Anda di halaman 1dari 20

Konsep diri, Stres, Adaptasi dan hospitalisasi

KONSEP DIRI
Konsep diri adalah persepsi keseluruhan yang dimiliki seseorang
mengenai dirinya sendiri. konsep diri adalah persepsi seseorang
tentang dirinya sendiri yang dibentuk melalui pengalaman-
pengalaman yang diperoleh.
KOMPONEN KONSEP DIRI
a. Citra Tubuh (Body Image)
Body Image (citra tubuh) adalah sikap individu terhadap dirinya baik disadari maupun tidak disadari meliputi
persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan dinamis karena secara konstan berubah seiring dengan
persepsi dan pengalaman-pengalaman baru.
b. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi.
Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang
diraih.
c. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian
tingkah laku dengan ideal dirinya.
d. Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan
dengan fungsi individu di dalam kelompok sosial.
d. Identitas Diri
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari observasi dan penilaian
dirinya, menyadari bahwa individu dirinya berbeda dengan orang lain.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP DIRI

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah:


1) Orang lain. Seseorang mengenal tentang dirinya dengan mengenal orang
lain terlebih dahulu. Konsep diri seseorang individu terbentuk dari
bagaimana penilaian orang lain mengenai dirinya.
2) Kelompok acuan (reference group) Dalam kehidupannya, setiap orang
sebagai anggota masyarakat menjadi anggota berbagai kelompok. Setiap
kelompok memiliki norma- norma sendiri.
• Stres adalah suatu
ketidakseimbangan diri/jiwa
hari
dan yang tidakkehidupan
realitas dapat dihindari
perubahan
setiap atau yang
penyesuaian.

• Stres terjadi memerlukan


jika orang dihadapkan
dengan peristiwa yang mengancam fisik
atau psikologisnya, peristiwa tersebut
disebut stressor.
Menurut Hans Selye jenis stres dibagi menjadi dua,
yaitu

(+) EUSTRESS (-) DISTRESS


• Jenis stress berenergi positif. • Jenis stres yang bersifat merusak,
tidak
• Saat individu mengalami stres jenis ini, menguntungkan, serta

individu tersebut akan interpretasi negatif merupakan dari

kejadian, memandang stimulus,


stresor tersebut yang dialami. Intepretasi
suatu tersebut
peristiwa
berupa

sebagai situasi
atau yang menantang namun rasa ketakutan, rasa marah, atau bahkan

memiliki sisi menyenangkan bagi dirinya. keduanya


4
1. Stressor internal. Berasal dari dalam diri seseorang, misalnya, infeksi.

2.Stressor eksternal. Berasal dari luar diri seseorang, misalnya, pindah


ke kota lain, kematian anggota keluarga, atau tekanan pekerjaan.
TAHAP 1 TAHAP 2
• Merupakan tahapan stres ringan • Mulai timbul keluhan-keluhan yang

• Disertai disebabkan karena cadangan energi tidak


perasaan-perasaan
cukup untuk sehari-hari, ini disebabkan
semangat bekerja besar,
karena kurangnya istirahat (tidur).
• Berlebihan (over acting)
• Keluhan-keluhannya: merasa letih sewaktu
• Penglihatan terlihat “tajam” tidak seperti
bangun, mudah lelah, capek
biasanya, namun tanpa disadari
menjelang sore, merasa tidak
cadangan energi semakin menipis.
nyaman (bowel lambung/perut otot-otot
discomfort),
punggung terasa tegang.
TAHAP 3 TAHAP 4
• Keluhannya: gangguan lambung dan • Aktivitas yang
pekerjaan
usus semakin terasa, perasaan semula mudah
menyenangkan
ketidaktenangan dan ketegangan diselesaikan
dan
emosional semakin meningkat, semula tanggap terhadapsituasi menjadi
menjadi
membosankan dan
gangguan insomnia, koordinasi tubuh kehilangan untuk merespons secara
terasa sulit, yang
terganggu. memadai (adequate), ketidakmampuan untuk
• Seseorang sudah harus berkonsultasi pada melaksanakan kegiatan rutin, gangguan pola

dokter untuk memperoleh terapi, atau tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang

bisa juga beban stres hendaknya dikurangi menegangkan, daya konsentrasi dan ingat

dan memperoleh kesempatan untuk menurun, dan timbul perasaan ketakutan dan

beristirahat. kecemasan.
TAHAP 5

• Bila keadaan stres masih berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap 5, yang ditandai
dengan kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical dan psychological
exhaustion), ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan
sederhana, gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal disorder), timbul perasaan
ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik.
TAHAP 6
• Tahapan ini merupakan tahap klimaks, dimana seseorang akan mengalami serangan panik (panic
attack) dan perasaan takut mati. Orang yang mengalami stres tahap ini berulang dibawa pulang ke UGD
bahkan ke ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ada kelainan fisik organ tubuh.
• Gambaran stres pada tahap ini adalah, debat jantung teramat keras, susah bernafas, sekujur badan
terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran, ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan, pingsan
atau kolaps (collapse). Gambar gejala diatas lebih didominasi oleh keluhan- keluhan fisik yang
disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh, sebagai akibat stresor psikososial yang
melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.
REAKSI FISIOLOGIS REAKSI PSIKOLOGIS

Kecemasan (anxiety)
Rambut

Mekanisme
Ekspresi Wajah Takut Pertahanan Ego

Kulit Depresi
Keadaan yang ditandai
Sistem Pernapasan dengan hilangnya gairah
dan semangat. Terkadang
Sistem Perkemihan disertai rasa sedih
Suatu upaya untuk mempertahankan fungsi
optimal yang melibatkan refleks,
mekanisme otomatis untuk
perlindungan
mekanisme koping dan dalam
mengarah idealnya pada atau
penguasaan situasi. penyesuaian
DEFINISI HOSPITALISASI

Menurut penelitian, hal yang paling umum terjadi pada anak yang hospitalisasi
adalah gangguan emosional berupa kecemasan, dengan berbagai tingkatan
cemas dan manifestasi yang berbeda berdasarkan usia anak. Bila kecemasan ini
tidak tertangani dengan baik dapat berpengaruh terhadap kondisi fisik, muncul
sikap tidak kooperatif dalam program pengobatan, dan mempengaruhi hasil
program terapi. Gangguan perkembangan juga merupakan salah satu dampak
negatif dari hospitalisasi.
• Pengaturan nutrisi

• Istirahat dan tidur

• Olahraga atau latihan teratur

• Berhenti merokok

• Tidak mengkonsumsi minuman keras

• Pengaturan berat badan

• Teknik relaksasi

• Meningkatkan strategi koping (cara penyelesaian masalah)


18
1. Napas dalam

Dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam,
napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan cara menghembuskan napas secara
perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik pernapasan dalam mempunyai
peran yang sangat penting bagi tubuh, yaitu:
• Memperlambat denyut jantung

• Mengatur tekanan darah

• Menghilangkan ketegangan otot

• Mengembalikan keseimbangan mental dan emosional batin 19


1. Pengenalan diri (self-awareness)
Yaitu mampu mengenali emosi dan penyebab dari pemicu emosi tersebut dan mampu
mengevaluasi dirinya sendiri dan mendapatkan informasi untuk melakukan suatu
tindakan.
2. Penguasaan diri (self-regulation)
3. Motivasi diri (self-motivation)
4. Empati (empathy)
5. Hubungan yang efektif (effective relationship)
• Dengan adanya kemampuan tersebut, seseorang dapat berkomunikasi dengan baik
• Kemampuan untuk memecahkan masalah bersama-sama lebih ditekankan
• Konfrontasi yang tidak penting dihindari
• Mempunyai tujuan yang kosntruktif dalam pikirannya 21
A. Aziz Alimul. 2009. Iqbal Mubarak. 2015.
Patricia A Potter. 2005.
Pengantar Konsep Dasar Buku Ajar Ilmu
Fundamental Keperawatan.
Keperawatan. Jakarta: Keperawatan Dasar.
Jakarta: EGC, 476-480
Salemba Medika, 55-69 Jakarta: Salemba
Medika, 415-459

Anda mungkin juga menyukai