Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TERAPI AKTIVITAS PADA LANSIA

Disusun Oleh :
1. Enka Putri (2001013)
2. Fitri Lailina M. (2001015)
3. Ida Fatmasari (2001017)
4. NiKadek Dwi Widyani P. (2001025)
5. Nurul Fajriana (2001028)
6. Triyas Arun C. (2001041)
7. Khanitati Zullayka (2001048)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS AN NUUR PURWODADI
2023
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia merupakan suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap lingkungan. Penurunan yang terjadi
berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh bersifat fisiologis (Maramis, 2009). Menua
bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Proses ini merupakan
proses yang terus menerus secara alamiah, berlangsung sejak seseorang mencapai usia
dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan otot, dan
jaringan lain sehingga tubuh diakui bahwa ada beberapa penyakit yang menghinggapi
kaum lansia, seperti atritis, asam urat, kolesterol, hipertensi dan penyakit jantung, setelah
aspek fisiologis yang mengalami perubahan pada lansia, fungsi kongnitif pada lansia juga
mengalami penurunan (Maryam, 2019)
Selain perubahan biologis dan psikologis, proses menua ini juga dapat
berpengaruh terhadap perubahan sosial lansia. Perubahan sosial yang dapat dialami lansia
adalah perubahan status dan perannya dalam kelompok atau masyarakat, kehilangan
pasangan hidup, serta kehilangan dukungan dari keluarga, teman dan tetangga. Pada masa
lansia, individu dituntut untuk dapat bersosialisasi kembali dengan kelompoknya,
lingkungan dan generasi ke generasi. Sosialisasi berarti lansia meningkatkan kemampuan
untuk berpartisipasi dalam kelompok sosialnya. Masalah kesehatan mental pada lansia
tergantung pada faktor fisiologis dan status psikologis, kepribadian, dukungan sisitem
sosial, sumber ekonomi dan gaya hidup. Masalah yang umum terjadi pada lansia adalah
kecemasan, kesepian, rasa bersalah, depresi, keluhan somatik, reaksi paranoid, dimensia
dan delirium Kusumawati &Hartono (dalam Maryam, 2019). Gangguan kesehatan yang
sering dihadapi lansia adalah kemampuan yang menurun untuk hidup mandiri karena
keterbatasan mobilitas, kelemahan fisik dan masalah kesehatan jiwa (WHO, 2012). Salah
satu gangguan kesehatan jiwa pada lansia yaitu gangguan kosep diri gangguan pada
semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang ada dalam dirinya yang akan
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Upaya yang dapat dilakukan dalam
peningkatan kesehatan jiwa
Upaya yang dapat dilakukan dalam peningkatan kesehatan jiwa seseorang
terutama lansia khususnya di Unit Rehabilitas dapat dilakukan melalui pendekatan secara
pomotif, prefentif dan rehabilitatif. Upaya untuk meningkatkan konsep diri pada pasien
yang mengalami harga diri redah dapat dilakukan dengan berbagai terapi keperawatan
jiwa, diantaranya Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi
modalitas sebagai bentuk psikoterapi yang dilakukan oleh sekelompok klien dengan jalan
berdiskusi satu sama lain yang dipimpin dan diarahkan seorang terapis atau petugas
kesehatan jiwa yang terlatih. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan salah satu
terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai
masalah keperawatan yang selama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan. Di mana kelompok menjadi dinamika interaksi yang
saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih
perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku yang lama yang maladaptif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian TAK?
2. Bagaimanakah tujuan dari TAK?
3. Apa saja jenis-jenis TAK ?
4. Bagaimana prinsip dari TAK?
5. Apa saja manfaat TAK pada lansia?
6. Bagaimana tahapan TAK ?
7. Bagaimana peran perawat dalam TAK?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian TAK.
2. Menjabarkan tujuan dari TAK.
3. Menjelaskan jenis-jenis TAK.
4. Menjabarkan prinsip dari TAK.
5. Menjelaskan manfaat TAK pada lansia.
6. Menjabarkan tahapan TAK.
7. Menjabarkan peran perawat dalam TAK.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian TAK
Aktivitas kelompok merupakan sekumpulan individu yang mana memiliki relasi satu
sama lainnya yang berkaitan serta bersama-sama mengikuti aturan dan norma yang sama.
