Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan dalam bentuk
tabel dan narasi. Data yang telah terkumpul ditabulasikan dan dikelompokkan sesuai sebagai
Hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 10 Maret dan 11 Maret 2018 di Desa
3. Memiliki RT 21 dan RW 3
(55,3%)
Kabupaten Mojokerto.
23 responden (60,5%).
Kabupaten Mojokerto.
responden.
3. Hubungan Peran Konselor Laktasi Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di
(66,7%) menilai jika konselor kurang berperan, ibu tidak memberikan ASI
secara eksklusif.
4.2 Pembahasan
Kabupaten Mojokerto.
permasalahan yang dihadapi baik masalah psikologis, sosial dan lain-lain, serta
(Purwoastuti.dkk, 2015).
Hasil peran konselor yang berperan yaitu (60,5%) dan kurang berperan
yang sudah dibahas bersama klien saat konseling, konselor tidak bertanya
masalah / keluhan yang dihadapi klien serta tidak memberikan edukasi tentang
makanan yang harus dikonsumsi ibu untuk mempersiapkan produksi ASI. Dari
mendukung sebanyak (33,9%). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang
berkaitan yaitu pendidikan ibu dan informasi yang ibu peroleh tentang pemberian
ASI Eksklusif.
rendah. Sehingga promosi dan informasi mengenai ASI Eksklusif dengan mudah
dapat diterima dan dilaksanakan. Ibu dengan pendidikan SMP atau yang lebih
bisa berasal dari pendidikan formal maupun non formal, percakapan, membaca,
perawat ataupun konselor laktasi akan lebih berfikir secara bijak untuk
Faktor ketiga yaitu pekerjaan. Mayoritas ibu di desa Gayaman adalah ibu
eksklusif. Banyak ibu yang tak memberikan ASI karena berbagi alasan,
Padahal istilah harus kembali bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI
secara eksklusif (Haryono & Setianingsih, 2014). Maka dari itu, responden harus
lebih memikirkan untuk memberikan ASI Eksklusif dengan baik karena begitu
banyak manfaat yang terkandung dalam ASI walaupun ibu harus bekerja diluar
rumah.
Kabupaten Mojokerto.
ASI Eksklusif. ASI Eksklusif adalah ASI saja tanpa minuman, makanan, air atau
cairan lain kecuali obat, suplemen atau vitamin yang diindikasikan oleh pihak
alasan ibu tidak memberikan ASI Eksklusif adalah ASI keluarnya sedikikt, ASI
tidak keluar serta beberapa ada yang bekerja diluar rumah seperti bekerja di
Hal ini dikarenakan ada beberapa faktor yaitu pendidikan ibu, informasi yang
rendah. Sehingga promosi dan informasi mengenai ASI Eksklusif dengan mudah
dapat diterima dan dilaksanakan. Ibu dengan pendidikan SMP atau yang lebih
bisa berasal dari pendidikan formal maupun non formal, percakapan, membaca,
perawat ataupun konselor laktasi akan lebih berfikir secara bijak untuk
eksklusif. Banyak ibu yang tak memberikan ASI karena berbagi alasan,
Padahal istilah harus kembali bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI
secara eksklusif (Haryono & Setianingsih, 2014). Maka dari itu, responden harus
lebih memikirkan untuk memberikan ASI Eksklusif dengan baik karena begitu
banyak manfaat yang terkandung dalam ASI walaupun ibu harus bekerja diluar
rumah.
responden yang menilai konselor berperan dan memberikan ASI Eksklusif ada 17
responden (73,9%) serta yang tidak ASI Eksklusif ada 6 responden (26,1%).
ASI Eksklusif ada 5 responden (33,3%) dan tidak memberikan ASI secara
maka pemberian ASI Eksklusif akan meningkat, sebaliknya jika seorang konselor
laktasi kurang dalam berperan hal tersebut dapat memberikan dampak penurunan
pemberian ASI Eksklusif. Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa
keberhasilan dalam pemberian ASI Eksklusif tidak hanya faktor peran konselor
laktasi, akan tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain
pendidikan ibu, informasi yang didapatkan ibu tentang ASI Eksklusif dan status
hasil yaitu dari 30 sampel menyatakan jika responden yang tidak memberikan
ASI Eksklusif dan kurang mendapatkan dukungan dari bidan yaitu 64,3% (9
sebanyak 81,2% (13 orang) sedangkan yang tidak memberikan ASI Eksklusif
sebanyak 18,8% (3 orang). Artinya yaitu Semakin tinggi dukungan dari seorang
bidan maka pemberian ASI Eksklusif akan meningkat, sebaliknya jika seorang