Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK

DENGAN STROKE

Disusun Oleh :
NI KADEK AYU TRISNA MEILINDA
2001024

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KOMUNITAS


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
PURWODADI
TA 2023
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR STROKE

1. Definisi Stroke

Stroke adalah gangguan fungsional yang terjadi secara mendadak berupa


tanda-tanda klinis baik lokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24
jam atau dapat menimbulkan kematian yang disebabkan gangguan peredaran
darah ke otak, antara lain peredaran darah sub arakhnoid, peredaran intra
serebral dan infark serebral (Nur’aeni Y R, 2017).
Stroke adalah gangguan yang menyerang otak secara mendadak dan
berkembang cepat yang berlangsung lebih dari 24 jam ini disebabkan oleh
iskemik maupun hemoragik di otak sehingga pada keadaan tersebut suplai
oksigen keotak terganggu dan dapat mempengaruhi kinerja saraf di otak, yang
dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Penyakit stroke biasanya disertai
dengan adanya peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) yang ditandai dengan
nyeri kepala dan mengalami penurunan kesadaran (Ayu R D, 2018).
Stroke adalah perdarahan ke dalam jaringan otak atau perdarahan
subarachroid, yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan
yang menutupi otak. Stroke ini merupakan jenis stroke yang paling mematikan
dan merupakan sebagian kecil dari keseluruhan stroke yaitu 10-15% untuk
perdarahan intraserebrum dan sekitar 5% untuk perdarahan subarachoid
(Felgin, V., 2017).
Stroke non hemoragik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti
(Nurarif Huda, 2016). Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia
yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder
(Wijaya & Putri 2013).
Stroke non hemoragik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan
jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga
mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak. Stroke non-
hemoragik dapat disebabkan oleh trombosis dan emboli, sekitar 80-85%
menderita penyakit stroke non-hemoragik dan 20% persen sisanya adalah
stroke hemoragik yang dapat disebabkan oleh pendarahan intraserebrum
hipertensi dan perdarahan subarachnoid (Wilson & Price, 2016).

1. Klasifikasi Stroke

Komplikasi stroke menurut Sudoyo (2017) meliputi :

1. Hipoksia serebra

Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen

yang dikirimkan kejaringan.Hipoksia serebral

diminimalkan dengan pemberian oksigenasi yang

ade kuat ke otak. Pemberian oksigen berguna untuk

mempertahankan hemoglobin serta hematokrit yang

akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi

jaringan.

2. Penurunan aliran darah serebral

Aliran darah serebral bergantung pada tekanan

darah, curah jantung, dan integrasi pembuluh darah

serebral.Hidrasi adekuat cairan intravena,

memperbaiki aliran darah dan menurunkan

viscositas darah.Hipertensi atau hipotensi perlu di

hindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah

serebral dan potensi meluasnya area cidera.

3. Distrimia dapat mengakibatkan curah jantung tidak

konsisten dan penghentian thrombus lokal.


2. Etiologi

Stroke non hemoragik terjadi karena tersumbatnya

pembuluh darah

yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan

terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu penumpukan

kolesterol pada dinding pembuluh darah atau bekuan darah yang

telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak (Pudiastuti, 2011).

Stroke non hemoragik terjadi pada pembuluh darah yang

mengalami sumbatan sehingga menyebabkan berkurangnya aliran

darah pada jaringan otak, thrombosis otak, aterosklerosis dan

emboliserebral yang merupakan penyumbatan pembuluh darah

yangtimbulakibat pembentukan plak sehingga terjadi penyempitan

pembuluhdarahyang dikarenakan oleh penyakit jantung, diabetes,

obesitaskolesterol, merokok, stress, gaya hidup, rusak atau

hancurnya neuron motorik atas

(upper motor neuron) dan hipertensi (Muttaqin, 2011)

Stroke di bagi menjadi dua jenis yaitu Stroke

iskemik dan Stroke hemorogik.

4. Stroke iskemik atau Non hemoragik yaitu tersumbatnya

pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak

sebagian atau seluruhan terhenti. 80% adalah Stroke

iskemik.

