PATHWAY
Gout
Terbentuk batu asam urat, gagal Terbentuk tofus serta fibrosis dan
ginjal kroni, hipertensi, & sklerosis ankilosis pada tulang
Citra Tubuh
2. Proses Terjadinya Nyeri
Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf telanjang yang ditemukan hampir
pada setiap jaringan tubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui dua
sistem Serabut. Sistem pertama terdiri dari serabut Aδ bermielin halus bergaris tengah 2-5
µm, dengan kecepatan hantaran 6-30 m/detik. Sistem kedua terdiri dari serabut C tak
bermielin dengan diameter 0.4-1.2 µm, dengan kecepatan hantaran 0,5-2 m/detik. Serabut Aδ
berperan dalam menghantarkan "nyeri cepat" dan menghasilkan persepsi nyeri yang jelas,
tajam dan terlokalisasi, sedangkan serabut C menghantarkan "nyeri lambat" dan menghasilkan
persepsi samar-samar, rasa pegal dan perasaan tidak enak. Pusat nyeri terletak di talamus,
kedua jenis serabut nyeri berakhir pada neuron traktus spinotalamus lateral dan impuls nyeri
berjalan ke atas melalui traktus ini ke nukleus posteromidal ventral dan posterolateral dari
talamus. Dari sini impuls diteruskan ke gyrus post sentral dari korteks otak (Rahmatul Fitriani,
2015).
Menurut Black & Hawks, 2014 (dalam Mulyanto dkk, 2014) intensitas nyeri merupakan
gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri
sangat subjektif dan individual. Intensitas nyeri yang dirasakan setiap individu berbeda-beda.
Respon nyeri secara subjektif dideskripsikan dengan nyeri ringan, nyeri sedang, dan nyeri
parah. Mendeskripsikan nyeri berbeda antara perawat dan pasien. Skala deskriptif merupakan
alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif. Sebelum melakukan manajemen
nyeri, perlu dilakukan penilaian atau asesment intesitasnya. Intensitas nyeri adalah gambaran
tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat
subyektif dan individual, serta kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirakan sangat
berbeda oleh dua orang yang berbeda. Banyak cara untuk menentukan intensitas nyeri, namun
yang paling sederhana ada 2 macam yakni; Numeric Rating Scale (NRS) dan Faces Scale dari
objektif. Skala ini juga disebut sebagai skala pendeskripsian verbal Verbal descriptor
scale (VDS) merupakan garis yang terdiri tiga sampai lima kata pendeskripsian yang
tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis. Pendeskripsian ini mulai dari “tidak
terasa nyeri” sampai “nyeri tak tertahankan”, dan klien diminta untuk menunjukkan
Pasien menyebutkan intensitas nyeri berdasarkan angka 0 – 10. Titik 0 berarti tidak
nyeri, 5 nyeri sedang, dan 10 adalah nyeri berat yang tidak tertahankan. NRS digunakan
jika ingin menentukan berbagai perubahan pada skala nyeri, dan juga menilai respon
turunnya nyeri pasien terhadap terapi yang diberikan. Jika pasien mengalami disleksia ,
autism, atau geriatri yang demensia maka ini bukan metode yang cocok.
Pasien disuruh melihat skala gambar wajah. Gambar pertama tidak nyeri (anak tenang)
kedua sedikit nyeri dan selanjutnya lebih nyeri dan gambar paling akhir, adalah orang
dengan ekpresi nyeri yang sangat berat. Setelah itu, pasien disuruh menunjuk gambar
yang cocok dengan nyerinya. Metode ini digunakan untuk pediatri, tetapi juga dapat
Menurut Judha (2012) menyatakan secara umum level nyeri dibagi menjadi atas 5
bagian yaitu:
1. 0 : Tidak Nyeri
4. Komplikasi
d. Hipertensi ringan
e. Proteinuria
f. Hyperlipidemia
Penyakit ginjal dapat terjadi pada pasien gout yang tidak ditangani, terutama ketika
hipertensi juga ada. Kristal urat menumpuk di jaringan interstisial ginjal. Kristal asam urat
juga terbentuk dalam tubula pengumpul, pelvis ginjal, dan ureter, membentuk batu. Batu dapat
memiliki ukuran yang beragam dari butiran pasir hingga struktur masif yang mengisi ruang
ginjal. Batu asam urat dapat berpotensi mengobstruksi aliran urine dan menyebabkan gagal
5. Pemeriksaan Penunjang
2. Leukosit
Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batas normal yaitu 5000-
10000/mm3.
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan prosuksi dan ekskresi.Jumlah normal
seorang mengekskresikan 250-750 mg/24/jam asam urat di dalam urin. Ketika produksi
asam urat meningkat maka level asam urat urin meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24
jam mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan serum asam
urat. Intruksikan pasien untuk menampung semua urin dengan feses atau tisu toilet selama
` Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau material aspirasi
dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal urat yang tajam, memberikan diagnosis
definitif gout.
6. Pemeriksaan radiografi
Pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan menunjukkan tidak terdapat perubahan pada
awal penyakit, tetapi setelah penyakit berkembang progresif maka akan terlihat jelas/area
terpukul pada tulang yang berada di bawah sinavial sendi (Aspiani, 2014).
6. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
a. Stadium I (Asimtomatik)
2) Turunkan kadar asam urat dengan obat-obat urikosurik dan penghambat xanthin
oksidase.
2) Indometasin 4 x 50 mg sehari.
4) Penderita ini dianjurkan untuk diet rendah purin, hindari alkohol dan obat- obatan
1) Hindari faktor pencetus timbulnya serangan seperti banyak makan lemak, alkohol dan
3) Tofi yang besar atau tidak hilang dengan pengobatan konservatif perlu dieksisi
(Aspiani, 2014).
2. Non Farmakologis
Penyakit asam urat memang sangat erat kaitannya dengan pola makan seseorang.
Pola makan yang tidak seimbang dengan jumlah protein yang sangat tinggi merupakan
penyebab penyakit ini. Meskipun demikian, bukan berarti penderita asam urat tidak boleh
mengkonsumsi makanan yang mengandung protein asalkan jumlahnya dibatasi. Selain itu,
pengaturan diet yang tepat bagi penderita asam urat mampu mengontrol kadar asam dan
urat dalam darah. Berkaitan dengan diet tersebut, berikut ini beberapa prinsip diet yang
Pada diet normal, asupan purin biasanya mencapai 600-1000 mg per hari. Namun
penderita asam urat harus membatasi menjadi 120-150 mg per hari. Purin merupakan
salah satu bagian dari protein. Membatasi asupan purin berarti juga mengurangi
konsumsi makanan yang berprotein tinggi. Asupan protein yang dianjurkan bagi
penderita asam urat sekitar 50-70 gram bahan mentah per hari atau 0,8-1 gram/kg berat
badan/hari
Jenis karbohidrat yang dianjurkan untuk dikonsumsi penderita asam urat adalah
karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti, dan ubi. Karbohidrat kompleks ini
sebaiknya dikonsumsi tidak kurang dari 100 gram per hari, yaitu sekitar 65-75% dari
Makanan yang mengandung lemak tinggi seperti jeroan, seafood, makanan yang
digoreng, makanan yang bersantan, margarin, mentega, avokad, dan durian sebaiknya
1. Pengertian Lansia
tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak
dan dewasa akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik
dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada
merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan
masa hidup manusia yang terakhir. Dimana saat ini seseorang mengalami
remaja,dewasa dan lansia terhadap beberapa ini dimulai baik secara biologis
2010).
2. Karakteristik Lansia
sebagai berikut :
a. Berusia lebih dari 60 th (sesuai pasal 1 ayat (2) UU No. 13 ttg kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
hingga maladaptif.
b. Lanjut usia
dan psikologis.
a. Perubahan Fisik
tampilan dan fungsi fisik. lansia menjadi lebih pendek akibat adanya
pengurangan lebar bahu dan pelebaran lingkar dada dan perut, dan
keriput serta kulit kepala dan rambut menipis, rambut dalam hidung
(uban), kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh serta kuku
dan refleks.
ikut menurun.
b. Perubahan Psikologis
c. Perubahan Kognitif
berfikir, mudah lupa, bingung dan pikun. Pada lansia kehilangan jangak
d. Perubahan Sosial,
kapan meninggal
5. Tipe Lansia
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam
banyak menuntut.
d. Tipe Pasrah
e. Tipe bingung
menyesal, pasif acuh tak acuh. Tipe lain dari usia lanjut : Tipe optimis,
(bertahan) tipe militan dan serius, tipe marah / frustasi (kecewa akibat
kegagalam dalam melakukan sesuatu), Tipe putus asa (benci pada diri
sendiri).
A. Pengkajian
1. pengumpulan data
a. Identitas
Nama, umur, agama, jenis kelamin, tanggal masuk dan penanggung jawab.
b. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami sakit yang sangat berat.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Beberapa hal yang harus diungkapkan pada setiap gejala
yaitu sakit kepala,kelelahan,pundak terasa berat.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah keluarga pernah mengalami penyakit yang sama.
d. Aktivitas / istirahat
1. Gejala: kelelahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
2. Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irma
jantung, dan takipnea.
e. Sirkulasi
1. Gejala: riwayat penyakit, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner, dan penyakit serebrovaskuler. Dijumpai pula episode
palpitasi.
1. Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial dari tekanan darah)
diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Hipertensi postural
mungkin berhubungan dengan regimen obat.
f. Integritas Ego
1. Gejala : riwayat kepribadian, ansietas, faktor stress multiple
(hubungan keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan)
1. Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue
perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernapasan
menghela, peningkatan pola bicara.
g. Eliminasi
Gejala : adanya gangguan ginjal saat ini atau (seperti
obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada masa lalu.
h. Makanan/cairan
Gejala : makanan yang disukai dapat mencakup makanan
tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan
yang di goreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam,
dan kandungan tinggi kalori, mual, muntah dan perubahan BB
meningkat / turun, riwayat penggunaan obat diuretik.
i. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipita
( terjadinya saat bangun dan menghilang secara spontan setelah
beberapa jam, gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan
kabur, epistakis).
j. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan
jantung), sakit kepala oksipital berat, seperti yang pernah
terjadi sebelumnya.
k. Pernapasan
1. Gejala: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja.
Takipnea, orthopnea, dispnea, batuk dengan atau tanpa
pembentukan sputum, riwayat merokok.
2. Tanda : distress respirasi atau penguunaan otot aksesori
pernapasan, bunyi nafas tambahan (krakles / mengi),
sianosis
l. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi / cara berjalan, hipotensi postural.
2. Pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan penanganan kesehatan
2. Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, dan elektrolit,
nafsu makan, pola makan, diet, kesulitan menelan,mual/muntah, dan
makanan kesehatan.
3. Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap
energy, jumlah tidur pada siang dan malam, masalah tidur, dan
insomnia
4. Pola aktivitas dan istirahat
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan,
dan sirkulasi. Riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama, dan
kedalaman pernafasan.
5. Pola aktivitas dan istirahat
pernafasan
Skor INTERPRETASI
1. A : adaptasi
Saya puas bisa kembali pada keluarga
(teman-teman) saya untuk membantu
apabila saya mengalami kesulitan
( adaptasi )
2. P : Partnership
Saya puas dengan cara keluarga
( teman-teman ) saya membicarakan
sesuatu dan mengungkapkan masalah
dengan saya ( hubungan )
3. G : Growth
Saya puas bahwa keluarga ( teman-
teman ) saya menerima dan
mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas ( pertumbuhan )
4. A : Afek
Saya puas dengan cara keluarga
( teman-teman ) saya mengekspresikan
afek dan berespon terhadap emosi saya
seperti, marah sedih, atau mencintai
5. R : Resolve
Saya puas dengan cara teman dan
keluarga saya dan saya menyediakan
waktu bersama-sama mengekspresikan
afek dan berespon
Keterangan :
Total nilai < 3 : disfungsi keluarga yang sangat
tinggi Total nilai 4 – 6 : disfungsi keluarga
sedang
Total nilai 7 – 10 : tidak ada disfungsi keluarga
7. Pola sensori dan kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif, pola persepsi sensori
meliputi pengkajian penglihatan, pendengaran,perasaan, dan pembau. Pada
klien katarak dapat ditemukan gejala gangguan penglihatan perifer,
kesulitan memfokuskan kerja dengan merasa diruang gelap. Sedangkan
tandanya adalah tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil, peningkatan
air mata.
Skor
+ - No Pertanyaan Jawaban
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Dimana alamat anda?
5 Kapan anda lahir?
6 Berapa umur anda?
7 siapa presiden Indonesia
sekarang?
8 Siapa presiden sebelumnya?
9 Siapa nama anak anda?
10 Siapa nama ibu anda?
Jumlah Kesalahan Total
Kesimpulan :
1. Nyeri Akut
Kriteria Hasil :
a. Observasi:
nyeri
Kriteria Hasil :
a) Observasi
kelelahan
b) Terapeutik
c) Edukasi
d) Kolaborasi
makanan
4. Implementasi
kesehatan klien.
5. Evaluasi
Http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/patofisiologi-asam urat-arthritis/
Prince, Sylvia, Wolson M. Lerradne. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis, Proses Penyakit.
EGC : Jakarta
Wilkinson, M. Judith. (2007). Buku saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi SDKI dan
Kriteria Hasil SIKI. EGC : Jakarta