e-ISSN : 2579-5783
Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Ibu tentang Gizi Seimbang dengan Status Gizi
Anak TK
di DesaYosowilangun Lor Kabupaten Lumajang
4 tahun dan usia tertinggi 6 tahun. Berikut ini Berdasarkan tabel diatas
merupakan tabel karakteristik tingkat menunjukkan bahwa sebagian besar
pendidikan ibu. responden 27 (39,7%) berada pada kategori
tingkat pengetahuan kurang. Tingkat
T abel 2. Karakteristik Tingkat Pendidikan Ibu pengetahuan cukup sebanyak 18
Tingkat Pendidikan Ibu Jumlah Persentase
(%) responden(26,5%) dan tingkat pengetahuan
Tamat SD 17 25 baik sebanyak 23 responden (39,7%).
Tamat SMP 25 36,7
Tamat SMA 19 27,9 Berikut ini merupakan tabel perilaku
D1 2 2,9 ibu tentang gizi seimbang:
D3 1 1,4 T abel 6. Perilaku Ibu Tentang Gizi Seimbang
S1 4 5,8
Perilaku Jumlah Persentase (%)
Jumlah 68 100
Baik 25 36,8
Sumber: Data Primer (2016-2017)
Cukup 14 20,6
Kurang 29 42,6
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui Jumlah 68 100
bahwa dari 68 responden, sebagian besar Sumber: Data Primer (2016-2017)
pendidikan ibu yaitu tamat SMP sebanyak 25
orang (36,7%) dan hanya sebagian kecil saja Tabel diatas menunjukkan bahwa
yang lulus pendidikan tinggi (D1, D3 dan S1) sebagian besar responden 29 (42,6%) berada
sejumlah 6 orang (10,1%). pada kategori tingkat perilaku kurang.
Berikut ini merupakan tabel karakteristik Sedangkan yang paling sedikit yaitu 14
pekerjaan ibu sebagai berikut. responden memiliki tingkat perilaku cukup.
T abel 3. Karakteristik Pekerjaan Ibu
Pekerjaan Jumlah Persentase
Tabel berikut menggambarkan
(%)
Ibu Rumah Tangga 64 94,1 tentang status gizi anak
Guru 1 1,47 T abel 7. Status Gizi Anak
Petani 3 4,4 Status Gizi Jumlah Persentase (%)
Jumlah 68 100 Baik 29 42,6
Kurang 38 55,9
Sumber: Data Primer (2016-2017)
Lebih 1 1,5
Jumlah 68 100
Berdasarkan tabel 3 diketahui dari 68 Sumber: Data Primer (2016-2017)
responden, sebagian besarresponden yaitu
sebanyak 64 orang sebagai ibu rumah tangga Tabel diatas menunjukkan bahwa
(94,1%), dan hanya 1 orang responden sebagian besar anak 38 (55,9%) memiliki
(1,47%) yang berprofesi sebagai guru. status gizi kurang, dan hanya 1 (1,5%) orang
Tabel 4. Karakteristik Anak Berdasarkan Jenis anak yang memiliki status gizi lebih.
Kelamin
Sedangkan tabel berikut merupakan
Jenis Kelamin Jumlah Persentase tabel yang menggambarkan Hubungan
(%) pengetahuan Ibu Tentang Gizi Seimbang
Laki-Laki 37 54,4% Dengan Status Gizi Anak TK di Desa
Perempuan 31 45,6% Yosowilangun Lor Kabupaten Lumajang
Jumlah 68 100
Sumber: Data Primer (2016-2017) Tabel 8. Hubungan pengetahuan Ibu Tentang
Berdasarkan penelitian yang telah Gizi Seimbang Dengan Status Gizi Anak TK
dilakukan, jenis kelamin anak laki-laki di Desa Yosowilangun Lor Kabupaten
sebanyak 37 anak (54,4%) dan 31 (45,6%) Lumajang
anak berjenis kelamin perempuan. Status Gizi Anak Total P r
n (%)
Tabel 5. Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Seimbang Pengetah
uan Ibu
Baik
n (%)
Kurang
n (%)
Lebih
n (%)
Pengetahuan Jumlah Persentase (%) tentang
Gizi
Seimbang Baik 23 33,8
Cukup 18 26,5
Kurang 27 39,7
Jumlah 68 100
Total n
(%)
29 (42,5) 38 (55,9) 1 (1,4) 68
(100) Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
Sumber: Data Primer (2016-2017)
ibu yang menunggu anak disekolah
Berdasarkan uji Somers’d yang mengijinkan anak membeli sosis di sekolah.
dilakukandinyatakan bahwa ada hubungan Sosis, mie dan makanan ringan (chiki)
pengetahuan ibu tentang gizi seimbang mengandung banyak pengawet, pewarna dan
dengan status gizi anak, serta diperoleh MSG. Bagi anak yang sensitif pengawet dan
correlation coefficient sebesar 0,339 yang pewarna dapat menyebabkan gejala alergi
berarti memiliki hubungan lemah. Sedangkan baik pada tubuh dan otaknya, disamping itu
arah korelasi searah (positif) yang berarti juga menimbulkan masalah diare. Alergi pada
semakin kurangpengetahuanibu tentang gizi zat- zat aditif atau zat-zat tertentu pada
seimbang maka semakinkurangstatus gizi makanan dapat mempengaruhi suasana hati,
anak. Hasil penelitian ini sesuai dengan perilaku, dan proses berfikir. Bahkan dalam
penelitian yang dilakukan oleh Rika tentang jangka panjang akan mempertinggi risiko
pengetahuan ibu tentang gizi dan status gizi kanker. Ibu mengijinkan anak membeli sosis
anak usia 1-3 tahun yang dilakukan pada disekolah karena dengan membeli sosis ibu
responden di wilayah kerja Puskesmas menganggap hal tersebut dapat mengganti
Rejosari yang menyatakan bahwa ada makanan yg seharusnya dikonsumsi pada saat
hubungan yang bermakna antara pengetahuan sarapan karena anak jarang mau untuk sarapan
ibu tentang gizi dengan status gizi anak 1-3 di rumah. Hal ini terjadi karena minimnya
tahun yang menunjukkan hasil dari 98 pendidikan ibu dan kurangnya pengetahuan
responden pengetahuan yang dimiliki ibu ibu tentang kandungan dan zat-zat yang
sebagian besar rendah yaitu sebanyak 62 berbahaya yang terdapat di dalam sosis.
responden (63,3%) dengan status gizi anak Sebagian besar ibu hanya tamat Sekolah
terbanyak yaitu status gizi kurang sebanyak Menengah Pertama (SMP). Pendidikan adalah
52 responden (53,06%) (Rika,dkk., 2013). suatu proses belajar yang berarti dalam
Hasil penelitian yang dilakukan di Desa pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan,
Yosowilangun Lor Kabupaten Lumajang perkembangan atau perubahan ke arah yang
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang
mempunyai pengetahuan kurang tentang gizi pada diri individu, kelompok atau masyarakat.
seimbang. Dari 20 pertanyaan yang diajukan Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
sebagian besar responden menjawab salah semakin mudah pula mereka menerima
pada point penyusunan menu yang beragam, informasi, sebaliknya semakin rendah tingkat
fungsi vitamin, karbohidrat, dan protein, serta pengetahuan seseorang semakin sulit pula
jenis dan kandungan zat gizi yang ada dalam mereka menerima informasi.11Sebagian besar
makanan. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga sehingga
pendidikan ibu adalah SMP sehingga minim kesulitan untuk mendapatkan informasi
pengetahuan. mengenai kesehatan dan gizi karena kegiatan
Pengetahuan yang berhubungan mereka sehari hari hanya dilakukan dirumah
dengan masalah kesehatan akan sebagai ibu rumah tangga.
mempengaruhi gangguan kesehatan pada Berdasarkan peneltian yang dilakukan
kelompok tertentu. Kurangnya pengetahuan kebanyakan responden tidak mengetahui
tentang gizi akan mengakibatkan pentingnya buah dan sayuran untuk anak.
berkurangnya kemampuan untuk menerapkan Responden tidak membiasakan anak
informasi dalam kehidupan sehari-hari yang mengkonsumsi buah dan sayuran sejak kecil
merupakan salah satu penyebab terjadinya sehingga ketika anak memasuki usia pra
masalah gizi. Dalam Notoatmodjo, 2007, sekolah anak tidak mau mengkonsumsi sayur
sebagian besar responden yaitu ibu rumah dan buah yang ibu mereka berikan. Hal ini
tangga sehingga kesulitan untuk mendapatkan dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu
informasi mengenai gizi seimbang dan menu tentang manfaat sayuran dan buah untuk
seimbang yang baik untuk anak, karena kesehataan anak, sehingga berdampak pada
minimnya sumber informasi untuk mereka pola pemberian dan jenis makanan pada anak
yang hanya diam di rumah sebagai ibu rumah dan juga masalah gangguan pencernaan pada
tangga. anak yang responden keluhkan, seperti susah
buang air besar. Secara umum sayuran dan Hasil penelitian yang dilakukan di Desa
buah-buahan merupakan sumber berbagai Yosowilangun Lor Kabupaten Lumajang
vitamin, mineral dan serat pangan. Sebagai menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
vitamin, mineral yang terkandung dalam mempunyai perilaku kurang tentang gizi
sayuran dan buah-buahan berperan sebagai seimbang. Dari 15 pernyataan yang diajukan
antioksidan atau penangkal senyawa jahat ada beberapa point perilaku gizi seimbang
dalam tubuh. Kurangnya konsumsi buah dan yang jarang dilakukan oleh responden yaitu :
sayur yang mengandung serat dapat menjaga dan memperhatikan berat badan
mengakibatkan sembelit yang terjadi pada anak, membiasakan sarapan, memberikan
anak. Menurut Sulistyoningsih (2011), makanan yang mengandung protein hewani
kebiasaan ini masih belum sesuai dengan seperti ikan serta membiasakan minum susu
pesan khusus gizi seimbang untuk anak usia setiap hari, dari jawaban responden dapat
2-6 tahun yaitu memperbanyak konsumsi diketahui bahwa responden belum mampu
buah dan sayuran untuk anak. Berikut menerapkan pesan gizi seimbang dengan baik,
merupakan tabel hubungan perilaku ibu sesuai dengan PUGS 2014. Perilaku ibu
tentang gizi seimbang dengan status gizi anak tentang gizi seimbang merupakan hal yang
TK di desa Yosowilangun Lor Kabupaten berkaitan dengan tindakan atau kegiatan ibu
Lumajang yang sesuai dengan pesan umum gizi
seimbang. Frozt, et.al. (2010) menyebutkan
Tabel 9. Hubungan Perilaku Ibu Tentang Gizi perilaku dibentuk melalui suatu proses dan
Seimbang Dengan Status Gizi Anak TK di berlangsung dalam interaksi manusia dengan
Desa Yosowilangun Lor Kabupaten Lumajang lingkungannya.
Perilaku Status Gizi Anak Total P r Faktor-faktor yang mempengaruhi
Ibu Baik Kurang Lebih n (%)
Tentang
Gizi
n (%) n (%) n (%) terbentuknya perilaku dibedakan menjadi dua,
Seimbang
Baik 17 (25) 7 (10,2) 1 (1,4) 25
yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor
Cukup 8 (11,7) 6 (8,8) 0 (0)
(36,7)
14 0,0 0,3
intern mencakup pengetahuan, kecerdasan,
(20,5) 00 89 persepsi, emosi motivasi yang berfungsi
Kurang 4 (5,58) 25 (36,7) 0 (0) 29
(42,6) mengolah rangsang dari luar sedangkan faktor
Total n 29 (42,5) 38 (55,9) 1 (1,4) 68
(%) (100)
ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik
Sumber: Data Primer (2016-2017) maupun non fisik sperti iklim, manusia, sosial,
Berdasarkan uji Somers’d yang ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.
dilakukan dinyatakan bahwa ada hubungan Salah satu faktor yang mempengaruhi
perilaku ibu tentang gizi seimbang dengan status gizi anak adalah perilaku ibu dalam
status gizi anak, serta diperoleh correlation memilih dan memberikan makanan, karena
coefficient sebesar 0,389 yang berarti perilaku ibu mempengaruhi bagaimana
memiliki hubungan lemah. Sedangkan arah masyarakat mampu memenuhi persediaan
korelasi searah (positif) yang berarti semakin pangan individu dan keluarganya. Masih
kurang perilaku ibu tentang gizi seimbang banyak penduduk yang tidak cukup
maka semakin kurang status gizi anak. Hasil mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan.
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang Kualitas protein yang dikonsumsi rata-rata
dilakukan oleh Mardiana tentang hubungan perorang perhari masih rendah karena
perilaku gizi ibu dan status gizi balita di sebagian besar berasal dari protein
Puskesmas Tanjung Beringin Kecamatan nabati.7Perilaku ibu yang masih rendah dapat
Hinai Kabupaten Langkat yang dilakukan disebabkan karena kurangnya tingkat
pada pengetahuan ibu tentang gizi seimbang dan
87 orang responden di wilayah kerja kurangnya kemampuan dalam menerapkan di
Puskesmas Tanjung Beringin Kecamatan kehidupan sehari – hari (Frost,et.al., 2010).
Hinai Kabupaten Langkat, menyatakan bahwa Berdasarkan penelitian yang
ada hubungan bermakna antara perilaku ibu dilakukan, banyak responden yang
dengan status gizi balita hasil penelitian menyediakan mie di rumah sebagai makanan
diketahui bahwa status gizi balita baik selingan untuk anak karena anak suka dan
(72,4%), status gizi balita kurang (25,2%), selalu meminta dibuatkan mie instan ketika
status gizi balita buruk (1,2%) dan status gizi lapar, apabila dilakukan secara terus menerus
balita lebih (1,2%) (andriani, dkk., 2013). akan menimbulkan akibat yang kurang baik
pada anak karena mie instan mengandung msg tercukupi karena anak hanya mau
dan pengawet yang kurang baik untuk mengkonsumsi 2-3 sendok nasi saja.
kesehatan anak dan hal tersebut tidak sesuai Sedangkan status gizi anak lebih, hal ini
dengan pesan umum gizi seimbang untuk dikarenakan faktor genetik yang didapatkan
membatasi konsumsi pangan manis, asin dan dari kedua orang tuanya yang memiliki status
berlemak. Kebiasaan atau pantangan makanan gizi lebih. Rata-rata faktor genetik
yang merugikan, kesukaan yang berlebihan memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap
terhadap jenis makanan tertentu serta sosial berat badan seseorang (Frost,et.al., 2010).
ekonomi orangtua juga dapat mempengaruhi Berdasarkan penelitian yang
status gizi anak (Hidayat,dkk., 2008). dilakukan beberapa anak jarang mau untuk
Berdasarkan wawancara kuesioner sarapan. Karena terbiasa bangun kesiangan
perilaku ibu tentang gizi seimbang yang dan tidak mau sarapan. Sehingga pada saat
dilakukan peneliti, responden jarang disekolah anak - anak membeli cilok bakar
memberikan daging ataupun ikan kepada anak yang dijual oleh penjual yang berdagang di
dikarenakan kondisi ekonomi yang kurang depan sekolah dan para ibu membiarkan
sehingga sang anak terbiasa mengkonsumsi anaknya membelinya karena ketika dirumah
lauk nabati seperti tahu dan tempe sejak kecil tidak mau sarapan. Kebiasaan ini tidak baik
sehingga ketika sesekali ibu memberi ikan apabila dilakukan secara terus menerus karena
sang anak menolak karena tidak terbiasa. sarapan setiap hari penting terutama bagi
Dari kejadian di atas dapat dilihat bahwa anak-anak karena mereka sedang tumbuh dan
responden belum dapat memenuhi pesan mengalami perkembangan otak yang sangat
umum gizi seimbang pada point tergantung pada asupan makanan secara
membiasakan konsumsi lauk pauk yang teratur. Dalam upaya memenuhi kebutuhan
mengandung protein tinggi, hal ini zat gizi selama sehari dianjurkan agar anak
menyebabkan kurangnya asupan protein makan secara teratur 3 kali sehari dimulai
hewani pada anak yang dapat mempengaruhi dengan sarapan, atau makan pagi, makan
kesehatan dan status gizi anak. Dalam siang, dan makan malam (Frost, et.al. (2010)
memenuhi kebutuhan gizi seimbang faktor
ekonomi menjadi salah satu faktor yang 4. Kesimpulan dan Saran
menentukan seseorang dapat memenuhi Kesimpulan
kebutuhan gizi seimbang yang sesuai dengan 1. Ada hubungan pengetahuan ibu tentang
yang dibutuhkan ataupun yang tidak sesuai gizi seimbang dengan status gizi anak TK
dengan kebutuhannya. Status ekonomi orang di Desa Yosowilangun Lor Kabupaten
tua dapat mempengaruhi perubahan status gizi Lumajang.
