD, tamat SMP), menengah (tamat SMA/SMK), dan Tinggi

(tamat akademi/diploma dan tamat perguruan tinggi). Distibusi tingkat pendidikan

orang tua responden dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Pendidikan pada Orang Tua Siswi Kelas 11 dan 12 di
SMA Negeri 9 Surabaya.

Pendidikan Orang Tua Frekuensi Persentase (%)


Rendah 2 2,7
Menengah 29 38,7
Tinggi 44 58,7
Jumlah 75 100

Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa tingkat pendidikan orang tua

responden sebanyak 58,7% termasuk dalam kategori tinggi (tamat

akademi/diploma dan tamat perguruan tinggi).


42

5.3.2 Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan orang tua responden dibagi menjadi dua, yaitu bekerja dan tidak

bekerja. Distribusi pekerjaan orang tua responden dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Distribusi Pekerjaan pada Orang Tua Siswi Kelas 11 dan 12 di SMA
Negeri 9 Surabaya.

Pekerjaan Orang Tua Frekuensi Persentase (%)


Bekerja 72 96
Tidak Bekerja 3 4
Jumlah 75 100

Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui bahwa pekerjaan orang tua responden

sebanyak 96% yang bekerja.

5.3.3 Pendapatan Orang Tua

Pendapatan orang tua responden dikategorikan memurut UMK Kota

Surabaya tahun 2018 dan dibagi menjadi dua, yaitu rendah <UMK = Rp

3.583.312 dan tinggi ≥UMK = Rp 3.583.312. Distribusi pendapatan orang tua

responden dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi Pendapatan pada Orang Tua Siswi Kelas 11 dan 12 di SMA
Negeri 9 Surabaya.

Pendapatan Orang Tua Frekuensi Persentase (%)


Rendah 13 17,3
Tinggi 62 82,7
Jumlah 75 100

Berdasarkan Tabel 5.5 diketahui bahwa pendapatan orang tua responden

sebanyak 82,7% termasuk kategori tinggi.


43

5.4 Citra Tubuh

Citra tubuh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambaran yang

dimiliki seseorang mengenai tubuhnya dalam bentuk kepuasan dan ketidakpuasan

yang merupakan hasil dari penilaian subjektif itu sendiri. Citra tubuh dibagi

menjadi dua kategori, yaitu citra tubuh positif skor <110 dan citra tubuh negatif

skor ≥110. Distribusi citra tubuh pada siswi kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9

Surabaya dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Citra Tubuh pada Siswi Kelas 11
dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya.

Citra Tubuh Frekuensi Persentase (%)


Positif 55 73,3
Negatif 20 26,7
Jumlah 75 100

Berdasarkan Tabel 5.6 diketahui bahwa sebanyak 73,3% siswi memiliki citra

tubuh positif dengan skor <110. Hal ini mengindikasikan bahwa lebih dari

separuh responden merasa puas terhadap bentuk tubuh aktual.

5.5 Pola Konsumsi Pangan

5.5.1 Jumlah Konsumsi Pangan

Jumlah zat gizi yang dikonsumsi diperoleh dari hasil wawancara

menggunakan metode food recall 2x24 jam. Kecukupan energi, karbohidrat,

protein, dan lemak untuk remaja putri berturut-turut sebesar 2125 kkal/ hari, 292
44

gram/hari, 59-69 gram/ hari, dan 71 gram/ hari. Distribusi jumlah konsumsi

pangan pada siswi kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya dapat dilihat pada

tabel 5.7.

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Konsumsi Pangan pada


Siswi Kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya.

Mean ± Standart
Zat Gizi Minimum Maksimum
Deviasi
Energi (g) 455 2259 1095,29 ± 329,1
Karbohidrat (g) 36 308 125,88 ± 48,38
Protein (g) 0 87 43,83 ± 16.26
Lemak (g) 0 84 45,85 ± 17,91

Berdasarkan Tabel 5.7 diketahui bahwa rata-rata asupan energi, protein,

karbohidrat, dan lemak pada siswi berturut-turut sebesar 1095,29 gram ± 329,1;

43,83 gram ± 16.26; 125,88 gram ± 48,38; 45,85 gram ± 17,91. Rata-rata asupan

energi, protein, karbohidrat, dan lemak kurang dibandingkan dengan kecukupan.

