Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KDP

PADA Tn.I DENGAN KEBUTUHAN DASAR GANGGUAN

KENYAMANAN NYERI

Disusun untuk memenuhi Tugas Keperawatan Dasar Profesi Ners

Dosen CI akademik: Pertiwi Perwira. S.Kep., Ns., M.Kep

Oleh:

NAMA : FRENGKY PANDJARA

NIM : 2022611013

KELOMPOK :2

MINGGU :2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KDP


PADA Tn.I

DENGAN GANGGUAN KENYAMANAN NYERI

MINGGU 2

Hari/tanggal:

Oleh:
FRENGKY PANDJARA

2022611013

Dan dinyatakan memenuhi kompetensi

PERCEPTOR KLINIK PERCEPTOR AKADEMIK

( Ira P. S. S.Kep., Ns ) ( Pertiwi Perwiraningtyas. S.Kep., Ns., M.Kep)


( Pertiwi Perwiraningtyas. S.Kep., Ns., M.Kep.
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR ARTRITIS GOUT


1. DEFINISI
Gout adalah gangguan yang menyebabkan kesalahan metabolisme
purin yang menimbulkan hipersemia (kadar asam urat serum > 7,0 mg
/100ml). Ini dapat mempengaruhi sendi (kaki). Secara khas, sendi
metatarsafalangeal pertama dari ibu jari kaki besar adalah sisi primer yang
terlibat. Sendi lain yang terlibat dapat meliputi lutut dan pergelangan kaki.
(Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, volume 2)
Artritis Gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai
gambaran khusus yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat
pada pria daripada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan,
sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa menopause. (Kapita
Selekta Kedokteran, edisi 3 jilid 1).
Artritis Gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai
gambaran khusus, yaitu artritis akut. Merupakan jenis penyakit reumatik
yang penatalaksanaannya mudah dan efektif. Sebaliknya pada pengobatan
yang tidak memadai, gout dapat menyebabkan destruksi sendi. Kelainan
ini berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat yaitu hiperurisemia.
(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, edisi 3).

2. ETIOLOGI
1. Gejala Artritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu dilihat
dari penyebabnya penyakit ini termasuk dalam golongan kelainan
metabolit.
2. Faktor-faktor yang berperan dalam perkembangan gout adalah :
- Pembedahan
- Trauma
- Obat-obatan
- Alkohol
- Stress emosional
- Diet tinggi purin
3. a) Pembentukan Asam urat yang berlebihan
- Gout primer metabolik disebabkan sintesis langsung yang
bertambah.
- Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat
berlebihan karena penyakit.
b) Kurangnya pengeluaran asam urat

- Gout primer renal terjadi karena gangguan ekskresi asam urat


ditubuli distal ginjal
- Gout sekunder renal disebabkan oleh kerusakan ginjal.

3. TANDA DAN GEJALA


Terdapat empat stadium perjalanan klinis gout yang tidak diobati: (Silvi A.
price)
1. Stadium pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium ini
asam urat serum laki-laki meningkat dan tanpa gejala selain dari
peningkatan asam urat serum.
2. Stadium kedua arthritis gout akut terjadi awitan mendadak
pembengkakan dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari
kaki dan sendi metatarsophalangeal.
3. Stadium tiga setelah serangan gout akut adalah tahap interkritis. Tidak
terdapat gelaja-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari
beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan
gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
4. Stadium keempat adalah tahap gout kronik, dengan timbunan asam
urat yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatantidak
dimulai. Peradangan kronik akibat Kristal-kristal asam urat
mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku, juga pembesaran dan
penonjolan sendi bengkak.

4. KLASIFIKASI
Menurut (Ahmad, 2011) jenis asam urat yaitu :
a. Gout primer
Pada gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik).
b. Gout sekunder
Pada gout sekunder disebabkan antara antara lain karena meningkatnya
produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan
dengan kadar purin tinggi.
5. PATHWAY

Makanan

(Seafood, sayur singkong, kacang panjang,dll)