8
a. Stroketrombotik : proses terbentuknya trombus yang

menyebabkan penggumpalan.

b. Strokeembolik : tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.

c. Hipoperfusion embolik : berkurangnya aliran darah

keselurh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut

jantung.

5. Stroke yang di sebebkan oleh pecahnya pembuluh darah otak.

Hampir 70% kasus Stroke hemoragik terjadi pada penderita

hipertensi. Stroke hemoragik terbagi menjadi 2 jenis yaitu :

a. Hemoragik intra serebral : perdarahan yang terjadi di

dalam jaringan otak.

b. Hemoragik subaraknoid : perdarahan yang terjadi pada

ruang subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak

dan selaput yang menutupi otak)

3. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis Stroke Hemoragik menurut Misbach (2016) antara lain :

1. Kehilangan motorik

2. Kehilangan komunikasi

3. Gangguan persepsi

4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologi

5. Disfungsi kandung kemih

6. Vertigo, mual muntah, nyeri kepala terjadi karena peningkatan


tekanan intracranial, odema serebri
4. Patofisologi

Faktor pencetus dari Stroke seperti hipertensi,Dm,penyakit jantung dan

beberapa faktor lain seperti merokok, stress, gaya hidup yang tidak baik dan
8
beberapa faktor seperti obesitas dan kolestrol yang meningkat dalam darah
dapat menyebabkan penimbunan lemak atau kolestrol yang meningkat dalam

darah dikarenakan ada penimbunan tersebut, pembuluh darah menjadi infark

dan iskemik. Dimana infark adalah kematian jaringan dan iskemik adalah

kekurangan suplai O2 .Hal tersebut dapat menyebabkan arterosklerosis dan

pembuluh darah menjadi kaku.Arterosklerosis adalah penyempitan pembuluh

darah yang mengakibatkan pembekuan darah di cerebral dan terjadi lah

Stroke non 10 hemoragik.Pembuluh darah menjadi kaku, menyebabkan

pembuluh darah mudah pecah dan mengakibatkan Stroke.

Dampak dari Stroke yaitu suplai darah kejaringan cerebral non adekuat

dan dampak dari Stroke terdapat peningkatan tekanan sistemik.Kedua dampak

ini menyebabkan perfusi jaringan cerebral tidak adekuat.Pasokan Oksigen

yang kurang membuat terjadinya vasospasme arteri serebral dan aneurisma.

Vasospasme arteri serebral adalah penyempitan pembuluh darah arteri

cerebral yang kemungkinan akan terjadi gangguan hemisfer kanan dan kiri

dan terjadi pula infark /iskemik di arteri tersebut yang menimbulkan masalah

keperawatan gangguan mobilitas fisik.

Aneurisma adalah pelebaran pembuluh darah yang disebabkan oleh otot

dinding di pembuluh darah yang melemah hal ini membuat di arachnoid

(ruang antara permukaan otak dan lapisan yang menutupi otak) dan terjadi

penumpukan darah di otak atau disebut hematoma kranial karena

penumpukan otak terlalu banyak, dan tekanan intra kranial menyebabkan

jaringan otak berpindah/ bergeser yang dinamakan herniasi serebral.

Pergeseran itu mengakibatkan pasokan oksigen berkurang sehingga terjadi

penurunan kesadaran dan resiko jatuh. Pergeseran itu juga menyebabkan

kerusakan otak yang dapat membuat pola pernapasan tak normal (pernapasan

cheynes stokes) karena pusat pernapasan berespon erlebhan terhadap CO2


8
yang mengakibatkan pola napastidak efektif dan resiko aspirasi (Amin, 2015).
5. PATHWAY