5.5.2 Jenis dan Frekuensi Konsumsi Pangan

Data jenis dan frekuensi konsumsi pangan diperoleh dari hasil wawancara

menggunakan metode FFQ yang terdiri dari jenis dan frekuensi bahan makanan

yang dikonsumsi dalam periode waktu tertentu.

5.5.2.1 Serealia

Distribusi jenis dan frekuensi bahan makanan serealia yang dikonsumsi siswi

kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya dapat dilihat pada Tabel 5.8.
45

Tabel 5.8 Distribusi Jenis dan Frekuensi Bahan Makanan Serealia pada Siswi
Kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya

Bahan Makanan Harian Mingguan Bulanan Tidak Total


> 1x 1x 1-2x 3-6x ≤ 2x Pernah
Nasi n 69 4 1 1 0 0 75
% 92 5,3 1,3 1,3 0 0 100
Mie n 0 4 35 6 28 2 75
% 0 5,3 46,7 8,0 37,3 2,7 100
Kentan n 2 5 15 10 30 13 75
g % 2,7 6,7 20 13,3 40 17,3 100
Roti n 0 4 17 12 24 18 75
% 0 5,3 22,7 16 32 24 100
Bubur n 0 0 9 1 20 45 75
% 0 0 12 1,3 26,7 60 100
Oat n 1 0 8 1 10 55 75
% 1,3 0 10,7 1,3 13,3 73,3 100

Berdasarkan Tabel 5.8 diketahui bahwa sebagian besar konsumsi serealia

siswi adalah nasi dengan frekuensi lebih dari 1 kali sehari sebanyak 92%, mie

dengan frekuensi 1 sampai 2 kali per minggu sebanyak 46,7%, kentang dengan

frekuensi kurang dari sama dengan 2 kali per bulan sebanyak 40%, dan bahan

makanan yang tidak pernah dikonsumsi adalah oat sebanyak 73,3%.

5.5.2.2 Sumber Protein Hewani

Distribusi jenis dan frekuensi bahan makanan sumber protein hewani yang

dikonsumsi siswi kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya dapat dilihat pada

Tabel 5.9.
46

Tabel 5.9 Distribusi Jenis dan Frekuensi Bahan Makanan Sumber Protein Hewani
pada Siswi Kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya

Bahan Makanan Harian Mingguan Bulanan Tidak Total


> 1x 1x 1-2x 3-6x ≤ 2x Pernah
Daging n 4 7 24 20 15 5 75
sapi % 5,3 9,3 32 26,7 20 6,7 100
Daging n 9 7 22 31 4 2 75
ayam % 12 9,3 29,3 41,3 5,3 2,7 100
Daging n 0 2 10 3 39 21 75
bebek % 0 2,7 13,3 4 52 28 100
Telur n 7 9 21 31 4 3 75
ayam % 9,3 12 28 41,3 5,3 4 100
Telur n 0 3 6 0 17 49 75
bebek % 0 4 8 0 22,7 65,3 100
Ikan n 6 2 25 16 16 10 75
% 8 2,7 33,3 21,3 21,3 13,3 100
Udang n 0 3 22 10 19 21 75
% 0 4 29,3 13,3 25,3 28 100
Keju n 1 2 18 7 26 21 75
% 1,3 2,7 24 9,3 34,7 28 100
Susu n 7 13 12 7 19 17 75
sapi % 9,3 17,3 16 9,3 25,3 22,7 100

Berdasarkan Tabel 5.9 diketahui bahwa sebagian besar konsumsi protein

hewani siswi adalah susu dengan frekuensi 1 kali sehari sebanyak 17,3%, daging

ayam dan telur ayam dengan frekuensi 3 sampai 6 kali per minggu sebanyak

41,3%, daging bebek dengan frekuensi kurang dari sama dengan 2 kali per bulan

sebanyak 52%, dan bahan makanan yang tidak pernah dikonsumsi adalah telur

bebek sebanyak 65,3%.


47

5.5.2.3 Sumber Protein Nabati

Distribusi jenis dan frekuensi bahan makanan sumber protein nabati yang

dikonsumsi siswi kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya dapat dilihat pada

Tabel 5.10.