Gangguan metabolisme
purin Alkohol, obat-obatan

Hipersaturasi dari urat  produksi asam urat  Kadar laktat


plasma dan cairan tubuh

Pengendapan asam urat Hambatan ekskresi asam urat oleh ginjal

Penimbunan di dalam dan sekeliling sendi

Kristalisasi asam urat

Nyeri akut Peradangan (inflamasi) Serangan Gout Hiperurisemia

Serangan berulang-ulang Nefrolitiasis

- Atritis akut  ekskresi asam urat oleh ginjal


- Tofi

Membentuk kristal asam urat - Proteinuria


- Hipertensi ringan
Destruksi sendi dan jaringan lunak
defisiensi pengetahuan
mengenai penyakit b.d Batu ginjal asam urat
kurang terpaparnya
informasi
Disfungsi persendian

Resiko cidera
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Ditemukan kadar asam urat meningkat dalam darah (> 6 mg %)

b. Pemeriksaan kadar asam urat yang enzimatik.


c. Didapatkan leukositosis ringan
d. LED meninggi sedikit
e. Pemeriksaan urin
Ditemukan kadar asam urat tinggi (500 mg % / liter per 24 jam)

f. Pemeriksaan cairan tofi


g. Melihat respon dari gejala-gejala pada sendi terhadap pemberian
Cholasin. Cholasin adalah obat yang menghambat aktifitas fagositik
dari leukosit sehingga memberikan perubahan sehingga memberikan
perubahan yang dramatis dan cepat meredakan gejala-gejala.

7. PENATALAKSANAAN
Penanganan gout biasanya dibagi menjadi penanganan serangan akut dan
kronik. Ada 3 tahapan dalam terapi penyakit ini:
1. Mengatasi serangan akut
2. Mengurangi kadar asam urat untuk mnecegah penimbunan kristal urat
pada jaringan, terutama persendian
3. Terapi pencegahan menggunakan terapi hipouresemik
Terapi non farmakologi

Terapi non farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan


gout. Intervensi seperti istirahat yang cukup, penggunaan kompres dingin,
modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan
pada pasien yang kelebihan berat badan terbukti efektif, dan juga pijat
reflesi(akupresure) pada tititk-titik tertentu.
Terapi farmakologi

Serangan akut

Istirahat dan terapi cepat dnegan pemberian NSAID, misalnya indometasin


200 mg/hari atau diklofenak 159 mg/hari, merupakan terapi lini pertama
dalam menangani serangan akut gout, asalkan tidak ada kontraindikasi
terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari karena ekskresi aspirin
berkompetesi dengan asam urat dan dapat memperparah serangan gout
akut. Obat yang menurunkan kadar asam urat serum (allopurinol dan obat
urikosurik seperti probenesid dan sulfinpirazon) tidak boleh digunakan
pada serangan akut.

Penanganan NSAID, inhibitor cyclooxigenase-2 (COX 2), kolkisin dan


kortikosteroid untuk serangan akut dibicarakan berikut ini :

1. NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk pasien yang
mengalami serangan gout akut. NSAID harus diberikan dengan dosis
sepenuhnya pada 24-48 jam pertama atau sampai rasa nyeri hilang.
NSAID yang umum digunakan untuk mengatasi episode gout akut
adalah :
 Naproxen- awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari
 Piroxicam- awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/hari
 Diclofenac- awal 100 ,g, kemudian 50 mg 3x/hari
2. COX-2 inhibitor; Etoricoxib merupakan satu-satunya COX-2 yang
dilisensikan untuk mengatasi serangan akut gout. Obat ini efektif tapi
cukup mahal, dan bermanfaat terutama bagi pasien yang tidak tahan
terhadap efek gastrointestinal NSAID non selektif. COX-2 inhibitor
mempunyai resiko efek samping gastrointestinal bagian atas lebih
rendah dibanding NSAID non selektif.
3. Colchicine merupaka terapi spesifik dan efektif untuk serangan gout
akut. Namun dibanding NSAID kurang populer karena kerjanya lebih
lambat dan efek samping lebih sering dijumpai.
4. Steroid adalah strategi alternatif selain NSAID dan kolkisin. Cara ini
dapat meredakan serangan dengan cepat ketika hanya 1 atau 2 sendi
yang terkena. Namun, harus dipertimbangkan dengan cermat diferensial
diagnosis antara atrithis sepsis dan gout akut.

Serangan kronik

Kontrol jangka panjang hiperuriesmia merupakan faktor penting untuk


mencegah terjadinya serangan akut gout, keterlibatan ginjal dan
pembentukan batu asam urat. Penggunaan allopurinol, urikourik dan
feboxsotat untuk terapi gout kronik dijelaskan berikut ini:

1. Allopurinol ; obat hipouresemik pilihan untu gout kronik adalah


alluporinol, selain mengontrol gejala, obat ini juga melindungi fungsi
ginjal. Allopurinol menurunkan produksi asam urat dengan cara
menghambat enzim xantin oksidase.
2. Obat urikosurik; kebanyakan pasien dengan hiperuresmia yang sedikit
mengekskresikan asam urat dapat terapi dengan obat urikosurik.
Urikosurik seperti probenesid (500 mg-1 g 2x/hari).
DAFTAR PUSTAKA

Sylvia a price & Lorraine M Wilson. 1994. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Persatuan Ahli Penyakit dalam Indonesia.1996.Buku Ajar Ilmu Penyakit


Dalam. Jilid I edisi III. Jakarta: Balai Penerbit.

Doengoes, Marilynn E , dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.


Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Fakultas Kedokteran UI.2000. Kapita Selekta Kedokteran. edisi 3, Jilid I. Jakarta:


Media Aescul
KONSEP GANGGUAN KENYAMANAN NYERI

A. Defenisi Nyeri

Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang

tidakmenyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan

potensial, yang menyakitkan tubuh serta diungkapkan oleh individu yang

mengalaminya. Ketika suatu jaringan mengalami cedera, atau kerusakan

mengakibatkan dilepasnya bahan–bahan yang dapat menstimulus reseptor nyeri

seperti serotonin, histamin, ion kalium, bradikinin, prostaglandin, dan substansi P

yang akan mengakibatkan respon nyeri (Kozier dkk, 2009).

Definisi keperawatan menyatakan bahwa nyeri adalah sesuatu yang

menyakitkan tubuh yang diungkapkan secara subjektif oleh individu yang

mengalaminya.Nyeri dianggap nyata meskipun tidak ada penyebab fisik atau

sumber yang dapat diidentiftkasi.Meskipun beberapa sensasi nyeri dihubungkan

dengan status mental atau status psikologis, pasien secara nyata merasakan sensasi

nyeri dalam banyak hal dan tidak hanya membayangkannya saja.Kebanyakan

sensasi nyeri adalah akibat dari stimulasi fisik dan mental atau stimuli

emosional.(Potter & Perry, 2005).

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa nyeri

adalah suatu pengalaman sensori yang tidak menyenangkan dan menyakitkan

bagitubuh sebagai respon karena adanya kerusakan atau trauma jaringan maupun

gejolak psikologis yang diungkapkan secara subjektif oleh individu yang

mengalaminya.
B. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

Reaksi fisik seseorang terhadap nyeri meliputi perubahan neurologis yang

spesifik dan sering dapat diperkirakan. Reaksi pasien terhadap nyeri dibentuk

oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi mencakup umur, sosial budaya,

status emosional, pengalaman nyeri masa lalu, sumber nyeri dan dasar

pengetahuan pasien.Kemampuan untuk mentoleransi nyeri dapat rnenurun

dengan pengulangan episode nyeri, kelemahan, marah, cemas dan gangguan tidur.

Toleransi nyeri dapat ditingkatkan dengan obat- obatan, alkohol, hipnotis,

kehangatan, distraksi dan praktek spiritual (Le Mone & Burke,2008).

C. Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri

kronis klasik .Klasifikasi ini berdasarkan pada waktu atau durasi terjadinya nyeri.

a. Nyeri akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam kurun waktu yang singkat,

biasanya kurang dari 6 bulan.Nyeri akut yang tidak diatasi secaraadekuat

mempunyai efek yang membahayakan di luar ketidaknyamanan yang

disebabkannya karena dapat mempengaruhi sistem pulmonary,

kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin, dan imunologik (Potter &

Perry, 2005).

b. Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung di luar waktu penyembuhan

yang diperkirakan, karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon

terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya.Jadi nyeri ini


biasanya dikaitkan dengan kerusakan jaringan (Guyton & Hall,

2008).Nyeri kronik mengakibatkan supresi pada fungsi sistem imun yang

dapat meningkatkan pertumbuha tumor depresi dan ketidakmampuan.

D. Tanda dan Gejala Nyeri

Tanda dan Gejala nyeri ada bermacam-macam perilaku dari pasien.

Secara umum, menurut Judha, et al., 2012 orang yang mengalami nyeri

akan didapatkan respon psikologis berupa :

a. Suara

Menangis, merintih, menarik/menghembuskan nafas

b. Ekspresi wajah

Meringis, menggigit lidah, mengatupkan gigi, dahi berkerut, tertutup

rapat/membuka mata atau mulut, menggigit bibir

c. Pergerakan tubuh

Kegelisahan, mondar-mandir, gerakan menggosok atau berirama,

bergerak melindungi tubuh, immobilisasi, otot tegang

d. Interaksi sosial

Menghindari percakapan dan kontak sosial, berfokus aktivitas untuk

menghindari nyeri, disorientasi waktu.

Tanda dan gejala nyeri menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018

Gejala dan tanda mayor :

1. Subjektif

a. Klien mengeluh nyeri

2. Objektif

a. Tampak meringis
b. Bersikap protektif (misal waspada, posisi menghindari nyeri)

c. Klien tampak gelisah

d. Frekuensi nadi meningkat

e. Sulit tidur

Gejala dan tanda minor :

1. Objektif

a. Tekanan darah meningkat

b. Pola napas berubah

c. Nafsu makan berubah

d. Menarik diri

e. Berfokus pada diri sendiri

f. Diaforesis

E. Penetalaksanaan

Penatalaksaan Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi

rasa nyeri, meliputi tindakan non farmakologis dan tindakan farmakologis.

1. Tindakan non farmakologis

a. Relaksasi gengggam jari, adalah sebuah teknik relaksasi yang

berhubungan dengan jari tangan serta aliran energy didalam tubuh kita.

Teknik ini dilakukan dengan cara menggenggam jari sambil menarik

napas dalam-dalam (relaksasi) sehingga dapat mengurangi ketegangan

fisik dan emosi, karena genggaman jari akan menghangatkan titik-titik

keluar dan masuk energy pada meridian (energy channel) yang terletak

pada jari tangan kita. Titik-titik refleksi pada tangan akan memberikan

rangsangan secara refleks (spontan) pada saat menggenggam.


Rangsangan tersebut akan mengalir semacam gelombang listrik

menuju otak. Gelombang tersebut diterima dan diproses dengan cepat

oleh otak, lalu diteruskan menuju saraf organ tubuh yang mengalami

gangguan, sehingga sumbatan dijalur energy menjadi lancar (Utami

dan Kartika, 2018)

b. Distraksi, merupakan metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara

mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga klien akan lupa

terhadap nyeri yang dialami. Dalam teori Gate Control menjelaskan

distraksi dapat mengurangi nyeri dengan cara pada spina cord sel-sel

reseptor yang menerima stimulus nyeri peripheral dihambat oleh

stimulus dari serabut – serabut saraf yang lain. Maka, pesan-pesan

nyeri menjadi lebih lambat daripada pesan-pesan diversional sehingga

pintu spina cord yang mengontrol jumlah input ke otak menutup dan

perasaan nyeri klien akan berkurang. Beberapa teknik distraksi antara

lain: bernafas secara pelan-pelan, massage sambil bernafas pelan-

pelan, mendengarkan lagu sambil menepuknepukkan jari atau kaki,

membayangkan hal-hal indah sambil menutup mata (Sukarmin, 2012).

c. Relaksasi, merupakan kebiasaan mental dan fisik dari ketegangan dan

stress. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi

rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri. Ada

tiga hal utama yang diperlukan dalam relaksasi yaitu posisi yang tepat,

pikiran beristirahat, lingkungan yang tenang. Posisi tubuh disokong

(misal, bantal menyokong leher), persendian fleksi dan otot-otot tidak

tertarik (misal tangan dan kaki tidak disilangkan). Untuk menenangkan


pikiran klien dianjurkan pelanpelan memandang sekeliling ruangan.

Untuk melestarikan wajah klien dianjurkan untuk tersenyum dan

membiarkan geraham bawah kendor. Teknik relaksasi sebagai berikut :

1. Klien menarik napas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara

2. Perlahan-lahan udara dihembuskan sambil membiarkan tubuh

menjadi kendor dan merasakan nyaman

3. Klien bernapas beberapa kali dengan irama normal

4. Klien menarik napas dalam lagi dan menghembuskan pelan-pelan.

Anjurkan klien untuk mengkonsentrasikan pikiran klien pada

kakinya yang terasa ringan dan hangat

5. Klien mengulang langkah 4 dan mengkonsentrasikan pikiran pada

lengan, perut, punggung dan kelompok otot-otot yang lain

6. Setelah merasa rileks, klien dianjurkan untuk bernapas secara

pelan-pelan. Bila nyeri hebat, anjurkan klien bernapas dangkal dan

cepat. (Purba dan Trafina, 2017)

d. Hipnosis diri, dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui

pengaruh sugesti positif. Hipnosis diri menggunakan sugesti diri dan

kesan tentang perasaan yang rileks dan damai. Individu memasuki

keadaan rileks dengan menggunakan berbagai ide pikiran kemudian

kondisi-kondisi menghasilkan respons tertentu. Hipnosis diri sama

dengan melamun konsentrasi yang intensif mengurangi ketakutan dan

stress karena individu berkonsentrasi hanya pada satu pikiran

(Zakiyah, 2015).
e. Stimulasi kulit, dapat dilakukan dengan cara pemberian kompres

dingin, kompres hangat atau panas, massage dan stimulasi saraf

elektrik transkutan (TENS). Kompres dingin dapat memperlambat

impuls-impuls motorik menuju otot-otot pada area nyeri. Kompres

dingin dan panas dapat menghilangkan nyeri dan meningkatkan proses

penyembuhan (Purba dan Trafina, 2017).

2. Tindakan farmakologis

a. Analgesik merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi

nyeri. Ada tiga jenis analgesik, yakni: non narkotik dan obat

antiinflamasinonsteroid (NSAID), analgesik narkotik atau opiate, obat

tambahan atau koanalgesik.

b. Antipiretik, pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg

(pemberian oral), Colchicine 1,0 –3,000 mg (dalam NaCl intravena)

tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari Kristal asam urat

oleh netrofil sampai nyeri berkurang, Phenilbutazone, Indomethacin,

Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan

mencegah serangan. (Purba dan Trafina, 2017).


KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Menurut Potter dan Perry (2005), pengkajian nyeri yang faktual, lengkap

dan akurat dibutuhkan untuk menetapkan data dasar, untuk menegakkan

diagnosa keperawatan yang tepat, untuk menyeleksi terapi yang cocok dan untuk

mengevaluasi respons klien terhadap terapi. Dalam melakukan pengkajian ada

beberapa hal yang harus dikaji yaitu:

a. Awitan dan durasi: “Kapan nyeri mulai dirasakan?”, “Sudah berapa lama

nyeri dirasakan?”, “Apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu yang

sama setiap hari?”, “Seberapa sering nyeri kembali kambuh?”.

b. Lokasi: Dalam mengkaji lokasi nyeri, perawat meminta

klien untuk menunjukkan semua daerah yang dirasa tidak

nyaman.

c. Keparahan: Tingkat keparahan klien tentang nyeri merupakan

karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta

untuk menggambarkan nyeri yang klien rasakan sebagai nyeri ringan,

nyeri sedang atau berat dari skala nyeri yang ditunjukkan dari rentang

nomor 1-10.

d. Faktor predisposisi atau faktor yang memperburuk: Perawat meminta klien

untuk menjelaskan apa saja yang dapat memperburuk ketika nyeri itu

muncul

e. Tindakan untuk menghilangkan nyeri: Akan sangat bermanfaat apabila

perawat mengetahui apakah klien mempunyai cara yang efektif unutk

menghilangkan nyeri seperti mengubah posisi, melakukan tindakan ritual


(melangkah, berayun-ayun, menggosok) meditasi, atau mengompres

bagian yang nyeri dengan kompres dingin atau kompres hangat.

B. Pemeriksaan head to toe

a. Pemeriksaan kulit dan kuku

Inspeksi : persebaran warna kulit, ada atau tidak edema, ada atau tidak lesi,

bentuk dan warna dasar kuku

Palpasi : kelembaban kulit, turgor kulit elastis atau tidak, CRT, suhu akral

dingin atau hangat (Mubarak, et al., 2015).

b. Pemeriksaan kepala

Inspeksi : bentuk kepala, kebersihan pada kulit kepala, kebotakan dan

tanda- tanda kemerahan Palpasi : ada atau tidaknya massa pada kepala,

ada atau tidaknya nyeri tekan (Ambarwati, 2014).

Palpasi : ada atau tidaknya massa pada kepala, ada atau tidaknya nyeri

tekan (Ambarwati, 2014).

c. Pemeriksaan mata

Inspeksi : kemungkinan kelihatan cekung akibat penurunan cairan tubuh

dan anemis akibat penurunan oksigen jaringan, anemia perniosa, anemia

defisiensi besi

Palpasi : kaji kekenyalan pada bola mata (Sukarmin, 2012).

d. Pemeriksaan hidung

Inspeksi : kesimetrisan lubang hidung, kepatenan jalan napas, ada atau

tidak pernapasan cuping hidung

Palpasi : ada atau tidak massa, ada atau tidak pembengkakan, ada atau

tidak nyeri tekan (Debora, 2017).


e. Pemeriksaan telinga

Inspeksi : kesimetrisan daun telinga, kebersihan, ada atau tidak lesi

Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan pada daun telinga saat ditarik dan

tragus ditekan (Mubarak, et al., 2015).

f. Pemeriksaan mulut

Inspeksi : kemungkinan mukosa mulut kering akibat penurunan cairan

intrasel mukosa, bibir pecah-pecah, bau mulut tidak sedap, ada atau

tidaknya perdarahan pada gusi, kebersihan lidah (Setiadi, 2012).

g. Pemeriksaan leher

Inspeksi : ada atau tidaknya pembengkakan, ada atau tidak jaringan parut

Palpasi : ada atau tidak pembesaran kelenjar limfe, teraba atau tidak

kelenjar tiroid (Estrada, 2014).

h. Pemeriksaan thoraks

1. Pemeriksaan dinding dada dan paru-paru

Inspeksi : bentuk dan gerakan dinding dada, warna kulit, ada atau tidak

lesi

Palpasi : pergerakan dinding dada, ada atau tidak massa, pemeriksaan

taktil fremitus

Perkusi : hasil normal perkusi adalah resonan

Auskultasi : ada atau tidak suara nafas tambahan, suara nafas vesikuler

(Debora, 2017).

2. Pemeriksaan jantung

Inspeksi : tampak atau tidak ictus cordis, tampak atau tidak vena

jugularis
Palpasi : adanya peningkatan denyut nadi karena pembuluh darah

menjadi lemah, volume darah menurun sehingga jantung melakukan

kompensasi menaikkan heart rate untuk menaikkan cardiac output

dalam mencukup kebutuhan tubuh

Auskultasi : ada atau tidak bunyi jantung tambahan (Sukarmin, 2012).

i. Pemeriksaan payudara

Inspeksi : kesimetrisan dan warna kulit payudara

Palpasi : ada atau tidak benjolan pada payudara, kebersihan putting susu

dan areola (Mubarak, et al., 2015).

j. Pemeriksaan abdomen

Inspeksi : persebaran warna kulit, bentuk dan pergerakan dinding

abdomen, tampak kembung atau normal

Auskultasi : dengarkan bunyi peristaltik usus kemungkinan terjadi

penurunan peristaltik usus (normalnya 5-30x/menit) karena lambung

teriritasi

Perkusi : mengeluh atau tidak adanya nyeri abdomen bagian epigastrium,

terdengar bunyi timpani pada area usus dan pekak pada area hepar dan

pancreas

Palpasi : ada atau tidak massa, mengeluh atau tidak adanya nyeri abdomen

bagian epigastrium, ada atau tidak pembesaran pada hepar (Sukarmin,

2012; Bickley, 2015; Debora, 2017).

k. Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah

Inspeksi : kesimetrisan ekstremitas atas dan bawah, ada atau tidak

pembengkakan, kelengkapan jumlah jari


Palpasi : ada atau tidak nyeri tekan pada struktur tulang dan otot pada

pergelangan tangan dan kaki (Estrada, 2014).

l. Pemeriksaan genetalia

Inspeksi : kebersihan area kulit genetalia, pertumbuhan rambut pubis,

keadaan lubang uretra, cairan yang dikeluarkan (Tarwoto dan Wartonah,

2015).

C. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d adanya agen cedera biologis


2. Defisiensi penetahuan b.d kurang gerpapar informasi
3. Resiko cidera dibuktikan dengan penurunan kemampuan fisik
8. RENCANA KEPERAWATAN
No
Diagnosa Keperawatan
. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Nyeri b.d agen cedera biologis Setelah diberikan asuhan keperawatan SIKI : Pain Management
selama 4x kunjungan, diharapkan nyeri
1. Kaji secara komprehensip terhadap nyeri termasuk lokasi,
yang dirasakan dapat berkurang dengan
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan
kriteria Hasil :
faktor presipitasi
SLKI : Pain ControlPain Level 2. Tentukan pengaruh pengalaman nyeri terhadap kualitas
hidup( napsu makan, tidur, aktivitas,mood, hubungan
1. Klien melaporkan nyeri berkurang
sosial)
(Skala 1-3)
3. Control lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
2. Klien tidak tampak mengeluh dan
ketidaknyamanan klien
menangis
4. Ajarkan cara penggunaan terapi non farmakologi (Pijatan
3. Ekspresi wajah klien tidak
atau akupresur pada titik-titik tertentu di kaki)
menunjukkan nyeri
5. Kolaborasi pemberian analgesic
4. Klien dapat menggunakan teknik non
farmakologis
5. Klien menggunakan analgesic sesuai
instruksi

2. Defisiensi penetahuan b.d kurang Setelah dilakukan asuhan keperawatan SLKI :


terpapar informasi selama 4x kunjungan diharapkan Pengajaran : Proses Penyakit
pegetahuan pasien dan keluarga bertambah 1. Kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit
dengan kriteria hasil : asam urat.
SLKI : 2. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
Pengetahuan : Manajemen Asam Urat penyakit asam urat dengan tepat.
1. Pasien dan keluarga menyatakan 3. Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat.
paham tentang penyakit, kondisi, 4. Berikan Health Education pada pasien dan keluarga
prognosis, dan program pengobatan. mengenai:
2. Pasien dan keluarga mampu 1) Penyebab asam urat
melaksanakan prosedur manajemen 2) Cara mencegah asam urat
penyakit yang dijelaskan secara benar. 3) Cara perawatan pasien dengan asam urat
4) Berikan KIE untuk mengontrol kesehatan ke Posyandu
Lansia maupun Puskesmas
3.Re Resiko Cidera dibuktikan dengan
SL SLKI : Risk Control SI SIKI : Environment Management
penurunan kemampuan fisik Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman
4x kunjungan diharapkan pasien terbebas 2. Hindarkan lingkungan yang berbahaya
dari cedera dengan 3. Pasang side rail tempat tidur
Kr kriteria Hasil : 4. Tempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau
1. Klien terbebas dari cidera 5. Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
2. Klien mampu menjelaskan cara 6. Anjurkan keluarga untuk menemani pasien.
untuk mencegah cidera 7. Berikan alat bantu seperti tongkat
3. Klien mampu menjelaskan factor
resiko dari lingkungan
4. Mampu memodifikasi gaya hidup
untuk mencegah injury
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, R. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Parama Ilmu.

Debora, O. 2017. Proses Keperawatan Dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba Medika.

Estrada, R. 2014. Pemeriksaan Fisik Diagnostik. Hafizah N, editor. Batam (ID): Bi-

narupa Aksara.

Guytondan Hall.(2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 11. Jakarta: EGC.

Judha, M., Sudarti, dan Afroh. 2012. Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan. Yog-

yakarta: Nuha Medika.

Kozier dkk.( 2009 ). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis edisi 5. Jakarta : EGC.

LeMonedan Burke. (2008). Education Consultant for the Oregon State Board of Nurs-ing

Mubarak., Indrawati, dan J. Susanto. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakar-ta:

Salemba Medika.

Potter dan Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 1. Jakarta: EGC

Purba dan Tafrina. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Ny. P Dengan Prioritas Masalah

Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri Gastritis di Lingkungan WI Kelurahan Sari Rejo

Kecamatan Medan Polonia. Repositori Institusi USU Universitas Sumatera Utara.

Setiadi. 2012. Konsep Dan Penulisan Dokumentasi Asuhan keperawatan. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Sukarmin. 2012. Keperawatan Pada Sistem Pencernaan. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Tarwoto dan Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Ja-

karta: Salemba Medika.

Utami, A.D., dan I.R. Kartika. 2018. Terapi Komplementer Guna Menurunkan Nyeri

Pasien Gastritis: Literatur Review. REAL in Nursing Journal (RNJ). Vol.1 (no.3):

127.

Anda mungkin juga menyukai