Theraphy aktivitas kelompok atau TAK adalah kegiatan yang ditujukan pada sekelompok
klien yang mana memiliki tujuan untuk bisa memberikan terapi bagi seluruh anggota di
dalam kelompok tersebut. Dengan adanya kelompok terapi tersebut maka dapat
meningkatkan kualitas hidup serta meningkatkan respon sosial. Terapi aktivitas kelompok
ini berupaya memfasilitasi beberapa klien yang bertujuan untuk membina hubungan
sosial sehingga nantinya dapat menolong klien untuk berhubungan sosial dengan orang
lainnya semisal mengajukan pertanyaan, menceritakan dirinya sendiri, berdiskusi,
menyapa teman kelompok, dan masih banyak lainnya. Terapi Modalitas adalah kegiatan
yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia (Savitra Khanza, 2022)
B. Tujuan Terapi
Ada beberapa tujuan yang didapatkan dari terapi aktivitas kelompok, antara lain adalah:
a) Mengembangkan stimulasi persepsi.
b) Mengembangkan orientasi realitas.
c) Mengembangkan stimulasi sensoris.
d) Mengembangkan sosialisasi.
Terapi aktivitas kelompok ini dapat dilakukan dalam segala usia, termasuk
kelompok usia lansia, yang dimaksud dengan kelompok lansia adalah kelompok
penduduk yang memiliki rentang usia 60 tahun ke atas. Pada masa lanjut usia, akan mulai
terjadi proses menghilangkan kemampuan jaringan yang digunakan untuk memperbaiki
diri serta mempertahankan fungsi normalnya dengan perlahan sehingga nantinya tidak
bisa bertahan lagi pada infeksi serta memperbaiki kerusakan yang terjadi. Jika dilihat dari
sisi biologis, kaum lansia merupakan orang yang mengalami proses penuaan yang terjadi
secara terus menerus, ditandai dengan adanya penurunan daya tahan fisik seperti semakin
rentan terhadap penyakit yang bisa menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan adanya
perubahan di dalam struktur sel, jaringan , dan organ di dalamnya. Jika dilihat dari sisi
ekonomi, maka lansia dapat dipandang sebagai sebuah beban dibandingkan sebuah
sumber daya. Banyak yang beranggapan jika kehidupan di masa tua tidak dapat
memberikan banyak manfaat. Bahkan banyak pula yang beranggapan jika kehidupan di
masa tua dipersepsikan secara negatif sebagai sebuah beban dalam sebuah keluarga dan
masyarakat. Namun jika dipandang dari segi sosial, maka lansia dapat dikatakan sebuah
kelompok sosial tersendiri. Di Negara Barat, penduduk yang masuk ke dalam kategori
lansia menduduki strata sosial yang berada di bawah kaum muda. Hal ini dapat
dipandang dari keterlibatannya dalam sumber daya ekonomi. Namun jika di Indonesia
sendiri, penduduk lanjut usia malah menduduki kelas sosial yang paling tinggi yang mana
harus dihormati oleh kaum yang lebih muda (Khair Khwanul, 2013).
C. Jenis Terapi
Berikut ini terdapat beberapa jenis terpi yang bisa diterapkan sebagai aktivitas kelompok
para lansia, diantaranya (Fajriana, 2013) :
a) Stimulasi Sensori (Musik)
Jenis terapi ini dapat berfungsi untuk ungkapan perhatian, baik itu bagi
pendengar maupun bagi pemusik. Kualitas dari musik sendiri memiliki andil
terhadap fungsi-fungsi untuk mengungkapkan perhatian yang mana terletak pada
struktur dan urutan matematis, yang mana mampu untuk menunjukkan pada
ketidak beresan di dalam kehidupan seseorang. Peran dan sertanya akan nampak
dalam sebuah pengalaman musikal, semisal menyanyi, menghasilkan integrasi
pribadi yang dapat mempersatukan fisik, pikiran, dan roh. Ada beberapa manfaat
yang diberikan musik di dalam proses stimulasi ini, antara lain adalah: Musik
memberikan banyak pengalaman yang ada di dalam struktur, musik memberikan
pengalaman untuk mengorganisasi diri, dan musik memberikan kesempatan yang
digunakan untuk pertemuan kelompok yang mana di dalamnya individu telah
mengutamakan kepentingan kelompok dibanding kepentingan individu.