Genetik yang berkurang yang berlebihan

Gangguan metabolisme purin

Gout

Hiperurisemia dan serangan sinovitis


akut berulang-ulang

Penimbunan kristal urat monohidrat


monosodium

Penimbunan asam urat di Penimbunan kristal pada membran


korteks dan reaksi inflamasi sinovia dan tulang rawan
artikular pada ginjal

Terjadi hialinisasi dan fibrosis Erosi tulang rawan, proliferasi


pada glomerulus sinovia, & pembentukan
panus

Pielonefritis, sklerosis arteriolar, Degenerasi tulang


atau nefritis kronis rawan sendi

Terbentuk batu asam urat, gagal Terbentuk tofus serta fibrosis dan
ginjal kroni, hipertensi, & sklerosis ankilosis pada tulang

Perubahan bentuk tubuh pada


tulang & sendi
Nyeri Intoleransi Ansietas
Akut Aktivitas
Gangguan

Citra Tubuh

8
6. Komplikasi

Komplikasi stroke menurut Sudoyo (2017) meliputi :

6. Hipoksia serebra

Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan

kejaringan.Hipoksia serebral diminimalkan dengan pemberian

oksigenasi yang ade kuat ke otak. Pemberian oksigen berguna untuk

mempertahankan hemoglobin serta hematokrit yang akan membantu

dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.

7. Penurunan aliran darah serebral

Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung,

dan integrasi pembuluh darah serebral.Hidrasi adekuat cairan

intravena, memperbaiki aliran darah dan menurunkan viscositas

darah.Hipertensi atau hipotensi perlu di hindari untuk mencegah

perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area

cidera.

8. Distrimia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan

penghentian thrombus lokal.

3. Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan untuk memastikan

penyebab stroke pada lansia antara lain (Purwani, 2017):

1. Angiografi Serebral Membantu menentukan penyebab Stroke secara

spesifik misalnya pertahanan atau sumbatan arteri.

2. Scan Tomografi Komputer (CT-Scan) Mengetahui adanya tekanan

normal dan adanya thrombosis, emboli serebral, dan tekanan normal

dan adanya thrombosis, emboli serebral, dan tekanan intracranial


(TIK).Peningkatan TIK dan cairan yang mengandung darah

menunjukan adanya perdarahan subarakhnoid dan perdarahan

intracranial. Kadar protein total meningkat, beberapa kasus thrombosis

disertai proses inflamasi.

3. Magnetic Resonance Imaging (MRI) Menunjukan daerah infark,

perdarahan, malformasi arteriovena (MAV).

4. Ultrasonografi Doppler (USG doppler) Mengidentifikasi penyakit

arteriovena (masalah sistem arteri karotis atau aliran darah timbulnya

plak dan arteriosklerosis).

5. Elektroensefalogram (EEG) Mengidentifikasi masalah pada

gelombang otak dan memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.

6. Sinar tengkorak Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal

daerah yang berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis

interna terdapat pada thrombosis serebral; klasifikasi parsial dinding

aneurisma pada perdarahan subarachnoid.

7. Pemeriksaan laboratorium rutin Berupa cek darah, Gula darah, Urine,

Cairan serebrospinal, AGD, Biokimia dara dan elektrolit.

7. Penatalaksanaan

Penderita Stroke sejak mulai sakit pertama kali dirawat sampai proses

rawat jalan di luar rumah sakit, memerlukan perawatan dan pengobatan terus

menerus sampai optimal dan mencapai keadaan fisik maksimal. Pengobatan pada

Stroke non hemoragik dibedakan menjadi:

1. Penanganan medis (Brunner & suddarth, 2016) :

a. Rekombian aktivator plasminogen jaringan (t-PA)

b. Penatalaksanaan peningkatan tekanan intracranial (TIK)


c. Kemungkinan hemikraniektomi untuk mengatasi peningkatan TIK

akibat edema otak pada stroke yang sangat luas

d. Instubasi dengan selang endotrakeal untuk menetapkan kepatenan

jalan nafas, jika perlu

e. Pantau hemodinamika secara kontinu ( target tekanan darah tetap

kontroversial bagi pasien yang mendapatkan terapi trombolitik :

terapi antihipertensi dapat ditunda kecuali tekanan darah sistolik

melebihi 220mmHg atau darah diastolic melebihi 20mmHg )

2. Penanganan komplikasi

a.Penurunan aliran darah serebral : perawatan pulmonal, pemeliharaan

kepatenan jalan nafas dan berikan suplemen oksigen sesuai

kebutuhan.

b. Pantau adanya infeksi saluran kemih, distrimia jantung dan

komplikasi berupa mobilisasi.

3. Penanganan farmakologi

a.Trombolisis Satu-satunya obat yang di akui FDA sebagai standar

adalah pemakaian rTPA ( recombinant- Tissue plasminogen

Activitor) yang di berikan pada penderita Stroke iskemik dengan

syarat tertentu baik i.v maupun arterial dalam waktu kurang dari 3

jam setelah onset Stroke.

b. Antikoagulan Obat yang di berikan adalah heparin atau heparinoid

(fraxiparine).Efek antikoagualan heparin adalah inhibisi terhadap

faktor koagulasi dan mencegah atau memperkecil pembentukan


fibrin dan propagasi trombus.Antikoagulasia mencegah terjadinya
gumpalan darah dan embolisasi trombus.Antikoagulansia mencegah terjadinya

gumpalan darah dan emboisasi trombus.Antikoagulansia masih sering di

gunakan pada penderita Stroke dengan kelainan jantung yang dapat

menimbulkan embolus.

c.Anti agregasi trombosit Obat yang di pakai untuk mencegah

penggumpalan sehingga mencegah terbentuknya trombus yang dapat

menyumbat pembuluh darah.Obat ini dapat digunakan pada TIA. Obat yang

banyak digunakan adalah asetosal (aspirin) dengan dosis 40mg-1,3

gram/hari. Akhir-akhir ini di gunakan tiklodipin dengan dosis 2 x 250 mg.

d. Anti edema Obat anti edema otak adalah cairan hiperosmolar , missalnya

manitol 20%, larutan gliserol 10%. Pembatas cairan juga dapat

membantu.Dapat pula menggunakan kortikosteroid.

B. KONSEP DASAR LANSIA

1. Pengertian Lansia

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia

tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak

dan dewasa akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik

dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada

saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Lansia

merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan

masa hidup manusia yang terakhir. Dimana saat ini seseorang mengalami

kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap ( Azizah, 2011).

Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang

melalui tahap tahap kehidupannya yaitu nenonatus toddler, praschool,

remaja,dewasa dan lansia terhadap beberapa ini dimulai baik secara biologis

maupun psikologis (Padila, 2013). Menurut komisi nasional lansia dengan


semakin meningkatnya penduduk lansia, dibutuhkan perhatian dari semua

pihak dalam mengantisipasi berbagai permasalahan yang berkaitan penuaan

penduduk. Penuaan penduduk membawa berbagai implikasi baik dari aspek

social, ekonomi, hukum, politik dan terutama kesehatan (Komisi Lansia,

2010).

2. Karakteristik Lansia

Menurut Budi Ana Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik

sebagai berikut :

a. Berusia lebih dari 60 th (sesuai pasal 1 ayat (2) UU No. 13 ttg kesehatan).

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,

dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual serta dari kondisi adaptif

hingga maladaptif.

c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

3. Batasan Lanjut Usia

a. Pra usia lanjut (prasenilis)

Seseorang yang berusia 45-59 tahun

b. Lanjut usia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Usia lanjut adalah

tahap masa tua dalam perkembangan individu (usia 60 tahun keatas).

Sedangkan lanjut usia adalah sudah berumur atau tua.

c. Usia lanjut Resiko Tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang

berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan

d. Usia lanjut Potensial

Usia lanjut yang masih mampu melaksanakan pekerjaan dan atau

kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.


4. Perubahan Perubahan yang Terjadi Pada Lansia

Perubahan yang Terjadi pada Lansia meliputi perubahan fisik, sosial,

dan psikologis.

a. Perubahan Fisik

1. Perubahan sel dan ekstrasel pada lansia mengakibatkan penurunan

tampilan dan fungsi fisik. lansia menjadi lebih pendek akibat adanya

pengurangan lebar bahu dan pelebaran lingkar dada dan perut, dan

diameter pelvis. Kulit menjadi tipis dan keriput, masa tubuh

berkurang dan masa lemak bertambah.

2. Perubahan kardiovaskular yaitu pada katup jantung terjadi adanya

penebalan dan kaku, terjadi penurunan kemampuan memompa

darah (kontraksi dan volume) elastisistas pembuluh darah menurun

serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga

tekanan darah meningkat.

3. Perubahan sistem pernapasan yang berhubungan dengan usia yang

mempengaruhi kapasitas fungsi paru yaitu penurunan elastisitas

paru, otototot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku, kapasitas

residu meningkat sehingga menarik nafas lebih berat, alveoli

melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun dan

terjadinya penyempitan pada bronkus.

4. Perubahan integumen terjadi dengan bertambahnya usia

mempengaruhi fungsi dan penampilan kulit, dimana epidermis dan

dermis menjadi lebih tipis, jumlah serat elastis berkurang dan

keriput serta kulit kepala dan rambut menipis, rambut dalam hidung

dan telinga menebal, vaskularisasi menurun, rambut memutih

(uban), kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh serta kuku
kaki tumbuh seperti tanduk.

5. Perubahan sistem persyarafan terjadi perubahan struktur dan fungsi

sistem saraf. Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsi menurun

serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang

berhubungan dengan stress, berkurangnya atau hilangnya lapisan

mielin akson sehingga menyebabkan berkurangnya respon motorik

dan refleks.

6. Perubahan musculoskeletal sering terjadi pada wanita pasca

monopause yang dapat mengalami kehilangan densitas tulang yang

masif dapat mengakibatkan osteoporosis, terjadi bungkuk (kifosis),

persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor,

tendon mengerut dan mengalami sklerosis.

7. Perubahan gastroinstestinal terjadi pelebaran esofagus, terjadi

penurunan asam lambung, peristaltik menurun sehingga daya

absorpsi juga ikut menurun, ukuran lambung mengecil serta fungsi

organ aksesoris menurun sehingga menyebabkan berkurangnya

produksi hormon dan enzim pencernaan.

8. Perubahan genitourinaria terjadi pengecilan ginjal, pada aliran darah

ke ginjal menurun, penyaringan di glomerulus menurun dan fungsi

tubulus menurun sehingga kemampuan mengonsentrasikan urine

ikut menurun.

9. Perubahan pada vesika urinaria terjadi pada wanita yang dapat

menyebabkan otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan

terjadi retensi urine.

10. Perubahan pada pendengaran yaitu terjadi membran timpani atrofi

yang dapat menyebabkan ganguan pendengaran dan tulang-tulang

pendengaran mengalami kekakuan.


11. Perubahan pada penglihatan terjadi pada respon mata yang menurun

terhadap sinar, adaptasi terhadap menurun, akomodasi menurun,

lapang pandang menurun, dan katarak.

b. Perubahan Psikologis

Pada lansia dapat dilihat dari kemampuanya beradaptasi terhadap

kehilangan fisik, sosial, emosional serta mencapai kebahagiaan,

kedamaian dan kepuasan hidup.ketakutan menjadi tua dan tidak mampu

produktif lagi memunculkan gambaran yang negatif tentang proses

menua. Banyak kultur dan budaya yang ikut menumbuhkan anggapan

negatif tersebut, dimana lansia dipandang sebagai individu yang tidak

mempunyai sumbangan apapun terhadap masyarakat dan memboroskan

sumber daya ekonomi

c. Perubahan Kognitif

Pada lansia dapat terjadi karena mulai melambatnya proses

berfikir, mudah lupa, bingung dan pikun. Pada lansia kehilangan jangak

pendek dan baru merrupakan hal yang sering terjadi

d. Perubahan Sosial,

Post power syndrome, single woman,single parent, kesendirian,

kehampaan, ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan

kapan meninggal

5. Tipe Lansia

a. Tipe arif Bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan

perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,

sederhana, dermawan memenuhi undangan dan menjadi panutan.


b. Tipemandir
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam

mencari pekerjaan, teman bergaul dan memenuhi ruangan.

c. Tipe Tidak Puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi

pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan

banyak menuntut.

d. Tipe Pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama,

ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan

e. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,

menyesal, pasif acuh tak acuh. Tipe lain dari usia lanjut : Tipe optimis,

Tipe konstruktif, Tipe dependen (ketergantungan), Tipe defensif

(bertahan) tipe militan dan serius, tipe marah / frustasi (kecewa akibat

kegagalam dalam melakukan sesuatu), Tipe putus asa (benci pada diri

sendiri).

6. Tugas perkembangan Lansia

Kesiapan lansia untuk beradaptasi terhadap tugas perkembangan

lansia dipengaruh oleh proses tumbang pada tahap sebelumnya.

a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun

b. Mempersiapkan diri untuk pensiun

c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya

d. Mempersiapkan kehidupan baru

e. Melakukan penyesuaian terhadap kehiduan sosial/masyarakat secara santai

f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.


C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Hipertensi

A. Pengkajian
1. pengumpulan data
a. Identitas
Nama, umur, agama, jenis kelamin, tanggal masuk dan penanggung jawab.
b. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami sakit yang sangat berat.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Beberapa hal yang harus diungkapkan pada setiap gejala
yaitu sakit kepala,kelelahan,pundak terasa berat.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah keluarga pernah mengalami penyakit yang sama.
d. Aktivitas / istirahat
1. Gejala: kelelahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
2. Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irma
jantung, dan takipnea.

e. Sirkulasi
1. Gejala: riwayat penyakit, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner, dan penyakit serebrovaskuler. Dijumpai pula episode
palpitasi.
1. Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial dari tekanan darah)
diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Hipertensi postural
mungkin berhubungan dengan regimen obat.
f. Integritas Ego
1. Gejala : riwayat kepribadian, ansietas, faktor stress multiple
(hubungan keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan)
1. Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue
perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernapasan
menghela, peningkatan pola bicara.
g. Eliminasi
Gejala : adanya gangguan ginjal saat ini atau (seperti
obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada masa lalu.
h. Makanan/cairan
Gejala : makanan yang disukai dapat mencakup makanan
tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan
yang di goreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam,
dan kandungan tinggi kalori, mual, muntah dan perubahan BB
meningkat / turun, riwayat penggunaan obat diuretik.

i. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipita
( terjadinya saat bangun dan menghilang secara spontan setelah
beberapa jam, gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan
kabur, epistakis).
j. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan
jantung), sakit kepala oksipital berat, seperti yang pernah
terjadi sebelumnya.
k. Pernapasan
1. Gejala: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja.
Takipnea, orthopnea, dispnea, batuk dengan atau tanpa
pembentukan sputum, riwayat merokok.
2. Tanda : distress respirasi atau penguunaan otot aksesori
pernapasan, bunyi nafas tambahan (krakles / mengi),
sianosis
l. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi / cara berjalan, hipotensi postural.
2. Pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan penanganan kesehatan
2. Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, dan elektrolit,
nafsu makan, pola makan, diet, kesulitan menelan,mual/muntah, dan
makanan kesehatan.
3. Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap
energy, jumlah tidur pada siang dan malam, masalah tidur, dan
insomnia
4. Pola aktivitas dan istirahat
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan,
dan sirkulasi. Riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama, dan
kedalaman pernafasan.
5. Pola aktivitas dan istirahat

Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan, dan

sirkulasi. Riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama, dan kedalaman

pernafasan

Tabel 2.2 Pengkajian Indeks KATZ

Skor INTERPRETASI

A Kemandirian dalam hal makan, minum, kontinen (BAB/BAK),


berpindah, kekamar kecil, berpakaian dan mandi

B Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari


fungsi tersebut

C Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu


fungsi tambahan

D Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi,berpakaian dan satu fungsi tambahan

E Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,


berpakaian, kekamar kecil, dan satu fungsi tambahan

F Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali berpakaian,


kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan

Lain- Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi tetapi tidak dapat


lain diklasifikasikan sebagai C,D dan E

6. Pola hubungan dan peran


Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap
anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya
rumah, dan masalah keuangan.

Tabel 2.3 Pengkajian APGAR Keluarga (Tabel APGAR Keluarga)

No Item Penilaian Selalu Kadang- Tidak


(2) kadang pernah
(1) (0)

1. A : adaptasi
Saya puas bisa kembali pada keluarga
(teman-teman) saya untuk membantu
apabila saya mengalami kesulitan
( adaptasi )

2. P : Partnership
Saya puas dengan cara keluarga
( teman-teman ) saya membicarakan
sesuatu dan mengungkapkan masalah
dengan saya ( hubungan )

3. G : Growth
Saya puas bahwa keluarga ( teman-
teman ) saya menerima dan
mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas ( pertumbuhan )

4. A : Afek
Saya puas dengan cara keluarga
( teman-teman ) saya mengekspresikan
afek dan berespon terhadap emosi saya
seperti, marah sedih, atau mencintai
5. R : Resolve
Saya puas dengan cara teman dan
keluarga saya dan saya menyediakan
waktu bersama-sama mengekspresikan
afek dan berespon

Keterangan :
Total nilai < 3 : disfungsi keluarga yang sangat
tinggi Total nilai 4 – 6 : disfungsi keluarga
sedang
Total nilai 7 – 10 : tidak ada disfungsi keluarga
7. Pola sensori dan kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif, pola persepsi sensori
meliputi pengkajian penglihatan, pendengaran,perasaan, dan pembau. Pada
klien katarak dapat ditemukan gejala gangguan penglihatan perifer,
kesulitan memfokuskan kerja dengan merasa diruang gelap. Sedangkan
tandanya adalah tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil, peningkatan
air mata.

Tabel 2.4 Pengkajian Status Mental

Tabel Short Portable Mental Status Quesioner (SPMSQ)

Skor
+ - No Pertanyaan Jawaban
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Dimana alamat anda?
5 Kapan anda lahir?
6 Berapa umur anda?
7 siapa presiden Indonesia
sekarang?
8 Siapa presiden sebelumnya?
9 Siapa nama anak anda?
10 Siapa nama ibu anda?
Jumlah Kesalahan Total
Kesimpulan :

1. Kesalahan 0 – 2 = Fungsi Intelektual Utuh


2. Kesalahan 3 – 4 = Kerusakan Intelektual Ringan
3. Kesalahan 5 – 7 = Kerusakan Intelektual Sedang
4. Kesalahan 8 – 10 = Kerusakan Intelektual Berat
Keterangan :
a. Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 ( satu ) kesalahan bila subyek
hanya berpendidikan SD
b. Bisa dimaklumi bilang kurang dari 1 ( satu ) kesalahan bila
subyek mempunyai pendidikan lebih dari SD
c. Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 ( satu ) kesalahan untuk
subyek kulit hitam dengan menggunakan kriteria pendidikan
yang lama.

8. Pola persepsi dan konsep diri


Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap
kemampuan konsep diri. Konsep diri menggambarkan gambaran harga diri,
peran, identitas diri. Manusia sebagai sistem terbuka makhluk bio-psiko-sosio-
kultural-spritual, kecemasan, ketakutan, dan dampak terhadap sakit. Pengkajian
tingkat depresi menggunakan Tabel Inventaris Depresi Back
9. Pola seksual dan reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap seksualitas.
10. Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk spiritual( Aspiani, 2014 ).
2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

neuromuskular (D.0054)

b. Resiko jatuh (D.0143)

3. Perencanaan / Intervnsi Keperawatan

1. Gangguan mobilitas fisik

Tujuan :setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam

dilaporkan tingkat nyeri menurun dengan

Kriteria Hasil :

a. Pergerakan ekstremitas meningkat 5

b. Kekuatan otot meningkat 5

c. Rentang gerak (ROM) meningkat 5

d. Kelemahan fisik menurun 5

Intervensi :Dukungan Mobilisasi (I.05173)

a. Observasi:

1) Identifikasi adanya keluhan nyeri atau fisik lainnya

2) Identifikasi kemampuan dalam melakukan pergerakan

3) Monitor keadaan umum selama melakukan mobilisasi

4) Libatkan keluarga untuk membantu klien dalam meningkatkan

pergerakan

5) Anjurkan untuk melakukan pergerakan secara perlahan


6) Ajarkan mobilisasi sederhana yang bisa dilakukan seperti duduk

ditempat tidur, miring kanan/kiri, dan latihan rentang gerak

(ROM)

a. Terapeutik : fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar

tempat tidur)

b. Edukasi :

- jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

- anjurkan melakukan mobilisasi dini

2. Resiko Jatuh (D.0143)

Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan resiko jatuh menurun dengan

Kriteria Hasil :

a. Klien tidak terjatuh dari tempat tidur

b. Tidak terjatuh saat dipindahkan

c. Tidak terjatuh saat duduk


Intervensi : Pencegahan Jatuh (I.14540)

a) Observasi

 Identifikasi faktor resiko jatuh

 Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan resiko jatuh

 Pastikan roda tempat tidur selalu dalam keadaan terkunci

 Pasang pagar pengaman tempat tidur

 Anjurkan untuk memanggil perawat jika membutuhkan bantuan


untuk berpindah

 Anjurkan untuk berkonsentrasi menjaga keseimbangan tubuh

b) Terapeutik

 Sediakan pencahayaan yang memadai

 Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien, sesuai

kebutuhan

c) Edukasi

-Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk beberapa

menit sebelum berdiri

4. Implementasi

Menurut Nursalam (2013) adapun sebagai berikut:

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk

mencapai tujuan yang pesifik. Tahap Implementasi dimulai

setelah rencana intervensi disusun dan ditujukan padanursing


order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.

Oleh karena itu rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan

untuk memodifikasi faktor -faktor yang mempengaruhi masalah

kesehatan klien.

Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup

peningkatan kesehatan. pencegahan penyakit, pemulihan

kesehatan, dan memfasilitasi koping perencanaan asuhan

keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika klien

mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam implementasi

keperawatan. Selama tahap implementasi, perawat melakukan

pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang paling

sesuai dengan kebutuhan klien.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi

proses keperawatan yangmenandakan keberhasilan dari diagnosis

keperawatan, rencana intervensi,dan implementasi. Tujuan

evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai

tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respon klien

terhadap asuhan keperawatan yang diberikan sehingga perawat

dapat mengambil keputusan (Nursalam, 2013).


DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer G. E . (2006). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 . EGC : Jakarta

Wilkinson, M. Judith. (2007). Buku saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi SDKI dan
Kriteria Hasil SIKI. EGC : Jakarta

Ganong W. F McpheeStephen. (2010). Patofisiologi Penyakit Edisi 5. EGC : Jakarta

Http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/patofisiologi-asam urat-arthritis/

Prince, Sylvia, Wolson M. Lerradne. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis, Proses Penyakit.
EGC : Jakarta

Smeltzer G. E . (2006). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 . EGC : Jakarta

Amalia, D. R. (2019). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Stroke Non Hemoragik Di Ruang
Angsoka RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Retrieved from
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/392/1/DINDA REZKY AMALIA KTI.pdf

Wijaya, & Putri. (2013).Stroke Non Hemoragik. Retrieved from


http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/636/3/KTI UPLOAD BAB II.pdf

Wilkinson. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Wilson & Price. (2016).Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Rencana Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tujuan Keperawatan, Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI
Praditiya, Winda Ns. Arief Wahyudi Jadmiko, S. Kep., M. K. (2017). Upaya Peningkatan
Mobilitas Fisik Pada Pasien Stroke Hemoragik. Diploma thesis, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Pudiastuti, R. D. (2011). Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta: Nuha Medika. Radaningtyas, D.


A. (2018). Asuhan Keperawatan Klien Cerebro Vaskular

Accident Hemoragik.

Riskesdas, K. (2018). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). Journal of Physics A:
Mathematical and Theoretical, 44(8), 1–200. https://doi.org/10.1088/1751-
8113/44/8/085201
PATHWAY

Anda mungkin juga menyukai