Anda di halaman 1dari 9

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan dalam bentuk

tabel dan narasi. Data yang telah terkumpul ditabulasikan dan dikelompokkan sesuai sebagai

variabel, dianalisa dan diinterpretasikan sehingga

dapat dihasilkan suatu kesimpulan.

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 10 Maret dan 11 Maret 2018 di Desa

Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto, didapatkan data sebagai berikut:

4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Gayaman Desa Gayaman Kecamatan

Mojoanyar Kabupaten Mojokerto yang memiliki

1. Luas Wilayah 2.668.54 𝑘𝑚2

2. Jumlah Warga 5.037 jiwa

3. Memiliki RT 21 dan RW 3

4. Jumlah balita posyandu: 47 balita dan jumlah ibu: 47 ibu

5. Jarak Desa Gayaman menuju puskesmas gayaman ±500 m

4.1.2 Data Umum


54
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan ibu di
Puskesmas Gayaman Desa Gayaman Kecamatan
Mojoanyar Kabupaten Mojokerto.
NO Pendidikan Ibu Frekuensi (F) Prosentase (%)
1 SD 2 5,3
2 SMP 12 31,6
3 SMA 21 55,3
4 Perguruan Tinggi 3 7,8
Total 38 100

Hasil tabel 4.1 menunjukkan bahwa pendidikan ibu di Desa Gayaman

Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto adalah SMA yaitu 21 responden

(55,3%)

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Informasi

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan ibu di


Puskesmas Gayaman Desa Gayaman Kecamatan
Mojoanyar Kabupaten Mojokerto.
NO Informasi Frekuensi (F) Prosentasi (%)
1 Tetangga 3 7,9
2 Bidan/Perawat 30 78,9
3 Sosial Media 5 13,2
Total 38 100

Hasil tabel 4.2 menunjukkan bahwa informasi tentang ASI Eksklusif di

Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto adalah dari

bidan/perawat yaitu 30 responden (78,9%).

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Bekerja

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan ibu di


Puskesmas Gayaman Desa Gayaman Kecamatan
Mojoanyar Kabupaten Mojokerto.
NO Pekerjaan Frekuensi (F) Prosentasi (%)
Ibu Rumah Tangga/
1 24 63,2
Tidak Bekerja
2 Ibu Bekerja 14 36,8
Total 38 100

Hasil distribusi frekuensi yang disajikan dalam tabel 4.3 menunjukkan

bahwa I bu rumah tangga/tidak bekerja di Desa Gayaman Kecamatan

Mojoanyar Kabupaten Mojokerto adalah 24 responden (63,2%).

4.1.3 Data Khusus

1. Peran Konselor Laktasi Di Puskesmas Gayaman Kecamatan Mojoanyar

Kabupaten Mojokerto.

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan peran konselor


laktasi di Puskesmas Gayaman Desa Gayaman Kecamatan
Mojoanyar Kabupaten Mojokerto.
NO Peran Konselor Laktasi Frekuensi (F) Prosentasi (%)
1 Konselor Berperan 23 60,5
Konselor Kurang
2 15 39,5
Berperan
Total 38 100

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa konselor berperan sebanyak

23 responden (60,5%).

2. Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Gayaman Kecamatan Mojoanyar

Kabupaten Mojokerto.

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemberian ASI


Eksklusif di Puskesmas Gayaman Desa Gayaman
Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto.
NO Pemberian ASI Eksklusif Frekuensi (F) Prosentasi (%)
1 ASI Eksklusif 22 57,9
2 ASI Tidak Eksklusif 16 42,1
Total 38 100

Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan bahwa yang mendapatkan ASI

Eksklusif sebanyak 22 responden (57,9%) dari jumlah responden yaitu 38

responden.
3. Hubungan Peran Konselor Laktasi Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di

Puskesmas Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto.

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemberian ASI


Eksklusif di Puskesmas Gayaman Desa Gayaman
Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto.
Pemberian ASI
Peran Konselor
ASI Eksklusif ASI Tidak Eksklusif Total
Laktasi
F % F % F %
Konselor Berperan 17 73,9 6 26,1 23 100
Konselor Kurang
5 33,3 10 66,7 15 100
Berperan
Total 22 57,9 16 42,1 38 100

Hasil dari tabel 4.6 didapatkan 17 responden (73,9%) menilai konselor

berperan dan memberikan ASI secara eksklusif, sedangkan 10 responden

(66,7%) menilai jika konselor kurang berperan, ibu tidak memberikan ASI

secara eksklusif.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Peran Konselor Laktasi Di Puskesmas Gayaman Kecamatan Mojoanyar

Kabupaten Mojokerto.

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan bahwa sebanyak 23 responden menilai

jika konselor berperan. Konselor merupakan orang atau individu yang

berkompeten dalam bidang tertentu untuk memberikan konseling secara tatap

muka yang bertujuan untuk memberikan keputusan secara mandiri atas

permasalahan yang dihadapi baik masalah psikologis, sosial dan lain-lain, serta

dapat mengarahkan klien untuk memecahkan masalahnya dengan cara memahami

dirinya, mengarahkan klien sesuai dengan kemampuan dan potensinya

(Purwoastuti.dkk, 2015).

Hasil peran konselor yang berperan yaitu (60,5%) dan kurang berperan

(39,5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konselor kurang berperan dalam


hal konselor tidak memulai pembicaraan dan menyambut klien dengan

baik/ekspresi wajah yang menyenangkan, konselor tidak menyimpulkan hal-hal

yang sudah dibahas bersama klien saat konseling, konselor tidak bertanya

masalah / keluhan yang dihadapi klien serta tidak memberikan edukasi tentang

makanan yang harus dikonsumsi ibu untuk mempersiapkan produksi ASI. Dari

penelitian sebelumnya oleh Novidiyanti (2017) menyatakan jika petugas

kesehatan mendukung sebanyak (66,1%) dan petugas kesehatan kurang

mendukung sebanyak (33,9%). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang

berkaitan yaitu pendidikan ibu dan informasi yang ibu peroleh tentang pemberian

ASI Eksklusif.

Faktor pertama adalah pendidikan. Sebagian besar responden berpendidikan

SMA yaitu 21 (55,3%). Pendidikan akan membuat seseorang terdorong untuk

ingin tahu, untuk mencari pengalaman dan untuk mengorganisasikan pengalaman

sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan. Pengetahuan yang

dimiliki akan membentuk suatu keyakinan untuk melakukan perilaku tertentu.

Pendidikan mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif ibu yang berpendidikan

rendah. Sehingga promosi dan informasi mengenai ASI Eksklusif dengan mudah

dapat diterima dan dilaksanakan. Ibu dengan pendidikan SMP atau yang lebih

tinggi pendidikannya memiliki kemungkinan lebih besar untuk memberikan ASI

eksklusif dibandingkan ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah

(Haryono&Setianingsih (2014). Kenyataannya yang terjadi pada penelitian ini

menunjukkan jika pendidikan memberikan hubungan yang saling berkaitan dalam

memberikan peningkatan ASI Eksklusif.

Faktor Kedua adalah Informasi. Mayoritas responden mendapatkan

informasi dari bidan/perawat sebanyak 30 responden (78,9%). Pengetahuan


merupakan akibat yang dihasilkan karena adanya stimulasi informasi. Informasi

bisa berasal dari pendidikan formal maupun non formal, percakapan, membaca,

mendengarkan radio, menonton televisi, dan pengalaman hidup (Haryono &

Setianingsih, 2014). Responden yang mendapatkan Informasi dari seorang bidan,

perawat ataupun konselor laktasi akan lebih berfikir secara bijak untuk

memberikan nutrisi yang terbaik untuk bayinya yaitu ASI Eksklusif.

Faktor ketiga yaitu pekerjaan. Mayoritas ibu di desa Gayaman adalah ibu

rumah tangga/tidak bekerja sebanyak 24 responden (63,2%). Pekerjaan ini

berkaitan dengan ketersediaan waktu seorang ibu untuk menyusui secara

eksklusif. Banyak ibu yang tak memberikan ASI karena berbagi alasan,

diantarnya karena harus kembali bekerja setelah cuti melahirkannya selesai.

Padahal istilah harus kembali bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI

secara eksklusif (Haryono & Setianingsih, 2014). Maka dari itu, responden harus

lebih memikirkan untuk memberikan ASI Eksklusif dengan baik karena begitu

banyak manfaat yang terkandung dalam ASI walaupun ibu harus bekerja diluar

rumah.

4.2.2 Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Gayaman Kecamatan Mojoanyar

Kabupaten Mojokerto.

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa 22 responden memberikan

ASI Eksklusif. ASI Eksklusif adalah ASI saja tanpa minuman, makanan, air atau

cairan lain kecuali obat, suplemen atau vitamin yang diindikasikan oleh pihak

medis yang diberikan 0-6 bulan (Pairman,2015). Menurut responden beberapa

alasan ibu tidak memberikan ASI Eksklusif adalah ASI keluarnya sedikikt, ASI

tidak keluar serta beberapa ada yang bekerja diluar rumah seperti bekerja di

pabrik, mengajar ataupun menjaga toko.


Berdasarkan hasil yang didapatkan, responden yang memberikan ASI

Eksklusif yaitu (57,9%) dan tidak eksklusif (42,1%).

Hal ini dikarenakan ada beberapa faktor yaitu pendidikan ibu, informasi yang

diperoleh ibu tentang ASI Eksklusif serta pekerjaan ibu.

Faktor pertama adalah pendidikan. Sebagian besar responden berpendidikan

SMA yaitu 21 (55,3%). Pendidikan akan membuat seseorang terdorong untuk

ingin tahu, untuk mencari pengalaman dan untuk mengorganisasikan pengalaman

sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan. Pengetahuan yang

dimiliki akan membentuk suatu keyakinan untuk melakukan perilaku tertentu.

Pendidikan mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif ibu yang berpendidikan

rendah. Sehingga promosi dan informasi mengenai ASI Eksklusif dengan mudah

dapat diterima dan dilaksanakan. Ibu dengan pendidikan SMP atau yang lebih

tinggi pendidikannya memiliki kemungkinan lebih besar untuk memberikan ASI

eksklusif dibandingkan ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah

(Haryono&Setianingsih (2014). Kenyataannya yang terjadi pada penelitian ini

menunjukkan jika pendidikan memberikan hubungan yang saling berkaitan dalam

memberikan peningkatan ASI Eksklusif.

Faktor Kedua adalah Informasi. Mayoritas responden mendapatkan

informasi dari bidan/perawat sebanyak 30 responden (78,9%). Pengetahuan

merupakan akibat yang dihasilkan karena adanya stimulasi informasi. Informasi

bisa berasal dari pendidikan formal maupun non formal, percakapan, membaca,

mendengarkan radio, menonton televisi, dan pengalaman hidup (Haryono &

Setianingsih, 2014). Responden yang mendapatkan Informasi dari seorang bidan,

perawat ataupun konselor laktasi akan lebih berfikir secara bijak untuk

memberikan nutrisi yang terbaik untuk bayinya yaitu ASI Eksklusif.


Faktor ketiga yaitu pekerjaan. Mayoritas ibu di desa Gayaman adalah ibu

rumah tangga/tidak bekerja sebanyak 24 responden (63,2%). Pekerjaan ini

berkaitan dengan ketersediaan waktu seorang ibu untuk menyusui secara

eksklusif. Banyak ibu yang tak memberikan ASI karena berbagi alasan,

diantarnya karena harus kembali bekerja setelah cuti melahirkannya selesai.

Padahal istilah harus kembali bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI

secara eksklusif (Haryono & Setianingsih, 2014). Maka dari itu, responden harus

lebih memikirkan untuk memberikan ASI Eksklusif dengan baik karena begitu

banyak manfaat yang terkandung dalam ASI walaupun ibu harus bekerja diluar

rumah.

4.2.3 Hubungan Peran Konselor Laktasi Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di

Puskesmas Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa

responden yang menilai konselor berperan dan memberikan ASI Eksklusif ada 17

responden (73,9%) serta yang tidak ASI Eksklusif ada 6 responden (26,1%).

Sedangkan responden menilai jika konselor kurang berperan tetapi memberikan

ASI Eksklusif ada 5 responden (33,3%) dan tidak memberikan ASI secara

Eksklusif ada 10 responden (66,7%). Konselor laktasi adalah seseorang yang

memberikan pelayanan ketika ibu mempunyai masalah tentang menyusui,

memberikan dukungan kepada ibu untuk tetap menyusui bayinya serta

memberikan solusi terhadap masalah yang dialaminya(Emerson,dkk, 2017).

Berdasarkan hasil tabulasi silang, semakin baik konselor laktasi berperan

maka pemberian ASI Eksklusif akan meningkat, sebaliknya jika seorang konselor

laktasi kurang dalam berperan hal tersebut dapat memberikan dampak penurunan

pemberian ASI Eksklusif. Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa
keberhasilan dalam pemberian ASI Eksklusif tidak hanya faktor peran konselor

laktasi, akan tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain

pendidikan ibu, informasi yang didapatkan ibu tentang ASI Eksklusif dan status

pekerjaan yang dimiliki seorang ibu.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hanum (2017) dengan judul

“Hubungan Dukungan Bidan Dengan Pemberian ASI Eksklusif “ di dapatkan

hasil yaitu dari 30 sampel menyatakan jika responden yang tidak memberikan

ASI Eksklusif dan kurang mendapatkan dukungan dari bidan yaitu 64,3% (9

orang) dan 35,7% (5 orang) yang memberikan ASI Eksklusif sedangkan

responden yang memberikan ASI Eksklusif dan mendapatkan dukungan bidan

sebanyak 81,2% (13 orang) sedangkan yang tidak memberikan ASI Eksklusif

sebanyak 18,8% (3 orang). Artinya yaitu Semakin tinggi dukungan dari seorang

bidan maka pemberian ASI Eksklusif akan meningkat, sebaliknya jika seorang

bidan kurang dalam memberikan dukungan hal tersebut dapat memberikan

dampak penurunan pemberian ASI Eksklusif.

Anda mungkin juga menyukai