Tabel 5.10 Distribusi Jenis dan Frekuensi Bahan Makanan Sumber Protein Nabati
pada Siswi Kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya

Bahan Makanan Harian Mingguan Bulanan Tidak Total


> 1x 1x 1-2x 3-6x ≤ 2x Pernah
Tahu n 8 8 22 19 11 7 75
% 10,7 10,7 29,3 25,3 14,7 9,3 100
Tempe n 9 12 20 20 6 8 75
% 12 16 26,7 26,7 8 10,7 100
Susu n 1 0 7 3 13 51 75
kedelai % 1,3 0 9,3 4 17,3 68 100
Santan n 1 1 27 7 20 19 75
% 1,3 1,3 36 9,3 26,7 25,3 100
Margari n 2 6 23 10 18 16 75
n % 2,7 8 30,7 13,3 24 21,3 100

Berdasarkan Tabel 5.10 diketahui bahwa sebagian besar konsumsi protein

nabati siswi adalah tempe dengan frekuensi 1 kali sehari sebanyak 16%, santan

dengan frekuensi 1 sampai 2 kali per minggu sebanyak 36% dan frekuensi kurang

dari sama dengan 2 kali per bulan sebanyak 26,7%, dan bahan makanan yang

tidak pernah dikonsumsi adalah susu kedelai sebanyak 68%.

5.5.2.4 Sayuran
48

Distribusi jenis dan frekuensi bahan makanan sayuran yang dikonsumsi siswi

kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya dapat dilihat pada Tabel 5.11.

Tabel 5.11 Distribusi Jenis dan Frekuensi Bahan Makanan Sayuran pada Siswi
Kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya

Bahan Makanan Harian Mingguan Bulanan Tidak Total


> 1x 1x 1-2x 3-6x ≤ 2x Pernah
Bayam n 3 4 28 10 16 14 75
% 4 5,3 37,3 13,3 21,3 18,7 100
Buncis n 2 2 21 6 18 26 75
% 2,7 2,7 28 8 24 34,7 100
Kangkun n 2 5 24 11 13 20 75
g % 2,7 6,7 32 14,7 17,3 26,7 100
Kacang n 3 4 19 7 15 27 75
panjang % 4 5,3 25,3 9,3 29 36 100
Daun n 0 0 5 0 14 56 75
singkong % 0 0 6,7 0 18,7 74,7 100
Sawi n 1 4 26 13 14 17 75
% 1,3 5,3 34,7 17,3 18,7 22,7 100
Taoge n 1 4 20 12 21 17 75
% 1,3 5,3 26,7 15 28 22,7 100
Terong n 1 1 17 7 11 38 75
% 1,3 1,3 22,7 9,3 14,7 50,7 100
Wortel n 5 6 24 6 11 13 75
% 6,7 8 32 21,3 24,7 17,3 100
Labu n 1 1 4 1 9 59 75
siam % 1,3 1,3 5,3 1,3 12 78,7 100
gambas n 0 1 4 1 11 58 75
% 0 1,3 5,3 1,3 14,7 77,3 100

Berdasarkan Tabel 5.11 diketahui bahwa sebagian besar konsumsi sayuran

siswi adalah kangkung dengan frekuensi 1 kali sehari sebanyak 6,7% dan wortel

dengan frekuensi lebih dari 1 kali sehari sebanyak 6,7%, bayam dengan frekuensi

1 sampai 2 kali per minggu sebanyak 37,3%, kacang panjang dengan frekuensi
49

kurang dari sama dengan 2 kali per bulan sebanyak 29%, dan bahan makanan

yang tidak pernah dikonsumsi adalah labu siam sebanyak 78,7%.

5.5.2.5 Buah

Distribusi jenis dan frekuensi bahan makanan buah yang dikonsumsi siswi

kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya dapat dilihat pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12 Distribusi Jenis dan Frekuensi Bahan Makanan Buah pada Siswi Kelas
11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya

Bahan Makanan Harian Mingguan Bulanan Tidak Total


> 1x 1x 1-2x 3-6x ≤ 2x Pernah
Apel n 1 6 12 10 24 22 75
% 1,3 8 16 13,3 32 29,3 100
Pepaya n 3 4 14 9 18 27 75
% 4 5,3 18,7 12 24 36 100
Jeruk n 2 5 15 11 23 19 75
% 2,7 6,7 20 14,7 30,7 25,3 100
Pisang n 5 8 16 13 20 13 75
% 6,7 10,7 1,3 17,3 26,7 17,3 100
Semangk n 2 1 14 8 33 17 75
a % 2,7 1,3 18,7 10,7 44 22,7 100
Melon n 3 5 12 5 27 23 75
% 4 6,7 16 6,7 36 30,7 100
Buah n 3 4 5 3 24 36 75
naga % 4 5,3 6,7 4 32 48 100
Mangga n 2 7 15 8 27 16 75
% 2,7 9,3 20 10,7 36 21,3 100
Alpukat n 3 2 7 5 27 31 75
% 4 2,7 9,3 6,7 36 41,3 100

