Anda di halaman 1dari 91

LAPORAN PENDAHULUAN BINAAN DAN RESUME

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA DI

GAMPONG LAMPOH TAROM KECAMATAN KUTA BARO

ACEH BESAR

Laporan Asuhan Keperawatan Ini Sebagai Salah Satu Syarat

Kelulusan Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Di susun Oleh :

NANDA MAI SYURI

(20175009)

KEPANITRAAN KEPERAWATAN KLINIK (K3S)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1. KONSEP ASAM URAT

A. Definisi Asam Urat

Asam urat (Gout Arthritis) adalah bentuk inflamasi arthritis kronis,

bengkak, dan nyeri paling sering di sendi besar jempol kaki. Namun,

gout arthritis tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga mempengaruhi

sendi lain termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan

tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dan tendon. Biasanya hanya

mempengaruhi satu sendi dalam satu waktu, tapi bisa menjadi semakin

parah dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi sendi.

Gout Arthritis merupakan istilah yang dipakai untuk gangguan

metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat

(hiperurisemia).

B. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya, penyakit asam urat digolongkan

menjadi 2 yaitu :

1. Gout primer

Penyebab kebanyakan belum ketahui (idiopatik). Hal ini diduga

berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang

menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan

meningkatnya produksi asam urat. Hiperurisemia atau berkurangnya

pengeluaran asam urat dari tubuh dikatakan dapat menyebabkan


terjadinya gout primer. Hiperurisemia primer adalah kelainan

molekular yang masih belum jelas diketahui.

2. Gout sekunder

Gout sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu kelainan

yang menyebabkan peningkatan biosintesis de novo, kelainan yang

menyebabkan peningkatan degradasi ATP atau pemecahan asam

nukleat dan kelainan yang menyebabkan sekresi menurun.

Hiperurisemia sekunder karena peningkatan biosintesis de novo terdiri

dari kelainan karena kekurangan menyeluruh enzim HPRT pada

syndrome Lesh-Nyhan. Hiperurisemia sekunder karena produksi

berlebih dapat disebabkan karena keadaan yang menyebabkan

peningkatan pemecahan ATP atau pemecahan asam nukleat dari

intisel. Peningkatan pemecahan ATP akan membentuk AMP dan

berlanjut membentuk IMP atau purine nucleotide dalam metabolisme

purin, sedangkan heperurisemia akibat penurunan ekskresi

dikelompokkan dalam beberapa kelompok yaitu karena penurunan

masa ginjal, penurunan filtrasi glomerulus, penurunan fractional uric

acid clearence dan pemakaian obat-obatan.

C. Patofisiologi

Kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa kurang dari 7

mg/dl dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Apabila konsentrasi asam

urat dalam serum lebih besar dari 7 mg/dl dapat menyebabkan

penumpukan kristal monosodium urat. Serangan gout sangat

berhubungan dengan peningkatan dan penurunan secara mendadak kadar


asam urat. Jika kristal asam urat mengendap pada sendi, akan terjadinya

respon inflamasi dan akan terjadinya serangan gout. Dengan adanya

serangan berulang-ulang, penumpukan kristal monosodium urat yang

dinamakan tropi akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari

kaki, tangan dan telinga. Akibat penumpukan Nefrolitiasis urat (batu

ginjal) dengan disertai penyakit ginjal kronis.

D. Manifestasi Klinis

Perjalanan penyakit gout terjadi 4 tahap perkembangannya antara

lain sebagai berikut :

1. Tahap Gout Arthritis Akut

Gejala yang muncul pada arthritis akut sangat khas, yaitu radang

sendi yang sangat akut dan timbul dalam sangat cepat dalam waktu
singkat. Keluhan monoartikular berupa nyeri, bengkak, merah dan

hangat, disertai keluhan sistemik berupa demam, menggigil, dan

merasa lelah, disertai lekositosis dan peningkatan endap darah.

Sedangkan gambaran radiologis hanya didapatkan pembengkakan

pada jaringan lunak periartikular.

Pada perjalanan penyakit selanjutnya, terutama jika tanpa terapi

yang adekuat, serangan dapat mengenai sendi-sendi yang lain seperti

pergelangan kaki/tangan, jari kaki/tangan, lutut dan siku, atau bahkan

beberapa sendi sekaligus.

2. Tahap Gout Interkritikal

Pada tahap ini penderita dalan keadaan sehat selama rentang

waktu tertentu. Rentang waktu setiap penderita itu berbeda-beda. Ada

rentang waktu 1-10 tahun, namun biasanya rata-rata rentang waktu 1-2

tahun. Panjangnya rentang waktu pada tahap ini menyebabkan

seseorang lupa bahwa dirinya pernah menderita gout athritis akut atau

menyangka serangan pertama kali yang dialami tidak ada

hubungannya dengan penyakit Gout Arthritis.

3. Tahap Gout Arthritis Akut Intermitten

Setelah melewati masa Gout Interkritikal selama bertahun-tahun

tanpa gejala, maka penderita akan memasuki tahap ini. Selanjutnya

penderita akan sering mendapatkan serangan (kambuh) yang jarak

antara kambuhan yang satu dengan kambuh berikutnya makin dekat

dan kekambuhannya pun makin lama dan panjang.


4. Tahap Gout Arthritis Kronik Tofaceous

Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10

tahun atau lebih. Pada tahap ini akan terbentuk benjolan-benjolan

disekitar sendi yang sering meradang yang disebut sebagai Thopi.

Thopi ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang

merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Thopi ini akan

mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang disekitarnya. Bila

ukuran thopi semakin besar dan banyak akan mengakibatkan penderita

tidak dapat menggunakan sapatu lagi.

E. Komplikasi

Komplikasi asam urat (athritis gout) antara lain sebagai berikut :

1. Cacat

2. Tofi yaitu kristal asam urat, dalam bentuk kristal monosodium

urate, yang diderita orang yang mengalami hiperurikemia

(kandungan asam urat yang tinggi di dalam darah) dalam waktu

yang panjang.

3. Penyakit ginjal

Kalkuli asam urat (10-15%)

Nefropati urat yang kronis

Nefropati urat yang akut (biasanya akibat sekunder dari

kemoterapi)

4. Nekrosis yang avaskular dari tulang paha.


F. Pemeriksaan Penunjang

Gout atrhritis dapat dilakukan pemeriksaan laboraturium,

pemeriksaan radiologis, dan cairan sendi yaitu :

1. Pemeriksaan Laboratorium

Apabila pemeriksaan laboratorium menunjukan kadar asam urat

lebih dari 7 mg/dL untuk laki-laki dan lebih dari 6 mg/dL untuk

wanita maka seseorang tersebut sudah terkena asam urat.

2. Pemeriksaan cairan sendi

Pemeriksaan cairan sendi dilakukan di bawah mikroskop.

Tujuannya adalah untuk melihat kristal urat atau monosodium urate

(kristal MSU) dalam cairan sendi. Untuk melihat perbedaan jenis

arthiritis yang terjadi perlu dilakukan kultur cairan sendi.

Dengan mengeluarkan cairan sendi yang meradang maka pasien

akan merasakan nyeri berkurang dan dilanjutkan dengan memasukkan

obat ke dalam sendi. Pemeriksaan cairan sendi ini merupakan

pemeriksaan yang terbaik. Cairan hasil aspirasi jarum yang dilakukan

pada sendi yang mengalami peradangan akan nampak keruh karena

mengandung kristal dan sel-sel radang.

3. Pemeriksaan dengan roentgen

Pemeriksaan ini baiknya dilakukan pada awal setiap kali

pemeriksaan sendi dan jauh lebih efektif biila pemeriksaan roentgen

dilakukan pada penyakit yang sudah kronis. Pemeriksaan roentgen

perlu dilakukan untuk melihat kelainan baik pada sendi maupun pada

tulang atau jaringan di sekitar sendi.


G. Penatalaksaan

Penanganan gout atrhritis adalah memberikan edukasi, pengaturan

diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan secara dini

agar tidak terjadi kerusakan sendi dan komplikasi lainnya. Penanganan

gout atrhritis akut bertujuan menghilangkan keluhan nyeri sendi dan

peradangan obat-obatan, antara lain : kolkisin, obat antiinflamasi

nonsteroid (OAINS), kortikosteroid atau hormon ACTH. Obat penurun

asam urat seperti alupurinol, atau obat urikosurik tidak dapat diberikan

pada stadium akut. Namun, pada pasien yang secara rutin telah

mengkonsusi obat penurun asam urat, sebaiknya tetap diberikan. Pada

stadium interkritik dan menahun, tujuan pengobatan adalah menurunkan

kadar asam urat, sampai kadar normal, guna mencegah kekambuhan.

Penurunan kadar asam urat dilakukan dengan pemberian diet rendah

purin dan pemakaian obat alupurinol bersama obat urikosurik yang lain.

Gejala yang muncul: Acute gout

Obati serangan gout akut dengan NSAIDs.

Gunakan kortikosteroid bila kontraindikasi terhadap NSAIDs.

Atasi kasus resisten dengan penambahan koikisin dosis kecil

Atasi hal tersebut pada resiko efek samping NSAID dengan

penggunaan kolkisin sendiri

Evaluasi dan pencegahan terhadap faktor resiko

(berat badan, alkohol, diuretik, diet purin)


H. Pencegahan

Berikut ini contoh-contoh tindakan yang dapat menurukan kadar

asam urat antara lain sebagai berikut :

1. Penurunkan berat badan bagi yang obesitas

2. Menghindari makanan (misalnya yang mengandung purin yang

tinggi) dan minuman tertentu yang bisa meningkatkan gout.