b) Stimulasi Persepsi
Di dalam proses stimulasi ini klien akan dilatih mengenai cara
mempersepsikan stimulus yang telah disediakan ataupun yang sudah pernah
dialami. Kemampuan untuk mempersepsikan inilah yang akan dievaluasi dan
ditingkatkan di dalam setiap sesinya. Tujuan dari proses ini diharapkan respon
klien menjadi lebih adaptif dalam berbagai stimulus. Aktivitas yang akan
dilakukan berupa stimulus dan persepsi. Ada beberapa stimulus yang diberikan
mulai dari membaca majalah, menonton televisi, pengalaman dari masa lalu, dan
masih banyak lainnya.
c) Orientasi Realitas
Klien nantinya akan diorientasikan kepada kenyataan yang ada di
sekitarnya, mulai dari diri sendiri, orang lain yang ada di sekitar klien, hingga
lingkungan yang memiliki hubungan dan kaitannya dengan klien. Hal ini juga
berlaku pada orientasi waktu di saat ini, waktu yang lalu, hingga rencana di masa
depan. Aktivitas yang dilakukan dapat berupa orientasi orang, tempat, waktu,
benda, serta kondisi yang nyata.
d) Sosialisasi
Klien akan dibantu untuk bisa melakukan sosialisasi dengan individu-
individu di sekitar klien. Sosialisasi akan dilakukan secara bertahap secara
interpersonal, kelompok, maupun massa. Aktivitas yang dapat dilakukan berupa
latihan sosialisasi yang ada di dalam kelompok.
e) Terapi Berkebun
Terapi berkebun memiliki tujuan untuk bisa melatih kesabaran,
kebersamaan, serta bagaimana memanfaatkan waktu luang. Ada beberapa
kegiatan yang dilakukan semisal penanaman kangkung, lombok, bayam, dan
lainnya.
f) Terapi Dengan Binatang
Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa meningkatkan rasa kasih sayang
serta mengisi kesepian di sehari-harinya dengan cara bermain bersama binatang.
Semisal memiliki peliharaan kucing, berternak ayam, sapi, dan lainnya. Hal
ini ,merupakan cara pencegah gangguan jiwa pada lansia yang cukup efektif.
g) Terapi Okupasi
Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa memanfaatkan waktu luang yang
dimiliki lansia serta meningkatkan produktivitas yang nantinya dapat
dimanfaatkan untuk membuat dan menghasilkan karya dari hal-hal yang sudah
disediakan. Misalnya saja membuat kipas, membuat sulak/ kemoceng, membuat
bunga, menjahit, merajut, dan masih banyak lainnya.
h) Terapi Kognitif
Terapi perilaku kognitif memiliki tujuan untuk mencegah agar daya ingat
seseorang tidak menurun. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah dengan
mengadakan cerdas cermat, mengerjakan tebak-tebakan, puzzle, mengisi TTS,
dan lainnya.
i) Life Review Terapi
Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa meningkatkan gairah hidup serta
harga diri. Prosesnya dengan menceritakan berbagai pengalaman-pengalam di
dalam hidupnya. Misalnya saja menceritakan tentang masa mudanya.
j) Rekreasi
Memiliki tujuan untuk bisa meningkatkan sosialisasi, gairah hidup,
menghilangkan rasa bosan, bahkan dapat melihat pandangan yang mana
digunakan sebagai cara mengatasi stres dan depresi. Ada beberapa kegiatan yang
dapat dilakukan mulai dari mengikuti senam lansia, bersepeda, posyandu lansia,
rekreasi ke kebun raya, mengunjungi saudara, dan masih banyak lainnya.
k) Terapi Keagamaan
Terapi keagamaan ini digunakan untuk tujuan kebersamaan, memberikan
rasa kenyamanan, bahkan persiapan untuk menjelang kematian. Kegiatan-
kegiatan yang dilakukannya dapat berupa pengajian, sholat berjamaah, kebaktian,
dan lainnya.
l) Terapi Keluarga
Terapi keluarga ini merupakan terapi yang diberikan oleh seluruh anggota
keluarga yang mana sebagai unit penanganan. Tujuan dari terapi keluarga ini
adalah untuk mampu melaksanakan fungsi-fungsinya sebagai keluarga. Sasaran
utama dari terapi ini adalah keluarga yang kondisinya mengalami disfungsi, tidak
dapat melaksanakan fungsi yang mana dituntut oleh anggotanya. Dalam terapi
keluarga, semua masalah yang terjadi di dalam keluarga akan diidentifikasikan
dan dikontribusikan dari masing-masing anggota di dalam keluarga pada
penyebab munculnya masalah tersebut. Misalnya saja penyebab keluarga tidak
harmonis. Sehingga nantinya masing-masing anggota keluarga dapat lebih mawas
diri pada masalah yang terjadi dalam keluarga dan mencari solusi yang tepat
untuk mengembalikan fungsi keluarga sebagaimana sebelumnya. Proses terapi ini
memiliki 3 tahapan di dalamnya, fase pertama adalah perjanjian, fase kedua
adalah kerja, dan fase ketiga adalah terminasi. Pada fase pertama, perawat dan
klien akan mengembangkan hubungan untuk saling percaya satu sama lainnya.
Isu di dalam keluarga kan diidentifikasi dan tujuan dari terapi akan ditetapkan
bersama. Fase kedua atau fase kerja merupakan fase di mana keluarga akan
dibantu dengan perawat yang dijadikan sebagai terapis yang nantinya berusaha
untuk mengubah pola interaksi yang terjadi di dalam anggota keluarga, peraturan
di dalam keluarga, dan eksplorasi batasan di dalam keluarga. Kemudian di dalam
fase terakhir keluarga akan melihat kembali bagaimana proses yang telah dijalani
selama ini untuk bisa mencapai tujuan terapi. Keluarga juga memiliki peran yang
penting dalam mempertahankan perawatan secara berkesinambungan.
D. Prinsip Terapi Aktivitas Kelompok
Prinsip di dalam memilih pasien yang ikut dalam terapi aktivitas kelompok adalah dengan
homogenitas, yang dijelaskan pada poin-poin berikut ini:
a) Gejala Yang Sama
Misalnya saja dalam terapi aktivitas kelompok tersebut dikhususkan untuk
pasien penderita depresi, halusinasi, atau lainnya. Setiap terapi aktivitas kelompok
tentunya memiliki tujuan masing-masing yang spesifik untuk anggotanya. Setiap
tujuan tersebut tentunya dapat dicapai jika pasien-pasien di dalamnya memiliki
gejala atau masalah yang sama. Sehingga nantinya pasien-pasien di dalam
kelompok tersebut dapat bekerja sama dalam proses terapi.
b) Kategori Sama
Di sini mengartikan jika pasien yang memiliki skor hampir sama dari kategorisasi.
Pasien yang dapat diikutkan ke dalam terapi aktivitas kelompok merupakan pasien
yang akut dengan skor rendah hingga pasien pada tahap pro motion. Bila dalam
sebuah terapi pasien-pasien di dalamnya memiliki skor yang hampir sama tentu
saja tujuan dalam terapi akan tercapai dengan mudah.
c) Jenis Kelamin Sama
Pengalaman dalam terapi aktivitas kelompok yang dijalani pasien dengan
memiliki gejala yang sama, biasanya laki-laki akan mendominasi dibandingkan
dengan kaum perempuan. Sehingga akan lebih baik jika dibedakan.
d) Kelompok Umur Hampir Sama
Tingkat perkembangan pasien yang sama nantinya akan lebih
memudahkan interaksi yang terjadi antara pasien satu sama lainnya.
e) Jumlah Anggota Yang Efektif
Jumlah anggota kelompok di dalam sebuah terapi tentunya harus efektif.