Berdasarkan Tabel 5.12 diketahui bahwa sebagian besar konsumsi buah siswi

adalah pisang dengan frekuensi 1 kali sehari sebanyak 10,7%, jeruk dan mangga

dengan frekuensi 1 sampai 2 kali per minggu sebanyak 20%, semangka dengan
50

frekuensi kurang dari sama dengan 2 kali per bulan sebanyak 44%, dan buah yang

tidak pernah dikonsumsi adalah buah naga sebanyak 48%.

5.6 Tingkat Konsumsi Gizi

5.6.1 Tingkat Konsumsi Energi

Tingkat kecukupan energi dibagi menjadi dua, yaitu cukup (≥ 77% AKG) dan

kurang (< 77% AKG). Distribusi tingkat konsumsi energi pada siswi kelas 11 dan

12 di SMA Negeri 9 Surabaya dapat dilihat pada Tabel 5.13.

Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi pada


Siswi Kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya.

Energi Frekuensi Persentase (%)


Cukup 3 4
Kurang 72 96
Jumlah 75 100

Berdasarkan Tabel 5.13 diketahui bahwa sebagian besar tingkat kecukupan

energi siswi dalam kategori kurang sebanyak 96%.

5.6.2 Tingkat Konsumsi Karbohidrat

Tingkat kecukupan karbohidrat dibagi menjadi dua, yaitu cukup (≥ 77%

AKG) dan kurang (< 77% AKG). Distribusi tingkat konsumsi karbohidrat pada

siswi kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya dapat dilihat pada Tabel 5.14.

Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Karbohidrat


pada Siswi Kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya.

Karbohidrat Frekuensi Persentase (%)


Cukup 2 2,7
Kurang 73 97,3
51

Jumlah 75 100

Berdasarkan Tabel 5.14 diketahui bahwa sebagian besar tingkat kecukupan

karbohidrat siswi dalam kategori kurang sebanyak 97,3%.

5.6.3 Tingkat Konsumsi Protein

Tingkat kecukupan protein dibagi menjadi dua, yaitu cukup (≥ 77% AKG)

dan kurang (< 77% AKG). Distribusi tingkat konsumsi protein pada siswi kelas

11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya dapat dilihat pada Tabel 5.15.

Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein pada


Siswi Kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya.

Protein Frekuensi Persentase (%)


Cukup 35 46,7
Kurang 40 53,3
Jumlah 75 100

Berdasarkan Tabel 5.15 diketahui bahwa sebagian besar tingkat kecukupan

protein siswi dalam kategori kurang sebanyak 53,3%.

5.6.4 Tingkat Konsumsi Lemak

Tingkat kecukupan lemak dibagi menjadi dua, yaitu cukup (≥ 77% AKG) dan

kurang (< 77% AKG). Distribusi tingkat konsumsi lemak pada siswi kelas 11 dan

12 di SMA Negeri 9 Surabaya dapat dilihat pada Tabel 5.16.

Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Lemak pada


Siswi Kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya.

Lemak Frekuensi Persentase (%)


Cukup 20 26,7
Kurang 55 73,3
52

Jumlah 75 100

Berdasarkan Tabel 5.16 diketahui bahwa sebagian besar tingkat kecukupan

protein siswi dalam kategori kurang sebanyak 73,3%.

5.7 Status Gizi

Penilaian status gizi dalam penelitian ini menggunakan penilaian nilai z-score

dari IMT/U untuk usia 14 – 18 tahun. Perhitungan status gizi dalam penelitian ini

menggunakan aplikasi WHO AnthroPlus. Klasifikasi status gizi IMT/U

berdasarkan Z-score terbagi menjadi 4 kategori yaitu kurus -3 SD ≤ z < -2 SD,

normal -2 SD ≤ z ≤ + 1SD, gemuk +1 SD ≤ z ≤ +2 SD, dan obesitas z > +2 SD.

Distribusi status gizi pada siswi kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya dapat

dilihat pada Tabel 5.17.

Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi pada Siswi Kelas 11
dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya.