3. Mengurangi konsumsi akohol.

4. Meningkatkan asupan cairan.

5. Mengganti obat-obatan yang dapat meningkatkan gout.

6. Terapi es pada tempat yang sakit


DAFTAR PUSTAKA

1. Andy Wiraputra Ida Bagus Made. Gouth Arthritis. Bagian Ilmu Penyakit

Dalam RSUP Sanglah. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 2017

2. Firestein GS, Budd RC, Harris ED, Rudy S,Sergen JS. (eds) Kelley’s

Textbook Of Rheumatology, 8th ed. W.B Saunders, Philadelphia. 2009:

1481-1506.

3. A. Graham Apley, Louis Solomon. Ortropedi dan Fraktur Sistem Apley.

Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 7. Jakarta


LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA

PERTEMUAN KE I TANGGAL 12 MARET 2021

1. KONSEP KELUARGA

A. DEFINISI KELUARGA

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh

perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan

fisik, mental, emosional dan social dari individu-individu yang ada

didalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk

mencapai tujuan bersama. (Friedman, 1998).

Keluarga adalah suatu system sosial yang berisi dua atau lebih

orang yang hidup bersama yang mempunyai hubungan darah,

perkawinan atau adopsi, tingga bersama dan saling menguntungkan,

empunyai tujuan bersama, mempunyai generasi peneus, saling pengertian

dan saling menyayangi. (Murray & Zentner, 1997) dikutip dari (Achjar,

2010.

Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa Keluarga adalah unit terkecil dari mastarakat yang terdiri dari dua

orang atau lebih dengan ikatan perkawinan, kelahiran atau adopsi yang

tinggal di satu tempat/ rumah, saling berinteraksi satu sama lain,

mempunyai peran masing-masing dan mempertahankan suatu

kebudayaan.

B. STRUKTUR KELUARGA

Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas :


1. Pola dan proses komunikasi

a) Pola interaksi keluarga yang berfungsi :

1) bersifat terbuka dan jujur.

2) selalu menyelesaikan konflik keluarga.

3) berfikiran positif.

4) tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.

b) Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :

1) Karakteristik pengirim Yakin dalam mengemukakan

sesuatu atau pendapat, apa yang disampaikan jelas dan

berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan balik.

2) Karakteristik penerima Siap mendengarkan, memberi

umpan balik, dan melakukan validasi.

2. Struktur Peran

adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai

dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan

posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat

misalnya sebagai suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi

kadang peran ini 10 tidak dapat dijalankan oleh masing-masing

individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa mencari

nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain,

sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam

diri di rumah.

3. Struktur kekuatan kekuatan merupakan kemampuan


(potensial dan aktual) dari individu untuk mengendalikan

atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah

positif ada beberapa macam tipe struktur kekuatan :

a. Legimati power Wewenang primer yang merujuk pada

kepercayaan bersama bahwa dalam suatu keluarga satu orang

mempunyai hak untuk mengontrol tingkah laku anggota

keluarga yang lain.

b. Referent power Kekuasan yang dimilikiorang-orang tertentu

terhadap orang lain karena identifikasi positif terhadap

mereka,seperti identifikasi positif seorang anak dengan orang

tua (role mode).

c. Reward power Pengaruh kekuasaan karena adanya harapan

yang akan diterima oleh seseorang dari orang yang mempunyai

pengaruh karena kepatuhan seseorang. Seperti ketaatan anak

terhadap orang tua.

d. Coercive power Sumber kekuasaan mempunyai kemampuan

untuk menghukum dengan paksaan,ancaman, atau kekerasan

bila mereka tidak mau taat.

e. Affectif power kekuasaan yang diberikan melalui manipulasi

dengan memberikan atau tidak memberikan afeksi atau

kehangatan, cinta kasih misalnya hubungan seksual pasangan

suami istri.

4. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang

secara 12 sadar atau tidak mempersatukan anggota keluarga

dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu

pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah

perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai

dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang

dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk

menyelesaikan masalah.

C. TIPE KELUARGA

Dalam (Murwani, 2007) di sebutkan beberapa tipe keluarga yaitu :

a. Tipe Keluarga Tradisional

1) Keluarga Inti ( Nuclear Family ) ,

adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.

2) Keluarga Besar ( Exstended Family ),

adalah keluarga inti di tambah dengan sanak saudara,

misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi

dan sebagainya.

3) Keluarga “Dyad”

yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri

tanpa anak.

4) “Single Parent”

yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua

(ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini

dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.


5) “Single Adult”

yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang

dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian

tinggal kost untuk bekerja atau kuliah)

b. Tipe Keluarga Non Tradisional

1) The Unmarriedteenege mather Keluarga yang terdiri dari orang tua

(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah

2) The Stepparent Family Keluarga dengan orang tua tiri.

3) Commune Family Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya)

yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah,

sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama :

sosialisasi anak dengan melelui aktivitas kelompok atau

membesarkan anak bersama.

4) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family Keluarga yang

hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa melelui

pernikahan.

5) Gay And Lesbian Family Seseorang yang mempunyai persamaan

sex hidup bersama sebagaimana suami – istri (marital partners).

6) Cohibiting Couple Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan

perkawinan karena beberapa alas an tertentu.

7) Group-Marriage Family Beberapa orang dewasa menggunakan alat

– alat rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah,

berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anaknya.


8) Group Network Family Keluarga inti yang dibatasi aturan atau

nilai – nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan

saling menggunakan barang – barang rumah tangga bersama,

pelayanan dan tanggung jawab membesarkan anaknya.

9) Foster Family Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan

keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang

tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan

kembali keluarga yang aslinya.

10) Homeless Family Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai

perlindungan yang permanent karena krisis personal yang

dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan

mental.

11) Gang. Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang

muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang

mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan

criminal dalam kehidupannya.

D. FUNGSI KELUARGA

Menurut Friedman (1986) mengidentifikasi lima fungsi keluarga,

sebagai berikut:

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal

keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif

berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan

melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan


kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga

saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat

dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan

dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil

melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat

mengembangkan konsep diri positif.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam

melaksanakan fungsi afektif adalah :

1) Saling mengasuh : cinta kasih, kehangatan, saling menerima,

saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih

sayang dan dukungan dari anggota yang lain. Maka

kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan

meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat

dan saling mendukung. Hubbungan intim didalam keluarga

merupakan modal dasar dalam memeberikan hubungan dengan

orang lain diluar keluarga/ masyarakat.

2) Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai

dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga

serta selalu 17 mempertahankan iklim yang positif, maka

fungsi afektif akan tercapai.

3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan

sepakat memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga

dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian

pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua


harus mengembangkan proses identifikasi yang positif

sehingga anakanak dapat meniru tingkah laku yang positif dari

kedua orang tuanya. Fungsi afektif merupakan “sumber

energi” yang menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan

keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena

fungsi afektif di dalam keluarga tidak dapat terpenuhi.

b. Fungsi Sosialisasi

adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui

individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan

dalam lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir.

Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi,

misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu, dan

orang-orang yang ada di sekitarnya Kemudian beranjak balita dia

mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun

demikian keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi.

Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai

melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang

diwujudkan dalam sosialisasi.

c. Fungsi Reproduksi Keluarga

berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah

sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan

yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada

pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk

meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi

kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan

akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan

sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang

antara suami dan istri, hal ini menjadikan permasalahan yang

berujung pada perceraian.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga

juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek

asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan

kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.

Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan

mempengaruhi status 19 kesehatan keluarga. Kesanggupan

keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari

tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat

melaksanakana tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan

masalah kesehatan.

E. TUGAS KELUARGA DALAM BIDANG KESEHATAN

Menurut Freedman (1981) membagi 5 tugas keluarga dalam

bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu :

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya Perubahan

sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak

langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka

apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan


erjadinya, perubahan apa yang terjadi dan beberapa besar

perubahannya.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarga Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk

mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,

dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai

kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga

maka segera melakukan tindakan tepat agar masalah kesehatan

dapat dikurangi atau 20 bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai

keterbatasan seyogyanya meminta bantuan orang lain

dilingkungan sekitar keluarga.

c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak

dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang

terlalu muda. Perawatan ini dapat dilakukan tindakan dirumah

apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk

pertolongan pertama atau kepelayanan kesehatan untuk

memperoleh tindakan lanjjutan agar masalah yang lebih parah

tidak terjadi.

d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan

kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan

lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)

F. PERKEMBANGAN KELUARGA
Tiap tahap perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi

keluarga agar dapat melalui tahap tersebut dengan sukses. Tiap

individu mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus

mereka capai agar mereka merasa puas selama tahap

perkembangan dan agar mereka mampu beralih ke tahap berikutnya

dengan berhasil. Setiap tahap perkembangan keluarga pun punya

tugas-tugas perkembangan yang spesifik.

a. Tahap I : pasangan baru (begining family)

Tahap perkembangan keluarga dengan pasangan beru

menikah berawal dari perkawinan sepasang anak adam menandai

bermulanya sebuah keluarga baru. Keluarga yang menikah atau

prokreasi dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang

kehubungan baru yang intim. Masing-masing belajar hidup

bersama serta baradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan

pasangannya, misalnya kebiasaan makan, tidur, bangun pagi, dan

sebagainya.

Tugas perkembangan tahap ini diantaranya

1) Menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan

Pada saat dua orang diikat dalam ikatan pernikahan,

perhatian awal mereka adalah menyiapkan suatu kehidupan

bersama yang baru.

2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan

kelompok sosial
3) Mendiskusikan rencana mempunyai anak (menjadi orang

tua) keingina untuk memiliki anak dan menentuan waktu

untuk hamil merupaka suatu keputusan keluarga yang sangat

penting.

Masalah yang terjadi pada tahap ini:

Masalah-masalah utama yang terjadi pada tahap ini adalah

penyesuaian seksuan dan peran perkawinan, penyuluhan dan

konseling keluarga berencana, penyuluhan dan konseling

prenatal dan komunikasi. Kurangnya informasi sering kali

mengakibatkan masalah-masalah seksual dan

emosional,ketakutan,rasa bersalah, kehamilan yang tidak

direncakan, dan penyakit-penyakit kehamilan sebelum ataupun

sesudah perkawinan.

b. Tahap II : keluarga “ child-bearing” (kelahiran anak pertama)

Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama berlanjut

sampai anak pertama berusia 30 bulan. Kedatangan bayi dalam rumah

tangga menciptakan perubahan-perubahan bagi anggota keluarga dan

setiap kumpulan hubungan. kehamilan dan kelahiran bayi perlu

disiapkan oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas

perkembangan yang penting diantaranya:

1) Persiapan menjadi orang tua

2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarag : peran, interaksi,

hubungan seksual, dan kegiatan


3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan pasangan

Masalah yang terjadi pada tahap ini: Suami merasa diabaikan oleh sang

istri. Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam

keluarga sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya dalam

memenuhi kebutuhan bayi. Pada tahap ini, ditandai dengan kelahiran

bayi, pasangan merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua

pasangan tertuju pada bayi. Masalah kedua adalah sering terjadi

peningkatan perselisihan dan argumentasi antara suami dan istri serta

terjadinya interupsi yang kontiyu (begitu lelah sepanjang waktu). Peran

utama perawat keluarga adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana

orang tua berinteraksi dan merawat bayi serta bagaimana bayi

merespon.

c. Tahap III : keluarga dengan anak prasekola

Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama berusia 2,5

tahun dan berakhir saat anak usia 5 tahun. Pada tahap ini, keluarga

tumbuh dengan baik dalam jumlah serta kompleksitas fungsi dan

permasalahan. Tugas perkembangan pada tahap anak prasekolah

yaitu:

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat

tinggal, privasi, dan rasa aman.

2) Membantu anak bersosialisasi.

3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan

anak yang lain juga harus dipenuh.


4) Memepertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun

diluar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).

5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.

6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak.

Penambahan jumlah anggota keluarga dapat memicu

timbulnya perubahan peran, ketegangan peran, serta konflik peran

antara suami dan istri akibat tugas sehingga dapat mengancam

stabilitas perkawinan. Orang tua mempunyai peran untuk

menstimulus perkembangan individu anak, khususnya kemandirian

anak agar tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai.

Permasalah yang dapat timbul pada tahap ini adalah :

1) Kecelakaan pada anak yang terjadi di dalam rumah


2) Frustasi atau konflik peran orang tua sehingga timbul sikap
proteksi dan disiplin yang berlebih dapat menghambat
kreativitas anak.
3) Frustasi terhadap prilaku anak atau permasalahan laian
dalam keluarga yang memicu tindakan kekerasan pada anak
(child abuse).
4) Terjadinya kegagalan peran sehingga menyebabkan orang tua
menolak berpartisipasi dalam peran pengasuh anak sehingga
terjadi penelantaran pada anak.
5) Masalah kesulitan makan pada anak.
6) Masalah kecemburuan dan persaingan antar anak

d. Tahap IV : keluarga dengan anak sekolah


Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia 6 tahun

dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini, umumnya keluarga

mencapai jumlah anggota keluarga maksimal sehingga keluarga sangat

sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki

aktivitas dan minat sendiri. Tugas perkembangan keluarga dengan

anak sekolah

1) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah, dan lingkungan

termasuk meningkatkan prestasi anak sekolah dan

mengembangan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.

2) Mempertahankan keintiman dengan pasangan.

3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin

meningkat kesehatan anggota keluarga.

Pada tahap ini orang tua perlu belajar berpisah dengan anak,

memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi, baik aktivitas

disekolah maupun diluar sekolah. Masalah yang terjadi pada tahap ini:

Selama tahap ini orang tua merasakan tekanan yang luar biasa dari

komunitas diluar rumah melalui sistem sekolah dan berbagai sosiasi

diluar keluarga yang mengharuskan anak-anak mereka menyesuaikan

diri dengan standar-standar komunitas bagi anak. Hal ini

cenderung memengaruhi keluarga-keluarga kelas menengah untuk

lebih menekankan nilai-nilai tradisional pencapaian dan produktivitas.

Selain itu resiko gangguan kesehatan pada anak akibat

pencemaran lingkungan dari berbagai proses kegiatan pembangunan


makin meningkat, misalnya makin meluas gangguan akibat paparan

asap, emisi gas buang sarana transportasi, kebisisngan, limbah industri

dan rumah tangga serta gangguan kesehatan akibat bencana.

e. Tahap V : keluarga dengan anak remaja


Periode remaja dianggap penting karena terjadi perubahan fisik

yang diikuti dengan perkembangan mental yang cepat tak jarang,

perkembangan mental pada remaja yang merupakan masa transisi dari

anak-anak menuju dewasa menimbulkan dampak negatif pada

mental anak remaja sehingga diperlukan penyesuaian mental dan

pembentukan sikap, nilai dan minat baru tahap ini dimulai saat anak

pertama berusia 13 tahun dan berakhir dengan 6-7 tahun kemudian,

yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan

keluarga ini adalah melepas anak remaja dan menberi tanggung jawab

pada tahap-tahap sebelumnya.

Tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja

1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung

jawab mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan

meningkat otonominya.

2) Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga.

3) Memperthankan komunikasi terbuka antara anak dan orang

tua, menghindari perdebatan, permusuhan, dan kecurigaan.


4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang

keluarga.

Ini merupakan tahap paling sulit karena oorang tua melepas

otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab

(mempunyai otoritas terhadap dirinya sendiri yang berkaitan dengan

peran dan fungsinya). Seringkalimuncul konflik antara orang tua dan

remaja karena anak menginginkan kebebasan untuk melakukan aktivitas

sementara orang tua mempunyai hak untuk mengontrol aktivitas. Dalam

hal ini orang tua perlu menciptakan komunikasi yang terbuka,

menghindari kecurigaan permusuhan sehingga hubungan orang tua dan

remaja tetap harmonis.

f. Tahap VI : keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)


Tahap ini dimulai pada saat terakhir kali meninggalkan rumah

dan berakhir pada saat anak terakhir. Lamanya tahap ini tergantung

pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belom

berkeluaga tetap tinggal bersama orang tua. Tahap utama pada tahap ini

adalah mengorganisasian kembali keluarga melepas anak untuk hidup

sendiri. Tugas perkembangan keluarga dengan anak dewasa :

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

2) Mempertahankan keintiman pasangan

3) Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit atau memasuki

masa tua

4) Membantu anak untuk mandiri dimasyarakat

5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga


Keluarga mempersiapkan anak yang tertua untuk membentuk

keluarga sendiri dan tetap membantu anak terakhir untuk lebih mandiri.

Pada saat anak semua meninggalkan rrumah, pasangan perlu menata

ulang dan membina hubungan suami istri seperti fasse awal. Orang tua

akan merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa

“kosang” karena anak-anak sudah tidak tinggal serumah lagi. Untuk

mengatasi masalah keadaan ini, orang tua perlu melakukan aktivitas

kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan, dan tetap memelihara

hubungan dengan baik.

g. Tahap VII : Keluarga usia pertengahan

Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir kali meninggalkan

rumah dan berakhir pada saat pensiun atau salah satu pasangan

meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini dirasakan sulit karena

masalah lanjut usia, perpisahan dengan anak, dan perasaan gagal menjadi

orang tua.

Tugas perkembangan keluarga dengan usia pertengahan :

1) Mempertahankan kesehatan

2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman

sebaya dan anak-anak

3) Meningkatkan keakraban pasangan

Setelah semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan suami

istri fokus untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktivitas

: pola hidup yang sehat, diet seimbang, olahraga rutin, menikmati


hidup, dan pekerjaan, dan sebagainya. Pasangan juga mempertahankan

hubungan dengan teman sebaya dan keluarga anaknya dengan cara

mengadakan pertemuan keluarga antar generasi (anak dan cucu)

sehingga pasangan dapat merasakan kebahagian sebagai kakek nenek.

h. Tahap VIII : keluarga usia lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga lanjut ini dimulai saat

salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan

meninggal sampai keduanya meninggal. Proses lanjut usia dan pensiun

merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai stresor

dan kehilangan yang dialami keluarga. Stresor tersebut adalah

berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial,

kehilangan pekerjaan, serta perasaan menurunnya produktivitas dan

fungsi kesehatan.

Tugas perkembangan keluarga dengan usia lanjut

1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.

2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,

kekuatan fisik, dan pendapatan.

3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat

4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan masyarakat sosial


DAFTAR PUSTAKA

1. Friedman et al. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori


dan Praktik Edisi 5. Jakarta : Penerbit Kedokteran EGC.
2. Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
3. Susanto. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga:Aplikasi
Pada Praktik Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans info
medika.
2. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan
Belum ditegakkan, karena pengkajian belum dilakukan sepenuhnya.
b. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan data umum maupun informasi mengenai kondisi
keluarga dengan lengkap melalui kepala keluarga dan anggota
keluarga yang lain.
c. Tujuan Khusus
1. Dapat membina hubungan saling percaya
2. Mendapatkan data keluarga secara umum
3. Mendapatkan data tentang tugas, pencapaian keperawatan keluarga

3. Rencana Kegiatan
a. Topik : pengkajian keluarga
b. Metode : wawancara dan observasi
c. Media : format pengkajian keluarga
d. Hari/Tanggal : Jumat, 12 Maret 2021
e. Waktu : 40 menit

4. Strategi Pelaksanaan
No Alokasi waktu Kegiatan
1 09.10– 09. 15 Fase orientasi
1. Mengucapkan salam
2. Validasi keadaan
3. Membuat kontra waktu, topik dan tempat
4. Menjelaskan tujuan
2 09.15– 09.25 Fase Kerja (wawancara dan observasi)
1. Data umum
2. Riwayat dan tahap perkembangan
3. Pengkajian keluarga
3 09.25 – 09.35 Fase Terminasi
1. Membuat kesimpulan dan hasil pengkajian
2. Membuat kontra waktu dan topik pertemuan
selanjutnya
3. Mengucapkan salam

5. Kriteria Evaluasi
a. Kriteria struktur
1. Tersedianya media berupa format pengkajian dan nursing kit
2. Tersedianya tempat pertemuan
3. Adanya kontrak waktu selama 40 menit
b. Kriteria proses
1. Keluarga mengkuti kegiatan dari awal hingga selesai
2. Keluarga berpartisipasi aktif dalam memberikan informasi
3. Keluarga ikut memfasilitasi pada saat perawat mengobservasi dirumah
4. Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
c. Kriteria hasil
1. Terbinanya hubungan saling percaya antara perawat dengan seluruh
anggota keluarga
2. Di dapatkkan data pengkajian keluarga sesuai dengan yang
diharapkan oleh perawat.
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUAGA

PERTEMUAN II ( Senin , 15 Maret 2021)

A. Latar Belakang

Pada pertemuan pertama, perawat sudah melakukan pertemuan dengan

keluarga Ny. N dan membina hubungan baik dengan keluarga, prawat telah

melakukan pengkajian data umum, riwayat dan tahapan perkembangan

keluarga dan pengkajian lingkungan

Pada pertemuan kedua perawat akan melakukan lanjutan pengkajian dari

fungsi keluarga, stress dan koping keluarga, pemeriksaan fisik. Asuhan

keluarga dimulai dengan melakukan analisis data. Perawat pelu mengadakan

kontrak waktu dengan keluarga yang bersangkutan guna menyampaikan

maksud dan tujuan serta mengatasi masalah kesehatan mereka. Setelah

mendapatkan tanggapan positif dari keluarga tersbut.

B. Rencana Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan

Belum dapat ditegakkan karna pengkajian belum dilakukan

sepenuhnya.

2. Tujuan umum

Untuk mendapatkan data umum maupun informasi mengenai

informasi dan kondisi keluarga dengan lengkap melalui kepala

keluarga dan anggota keluarganya

3. Tujuan khusus

a. Dapat membina saling percaya


b. Mendapatkan data keluarga secara umum, nama kepala keluarga,

alamat, komposisi keluarga dan genogram, tipe keluarga, suku bangsa,

agama

C. Rencana Kegiatan

1. Topik : melanjutkan pengkajian keperawatan keluarga

2. Metode : wawancara, observasi

3. Media : format pengkajian keluarga dan pulpen

4. Hari/Tanggal : Senin, 15 Maret 2021

5. Waktu : 50 menit

D. Strategi Pelaksanaan

No Alokasi Waktu Kegiatan

1 14.00 – 14.15 Fase orientasi

1. Mengucapkan salam

2. Validasi keadaaan

3. Membuat kontrak waktu, topik dan tempat

4. Menjelaskan tujuan

2 14.15 – 14. 40 Fase kerja (wawancara, observasi)

1. Fungsi keluarga

2. Stress dan koping keluarga

3. Harapan keluarga

4. Pemeriksaan fisik

5. Analisa data

3 14.40 – 14.50 Fase terminasi

1. Membuat kesimpulan dan hasil pertemuan


selanjutnya

2. Mengucapkan salam

E. Kriteria Hasil

1. Kriteria struktur

a. Tersedianya media berupa format pengkajian dan nursing kit

b. Tersedianya tempat pertemuan

c. Adanya kontrak waktu selama 50 menit

2. Kriteria proses

a. Keluaga mengkuti kegiatan dari awal hingga selesai

b. Tidak seluruh anggota keluarga hadir

c. Keluarga berpartisipasi aktif dalam memberi informasi

d. Keluarga ikut memotivasi pada saat perawat mengobservasi di rumah

e. Keluarga dapat membina hubungan saling perccaya

3. Kriteria hasil

a. Terbinanya hubungan saling percaya

b. Di dapatkan data pengkajian keluarga sesuai yang diharapkan

LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN KELUARGA

PERTEMUAN III Rabu, 17 Maret 2021

A. Latar belakang

Pada pertemuan ke II, perawat melakukan pengkajian lanjutan dari

fungsi keluarga, stres dan koping keluarga, harapan keluarga dan

pemeriksaan fisik

Pada pertemuan ke III, perawat akan menentukan masalah

keperawatan keluarga Ny. N, dan juga menentukan scoring pada Ny. N dan

juga membuat perencanaan keperawatan yang telah ditetapkan berdasarkan

hasil scoring masalah yang ditetapkan bersama keluarga.

B. Rencana keperawatan

1. Diagnosa keperawatan

a. Gangguan Rasa Nyaman

b. Nyeri akut

c. Resiko Jatuh

1. Tujuan umum

Untuk menentukan prioritas masalah keperawatan keluarga dengan scoring

masalah keperawatan keluarga Ny. N

2. Tujuan khusus

a. Mampu menentukan prioritas masalah keperawatan keluarga Ny. N

b. Mampu menentukan rencana asuhan keperawatan keluarga Ny. N

yang telah diprioritaskan

C. Rencana Kegiatan
1. Topik : menentukan prioritas masalah

2. Metode : wawancara dan diskusi

3. Media : format scoring

4. Hari/tanggal : Rabu, 17 Marret 2021

5. Waktu : 40 menit

D. Strategi Pelaksanaan

No Alokasi Waktu Kegiatan

1. 10.00 – 10.10 Fase orientasi

a. Mengucapkan salam

b. Validasi keadaan

c. Membuat kontrak waktu, topik dan tempat

d. Menentukan maksud dan tujuan

2. 10.10 – 10. 30 Fase kerja

a. Mendiskusikan penentuan prioritas

b. Mendiskusikan tetang rencana asuhan

keperawatan yang telah ditentukan

c. Menyepakati rencana asuhan keperawatan

pada keluarganya

3. 10.30 – 10. 40 Fase Terminasi

a. Membuat kesimpulan dari hasil pertemuan

b. Membuat kontrak waktu dan topik

pertemuan selanjutnya

c. Mengucapkan salam
E. Kriteria Evaluasi

1. Kriteria struktur

a. Tersedianya format scoring masalah keperawatan 2 hari sebelum

pertemuan pertama

b. Telah membuat kontrak dengan keluarga

c. Tempat pertemuan telah ditentukan oleh keluarga sebelum pertemuan.

2. Kriteria proses

Keluarga saling terbuka dengan perawat

a. Keluarga dapat mengikuti penentuan prioritas masalah keperawatan

b. Keluarga aktif dalam melakukan pertemuan ke III

c. Keluarga menyepakati hasil scoring yang ditentukan

d. Keluarga menyepakati kontrak pertemuan selanjutnya

3. Kriteria hasil

a. Prioritas telah ditentukan sesuai dengan kesepakatan keluarga Ny. N

b. Intervensi dibuat sesuai dengan rencana asuhan keperawatan keluarga

pada Ny. N yang telah diprioritaskan

LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN KELUARGA

PERTEMUAN IV (KAMIS, 18 Maret 2021)

A. Latar Belakang

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang di hubungkan oleh

perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,

mental, emosional dan social dari individu- individu yang ada di

dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk

mencapai tujuan bersama (friedman, 1998)..

Pada pertemuan ke III, perawat sudah menentukan masalah

keperawatan keluarga Ny. N dan juga menentukan scoring pada keluarga

Ny. N dan juga membuat perencanaan keperawatan yang telah ditetapkan

berdasarkan hasil scoring masalah yang ditetapkan bersama keluarga.

Pada pertemuan ke IV perawat akan melakukan terapi ROM (Range Of

Motion) pada Ny.N.

B. Rencana Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan :

a. Hambatan Rasa Nyaman

b. Nyeri Akut

c. Resiko Jatuh

2. Tujuan umum :
Setelah dilakukan terapi ROM diharapkan dapat mengurangi kaku

pada kaki dan meningkatkan kenyamanan saat lutut di tekuk

3. Tujuan khusus:

Setelah dilakukan demonstrasi terapi ROM (Range Of Motion) :

a. Keluarga mampu melakukan secara mandiri saat diperlukan

b. Keluarga mampu mempraktekkan kembali terapi ROM

C. Rancangan Kegiatan

1. Topik : demonstrasi terapi ROM (Range Of Motion)

2. Metode : demonstrasi, ceramah dan diskusi

3. Hari/tanggal: Kamis, 18 Maret 2021

4. Strategi pelaksanaan (fase orientasi kerja dan terminasi)


No Alokasi Waktu Kegiatan

1. 10.00 – 10.10 Fase orientasi

a. Mengucapkan salam

b. Validasi keadaan

c. Membuat kontrak waktu, topik dan tempat

d. Menentukan maksud dan tujuan

2. 10.10 – 10. 30 Fase kerja

a. Menjelaskan manfaat ROM

b. Menjelaskan cara kerja ROM

c. Menjelaskan kapan saja harus melakukan

ROM

e. Mendemonstrasikan/ melakukan ROM

3. 10.30 – 10. 40 Fase Terminasi

a. Membuat kesimpulan dari hasil pertemuan

b. Membuat kontrak waktu dan topik pertemuan

selanjutnya

c. Mengucapkan salam

D. Kriteria Evaluasi

1. Kriteria struktur

a. Telah membuat kontrak waktu sebelumnya

b. Tersedianya alat dan bahan

2. Kriteria proses
a. Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan

perawat

b. Keluarga dapat berpartisipasi dengan perawat

c. Keluarga mengatakan perasaan senang

3. Kriteria hasil

a. Keluarga mampu melakukan ROM

b. Keluarga mampu menyebutkan manfaat dari ROM (Range Of

Motion)

c. Keluarga mampu mengaplikasikan ROM dalam sehari-hari.


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TGL/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


WAKTU KEPERAWATAN
Kamis Hambatan Rasa a) Mengucapkan salam Subjektif:
Nyaman b) Validasi perasaan
18 Maret  Ny.N mengatakan
c) Membuat kontrak
2021 tidak nyaman saat
waktu selama 30
lututnya ditekuk.
menit untuk
menjelaskan tujuan Objektif :

ROM (Range Of  Ny.N tampak


Motion) antusias
d) Menjelaskan tujuan memperhatikan
kedatangan. penjelasan perawat
e) Penyuluhan,  Ny.N aktif
mengajari nenek mengikuti instruksi
untuk cara terapi yang diberikan
ROM.
Analisa:
f) Membuat kesimpulan
hasil pertemuan TD :120/80 mmHg
g) Membuat kontrak
R: 24 x/menit
untuk pertemuan
selanjutnya N : 80 x/menit

h) Mengucapkan salam. T: 36,5oC

Perencanaan :

Intervensi dilanjutkan
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA

PERTEMUAN V (JUMAT, 19 Maret 2021)

A. Latar Belakang

Pada pertemuan ke IV, perawat sudah melakukan terapi ROM

(Range Of Motion) pada Ny.N dan memeriksa TTV pada Ny. N

didapatkan hasil TD :120/80 mmHg, R: 24 x/menit, N : 80 x/menit dan T:

36,5oC. Pada area lutut Ny. N terlihat masih kaku dan Ny.N juga

mengatakan tidak nyaman saat lututnya di tekuk atau digerakkan.

Pada pertemuan ke V diulangi pemberian terapi ROM pada Ny.N

diharapkan agar kaki dan lututnya tidak kaku saat digerakan dan rasa

nyaman dilutut meningkat.

B. Rencana Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan :

a) Hambatan Rasa Nyaman

b) Nyeri Akut

c) Resiko Jatuh

2. Tujuan umum :

Setelah dilakukan terapi ROM diharapkan dapat mengurangi

kekakuan pada kaki dan lutut dan meningkatnya rasa nyaman saat lutut

ditekuk.
3. Tujuan khusus:

Setelah dilakukan demonstrasi terapi ROM (Range Of Motion) :

a. Keluarga mampu melakukan secara mandiri saat diperlukan

b. Keluarga mampu mempraktekkan kembali terapi ROM

C. Rancangan Kegiatan

1. Topik : demonstrasi terapi ROM (Range Of Motion)

2. Metode : demonstrasi, ceramah dan diskusi

3. Hari/tanggal: Jumat, 19 Maret 2021

4. Strategi pelaksanaan (fase orientasi kerja dan terminasi)


No Alokasi Waktu Kegiatan

1. 10.00 – 10.10 Fase orientasi

a. Mengucapkan salam

b. Validasi keadaan

c. Membuat kontrak waktu, topik dan tempat

d. Menentukan maksud dan tujuan

2. 10.10 – 10. 30 Fase kerja

a. Menjelaskan manfaat ROM

b. Menjelaskan cara kerja ROM

c. Menjelaskan kapan saja harus melakukan

ROM

d. Mendemonstrasikan/ melakukan ROM

3. 10.30 – 10. 40 Fase Terminasi

a. Membuat kesimpulan dari hasil pertemuan

b. Membuat kontrak waktu dan topik pertemuan

selanjutnya

c. Mengucapkan salam

E. Kriteria Evaluasi

1. Kriteria struktur

a. Telah membuat kontrak waktu sebelumnya

b. Tersedianya alat dan bahan

2. Kriteria proses
a. Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

b. Keluarga dapat berpartisipasi dengan perawat

c. Keluarga mengatakan perasaan senang

3. Kriteria hasil

a. Keluarga mampu melakukan ROM

b. Keluarga mampu menyebutkan manfaat dari ROM (Range Of

Motion)

c. Keluarga mampu mengaplikasikan ROM dalam sehari-hari.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


TGL/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
WAKTU KEPERAWATAN
Jumat Hambatan Rasa i) Mengucapkan salam Subjektif:
Nyaman j) Validasi perasaan
19 Maret  Ny.N mengatakan
k) Membuat kontrak
2021 masih tidak nyaman
waktu selama 30
saat lututnya
menit untuk
ditekuk
menjelaskan tujuan
ROM (Range Of Objektif :

Motion)  Ny.N tampak


l) Menjelaskan tujuan antusias
kedatangan. memperhatikan
m) Penyuluhan, penjelasan perawat
mengajari nenek  Ny.N aktif
untuk cara terapi mengikuti instruksi
ROM. yang diberikan
n) Membuat kesimpulan
Analisa:
hasil pertemuan
o) Membuat kontrak TD :110/70 mmHg
untuk pertemuan
R: 20 x/menit
selanjutnya
x
p) Mengucapkan salam. N : 88 /menit

T: 36,5oC

Masalah Teratasi
Sebagian

Perencanaan :

Intervensi dilanjutkan

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA
PERTEMUAN VI (SABTU, 20 Maret 2021)

A. Latar Belakang

Pada pertemuan ke V, perawat sudah melakukan terapi ROM (Range

Of Motion) pada Ny.N dan memeriksa TTV pada Ny. N didapatkan hasil
110
TD : /70 mmHg, R: 20 x/menit, N : 88 x/menit dan T: 36,5oC. Saat

dilakukan ROM (Range Of Motion) kaki Ny.N sudah tidak kaku lagi dan

saat ditekuk sudah lebih nyaman dari yang sebelumnya.

Pada pertemuan ke VI diulangi pemberian terapi ROM pada Ny.N

diharapkan agar kaki dan lutut Ny.N saat ditekuk lebih nyaman dari yang

sebelumnya.

B. Rencana Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan :

a) Hambatan Rasa Nyaman

b) Nyeri Akut

c) Resiko Jatuh

2. Tujuan umum :

Setelah dilakukan terapi ROM diharapkan dapat mengurangi

kekakuan pada kaki dan lutut dan meningkatnya rasa nyaman saat lutut

ditekuk.

3. Tujuan khusus:
Setelah dilakukan demonstrasi terapi ROM (Range Of Motion) :

a. Keluarga mampu melakukan secara mandiri saat diperlukan

b. Keluarga mampu mempraktekkan kembali terapi ROM

C. Rancangan Kegiatan

1. Topik : demonstrasi ROM (Range Of Motion)

2. Metode : demonstrasi, ceramah dan diskusi

3. Hari/tanggal: Sabtu, 20 Maret 2021

4. Strategi pelaksanaan (fase orientasi kerja dan terminasi)


No Alokasi Waktu Kegiatan

1. 10.00 – 10.10 Fase orientasi

a. Mengucapkan salam

b. Validasi keadaan

c. Membuat kontrak waktu, topik dan tempat

d. Menentukan maksud dan tujuan

2. 10.10 – 10. 30 Fase kerja

a. Menjelaskan manfaat ROM

b. Menjelaskan cara kerja ROM

c. Menjelaskan kapan saja harus melakukan

ROM

d. Mendemonstrasikan/ melakukan ROM

3. 10.30 – 10. 40 Fase Terminasi

a. Membuat kesimpulan dari hasil pertemuan

b. Membuat kontrak waktu dan topik

pertemuan selanjutnya

c. Mengucapkan salam

D. Kriteria Evaluasi

1. Kriteria struktur

a. Telah membuat kontrak waktu sebelumnya

b. Tersedianya alat dan bahan

2. Kriteria proses
a. Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

b. Keluarga dapat berpartisipasi dengan perawat

c. Keluarga mengatakan perasaan senang

3. Kriteria hasil

a. Keluarga mampu melakukan ROM

b. Keluarga mampu menyebutkan manfaat dari ROM (Range Of

Motion)

c. Keluarga mampu mengaplikasikan ROM dalam sehari-hari.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


TGL/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
WAKTU KEPERAWATAN
Sabtu Hambatan Rasa q) Mengucapkan salam Subjektif:
Nyaman r) Validasi perasaan
20 Maret  Ny.N mengatakan
s) Membuat kontrak
2021 sudah nyaman saat
waktu selama 30
melakukan
menit untuk
aktivitas.
menjelaskan tujuan
ROM (Range Of Objektif :

Motion)  Ny.N tampak


t) Menjelaskan tujuan antusias
kedatangan. memperhatikan
u) Penyuluhan, penjelasan perawat
mengajari nenek  Ny.N aktif
untuk cara terapi mengikuti instruksi
ROM. yang diberikan
v) Membuat kesimpulan
Analisa:
hasil pertemuan
w) Membuat kontrak TD :120/70 mmHg
untuk pertemuan
R: 22 x/menit
selanjutnya
x
x) Mengucapkan salam. N : 85 /menit

T: 37oC

Masalah Teratasi

Perencanaan :

Intervensi dihentikan

LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN KELUARGA

PERTEMUAN VII (SENIN, 22 Maret 2021)

A. Latar Belakang

Pada pertemuan ke VI, perawat sudah melakukan terapi ROM

(Range Of Motion) pada Ny.N dan memeriksa TTV pada Ny. N


120
didapatkan hasil TD : /70 mmHg, R: 22 x/menit, N : 85 x/menit dan T:

37oC. Saat dilakukan ROM (Range Of Motion) kaki Ny.N sudah tidak

kaku lagi dan saat ditekuk sudah lebih nyaman dari yang sebelumnya.

Pada pertemuan ke VII melakukan terapi kompres air jahe hangat

pada lutut Ny.N tujuannya agar nyeri berkurang dan bengkak pada lutut

Ny.N berkurang.

B. Rencana Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan :

a) Hambatan Rasa Nyaman

b) Nyeri Akut

c) Resiko Jatuh

2. Tujuan umum :

Setelah dilakukan terapi kompres air jahe hangat diharapkan dapat

mengurangi nyeri dan bengkak pada area lutut Ny.N.

3. Tujuan khusus:

Setelah dilakukan demonstrasi terapi kompres air jahe hangat:


a) Keluarga mampu melakukan secara mandiri saat diperlukan

b) Keluarga mampu menyebutkan manfaat kompres air jahe hangat.

c) Keluarga mampu menyebutkan alat dan bahan untuk terapi kompres

air jahe hangat

d) Keluarga mampu mempraktekkan kembali cara kerja terapi kompres

air jahe hangat

C. Rancangan Kegiatan

1. Topik : demonstrasi terapi kompres air jahe hangat

2. Metode: demonstrasi, ceramah dan diskusi

3. Hari/tanggal : Senin, 22 Maret 2021

4. Strategi pelaksanaan (fase orientasi kerja dan terminasi)


No Alokasi Waktu Kegiatan

1. 10.00 – 10.10 Fase orientasi

a. Mengucapkan salam

b. Validasi keadaan

c. Membuat kontrak waktu, topik dan tempat

d. Menentukan maksud dan tujuan

2. 10.10 – 10. 30 Fase kerja

a. Menjelaskan manfaat terapi kompres air

jahe hangat

b. Menjelaskan cara kerja terapi kompres air

jahe hangat

c. Menjelaskan kapan saja harus melakukan

terapi kompres air jahe hangat

d. Mendemonstrasikan/ melakukan terapi

kompres air jahe hangat

3. 10.30 – 10. 40 Fase Terminasi

a. Membuat kesimpulan dari hasil pertemuan

b. Membuat kontrak waktu dan topik

pertemuan selanjutnya

c. Mengucapkan salam
D. Kriteria Evaluasi

1. Kriteria struktur

a. Telah membuat kontrak waktu sebelumnya

b. Tersedianya alat dan bahan

2. Kriteria proses

a. Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

b. Keluarga dapat berpartisipasi dengan perawat

c. Keluarga mengatakan perasaan senang

3. Kriteria hasil

a. Keluarga mampu melakukan terapi kompres air jahe hangat

b. Keluarga mampu menyebutkan manfaat dari terapi kompres air

jahe hangat

c. Keluarga mampu mengaplikasikan terapi kompres air jahe hangat

dalam sehari-hari.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TGL/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


WAKTU KEPERAWATAN
Senin Nyeri Akut a. Mengucapkan salam Subjektif:
b. Validasi perasaan
22 Maret  Ny.N mengatakan
c. Membuat kontrak
2021 nyeri dan bengkak
waktu selama 30 menit
di area lutut.
untuk menjelaskan
tujuan terapi kompres Objektif :
air jahe hangat.  Ny.N tampak
d. Menjelaskan tujuan antusias
kedatangan. memperhatikan
e. Mengajari nenek untuk penjelasan perawat
cara terapi kompres air  Ny.N aktif
jahe hangat. mengikuti instruksi
f. Membuat kesimpulan yang diberikan
hasil pertemuan
Analisa:
g. Membuat kontrak
untuk pertemuan P : nyeri dilutut
selanjutnya Q : seperti tertusuk
h. Mengucapkan salam. jarum
R :nyeri di area lutut
hingga kaki
S : 6 dari 10 (NRS)
T:sering dirasakan
setiap saat

Masalah Belum
Teratasi

Perencanaan :
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA

PERTEMUAN VIII (SELASA, 23 Maret 2021)

A. Latar Belakang

Pada pertemuan ke VII, perawat sudah melakukan terapi kompres air

jahe hangat pada Ny.N dan memeriksa TTV pada Ny. N didapatkan hasil

TD : 120/70 mmHg, R: 22 x/menit, N : 85 x/menit dan T: 37oC. Saat dilakukan

terapi kompres air jahe dilihat lutut Ny.N masih bengkak dan nyeri.

Pada pertemuan ke VIII perawat melanjutkan terapi kompres air

jahe hangat pada lutut Ny.N tujuannya agar nyeri berkurang dan bengkak

pada lutut Ny.N berkurang.

B. Rencana Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan :

a. Hambatan Rasa Nyaman

b. Nyeri Akut

c. Resiko Jatuh

2. Tujuan umum :

Setelah dilakukan terapi kompres air jahe hangat diharapkan dapat

mengurangi nyeri dan bengkak pada area lutut Ny.N.

3. Tujuan khusus:

Setelah dilakukan demonstrasi terapi kompres air jahe hangat:


a. Keluarga mampu melakukan secara mandiri saat diperlukan

b. Keluarga mampu menyebutkan manfaat kompres air jahe hangat.

c. Keluarga mampu menyebutkan alat dan bahan untuk terapi

kompres air jahe hangat

d. Keluarga mampu mempraktekkan kembali cara kerja terapi

kompres air jahe hangat

C. Rancangan Kegiatan

1. Topik : demonstrasi terapi kompres air jahe hangat

2. Metode: demonstrasi, ceramah dan diskusi

3. Media : alat dan bahan

4. Hari/tanggal : Selasa, 23 Maret 2021

5. Strategi pelaksanaan (fase orientasi kerja dan terminasi


No Alokasi Waktu Kegiatan

1. 10.00 – 10.10 Fase orientasi

a. Mengucapkan salam

b. Validasi keadaan

c. Membuat kontrak waktu, topik dan tempat

d. Menentukan maksud dan tujuan

2. 10.10 – 10. 30 Fase kerja

a. Menjelaskan manfaat terapi kompres air

jahe hangat

b. Menjelaskan cara kerja terapi kompres air

jahe hangat

c. Menjelaskan kapan saja harus melakukan

terapi kompres air jahe hangat

d. Mendemonstrasikan/ melakukan terapi

kompres air jahe hangat

3. 10.30 – 10. 40 Fase Terminasi

a. Membuat kesimpulan dari hasil pertemuan

b. Membuat kontrak waktu dan topik

pertemuan selanjutnya

c. Mengucapkan salam
D. Kriteria Evaluasi

1. Kriteria struktur

a. Telah membuat kontrak waktu sebelumnya

b. Tersedianya alat dan bahan

2. Kriteria proses

a. Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan

perawat

b. Keluarga dapat berpartisipasi dengan perawat

c. Keluarga mengatakan perasaan senang

3. Kriteria hasil

a. Keluarga mampu melakukan terapi kompres air jahe hangat

b. Keluarga mampu menyebutkan manfaat dari terapi kompres air

jahe hangat

c. Keluarga mampu mengaplikasikan terapi kompres air jahe hangat

dalam sehari-hari.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TGL/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


WAKTU KEPERAWATAN
Selasa Nyeri Akut a. Mengucapkan salam Subjektif:
b. Validasi perasaan
23 Maret  Ny.N mengatakan
c. Membuat kontrak
2021 nyeri dan bengkak
waktu selama 30 menit
di area lutut.
untuk menjelaskan
tujuan terapi kompres Objektif :
air jahe hangat.  Ny.N tampak
d. Menjelaskan tujuan antusias
kedatangan. memperhatikan
e. Mengajari nenek untuk penjelasan perawat
cara terapi kompres air  Ny.N aktif
jahe hangat. mengikuti instruksi
f. Membuat kesimpulan yang diberikan
hasil pertemuan
Analisa:
g. Membuat kontrak
untuk pertemuan P : nyeri dilutut
selanjutnya Q : seperti tertusuk
h. Mengucapkan salam. jarum
R :nyeri di area lutut
hingga kaki
S : 3 dari 10 (NRS)
T : sewaktu-waktu

Masalah Teratasi

Perencanaan :

Intervensi dihentikan

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA

PERTEMUAN IX (RABU, 24 Maret 2021)


A. Latar Belakang

Pada pertemuan ke VIII, perawat sudah melakukan terapi kompres

air jahe hangat untuk mengurangi bengkak serta nyeri lutut pada Ny.N dan

didapatkan hasil P : nyeri dilutut Q : seperti tertusuk jarum, R :nyeri di

area lutut hingga kaki, S : 3 dari 10 (NRS), T : sewaktu-waktu

Pada pertemuan ke IX melakukan penkes tentang penyebab,

pencegahan dari asam urat dan menjelaskan upaya-upaya yang harus

dilakukan untuk mengindari resiko jatuh.

B. Rencana Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan :

a. Hambatan Rasa Nyaman

b. Nyeri Akut

c. Resiko Jatuh

2. Tujuan umum :

Setelah dilakukan penkes tentang penyebab dan pencegahan dari

asam urat serta resiko jatuh diharapkan derajat kesehatan pada Ny.N

meningkat dari sebelumnya.

3. Tujuan khusus:

Setelah dilakukan demonstrasi terapi kompres air jahe hangat:

a. Keluarga mampu melakukan pencegahan secara mandiri.

b. Keluarga mampu menjelaskan penyebab dari asam urat.

c. Keluarga mampu menjelaskan pencegahan dari asam urat.


d. Keluarga mampu menjelaskan apa-apa saja upaya yang harus

dilakukan untuk mencegah resiko jatuh

C. Rancangan Kegiatan

1. Topik : pengertian, penyebab dan pencegahan asam urat serta upaya

resiko jatuh

2. Metode: demonstrasi, ceramah dan diskusi

3. Media : booklet dan leflet

4. Hari/tanggal : Rabu, 24 Maret 2021

5. Strategi pelaksanaan (fase orientasi kerja dan terminasi)


No Alokasi Waktu Kegiatan

1. 10.00 – 10.10 Fase orientasi

a. Mengucapkan salam

b. Validasi keadaan

c. Membuat kontrak waktu, topik dan tempat

d. Menentukan maksud dan tujuan

2. 10.10 – 10. 30 Fase kerja

a. Menjelaskan penyebab asam urat

b. Menjelaskan pencegahan asam urat

c. Menjelaskan upaya yang harus dilakukan

untuk menghindari dari resiko jatuh

3. 10.30 – 10. 40 Fase Terminasi

a. Membuat kesimpulan dari hasil pertemuan

b. Membuat kontrak waktu dan topik

pertemuan selanjutnya

c. Mengucapkan salam

D. Kriteria Evaluasi

1. Kriteria struktur

a. Telah membuat kontrak waktu sebelumnya

b. Tersedianya alat dan bahan

2. Kriteria proses
a. Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

b. Keluarga dapat berpartisipasi dengan perawat

c. Keluarga mengatakan perasaan senang

3. Kriteria hasil

a. Keluarga mampu menjelaskan penyebab dari asam urat

b. Keluarga mampu melakukan pencegahan terhadap asam urat.

c. Keluarga mampu upaya yang harus dilakukan untuk menghindari

dari resiko jatuh

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


TGL/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
WAKTU KEPERAWATAN
Rabu Resiko Jatuh a. Mengucapkan salam Subjektif:
b. Validasi perasaan
24 Maret  Ny.N mengatakan
c. Membuat kontrak
2021 sudah lebih
waktu selama 30 menit
mengerti penyebab
untuk menjelaskan
dari asam urat dan
penyebab dan
pencegahan asam
pencegahan asam urat
urat serta upaya
dan resiko jatuh.
yang harus
d. Menjelaskan tujuan
dilakukan untuk
kedatangan.
menghindari dari
e. Membuat kesimpulan
resiko jatuh.
hasil pertemuan
f. Membuat kontrak Objektif :

untuk pertemuan  Ny.N tampak


selanjutnya antusias
g. Mengucapkan salam. memperhatikan
penjelasan perawat
 Ny.N aktif
mengikuti instruksi
yang diberikan

Analisa:

Masalah Teratasi

Perencanaan :

Intervensi dihentikan.

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA
PERTEMUAN X (KAMIS, 25 Maret 2021)

A. Latar Belakang

Pada pertemuan ke IX melakukan penkes tentang penyebab,

pencegahan dari asam urat dan menjelaskan upaya-upaya yang harus

dilakukan untuk mengindari resiko jatuh.

Pada pertemuan X perawat akan melakukan evaluasi dari

pertemuan sebelumnya yang pernah dilakukan

B. Rencana Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan :

a. Hambatan Rasa Nyaman

b. Nyeri Akut

c. Resiko Jatuh

2. Tujuan umum :

Ny.N mampu melakukan ROM (Range of Motion), terapi

kompres air jahe hangat, penyebab dan pencegahan dari asam urat

serta upaya pencegahan resiko jatuh.

3. Tujuan khusus:

Setelah dilakukan demonstrasi terapi kompres air jahe hangat:

a. Keluarga mengetahui cara ROM dengan mandiri

b. Keluarga mengetahui cara terapi kompres air jahe hangat

c. Keluarga mengetahui alat dan bahan terapi kompres air jahe hangat
d. Keluarga mampu menjelaskan apa-apa saja upaya yang harus

dilakukan untuk mencegah resiko jatuh

C. Rancangan Kegiatan

1. Topik : ROM (Range Of Motion), dan kompres air jahe hangat.

2. Metode: demonstrasi, ceramah dan diskusi

3. Media : alat dan bahan, booklet dan leaflet

4. Hari/tanggal : Kamis, 25 Maret 2021

5. Strategi pelaksanaan (fase orientasi kerja dan terminasi)


No Alokasi Waktu Kegiatan

1. 10.00 – 10.10 Fase orientasi

a. Mengucapkan salam

b. Validasi keadaan

c. Membuat kontrak waktu, topik dan tempat

d. Menentukan maksud dan tujuan

2. 10.10 – 10. 30 Fase kerja

a. Memberikan terapi ROM (Range Of

Motion)

b. Memberikan terapi Kompres air jahe hangat

selama ±20 menit

c. Menjelaskan penyebab, pencegahan asam

urat serta upaya yang harus dilakukan untuk

menghindari resiko jatuh.

3. 10.30 – 10. 40 Fase Terminasi

a. Membuat kesimpulan dari hasil pertemuan

b. Mengucapkan salam

D. Kriteria Evaluasi

1. Kriteria struktur

a. Telah membuat kontrak waktu sebelumnya

b. Tersedianya alat dan bahan


2. Kriteria proses

a. Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan

perawat

b. Keluarga dapat berpartisipasi dengan perawat

c. Keluarga mengatakan perasaan senang

3. Kriteria hasil

a. Keluarga mampu melakukan ROM secara mandiri

b. Keluarga mampu melakukan terapi kompres air jahe hangat.

c. Keluarga mampu menjelaskan penyebab dari asam urat

d. Keluarga mampu melakukan pencegahan terhadap asam urat.

e. Keluarga mampu upaya yang harus dilakukan untuk menghindari

dari resiko jatuh


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TGL/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


WAKTU KEPERAWATAN
Kamis a. Hambatan Rasa a. Mengucapkan salam Subjektif:
Nyaman b. Validasi perasaan
25 Maret  Ny.N mengatakan
b. Nyeri Akut c. Membuat kontrak
2021 sudah lebih nyaman
c. Resiko Jatuh waktu selama 30 menit
saat lututnya di
untuk terapi ROM
tekuk, tidak
(Range Of Motion),
merasakan nyeri
terapi kompres air jahe
lagi serta mengerti
hangat dan
penyebab dari asam
menjelaskan penyebab
urat dan pencegahan
dan pencegahan asam
asam urat serta
urat dan resiko jatuh.
upaya yang harus
d. Menjelaskan tujuan
dilakukan untuk
kedatangan.
menghindari dari
e. Membuat kesimpulan
resiko jatuh.
hasil pertemuan
f. Mengucapkan salam. Objektif :

 Ny.N tampak
antusias
memperhatikan
penjelasan perawat
 Ny.N aktif
mengikuti instruksi
yang diberikan

Analisa:

Masalah Teratasi

Perencanaan :

SELESAI.................
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA
PERTEMUAN X (KAMIS, 25 Maret 2021)

E. Latar Belakang

Pada pertemuan ke IX perawat sudah melakukan terapi kompres air

jahe hangat untuk mengurangi bengkak serta nyeri lutut pada Ny.N dan

didapatkan hasil P : nyeri dilutut Q : seperti tertusuk jarum, R :nyeri di

area lutut hingga kaki, S : 4 dari 10 (NRS), T : sewaktu-waktu

Pada pertemuan ke X melakukan terapi kompres air jahe hangat

pada lutut Ny.N tujuannya agar nyeri berkurang dan bengkak pada lutut

Ny.N berkurang.

F. Rencana Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan :

a. Hambatan Rasa Nyaman

b. Nyeri Akut

c. Resiko Jatuh

2. Tujuan umum :

Setelah dilakukan terapi kompres air jahe hangat diharapkan dapat

mengurangi nyeri dan bengkak pada area lutut Ny.N.

3. Tujuan khusus:

Setelah dilakukan demonstrasi terapi kompres air jahe hangat:

a. Keluarga mampu melakukan secara mandiri saat diperlukan

b. Keluarga mampu menyebutkan manfaat kompres air jahe hangat.


c. Keluarga mampu menyebutkan alat dan bahan untuk terapi

kompres air jahe hangat

d. Keluarga mampu mempraktekkan kembali cara kerja terapi

kompres air jahe hangat

G. Rancangan Kegiatan

1. Topik : demonstrasi terapi kompres air jahe hangat

2. Metode: demonstrasi, ceramah dan diskusi

3. Media : Alat dan bahan

4. Hari/tanggal : Kamis, 25 Maret 2021

5. Strategi pelaksanaan (fase orientasi kerja dan terminasi)


No Alokasi Waktu Kegiatan

1. 10.00 – 10.10 Fase orientasi

a. Mengucapkan salam

b. Validasi keadaan

c. Membuat kontrak waktu, topik dan tempat

d. Menentukan maksud dan tujuan

2. 10.10 – 10. 30 Fase kerja

a. Menjelaskan manfaat terapi kompres air

jahe hangat

b. Menjelaskan cara kerja terapi kompres air

jahe hangat

c. Menjelaskan kapan saja harus melakukan

terapi kompres air jahe hangat

d. Mendemonstrasikan/ melakukan terapi

kompres air jahe hangat

3. 10.30 – 10. 40 Fase Terminasi

a. Membuat kesimpulan dari hasil pertemuan

b. Membuat kontrak waktu dan topik

pertemuan selanjutnya

c. Mengucapkan salam
H. Kriteria Evaluasi

1. Kriteria struktur

a. Telah membuat kontrak waktu sebelumnya

b. Tersedianya alat dan bahan

2. Kriteria proses

a. Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

b. Keluarga dapat berpartisipasi dengan perawat

c. Keluarga mengatakan perasaan senang

3. Kriteria hasil

a. Keluarga mampu melakukan terapi kompres air jahe hangat

b. Keluarga mampu menyebutkan manfaat dari terapi kompres air

jahe hangat

c. Keluarga mampu mengaplikasikan terapi kompres air jahe hangat

dalam sehari-hari.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TGL/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


WAKTU KEPERAWATAN
Kamis Nyeri Akut a. Mengucapkan salam Subjektif:
b. Validasi perasaan
25 Maret  Ny.N mengatakan
c. Membuat kontrak
2021 nyeri dan bengkak
waktu selama 30 menit
di area lutut.
untuk menjelaskan
tujuan terapi kompres Objektif :
air jahe hangat.  Ny.N tampak
d. Menjelaskan tujuan antusias
kedatangan. memperhatikan
e. Mengajari nenek untuk penjelasan perawat
cara terapi kompres air  Ny.N aktif
jahe hangat. mengikuti instruksi
f. Membuat kesimpulan yang diberikan
hasil pertemuan
Analisa:
g. Membuat kontrak
untuk pertemuan P : nyeri dilutut
selanjutnya Q : seperti tertusuk
h. Mengucapkan salam. jarum
R :nyeri di area lutut
hingga kaki
S : 2 dari 10 (NRS)
T : sewaktu-waktu

Masalah Teratasi

Perencanaan :

Intervensi dihentikan
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA

PERTEMUAN XI (JUMAT, 26 Maret 2021)

A. Latar Belakang

Pada pertemuan ke X perawat sudah melakukan terapi kompres air

jahe hangat untuk mengurangi bengkak serta nyeri lutut pada Ny.N dan

didapatkan hasil P : nyeri dilutut Q : seperti tertusuk jarum, R :nyeri di

area lutut hingga kaki, S : 2 dari 10 (NRS), T : sewaktu-waktu dan

intervensi dihentikan.

Pada pertemuan ke XI melakukan edukasi tentang asam urat dan

resiko jatuh.

B. Rencana Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan :

a. Hambatan Rasa Nyaman

b. Nyeri Akut

c. Resiko Jatuh

2. Tujuan umum :

Setelah dilakukan edukasi tentang penyebab, gejala dan pengobatan

tradisional untuk asam urat dan resiko jatuh diharapkan Ny.N lebih

mudah untuk terhindari dari kekambuhan asam urat.

3. Tujuan khusus:
Setelah dilakukan edukasi tentang penyakit asam urat dan resiko

jatuh :

a. Keluarga mampu melakukan pencegahan mandiri terhadap

kekambuhan penyakit yang diderita oleh Ny.N

b. Keluarga mampu menyebutkan penyebab terjadinya asam urat.

c. Keluarga mampu menyebutkan melakukan pencegahan apabila

terjadinya kekambuhan asam urat.

d. Keluarga mampu menjelaskan kembali

C. Rancangan Kegiatan

1. Topik : demonstrasi terapi kompres air jahe hangat

2. Metode: demonstrasi, ceramah dan diskusi

3. Media : Boklet dan Leaflet

4. Hari/tanggal : Jumat, 26 Maret 2021

5. Strategi pelaksanaan (fase orientasi kerja dan terminasi)


No Alokasi Waktu Kegiatan

1. 10.00 – 10.10 Fase orientasi

a. Mengucapkan salam

b. Validasi keadaan

c. Membuat kontrak waktu, topik dan tempat

d. Menentukan maksud dan tujuan

2. 10.10 – 10. 30 Fase kerja

a. Menjelaskan manfaat terapi kompres air

jahe hangat

b. Menjelaskan cara kerja terapi kompres air

jahe hangat

c. Menjelaskan kapan saja harus melakukan

terapi kompres air jahe hangat

d. Mendemonstrasikan/ melakukan terapi

kompres air jahe hangat

3. 10.30 – 10. 40 Fase Terminasi

a. Membuat kesimpulan dari hasil pertemuan

b. Membuat kontrak waktu dan topik

pertemuan selanjutnya

c. Mengucapkan salam
D. Kriteria Evaluasi

1. Kriteria struktur

a. Telah membuat kontrak waktu sebelumnya

b. Tersedianya alat dan bahan

2. Kriteria proses

a. Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan

perawat

b. Keluarga dapat berpartisipasi dengan perawat

c. Keluarga mengatakan perasaan senang

3. Kriteria hasil

a. Keluarga mampu melakukan terapi kompres air jahe hangat

b. Keluarga mampu menyebutkan manfaat dari terapi kompres air

jahe hangat

c. Keluarga mampu mengaplikasikan terapi kompres air jahe hangat

dalam sehari-hari.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TGL/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


WAKTU KEPERAWATAN
Jumat Resiko jatuh a. Mengucapkan salam Subjektif:
b. Validasi perasaan
26 Maret  Ny.N mengatakan
c. Membuat kontrak
2021 sudah lebih tau apa-
waktu selama 30
apa saja penyebab
menit untuk
terjadinya asam
menjelaskan
urat, pencegah asam
pengertian,
urat dan pengobatan
penyebab,
serta bagaimana
pencegahan,
terhindari dari
pengobatan asam urat
resiko jatuh
serta upaya terhindari
dari resiko jatuh. Objektif :

d. Menjelaskan tujuan  Ny.N tampak


kedatangan. antusias
e. Mengajari Ny.N memperhatikan
penyebab terjadinya penjelasan perawat
asam urat, pencegah  Ny.N aktif
asam urat dan mengikuti instruksi
pengobatan serta yang diberikan
bagaimana terhindari
Analisa:
dari resiko jatuh
f. Membuat kesimpulan Masalah Teratasi
hasil pertemuan
Perencanaan :
g. Membuat kontrak
untuk pertemuan Intervensi dihentikan

selanjutnya
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA

PERTEMUAN XII (SABTU, 27 Maret 2021)

A. Latar Belakang

Pada pertemuan ke XI perawat sudah melakukan edukasi tentang

penyebab terjadinya asam urat, pencegahan serta pengobatan asam urat

dan juga perawat menjelaskan apa yang harus dilakukan untuk mengindari

resiko jatuh apabila asam urat kambuh kembali

Pada pertemuan ke XII melakukan evaluasi pada setiap diagnosa

prioritas

B. Rencana Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan :

a. Hambatan Rasa Nyaman

b. Nyeri Akut

c. Resiko Jatuh

2. Tujuan umum :

Setelah dilakukan terapi dan edukasi pada Ny.N diharapkan Ny.N

lebih mudah untuk mencegah terjadinya asam urat kambuh kembali.

3. Tujuan khusus:

Setelah dilakukan terapi dan edukasi tentang asam urat diharapkan:

a. Keluarga mampu melakukan pencegahan secara mandiri.


b. Keluarga mampu mengulangi kembali terapi serta edukasi yang

pernah diberikan

C. Rancangan Kegiatan

1. Topik : demonstrasi terapi kompres air jahe hangat

2. Metode: demonstrasi, ceramah dan diskusi

3. Hari/tanggal : Sabtu, 27 Maret 2021

4. Strategi pelaksanaan (fase orientasi kerja dan terminasi)


No Alokasi Waktu Kegiatan

1. 10.00 – 10.10 Fase orientasi

a. Mengucapkan salam

b. Validasi keadaan

c. Membuat kontrak waktu, topik dan tempat

d. Menentukan maksud dan tujuan

2. 10.10 – 10. 30 Fase kerja

a. Menjelaskan manfaat terapi kompres air

jahe hangat

b. Menjelaskan cara kerja terapi kompres air

jahe hangat

c. Menjelaskan kapan saja harus melakukan

terapi kompres air jahe hangat

d. Mendemonstrasikan/ melakukan terapi

kompres air jahe hangat

3. 10.30 – 10. 40 Fase Terminasi

a. Membuat kesimpulan dari hasil pertemuan

b. Membuat kontrak waktu dan topik

pertemuan selanjutnya

c. Mengucapkan salam
D. Kriteria Evaluasi

1. Kriteria struktur

a. Telah membuat kontrak waktu sebelumnya

b. Tersedianya alat dan bahan

2. Kriteria proses

a. Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

b. Keluarga dapat berpartisipasi dengan perawat

c. Keluarga mengatakan perasaan senang

3. Kriteria hasil

a. Keluarga mampu melakukan pencegahan agar tidak terjadinya

asam urat kambuh kembali.

b. Keluarga mampu melakukan terapi apabila terjadinya kekambuhan

asam urat pada Ny.N


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TGL/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


WAKTU KEPERAWATAN
Sabtu Nyeri Akut a. Mengucapkan salam Subjektif:
b. Validasi perasaan
27 Maret  Ny.N mengatakan
c. Membuat kontrak
2021 nyeri dan bengkak
waktu selama 30 menit
di area lutut.
untuk menjelaskan
tujuan terapi kompres Objektif :
air jahe hangat.  Ny.N tampak
d. Menjelaskan tujuan antusias
kedatangan. memperhatikan
e. Mengajari nenek untuk penjelasan perawat
cara terapi kompres air  Ny.N aktif
jahe hangat. mengikuti instruksi
f. Membuat kesimpulan yang diberikan
hasil pertemuan
Analisa:
g. Membuat kontrak
untuk pertemuan P : nyeri dilutut
selanjutnya Q : seperti tertusuk
h. Mengucapkan salam. jarum
R :nyeri di area lutut
hingga kaki
S : 2 dari 10 (NRS)
T : sewaktu-waktu

Masalah Teratasi

Perencanaan :

Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai