PENDAHULUAN
secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan
Gangguan Jiwa yang selanjutnya disingkat ODGJ adalah orang yang mengalami
gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk
manusia.
Salah satu manifestasi dari gangguan jiwa yang menjadi penyebab penderita
dibawa ke rumah sakit adalah perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan adalah suatu
fisik, baik pada diri sendiri maupun pada orang lain. Sering disebut juga gaduh
gelisah atau amuk dimana seseorang marah atau berespon terhadap suatu stressor
1
2
kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
perilaku kekerasan dari sesi satu sampai sesi ke lima. Diharapkan terapis dapat
dan Akemat, 2004). Sesi 1: mengenal perilaku kekerasan yang biaa dilakukan.
dan meningkatkan klien untuk berpartisipasi dan bertukar pikiran, masalah dengan
komunikasi dari klien dalam lingkungan yang aman dan mampu menerima umpan
balik dari orang lain. Anggota kelompok dapat belajar bermacam cara dalam
yang mampu berperan untuk mendukung proses penyembuhan secara baik maka
demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien, maka pasien mengalami
perilaku kekerasan bahkan lebih tidak terkontrol dari sebelumnya. Perlunya pasien
mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok perilaku kekerasan. Hal ini tentunya tidak
lepas dari manfaat terapi aktivitas kelompok perilaku kekerasan pada ODGJ bagi
Setiap tahun jumlah penderita gangguan jiwa semakin meningkat. Saat ini
diperkirakan ada 450 juta penderita gangguan jiwa di seluruh dunia. Laporan
World Health Organization (WHO) 2001 menyebutkan satu dari empat orang
tahun 2007, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini mencapai lebih
dari 28 juta orang dengan kategori gangguan jiwa ringan 11,6 persen dan 0,46
penelitian WHO di Jawa Tengah tahun 2009 menyebutkan dari setiap 1.000 warga
orang setiap 1.000 warga Jawa Tengah mengalami stress (Depkes RI,2009).
jiwa berjumlah 116 orang. Sedangkan orang dengan perilaku kekerasan sendiri
bermanfaat 4 orang jika diprosentase yang mengatakan bermanfaat 33% dan yang
beralasan karena tidak ada yang mengantar, lupa untuk menghadiri. Dari 14 orang
Dari data tersebut peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “Manfaat Terapi
TINJAUAN PUSTAKA
Manfaat adalah guna, faedah dan mundarat untung dan rugi; baik dan buruk.
Manfaat yang langsung dapat dinikmati karena adanya investasi, yang dapat
berupa kenaikan fisik hasil produksi, perbaikan kualitas produksi, dan penurunan
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Peneliti atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui
P= x 100%
Keterangan:
P = prosentase
N = jumlah soal
6
7
yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan
pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan
diri dalam bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada orang adalah
tindakan agresif yang ditunjukkan untuk melukai atau membunuh orang lain.
melempar kaca, genting, dan semua yang ada di lingkungan. Pasien yang dibawa
perilaku kekerasan yang dilakukan selama di rumah (Yusuf, Firyasari & Nihayati,
2015).
Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang respon marah yang paling
maladaptif, yaitu amuk. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagian
kemarahan yang paling maladapif yang ditandai dengan perasaan marah dan
bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol, yang individu dapat merusak
diri sendiri, orang lain, atau lingkungan (Keliat,1991 dalam Yusuf, Firyasari &
nihayati, 2015).
a) Faktor predisposisi
8
1) Teori biologik
(b) Genetic factor, adanyafaktor gen yang diturunkan melalui orangtua, menjadi
potensi perilaku agresif. Menurut riset Kazuo Murakami (2007) dala gen
manusia terdapat dormant (potensi) agresif yang sedang tidur dan akan
bangun jika terstimulasi oleh faktor eksternal. Menurut penelitian genetik tipe
karyo type XXY, pada umumnya dimiliki oleh penghuni pelaku tindak
kerja
Adaptif Maladaptif
Frustasi : respons akibat gagal mencapai tujuan, kepuasan atau rasa aman.
lain.
bicara.
Violence : rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri
b) Frustasi akibat tujuan tidak tecapai atau terhambat sehingga individu merasa
b) Menekan kemarahan atau pura-pura tidak marah. Hal ini mempersulit diri dan
c) Menentang atau melarikan diri. Cara ini menimbulkan rasa bermusuhan dan
bila dipakai terus menerus kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri
atau orang lain sehingga akan tampak sebagai psikosomatis atau agresi/amuk.
a) Fisiologi
Tekanan darah meningkat, respirasi rate meningkat, napas dangkal, tonus otot
atau perubahan kadar HCl lambung, fight atau flight, peningkatan frekuensi
b) Emosi
Jengkel, labil, tidak sadar, ekspresi wajah tegang, pandangan tajam, merasa
merusak benda.
c) Intelektual
persuasif.
d) Sosisal
e) Spiritual
Tujuan
b) Klien dapat menyebutkan respons yangh dirasakan saat marah (tanda dan
gejala marah).
kekerasan).
Setting
Alat
a) Papan tulis/flipchart/whiteboard
b) Kapur/spidol
Metode
a) Dinamika kelompok
Langkah kegiatan
a) Persiapan
b) Orientasi
1) Salam terapeutik
(c) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama).
2) Evaluasi/ validasi
3) Kontrak
biasa dilakukan
(1) Jika ada klien yang ingi meninggalkan kelompok, harus mita izin
kepada terapis
c) Tahap kerja
2) Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh
(a) Tanyakan persaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan
gejala).
13
sendiri).
4) Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering
perilaku kekerasan).
10) Beri kesimpulan penyebab; tanda dan gejala; perilaku kekerasan; akibat
perilaku kekerasan.
11) Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat
menghadapi kemarahan.
d) Tahap terminasi
14
1) Evaluasi
2) Tindak lanjutt
marah, yaitu tanda dan gejala; perilaku kekerasan yang terjadi;serta akubat
perilaku kekerasan.
(a) Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Tujuan
kekerasan.
perilaku kekerasan.
Setting
Alat
Metode
a) Dinamika kelompok
Langkah kegiatan
a) Persiapan
b) Orientasi
16
1) Salam terapeutik
2) Evaluasi / validasi
(b) Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan: penyebab; tanda dan
3) Kontrak
(a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah perilaku
kekerasan.
(1) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapis.
c) Tahap kerja
(a) Tanyakan kegiatan: rumah tangga, harian, dan olahraga yang biasa
dilakukan klien.
bantal, menyikat kamar mandi, main bola, senam, memukul bantal pasir tinju,
kemarahan.
d) Tahap terminasi
1) Evaluasi
(b) Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku kekerasaan.
2) Tindak lanjut
(a) Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika stimulus
(b) Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah dipelajari.
(a) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial yang
asertif.
Evaluasi
18
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Tujuan
b) Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan.
Setting
Alat
Metode
a) Dinamika kelompok
Langkah Kegiatan
a) Persiapan
b) Orientasi
1) Salam terapeutik
2) Evaluasi / validasi
(b) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta
perilaku kekerasan.
(c) Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan sudah
dilakukan.
3) Kontrak
(a) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu, cara sosial untuk mencegah perilaku
kekerasan.
(1) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
c) Tahap kerja
1) Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu dari orang
lain.
4) Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada
poin c.
pada orang lain, yaitu “ saya tidak dapat melakukan . . .” atau “ saya tidak
8) Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada
poin d.
d) Tahap terminasi
1) Evaluasi
dipelajari.
2) Tindak lanjut
(a) Menganjurkan klient menggunakan kegiatan fisik dan interaksi sosial yang
(b) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif
secara teratur.
21
(c) Memasukkan intertaksi sosial yang asertif pada jadwal kegiatan harian
klien.
(a) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan ibadah.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 3, kemampuan klien yang
Tujuan
Setting
Alat
Metode
a) Dinamika kelompok
Langkah kegiatan
a) Persiapan
b) Orientasi
1) Salam terapeutik
2) Evaluasi / validasi
(b) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta
perilaku kekerasan.
(c) Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk
3) Kontrak
perilaku kekerasan.
(1) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
c) Tahap kerja
23
d) Tahap terminasi
1) Evaluasi
dipelajari.
2) Tindak lanjut
terjadi.
(b) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif,
(a) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu minum obat teratur.
Evaluasi
24
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulus persepai perilaku kekerasan Sesi 4, kemampuan klien yang
Tujuan
Setting
Alat
Metode
a) Dinamika kelompok
Langkah kegiatan
a) Persiapan
b) Orientasi
1) Salam terapeutik
2) Evaluasi / validasi
(b) Menanyakan apakah ada penyebab marah, interaksi sosial yang asertif dan
3) Kontrak
(a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu petuh minum obat untuk mencegah
perilaku kekerasan.
(1) Jika klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
c) Tahap kerja
1) Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien: nama dan warna (upayakan
4) Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum
obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis obat.
5) Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara bergiliran.
26
9) Menjelaskan keunungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah
10) Menjelaskan akibat / kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu kejadian
11) Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan
d) Tahap terminasi
1) Evaluasi
dipelajari.
2) Tindak lanjut
kekerasan.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
diharapkan adalah mengatahui lima benar cara minum obat, keuntungan minum
dari klien dalam lingkungan yang aman dan mampu menerima umpan balik
manfaat:
1) Umum
2) Khusus
3) Rehabilitasi
tujuan:
Tipe: Biblioterapy
Aktifitas: Menggunakan artikel, sajak, puisi, buku, surat kabar untuk merangsang
Tipe: Relaksasi
Aktifitas: belajar teknik relaksasi dengan cara napas dalam, relaksasi otot, dan
imajinasi
Aktifitas: Fokus pada orientasi waktu, tempat dan orang, benar, salah bantu
memenuhi kebutuhan.
4) Mengembangkan sosialisasi
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan
perkawinan yang sah, mampu memenuhi hidup spiritual da meteriil yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara
30
emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga( Duvall (1986)) dalam
Andarmoyo, 2012).
yang penting terhadap pembentukan identitas seorang individu dan perasaan harga
diri.
adalah:
a) Dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit, cidera, perpisahan)
yang memengaruhi satu atau lebih keluarga, dan dalam hal tertentu, sering
akan memengaruhi anggota keluarga yang lain, dan unit ini secara keseluruhan;
b) Ada hubungan yang kuat dan signifikan antara keluarga dan status kesehatan
para anggota;
31
perawatan diri (self care), pendidikan kesehatan, dan konseling keluarga, serta
upaya-upaya yang berarti dapat mengurangi risiko yang diciptakan oleh pola
lain;
e) Tingkat pemahaman dan berfungsinya seorang individu ttidak lepas dari andil
sebuah keluarga;
a) Keluarga inti (nuclear family), adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan
perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak,
seseorang dilahirkan.
termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak,
d) Keluarga berantai (sosial family), keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
32
e) Keluarga duda atau janda, keluarga yang terbentuk karena perceraian dan /atau
hidup bersama.
tanpa pernikahan, bisa memliki anak atau tidak. Di Indonesia bentuk keluarga
ini tidak lazim dan bertentangan dengan budaya timur. Namun, lambat laun
h) Keluarga inses (incest family), seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan
pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak
lazim, misalnya anak perempuan nikah dengan ayah kandungnya, ibu menikah
menikah dengan adik dari satu ayah dan satu ibu, dan ayah menikah dengan
budaya, jumlah keluarga inses semakin hari semakin besar. Hal tersebut dapat
kita cermati melalui pemberitaan dari berbagai media cetak dan elektronik.
ayah-ibu dan anak dari hasil perkawinan atau adopsi. Contoh keluarga
2007).
33
fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya. Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi
oleh Friedman mengatakan ada empat elemen truktur keluarga, yaitu: (Suprajitno,
2004).
b) Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari
komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak,
dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.
Menurut Friedman (1999), lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai berikut
(Sudiharto, 2007).
lingkungan sosial.
lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan dengan melihat kemampuan keluarga
dilihat dari pengetahuan keluarga tentang arti, tanda dan gejala dan penyebab dari
masalah kesehatan
yang tepat bagi keluarga, dilihat dari pengetahuan keluarga tentang dampak dari
c) Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya
yang terlalu muda, dilihat dari pengetahuan keluarga tentang perawatan yang
dilihat dari pengetahuan keluarga tentang lingkungan yang sesuai dengan masalah
keluarga dan lembaga kesehatan (memanfaatkan fasilitas yang ada), dilihat dari
Fungsi keluarga menurut UU no. 10 tahun 1992 jo PP no. 21 tahun 1994 dalam
Wiyono, 2013.
a) Fungsi keagamaan
Membina norma ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota
keluarga.
b) Fingsi budaya
36
d) Fungsi perlindungan
Memenuhi rasa aman anggota keluaraga baik dari rasa tidak aman yang imbul
e) Fungsi reproduksi
f) Fungsi sosialisasi
g) Fungsi ekonomi
2004).
37
keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu
tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber
sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan
anggota sekecil apa pun yang dialami anggota anggota keluarga secara tidak
merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga
telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki
keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota
pertolongan petama.
38
Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seorang dalam
adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam kontens
(Setiadi, 2008):
a) Ayah
b) Ibu
pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga
c) Anak
Keterangan :
Diteliti :
TidakDiteliti :
Gambar 2.1 Kerangka konseptual manfaat Terapi Aktivitas Kelompok Perilaku Kekerasan pada ODGJ bagi keluarga
(menurut teori Keliat & Akemat, 2004, Suprajitno, 2004)
40
BAB 3
METODE PENELITIAN
akurasi suatu hasil. Istilah rancangan penelitian digunakan dalam dua hal,
pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih
Penelitian ini bertujuan untuk manfaat Terapi Aktivitas Kelompok pada ODGJ
41
42
Total Sampling
Pengumpulan data
Mengolah data
Analisa data
3.3.1 Populasi
penelitian ini adalah keluarga dengan keluarganya orang dengan gangguan jiwa
jumlah 13 orang.
43
3.3.2 Sampel
penelitian ini adalah keluarga orang dengan gangguan jiwa yang mengikuti TAK
orang.
karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau
c.3.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili
oleh peneliti adalah total sampling. Total sampling yaitu sampel yang digunakan
adalah total dari populasi (Sarwono, 20110). Hal tersebut didukung oleh
pernyataan dari Arikunto 2006. Apabila tsubjeknya kurang dari 100, lebih baik
Waktu pengumpulan data dilakukan oleh peneliti pada tanggal 25-26 Juni
2016.
terhadap sesuatu (benda, manusia, dll) oleh Soeprapto, dkk, 2000:54 dalam
( Nursalam, 2003:). Variabel dalam penelitian ini yaitu, manfaat Terapi Aktivitas
Kelompok pada ODGJ bagi keluarga ODGJ di UPTD Kesehatan Sukorejo Kota
Blitar.
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
1. Manfaat Semua hal Keluarga ODGJ tentang manfaat pasien Kuesioner Ordinal Setiap pertanyaan yang
Terapi keuntungan yag mengikuti TAK perilaku kekerasan: dijawab oleh responden
Aktivitas diperoleh 1. Mengenal perilaku kekerasan yang diberi skor :
Kelompok keluarga setelah biasa dilakukan - Ya, diberi skor 1
pada ODGJ anggota 2. Mencegah perilaku fisik - Tidak, diberi skor 0
bagi keluarga keluarga orang 3. Mencegah perilaku kekerasan social
ODGJ di dengan 4. Mencegah perilaku kekerasan spiritual Kemudian skor jawaban
UPTD gangguan jiwa 5. Mencegah perilaku kekerasant dengan diolah menggunakan
Kesehatan mendapatkan patuh mengonsumsi obat rumus :
Sukorejo terapi
Kota Blitar
Keterangan:
P = Prosentase
f = Jumlah jawaban
yang benar
N = Jumlah soal
45
No. Variabel Definisi Indikator Alat ukur Skala Skoring
yaitu:
1) Bermanfaat,
apabila didapatkan
hasil jawaban
≥55%
2) Tidak bermanfaat,
apabila didapatkan
hasil jawaban
<55%
46
47
Calon peneliti meminta surat permohonan ijin penelitian dari Ketua Program
Studi Diploma III Keperawatan Blitar untuk mengurus surat ijin penelitian kepada
Kepala Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Kota Blitar.
kuesioner yang dibuat dan dikembangkan sendiri oleh peneliti, pernyataan dalam
kuesioner yang berisi tentang data umum dan data khusus yang dibuat sendiri oleh
penelitian, peneliti meminta data tentang jumlah dan alamat keluarga orang
a) Persiapan
b) Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh
atau dikumpulkan. Editing dapat dikumpulkan pada tahap pengumpulan data atau
setelah data terkumpul (Hidayat, 2008). Dalam penelitian ini peneliti memeriksa
data dari hasil kuesioner gambaran keluarga orang dengan gangguan jiwa tentang
manfaat pasien mengikuti TAK perilaku kekerasan. Kalau ternyata masih ada data
atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara
terjadinya drop out peneliti selalu mengecek kelengkapan pengisian jawaban oleh
responden.
c) Coding
Dalam tahap ini, peneliti memberikan nomer atau kode (coding) pada setiap
data untuk memudahkan dalam menganalisa data. Pemberian kode pada penelitian
d) Tabulasi data
tahap yaitu dengan memberi kode atau tanda (coding) pada setiap data untuk
Keterangan:
f
P= x 100%
P = prosentase
N
f = jumlah jawaban yang benar
N = jumlah soal
adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui
dampaknya. Dari 13 keluarga ODGJ yang ditemui peneliti semua setju untuk
menjadi responden.
51
tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan
hanya menulis kode responden pada lembar pengumpulan data atau hasil