anak. Penyediaan makanan bergizi 2. Ada hubungan perilaku ibu tentang gizi
membutuhkan dana yang tidak sedikit, seimbang dengan status gizi anak TK di
sehingga perubahan status gizi dipengaruhi Desa Yosowilangun Lor Kabupaten
oleh status ekonomi. Seseorang dengan status Lumajang.
ekonomi yang kurang biasanya kesulitan
dalam penyedian makanan bergizi, sebaliknya
Saran
orang dengan status ekonomi tinggi lebih
1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
mudah untuk menyediakan makanan bergizi.15
dapat mencantumkan variabel-variabel
Hasil wawancara yang dilakukan
lain yang dapat mempengaruhi status gizi
dengan salah satu responden, anak terlalu suka
anak (Pendapatan, Pola makan dan
berlebihan terhadap bubur bayi instan karena
Kebudayaan).
setiap hari anak selalu minta dibuatkan bubur
2. Bagi masyarakat khususnya ibu
bayi instant ketika selesai makan pagi, siang
diharapkan untuk membawakan bekal
dan malam. Hal ini terjadi karena ketika usia 1
kepada anak agar asupan makanan anak
tahun ibu selalu membuatkan bubur bayi
tetap terpenuhi selama di sekolah
instan dan berlanjut sampai anak memasuki
sehingga dapat mencapai status gizi yang
usia pra sekolah. Perilaku ibu dalam
normal.
pemberian makan anak sudah baik karena
dengan memberikan bubur bayi instant
kepada anak dapat menambahkan asupan
karbohidrat yang belum
3. Bagi instansi pendidikan diharapkan dapat memberika penyuluhan, sosialisasi dan promosi
kesehatan ke sekolah – sekolah terdekat mengenai gizi seimbang dan jenis makanan bergizi
yang dapat meningkatkan status gizi khususnya anak.
4. Bagi Taman Kanak – Kanak yang berada di Desa Yosowilangun Lor Kabupaten Lumajang
sebaiknya disediakan alat untuk menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan anak
sehingga dapat dilakukan kegiatan pemantauan berat badan dan tumbuh kembang anak.
Abstrack
Mother’s nutritional knowledge determines all that the children eats. Mother’s who have a good
knowledge of nutrition will form a good balanced nutrition behavior for children. The behavior will affect the
nutriet intake and nutritional status of children.The purpose of the study is to know the correlation mother’s
knowledge and attitudes on balanced nutrition with children’s nutritional status in kindergartens
Yosowilangun Lor village Lumajang Regency. This study employed Analytical Survey Research with Cross
Sectional Design. The study was carried out on October 2016 in Muslimat NU 01 Yosowilangun Lor
Kindergarten, Dharma Wanita 01 Yosowilangun Lor Kindergartenand Dharma Wanita 02 Yosowilangun Lor
Kindergarten. The collecting data mothers’s knowledge on balanced nutrition and mother’s attitude on
balance nutrition usedquestioner, and to collect child nutritional status data using Z- score with BB/U
indikator.This study involved 68 respondents. Based on bivariate analysis were tested statistically Somers’d
test, the test of the correlationmother’s knowledge and attitudes on balanced nutrition with children’s
nutritional status in kindergartens Yosowilangun Lor village Lumajang Regency obtained by value p = 0.000
which shows the correlation of mother’s knowledge on balanced nutrition with children’s nutritional status
in kindergartens Yosowilangun Lor village Lumajang Regency. On the test of attitudes on balanced nutrition with
children’s nutritional status in kindergartens Yosowilangun Lor village Lumajang Regency obtained by value
p = 0.000 shows that there is correlation attitudes on balanced nutrition with children’s nutritional status in
kindergartens Yosowilangun Lor village Lumajang Regency.
Keywods: Mother’s Attitudes on Balanced Nutrition, Mother’s Knowledgeon Balanced Nutrition, Nutritional
Status
5. Daftar Pustaka
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.
Kementrian kesehatan RI. 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Kementrian kesehatan RI. 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Kementrian kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Frost, Michelle Bellessa. 2010 Maternal education and child nutritional status in Bolivia. Social
Science & Medicine.
Rika., Ganis, dan Wasisto. 2013. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi
Anak usia 1-3 tahun. Jurnal Ilmu Kesehatan. [21 Mei 2016]. http// Jurnal
Stikes.ac.ID.PHP/571.K.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Marimbi, Hanum. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi Dan Imunisasi Dasar Pada Balita.
Yogyakarta: Nuha Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.