Jumlah yang efektif biasanya sekitar 7-10 orang di dalamnya. Jika terlalu banyak
pasien di dalamnya maka tujuan terapi akan terasa sulit untuk dicapai karena
kondisinya akan terlalu ramai dan kurangnya perhatian terapis untuk pasien.
Namun jika terlalu sedikit maka tentu saja interaksi yang terjadi akan terasa sepi
dan tujuan menjadi sulit tercapai.
E. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok Bagi Lansia
Ada beberapa manfaat yang bisa dirasakan bagi kaum lansia yang mengikuti
terapi aktivitas kelompok, antara lain adalah:
1. Agar anggota di dalam kelompok tersebut merasa diakui, dimiliki, serta dihargai
eksistensinya oleh anggota lainnya di dalam kelompok.
2. Membantu agar anggota kelompok lain yang berhubungan satu sama lainnya dan
mengubah sikap dan perilaku yang maladaptive dan destrkutif.
3. Sebagai tempat yang digunakan untuk berbagi pengalaman serta saling
memantau satu sama lainnya yang dipertuntukkan untuk menemukan solusi
menyelesaikan masalah.
F. Tahapan Dalam Terapi Aktivitas Kelompok
1. Fase pre-kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan merencanakan siapa yang menjadi
leader, anggota, di mana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses
evaluasi pada anggota dan kelompok, menjelaskan sumber-sumber yang
diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika memungkinkan biaya dan
keuangan.
2. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi,
konflik, dan kebersamaan. Yaitu sebagai berikut :
a. Orientasi
Anggota mulai mengembangkan sistem sosial masing-
masing dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan
mengambil kontrak dengan anggota.
b. Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota
mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok,
bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan
yang akan terjadi.
c. Kebersamaan
3. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan negatif dikoreksi
dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan
realistis, ,mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok,
dan penyelesaian masalah yang kreatif.
4. Fase terminasi
Ada jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin
mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.
G. Peran Perawat Dalam Terapi Aktivitas Kelompok
1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok
2. Sebagai leader dan Co-leader :
a. Leader
Tugasnya :
1) Menyusun rencana pembuatan proposal.
2) Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok.
3) Merencanakan dan mengontrol terapi aktivitas kelompok.
4) Membuka aktivitas kelompok.
5) Memimpin diskusi dan terapi aktivitas kelompok.
6) Leader memperkenalkan diri dan mempersilahkan anggota
diskusi lainnya untuk memperkenalkan diri.
7) Membacakan tujuan terapi aktivitas kelompok.
8) Membacakan tata tertib.
b. Co- leader
Tugasnya antara lain :
1) Membantu leader mengorganisasikan anggota.
2) Menggerakkan anggota kelompok.
3) Membacakan aturan main.
c. Fasilitator
Tugasnya antara lain:
1) Ikut serta dalam kegiatan kelompok untuk aktif jalannya
permainan.
2) Memfasilitasi anggota dalam diskusi kelompok.
d. Observer
1) Mengobservasi jalannya terapi aktivitas kelompok mulai
dari persiapan, proses dan penutup.
2) Mencari serta mengarahkan respon klien.
3) Mencatat semua proses yang terjadi.
4) Memberi umpan balik pada kelompok.
5) Melakukan evaluasi pada terapi aktivitas kelompok.
6) Membuat laporan jalannya aktivitas kelompok.
7) Membacakan kontrak waktu.
8) Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaan.
DAFTAR PUSTAKA
Fajriana. 2013. Tak lansia http;/dwaney.wordpress.com/2011/10/09/tak-lansia/2013/5/8
Khanza Savitra. 2022. Apa itu TAK. https://dosenpsikologi.com/terapi-aktivitas-kelompok-pada-
lansia.
Khwanul Khair. 2013. terapi aktivitas kelompok. http:/khwanul-khair.blogspot.com/.../terapi -
aktivitas-kelom/2013/5/8
Maryam, R. Siti. 2019. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai