Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN GOUT

NAMA : LURI ANGGUN P


NIM : 202101030

AKADEMI KEPERAWATAN PASAR REBO


Jalan Tanah Merdeka No. 16-18 Kelurahan Susukan Kecamatan Ciracas
Jakarta Timur
2023
GOUT
Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat
yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas,
pergelangan dan kaki bagian tengah.
Gout merupakan penyakit metabolik yang ditandai oleh penumpukan asam
urat yang menyebabkan nyeri pada sendi.
Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan de- ngan
efek genetik pada metabolism purin (hiperurisemia). Pada keadaan ini bisa
terjadi oversekresi asam urat atau defek renal yang mengakibatkan penurunan
ekskresi asam urat, atau kombinasi keduanya.

Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit/penimbunan
kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada
penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolik
dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Faktor pencetus terjadinya endapan kristal urat adalah:
1) Diet tinggi purin dapat memicu terjadinya gout pada orang yang mempu-
nyai kelainan bawaan dalam metabolisme purin sehingga terjadi
peningkatan produksi asam urat.
2) Penurunan filtrasi glomerulus merupakan penyebab penurunan ekskresi
asam urat yang paling sering dan mungkin disebabkan oleh banyak hal.
3) Pemberian obat diuretik seperti tiazid dan furosemid, salisilat dosis rendah
dan etanol juga merupakan penyebab penurunan ekskresi asam urat yang
sering dijumpai.
4) Produksi yang berlebihan dapat disebabkan oleh adanya defek primer pada
jalur penghematan purin (mis, defisiensi hipoxantin fosforibosil
transferase), yang menyebabkan peningkatan pergantian sel (mis, sindrom
lisis tumor) menyebabkan hiperurisemia sekunder.
5) Minum alkohol dapat menimbulkan serangan gout karena alkohol
meningkatkan produksi urat. Kadar laktat darah meningkat akibat produk

1
sampingan dari matabolisme normal alkohol. Asam laktat menghambat
ekskresi asam urat oleh ginjal sehingga terjadi peningkatan kadarnya
dalam serum.
6) Sejumlah obat-obatan dapat menghambat ekskresi asam urat oleh ginjal
sehingga dapat menyebabkan serangan gout. Yang termasuk diantaranya
adalah aspirin dosis rendah (kurang dari 1 sampai 2 g/hari), levodopa,
diazoksid, asam nikotinat, asetazolamid, dan etambutol.

Pathofisiologi
Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh pembentukan
berlebihan atau penurunan eksresi asam urat, ataupun keduanya. Asam urat
adalah produk akhir metabolisme purin.
Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan difiltrasi secara
bebas oleh glomerulus dan diresorpsi di tubulus proksimal ginjal. Sebagian
kecil asam urat yang diresorpsi kemudian diekskresikan di nefron distal dan
dikeluarkan melalui urin. Pada penyakit Gout, terdapat gangguan
kesetimbangan metabolisme (pembentukan dan ekskresi) dari asam urat
tersebut, meliputi:

1) Penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik.


2) Penurunan eksreksi asam urat sekunder, misalnya karena gagal ginjal.
3) Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor (yang
meningkatkan cellular turnover) atau peningkatan sintesis purin (karena
defek enzim-enzim atau mekanisme umpan balik inhibisi yang berperan).
4) Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin.
5) Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan kadar
asam urat dalam tubuh. Asam urat ini merupakan suatu zat yang
kelarutannya sangat rendah sehingga cenderung membentuk kristal.
Penimbunan asam urat paling banyak terdapat di sendi dalam bentuk
kristal monosodium urat. Mekanismenya hingga saat ini masih belum
diketahui.

2
Terdapat empat stadium perjalanan klinis dari penyakit gout yaitu:

1) Stadium I
Stadium I adalah hiperuresemia asimtomatik. Nilai normal asam urat
serum pada laki-laki adalah 5,1 ± 1,0 mg/dl, dan pada perempuan adalah
4,0 1,0 mg/dl. Nilai-nilai ini meningkat sampai 9-10 mg/dl pada seseorang
dengan gout. Dalam tahap ini pasien tidak menunjukan gejala-gejala selain
dari peningkatan asam urat serum. Hanya 20% dari pasien hiperuresemia
asimtomatik yang berlanjut menjadi serangan gout akut.
2) Stadium II
Stadium II adalah arthritis gout akut. Pada tahap ini terjadi awitan
mendadak pembengkakan dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi
ibu jari kaki dan sendi metatarsofalangeal. Arthritis bersifat monoartikular
dan menunjukkan tanda-tanda peradangan lokal. Mungkin terdapat demam
dan peningkatan jumlah leukosit. Serangan dapat dipicu oleh pembedahan,
trauma, obat-obatan, alkohol, atau stress emosional. Tahap ini biasanya
mendorong pasien untuk mencari pengobatan segera. Sendi-sendi lain
dapat terserang, termasuk sendi jari-jari tangan, dan siku. Serangan gout
akut biasanya pulih tanpa pengobatan, tetapi dapat memakan waktu 10
sampai 14 hari.
Perkembangan dari serangan akut gout umumnya mengikuti serangkaian
peristiwa sebagai berikut. Mula-mula terjadi hipersaturasi dari urat plasma
dan cairan tubuh. Selanjutnya diikuti oleh penimbunan di dalam dan
sekeliling sendi-sendi. Mekanisme terjadinya kristalisasi urat setelah
keluar dari serum masih belum jelas dimengerti. Serangan gout seringkali
terjadi sesudah trauma lokal atau rupture tofi (timbunan natrium urat).
yang mengakibatkan penungkatan cepat konsentrasi asam urat lokal.
Tubuh tidak dapat mengatasi peningkatan ini dengan baik, sehingga terjadi
pengendapan asam urat di luar serum. Kristalisasi dan penimbunan asam
urat akan memicu serangan gout. Kristal-kristal asam urat memicu respons
fagositik oleh leukosit, sehingga leukosit memakan Kristal-kristal urat dan
memicu mekanisme respon peradangan lainnya. Respons peradangan ini
dapat dipengaruhi oleh lokasi dan banyaknya timbunan ristal asam urat.

3
Reaksi peradangan dapat meluas dan bertambah sendiri, akibat dari
penambahan timbunan kristal serum.
3) Stadium III
Stadium III adalah serangan gout akut (gout interitis), adalah tahap
interkritis. Tidak terdapat gejala-gejala pada masa ini, yang dapat
berlangsung dari beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang
mengalami serangan gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika
tidak diobati.
4) Stadium IV
Stadium IV adalah gout kronik, dengan timbunan asam urat yang terus
ber- tambah dalam beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai.
Peradangan kronik akibatnya kristal-kristal asam urat mengakibatkan
nyeri, sakit, dan kaku, juga pembesaran dan penonjolan sendi yang
bengkak. Serangan akut arthritis gout dapat terjadi dalam tahap ini. Tofi
terbentuk pada masa gout kronik akibat insolubilitas relatif asam urat.
Awitan dan ukuran tofi secara proporsional mungkin berkaitan dengan
kadar asam urat serum. Bursa olekranon, tendon Achilles, permukaan
ekstensor lengan bawah, bursa infrapatelar, dan heliks telinga adalah
tempat-tempat yang sering dihinggapi tofi. Secara klinis tofi ini mungkin
sulit dibedakan dengan nodul reumatik. Pada masa kini tofi jarang terlihat
dan akan menghilang dengan terapi yang tepat.

Gout dapat merusak ginjal, sehingga ekskresi asam urat akan bertambah
buruk. Kristal-kristal asam urat dapat terbentuk dalam interstititum medulla,
papilla, dan pyramid, sehingga timbul proteinuria dan hipertensi ringan. Batu
ginjal asam urat juga dapat terbentuk sebagai sekunder dari gout. Batu biasa-
nya berukuran kecil, bulat, dan tidak terlihat pada pemeriksaan radiografi.

Gejala Klinis:
1) Nyeri tulang sendi.
2) Kemerahan dan bengkak pada tulang sendi.
3) Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pinna telinga.
4) Peningkatan suhu tubuh.

4
Gangguan akut:
1) Nyeri hebat.
2) Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang.
3) Sakit kepala.
4) Demam.
Gangguan kronis:
1) Serangan akut.
2) Hiperurisemia yang tidak diobati.
3) Terdapat nyeri dan pegal.
4) Pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi
(penumpukan monosodium urat dalam jaringan).

Penatalaksanaan
Tujuan: untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah serangan
berulang, dan pencegahan komplikasi.
Pengobatan gout bergantung pada tahap penyakitnya:

1) Pada stadium 1 (Hiperrisemia asimtomatik)


a) Biasanya tidak membutuhkan pengobatan.
b) Turunkan kadar asam urat darigan obat-obat urikosurik dan pengham-
bat xanthin oksidase.
2) Stadium 2 (Arthritis Gout akut)
Serangan akut arthritis gout dapat diobati dengan obat-obatan antiin
flamasi nonsteroid atau kolkisin. Obat-obat ini diberikan dalam do- sis
tinggi atau dosis penuh untuk mengurangi peradangan akut sendi.
Kemudian dosis ini diturunkan secara bertahap dalam beberapa hari.
a) Kalkisin di berikan 1 mg (2 tablet) kemudian 0,5 mg (1tablet) setiap 2
jam sampai serangan akut menghilang.
b) Indometasin 4 x 50 mg sehari
c) butazon 3 X 100-200 selama serangan, kemudian turunkan. d)
Penderita di anjurkan untuk diet rendah purin, hindari alkohol dan
obat-obat yang menghambat ekskresi asam urat.
3) Stadium 3 (tahap Inter kritis) Pengobatan gout kronik adalah berdasarkan
usaha untuk menurunkan produksi asam urat atau meningkatkan ekskresi

5
asam urat oleh ginjal. Obat alopurinol menghambat pembentukan asam
urat dari prekursornya (xantin dan hipoxantin) dengan menghambat enzim
xantin oksidase. Obat ini dapat diberikan dalam dosis yang memudahkan
yaitu sekali sehari.
a) Hindari faktor pencetus timbulnya serangan seperti banyak maka
lemak, alkohol dan protein, trauma dan infeksi.
b) Berikan obat profilaktik (Kalkisin 0,5-1 mg indometasin tiap hari.
4) Stadium 4 (Gout kronik)
a) Alopurinol menghambat enzim xantin oksidase sehingga mengurangi
pembentukan asam urat.
b) Obat obat urikosurik yaitu prebenesid sulfinpirazon.
c) Tofi yang besar atau tidak hilang dengan pengobatan konservatif
perlu dieksisi.

Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat


menggunakan probenezid 0.5 g/hari atau sulfinpyrazone (Anturane) pada
pasien yang tidak tahan terhadap benemid atau menurunkan pembentukan
asam urat dengan Allopurinol 100 mg 2 kali/hari.

Pencegahan
1) Pembatasan purin
Apabila telah terjadi pembengkakan sendi maka penderita gangguan asam
urat harus diet bebas purin. Namun karena hampir semua bahan makanan
sumber protein mengandung nukleoprotein maka hal ini hampir tidak
mungkin dilakukan.
Maka yang harus dilakukan adalah membatasi asupan purin menjadi 100-
150 mg purin per hari (diet normal biasanya mengandung 600-1.000 mg
purin per hari). Makan-makanan yang mengandung purin antara lain:
Jeroan (jantung, hati, lidah ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan herring
Kacang-kacangan, Bayam, Udang, Daun melinjo.
2) Kalori sesuai kebutuhan
Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh
berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan asam urat
yang kelebihan berat badan, berat badannya harus diturunkan dengan tetap

6
memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit
juga bisa meningkatkan kadar asam urat karena adanya bahan keton yang
akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urin.
3) Tinggi karbohidrat
Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat baik
dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan meningkat-
kan pengeluaran asam urat melalui urin. Konsumsi karbohidrat kompleks
ini sebaiknya tidak kurang dari 100 gram per hari. Karbohidrat seder- hana
jenis fruktosa seperti gula, permen, arum manis, gulali, dan sirop
sebaiknya dihindari karena fruktosa akan meningkatkan kadar asam urat
dalam darah.
4) Rendah protein
Protein terutama berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar asam urat
dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewani dalam
jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa. Asupan
protein yang dianjurkan bagi penderita gangguan asam urat adalah sebesar
50-70 gram/hari atau 0,8-1 gram/kg berat badan/ hari. Sumber protein
yang disarankan adalah protein nabati yang berasal dari susu, keju dan
telur.
5) Rendah lemak
Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan yang
digoreng, bersantan, serta margarin dan mentega sebaiknya di- hindari.
Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 persen dari total kalori.
6) Tinggi cairan
Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat me
lalui urin. Karena itu, Anda disarankan untuk menghabiskan minum mini-
mal sebanyak 2,5 liter atau 10 gelas sehari. Air minum ini bisa berupa air
putih masak, teh, atau kopi. Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh
melalui buah-buahan segar yang mengandung banyak air. Buah-buahan
yang disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas, belimbing ma-
nis, dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-buahan yang lain
juga boleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit mengandung

7
purin. Buah-buahan yang sebaiknya dihindari adalah alpukat dan durian,
karena keduanya mempunyai kandungan lemak yang tinggi.
7) Tanpa alkohol
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka yang
mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak
mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkanı
asam laktat plasma. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam
urat dari tubuh.

a) Osteoporosis
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan
porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang
yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa
tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikroarsitektur tulang
dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan
tulang.

Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di


Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa
massa tulang yang rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang. dan
penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada akhirnya menimbulkan akibat
meningkatnya kerapuhan tulang dengan risiko terjadinya patah tulang.

Etiologi
Ada 2 penyebab utama osteoporosis, yaitu pembentukan massa puncak tulang
yang kurang baik selama masa pertumbuhan dan meningkatkan pengurangan
massa tulang setelah menopause.

Pathofisiologi
Penyebab pasti dari osteoporosis belum diketahui, kemungkinan pengaruh dari
pertumbuhan aktivitas osteoklas yang berfungsi bentuk tulang. Jika sudah

8
mencapai umur 30 tahun struktur tulang sudah tidak terlindungi karena adanya
penyerapan mineral tulang.

Manifestasi Klinis
Penyakit osteoporosis sering disebut sebagai silent disease karena proses
kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita
osteoporosis senilis) dan berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun
tanpa kita sadari dan tanpa disertai adanya gejala.

Gejala baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut, seperti:


1) Patah tulang.
2) Punggung yang semakin membungkuk.
3) Hilangnya tinggi badan.
4) Nyeri punggung.

Gejala Klinis:
Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat
fraktur kompresi pada vertebra (paling sering Thoraks 11 dan 12) adalah:
1) Nyeri timbul mendadak.
2) Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yang terserang.
3) Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur.
4) Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh
karena melakukan aktivitas.
5) Deformitas vertebra thorakalis → Penurunan tinggi badan.

Penatalaksanaan
Prinsip Penatalaksanaan
1) Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yang dapat meningkat-
kan pembentukan tulang adalah Na-fluorida dan steroid anabolik.
2) Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat menghambat resorbsi
tulang adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat.

9
Pencegahan
Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini
bertujuan:
1) Mencapai massa tulang dewasa proses konsolidasi yang optimal.
2) Mengatur makanan dan life style yang menjadi seseorang tetap bugar
seperti:
a) Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari).
b) Latihan teratur setiap hari.
c) Hindari: Makanan tinggi protein, minum alkohol, merokok, minum
kopi, minum antasida yang mengandung aluminium.

Penatalaksanaan keperawatan:
1) Membantu klien mengatasi nyeri.
2) Membantu klien dalam mobilitas.
3) Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita kepada klien.
4) Memfasilitasikan klien dalam beraktivitas agar tidak terjadi cedera.

b) Osteoarthritis
Pengertian Osteoarthritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degenerative
atau osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi
yang paling sering ditemukan dan kerap kali menimbulkan ketidakmampuan
(disabilitas).
Osteoarthritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang
menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkat- nya usia,
penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering
dijumpai pada usia di atas 60 tahun.

Etiologi
Penyebab dari osteoarthritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun
beberapa faktor risiko untuk timbulnya osteoarthritis antara lain adalah:
1) Umur

10
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoarthritis, faktor ketuaan
adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya osteoarthritis semakin me-
ningkat dengan bertambahnya umur. Osteoarthritis hampir tak pernah pada
anak-anak, jarang pada umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur di
atas 60 tahun. Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan
bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan
endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
2) Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoarthritis lutut dan sendi, dan lelaki lebih
terkena osteoarthritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan di bawah 45 tahun frekuensi osteoarthritis kurang lebih sama
pada laki dan wanita tetapi di atas 50 tahun frekuensi oeteoarthritis lebih
banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis osteoarthritis.
3) Genetik
Faktor juga berperan pada timbulnya osteoarthritis missal, pada ibu dari
seorang wanita dengan osteoarthritis pada sendi-sendi inter falang distal
terdapat dua kali lebih sering osteoarthritis pada sendi- sendi tersebut, dan
anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari
pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
4) Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoarthritis nampaknya ter-
dapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, osteo- arthritis paha
lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia.
Osteoarthritis lebih sering dijumpai pada orang-orang Amerika asli dari
pada orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan de- ngan perbedaan cara
hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan.
5) Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya risiko
untuk timbulnya osteoarthritis baik pada wanita maupun pada pria.
Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi

11
yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoarthritis sendi lain (tangan
atau sternoklavikula).
6) Pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi
melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena
bahan yang harus dikandungnya.
7) Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoarthritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi
tersebut.
8) Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (arthritis rematoid: infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh
membran sinovial dan radang.
9) Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi
akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang
sehingga mempercepat proses degenerasi.
10) Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan
yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat
fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus,
glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun.
11) Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.

Pathofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang,
dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan

12
sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan
tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang
merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh
stres biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan
dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling
kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling
sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti
panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalang distal dan proksimasi.
Osteoarthritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerak
ani. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan
penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut.
Menifestasi klinis
Gejala-gejala utama adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan
pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi. dan perubahan
gaya berjalan.
1) Rasa nyeri pada sendi Merupakan gambaran primer pada osteoarthritis,
nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.
2) Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15-30 menit dan timbul setelah istirahat atau
saat memulai kegiatan fisik.
3) Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam
ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai
sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.
4) Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan
akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan
keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.

13
Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar,
misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong
sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin,
pakan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.
5) Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan
cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6) Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7) Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

Penatalaksanaan
1) Pencegahan
a) Penurunan berat badan.
b) Pencegahan cedera.
c) Screening sendi paha.
d) Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja.
2) Terapi Farmakologi
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk
osteoarthritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas
dan mengurangi ketidakmampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid
bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun
tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoarthritis
a) Acetaminophen
Merupakan obat pertama yang di rekomendasikan oleh dokter karena
relatif aman dan efektif untuk mengurangi rasa sakit.
b) NSAIDs (nonsteroid anti inflammatory drugs) Dapat rasa sakit dan
peradangan pada sendi. Efek samping, yaitu menyebabkan sakit perut
dan gangguan fungsi ginjal.

14
c) Topical pain Dalam bentuk cream atau spray yang bisa digunakan
langsung pada kulit yang terasa sakit.
d) Tramadol Tidak mempuyai efek samping seperti yang ada pada
acetaminophen dan NSAIDs.
e) Mild narcotic painkillers
Mengandung analgesik seperti codein atau hydrocodone yang efektif
mengurangi rasa sakit pada penderita osteoarthritis.
f) Corticosteroids
Efektif mengurangi rasa
g) Hyaluronic acid
Merupakan glycosaminoglycan yang tersusun oleh disaccharides of
glucuronic acid dan N-acetyangluosamine. Disebut juga viscosupple-
mentation. Digunakan dalam perawatan pasien osteoarthritis.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, 80% pengobatan dengan meng-
gunakan hyaluronic acid mempunyai efek yang lebih kecil dibanding-
kan pengobatan dengan menggunakan placebo. Makin besar molekul
hyaluronic acid yang diberikan, makin besar efek positif yang di ra-
sakan karena hyaluronic acid efektif mengurangi rasa sakit.
h) Glucosamine dan chondroitin sulfate
Mengurangi pengobatan untuk pasien osteoarthritis pada lutut.
Kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat-alat orthotik
3) Terapi Konservatif
Untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi. Massage/pijat,
sebaiknya dilakukan oleh orang yang ahli dibidangnya. Tujuan massage
tersebut adalah untuk membuat rileks otot-otot yang spasme dan
membantu melancarkan sirkulasi darah.
4) Terapi Non Farmakologi
a) Olahraga
Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang tidak terlalu berat dan
tidak menyebabkan bertambahnya kompresi atau tekanan atau terauma
pada sendi, yaitu misalnya berenang dan menggunakan sepeda statis.

15
Olahraga selain berfungsi untuk mengurangi rasa sakit dan kaku juga
bermanfaat untuk mengontrol berat badan.
b) Proteksi/Perlindungan sendi
Sendi dijaga dari berbagai aktivitas sehari-hari dan pekerjaan yang
dapat menambah stres/tekanan pada sendi.
Osteoarthritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tu-
buh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada
sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat mem-
peringan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebi
han karena kaki yang tertekuk (pronatio).
c) Terapi Panas atau dingin
1) Terapi panas digunakan untuk mengurangi rasa sakit, membuat
otot-otot sekitar sendi menjadi rileks dan melancarkan peredaran
darah. Terapi panas dapat diperoleh dari kompres dengan air
hangat/panas, sinar IR (infra merah) dan alat-alat terapi lain seperti
SWD/MWD.
2) Terapi dingin digunakan untuk mengurangi bengkak pada sendi
dan mengurangi ras sakit. Terapi dingin biasanya dipakai saat kon-
disi masih akut. Dapat diperoleh dengan kompres dengan.
d) Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoarthritis yang gemuk
harus menjadi program utama pengobatan osteoarthritis. Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan
peradangan. Pemberian Vitamin C, D, E dan Beta karoten, vitamin-
vitamin terse- but bermanfaat untuk mengurangi laju perkembangan
osteoarthritis.
e) Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoarthritis oleh karena
sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkan-
nya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuan-
nya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya.

16
Pasien osteoartrhitis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat
bantu karena faktor psikologis.
5) Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada
tulang belakang, paha lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai
dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
6) Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoarthritis, meliputi
terapi panas dan dingin dan program latihan yang tepat. Pemakaian panas
yang sedang diberikan sebelum latihan untuk mengurangi rasa nyeri dan
kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-
obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas
dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic,
inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan 5)
memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis.
Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi
tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada
tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh
karena kontraksi otot.
7) Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoarthritis dengan keru-
sakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fung-
si. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidak-
lurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan
fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.
8) Akupuntur
Dapat mengurangi rasa sakit dan merangsang fungsi sendi.

A. Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Gangguan Muskuloskeletal


1. Pengkajian
a) Identitas

17
Identitas klien yang biasa di kaji pada penyakit sistem muskuloskeletal
adalah usia, karena ada beberapa penyakit muskuloskeletal banyak terjadi
pada klien di atas usia 60 tahun.
b) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan penyakit
muskuloskeletal seperti: Rheumathoid Arthritis, Gout Arthritis,
Osteoarthritis dan Osteoporosis adalah klien mengeluh nyeri pada
persendian yang terkena, adanya keterbatasan gerak yang menyebabkan
ketebatasan mobilitas.
c) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenal penyakit yang diderita
oleh kelayan dari mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai kelayan
dibawa ke Rumah Sakit, dan apakah pernah memeriksakan diri ke tempat
lain selain Rumah Sakit umum serta pengobatan apa yang pernah
diberikan dan bagaimana perubahannya dan data yang didapatkan
saat pengkajian.
d) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit muskuloskeletal
sebelumnya, riwayat pekerjaan pada pekerja yang berhubungan dengan
adanya riwayat penyakit muskuloskeletal, penggunaan obat-obatan riwayat
mengkonsumsi alkohol dan merokok.
e) Riwayat penyakit keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita peraka yang
sama karena faktor genetik/keturunan.
f) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum.
Keadaan umum klien lansia yang mengalami gangguan muskuloskeletal
biasanya lemah.
2) Kesadaran
Kesadaran klien biasanya Composmentis dan Apatis.
3) Tanda-Tanda Vital:
a) Suhu meningkat (>37° C).

18
b) Nadi meningkat (N: 70-82x/menit).
c) Tekanan darah meningkat atau dalam batas normal.
d) Pernafasan biasanya mengalami normal atau meningkat.
4) Pemeriksaan Review Of System (ROS)
a) Sistem Pernafasan (B1: Breathing)
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam
batas normal.
b) Sistem Sirkulasi (B2: Bleeding)
Kaji Adanya penyakit jantung, frekuensi nadi apikal, sirkulasi
perifer, warna, dan kehangatan.
c) Sistem Persarafan (B3: Brain)
Kaji adanya hilangnya gerakan/sensasi, spasme otot, terlihat
kelemahan/hilang fungsi. Pergerakan mata/kejelasan melihat, dilatasi
pupil. Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ ansietas).
d) Sistem Perkemihan B4: Bleder)
Perubahan pola berkemih, seperti inkontinensia urin, disuria, distensi
kandung kemih, warna dan bau urin, dan kebersihannya.
e) Sistem Pencernaan (B5: Bowel)
Konstipasi, konsisten feses, frekuensi eliminasi, auskultasi bising
usus, anoreksia, adanya distensi abdomen, nyeri tekan abdomen.
f) Sistem Muskuluskletal (B6: Bone)
Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba/mungkin terlokalisasi pada area ja-
ringan, dapat berkurang pada imobilisasi, kekuatan otot, kontraktur,
atrofi otot, laserasi kulit dan perubahan warna.
5) Pola fungsi kesehatan
Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang biasa dilakukan
sehubungan dengan adanya nyeri pada persendian, ketidakmampuan
mobilisasi.
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan penanganan
kesehatan.
b) Pola nutrisi

19
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, dan elektrolit,
nafsu makan, pola makan, diet, kesulitan menelan, mual/muntah,
dan makanan kesukaan.
c) Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekskresi, kandung kemth, defekasi, ada ti-
daknya masalah defekasi, masalah nutrisi, dan penggunaan kateter.
d) Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap energi,
jumlah am tidur pada siang dan malam, masalah tidur, dan
insomnia
e) Pola aktivitas dan istirahat
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan, dan
sirkulasi, riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama, dan
kedalaman pernapasan. Pengkajian Indeks KATZ
f) Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran kelayan
terha dap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal,
pekerjaan, tidak punya rumah. dan masalah keuangan. Pengkajian
APGAR Keluarga (Tabel APGAR Keluarga).
g) Pola sensori dan kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kogntif. Pola persepsi sensori
me- liputi pengkajian penglihatan, pendengaran, perasaan, dan
pembau. Pada kelayan katarak dapat ditemukan gejala gangguan
penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan merasa
diruang gelap. Sedangkan tandanya adalah tampak kecoklatan atau
putih susu pada pupil, peningkatan air mata. Pengkajian Status
Mental menggunakan Tabel Short Portable Mental Status
Quesionare (SPMSQ).
h) Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap
ke- mampuan konsep diri Konsep diri menggambarkan gambaran
diri, harga diri, peran, identitas diri. Manusia sebagai sistem

20
terbuka dan makhluk bio-psiko-sosio-kultural-spritual, kecemasan,
ketakutan, dan dampak terhadap sakit.
i) Pola seksual dan reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap seksualitas. Pola
mekanisme/penanggulangan stress dan koping Menggambarkan
kemampuan untuk menangani stress.
j) Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk
spiritul

2. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan massa otot,
kekuatan otot (D.0054)
b) Nyeri keonis berhubungan dengan kondisi musculoskeletal kronis
(D.0078)
c) Resiko jatuh berhubungan dengan ≥65 tahun (D.0143)
d) Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive (D.0142)

3. Intervensi dan Implementasi

a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan massa otot,


kekuatan otot (D.0054)

Dukung ambulasi Observasi :


(I.06171) - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan
ambulasi
- Monitor frekuensi jantung dan TD sebelum
memulai ambulasi
- Monitor kondisi umum selama melakukan
ambulasi
-
Teraupetik :
- Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
bantu

21
- Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan ambulasi
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- Anjurkan melakukan ambulasi dini
- Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan (misal berjalan dari tempat tidur
ke kursi roda)
Dukungan mobilisasi Observasi :
(I.05173) - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melkukan
pergerakan
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai mobilisasi
Teraupetik :
- Fasilitasiaktivitas mobilisasi dengan alat
bantu
- Fasilitasi melakukan pergerakan
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan

b. Resiko jatuh berhubungan dengan ≥65 tahun

Pencagahan jatuh Observasi :


(I. 14540) - Identifikasi factor risiko jatuh
- Identifikasi risiko jatuh setidaknuya sakali
shift/sesuai dengan kebijakan institusi
- Hitung risiko jatuh dengan menggunakan
skala (misal Fall Morse Scale)
- Monitor kemampuan pindah dari tempat
tidur ke kursi roda dan sebaliknya
Terapeutik :
- Orientasikan ruangan pada pasien dan
keluarga
- Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda
selalu dalam kondisi terkunci
- Pasang handrail tempat tidur
- Atur tempat tidur pada posisi terrendah
- Tempatkan pasien beresiko tinggi jatuh
dekat dengan pantauan perawat

22
- Gunakan alat bantu berjalan
- Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan
pasien
Edukasi :
- Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan untuk berpindah
- Anjurkan menggunakan alas kaki yang
tidak licin
- Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga
keseimbangan tubuh
- Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki
untuk meningkatkan keseimbangan saat
berdiri
- Ajarkan menggunakan bel untuk
memanggil perawat

Manajemen Observasi :
keselamatan - Identifikasi kebutuhan keselamatan
lingkungan (I.14513) - Monitor perubahan status keselamatan
lingkungan
Teraupetik :
- Hilangkan bahaya keselamatamn
lingkungan
- Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bahaya
- Sediakan alat bantu keamanan lingkungan
- Gunakan perangkat pelindung
- Hubungi pihak berwenang sesuai masalah
komunitas
- Lakukan program skrining bahaya
lingkungan
Edukasi :
- Ajarkan individu, keluarga dan kelompok
risiko tinggi bahaya lingkungan

c. Nyeri berhubungan dengan kondisi musculoskeletal kronis

Manajemen nyeri Observasi :


(I.08238) - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respons nyeri
- Monitor keberhasilan
Teraupetik :
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk

23
mengurangi nyeri
- Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetic secara
tepat
- Ajarkan teknik relaksasi non farmakologis
- Jelaskan penyebab, periode, pemicu nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetik
Pemberian Analgetik Observasi :
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Identifikasi riwayat alergi obat
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgetic
- Monitor afektifitas analgetic
Teraupetik :
- Tetapkan target efektivitas analgesik untuk
mengoptimalkan respons pasien
- Dokumentasi respons terhadap analgesik
dan efek
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lansia baik sebagai individu maupun kelompok merupakan sasaran dari
pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan dilaksanakan dengan
pemberian asuhan keperawatan. Lansia bukan lah suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan.
Penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi, dan sisten tubuh itu bersifat
alamiah /fungsiologis. Penurunan tersebut disebabkan berkurangnya jumlah
dan kemampuan sel tubuh. Pelayanan Kesehatan yang memadai sangat
diperlukan karena lansia sangat rentan terhadap penyakit dan cidera.
Pada lansia dengan gangguan muskuloskeletal terjadi perubahan fisiologis
yang sangat mengganggu yaitu perubahan dalam jaringan penghubung

24
(kolagen dan elastin) dimana akan menyebabkan nyeri, penurunan
kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot, kesulitan bergerak hingga
berdiri, jongkok dan berjalan. Perubahan jaringan kartilago yang
menyebabkan persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi dan
akhirnya permukaan sendi menjadi rata. Serta perubahan kepadatan tulang,
perubahan struktur otot, dan penurunan elastisitas sendi.
B. Saran
Bagi mahasiswa diharapkan dengan adanya makalah tentang Asuhan
Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Muskuloskeletal ini dapat
menambah wawasan dan memperbanyak pengetahuan dari berbagai referensi
lainnya tentang pentingnya pelayanan kesehatan yang memadai sangat karena
lansia sangat rentan terhadap penyakit dan cidera. Bagi perawat diharapkan
agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tidak hanya sebagai pemberi
asuhan keperawatan namun juga berperan aktif dalam mencegah akan
terjadinya suatu penyakit, serta kita sebagai tenaga kesehatan mampu
memberikan pelayanan kesehatan semaksimal mungkin, dan meningkatkan
kualitas perawat yang lebih bermutu.

DAFTAR PUSTAKA

Pudjiastuti, Sri Surini, dkk. 2003. “Fisioterapi Pada Lansia”. EGC

Aspiani, Reny Yuli. 2014. “Asuhan Keperawatan Gerontik” Trans Info Media,
Jakarta.

Suara, Mahyar dkk. 2023. “Konsep Keperawatan Gerontik Dengan Pendekatan


SDKI, SLKI dan SIKI”. CV.Trans Info Media.

25

Anda mungkin juga menyukai