Status Gizi Frekuensi Persentase (%)


Kurus 6 8
Normal 53 70,7
Gemuk 12 16
Obesitas 4 5,3
Jumlah 75 100

Berdasarkan Tabel 5.17 diketahui bahwa 70,7% siswi berstatus gizi normal -2

SD ≤ z ≤ + 1SD.

5.8 Hubungan Antar Variabel


53

5.8.1 Hubungan Citra Tubuh dengan Status Gizi

Data analisis hubungan citra tubuh dengan status gizi pada siswi kelas 11 dan

12 di SMA Negeri 9 Surabaya didapatkan dari hasil pengisian kuesioner citra

tubuh dengan menggunakan Body Shape Questionnaire (BSQ-34) dan

pengukuran antropometri dengan menggunakan microtoise dan timbangan digital.

Data kemudian diolah menggunakan uji statistik chi square dan pearson dengan

aplikasi SPSS versi 16. Hasil uji statistika hubungan citra tubuh dengan status gizi

disajikan dalam Tabel 5.18.

Tabel 5.18 Hubungan Citra Tubuh dengan Status Gizi pada Siswi Kelas 11 dan 12
di SMA Negeri 9 Surabaya.

Citra Kurus Normal Gemuk Obesitas Jumlah p r


Tubuh value
n % n % n % n % n % 0,000 0,479
Positif 6 10, 4 81, 2 3, 2 3,6 5 10
9 5 8 6 5 0
Negatif 0 0 8 40 10 50 2 10 2 10
0 0
Jumlah 6 8 5 70, 12 16 4 5,3 7 10
3 7 5 0

Tabel 5.18 menunjukkan bahwa berdasarkan uji pearson, variabel citra tubuh

memiliki hubungan yang signifikan dengan p value 0,000 (>0,005) dengan

korelasi yang sedang dengan r = 0,479. Arah hubungan kedua variabel citra tubuh

dengan status gizi adalah searah karena nilai correlation coefficient yang positif.

5.8.2 Hubungan Pola Konsumsi Pangan dengan Status Gizi

Data analisis hubungan pola konsumsi pangan dengan status gizi pada siswi

kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya didapatkan dari hasil pengisian


54

kuesioner recall 2x24 jam. Pola konsumsi pangan siswi berdasarkan persentasi

jumlah konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak perharinya. Data

kemudian diolah menggunakan uji statistik chi square dan pearson dengan

aplikasi SPSS versi 16.

5.8.2.1 Hubungan Pola Konsumsi Energi dengan Status Gizi

Data analisis hubungan pola konsumsi pangan dengan status gizi pada siswi

kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya didapatkan dari hasil pengisian

kuesioner recall 2x24 jam. Pola konsumsi pangan siswi berdasarkan persentasi

jumlah konsumsi energi perharinya. Hasil uji statistika hubungan pola konsumsi

pangan dengan status gizi disajikan dalam Tabel 5.19.

Tabel 5.19 Hubungan Pola Konsumsi Energi dengan Status Gizi pada Siswi Kelas
11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya.
Pola Kurus Normal Gemuk Obesitas Jumlah p r
Konsumsi value
Pangan n % n % n % n % n % 0,616 0,059
Cukup 0 0 3 100 0 0 0 0 3 10
(≥77% dari 0
AKG)
Kurang 6 8,3 50 64,4 1 16,7 4 5,6 72 10
(<77% dari 2 0
AKG)
Jumlah 6 8,0 53 70,7 1 16 4 5,3 75 10
2 0

Tabel 5.18 menunjukkan bahwa berdasarkan uji pearson, variabel pola

konsumsi energi memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan p value 0,616

(>0,005) dengan korelasi yang sangat lemah dengan r = 0,059. Arah hubungan
55

kedua variabel pola konsumsi energi dengan status gizi adalah searah karena nilai

correlation coefficient yang positif.

5.8.2.2 Hubungan Pola Konsumsi Karbohidrat dengan Status Gizi

Data analisis hubungan pola konsumsi pangan dengan status gizi pada siswi

kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya didapatkan dari hasil pengisian

kuesioner recall 2x24 jam. Pola konsumsi pangan siswi berdasarkan persentasi

jumlah konsumsi karbohidrat perharinya. Hasil uji statistika hubungan pola

konsumsi pangan dengan status gizi disajikan dalam Tabel 5.20.

Tabel 5.20 Hubungan Pola Konsumsi Karbohidrat dengan Status Gizi pada Siswi
Kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya.
Pola Kurus Normal Gemuk Obesitas Jumlah p r
Konsumsi value
Pangan n % n % n % n % n % 0,684 0,048
Cukup 0 0 2 100 0 0 0 0 2 10
(≥77% dari 0
AKG)
Kurang 6 8,2 51 69,9 1 16,4 4 5,5 73 10
(<77% dari 2 0
AKG)
Jumlah 6 8,0 53 70,7 1 16 4 5,3 75 10
2 0

Tabel 5.20 menunjukkan bahwa berdasarkan uji pearson, variabel pola

konsumsi karbohidrat memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan p value

0,684 (>0,005) dengan korelasi yang sangat lemah dengan r = 0,048. Arah

hubungan kedua variabel pola konsumsi karbohidrat dengan status gizi adalah

searah karena nilai correlation coefficient yang positif.


56

5.8.2.3 Hubungan Pola Konsumsi Protein dengan Status Gizi

Data analisis hubungan pola konsumsi pangan dengan status gizi pada siswi

kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya didapatkan dari hasil pengisian

kuesioner recall 2x24 jam. Pola konsumsi pangan siswi berdasarkan persentasi

jumlah konsumsi protein perharinya. Hasil uji statistika hubungan pola konsumsi

pangan dengan status gizi disajikan dalam Tabel 5.21.

Tabel 5.21 Hubungan Pola Konsumsi Protein dengan Status Gizi pada Siswi
Kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya.

Pola Kurus Normal Gemuk Obesitas Jumlah p r


Konsumsi value
Pangan n % n % n % n % n % 0,372 0,105
Cukup 4 11,4 2 71,4 4 11,4 2 5,7 3 100
(≥77% dari 5 5
AKG)
Kurang 2 5,0 2 70 8 20 2 5,0 4 100
(<77% dari 8 0
AKG)
Jumlah 6 8,0 5 70,7 12 16 4 5,3 7 100
3 5

Tabel 5.21 menunjukkan bahwa berdasarkan uji pearson, variabel pola

konsumsi protein memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan p value 0,372

(>0,005) dengan korelasi yang sangat lemah dengan r = 0,105. Arah hubungan

kedua vaiabel pola konsumsi protein dengan status gizi adalah searah karena nilai

correlation coefficient yang positif.


57

5.8.2.4 Hubungan Pola Konsumsi Lemak dengan Status Gizi

Data analisis hubungan pola konsumsi pangan dengan status gizi pada siswi

kelas 11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya didapatkan dari hasil pengisian

kuesioner recall 2x24 jam. Pola konsumsi pangan siswi berdasarkan persentasi

jumlah konsumsi lemak perharinya. Hasil uji statistika hubungan pola konsumsi

pangan dengan status gizi disajikan dalam Tabel 5.22.

Tabel 5.22 Hubungan Pola Konsumsi Lemak dengan Status Gizi pada Siswi Kelas
11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya.

Pola Kurus Normal Gemuk Obesitas Jumlah p r


Konsumsi value
Pangan n % n % n % n % n % 0,276 0,127
Cukup 4 20 12 60 3 15 1 5,0 20 10
(≥77% dari 0
AKG)
Kurang 2 3,6 41 74,5 9 16,4 3 5,5 55 10
(<77% dari 0
AKG)
Jumlah 6 8,0 53 70,7 1 16 4 5,3 75 10
2 0

Tabel 5.22 menunjukkan bahwa berdasarkan uji pearson, variabel pola

konsumsi protein memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan p value 0,276

(>0,005) dengan korelasi yang sangat lemah dengan r = 0,127. Arah hubungan

kedua vaiabel pola konsumsi protein dengan status gizi adalah searah karena nilai

correlation coefficient yang positif.


58

Tabel 5.23 Rekapitulasi Hasil Analisis hubungan Antar Variabel pada siswi kelas

11 dan 12 di SMA Negeri 9 Surabaya

No Variabel p value

1. Hubungan citra tubuh dengan status gizi 0,000

2. Hubungan pola konsumsi energi dengan status gizi 0,616

3. Hubungan pola konsumsi Karbohidrat dengan status gizi 0,684

4. Hubungan pola konsumsi protein dengan status gizi 0,372

5. Hubungan pola konsumsi lemak dengan status gizi 0,276

Anda mungkin juga menyukai