Anda di halaman 1dari 23

Kelompok 1

KONSEP KEPERAWATAN JIWA

Anis Agustina, Didit Aditya Dimas Monit, Dyan Nitarahayu, Eko


Prasetya Budi, Endy Satrio Jatmoko, Hairullah, Natalia Somboallo,
Nazua, Ria Maharani
SUB BAHASAN

Proses Terjadinya Gangguan Jiwa dalam Perspektif Keperawatan Jiwa

Konsep Stress, Rentang Sehat Sakit Jiwa, Koping

Konseptual Model dalam Keperawatan Jiwa

Sejarah Keperawatan Jiwa

Trend dan Isu dalam Keperawatan Jiwa Global

Trend dalam Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri

Issue Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri


LATAR BELAKANG

• Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan


yang signifikan di dunia. Menurut data WHO (2016), terdapat
sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar,
27 orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia

• Data Riskesdas (2018) menunjukkan adanya peningkatan dari


prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan
gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas
dari 6% (Riskesdas, 2013) menjadi 9,8% dari jumlah penduduk di
Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti
skizofrenia sebanyak 1,7% (Riskesdas, 2013) per 1.000 penduduk
dan mengalami peningkatan menjadi 7% (Riskedas, 2018)
Proses Terjadinya Gangguan Jiwa dalam Perspektif
Keperawatan Jiwa

Gejala timbul pada


masa remaja atau dewasa Menurut Janice Clack (1962)
awal sampai dengan umur 1. Tahap Comforting: Timbul
pertengahan dengan melalui kecemasan ringan disertai
beberapa fase gejala kesepian, perasaan Dalam penelitian yang
1. Fase Prodomal (6 bln- 1 berdosa. menggunakan CT scan otak,
thn) : Self care, gangguan 2. Tahap Condeming: Timbul ternyata ditemukan pula
dalam (akademik, kecemasan moderate, cemas perubahan pada anatomi otak
pekerjaan, fungsi sosial, biasanya makin meninggi pasien, terutama pada penderita
selanjutnya klien merasa kronis.
pikiran dan persepsi)
mendengarkan sesuatu 1. Pembesaran pada ventrikel
2. Fase Aktif: ±1 bulan : gejala
3. Tahap Controling: Timbul otak
psikotik; Halusinasi, delusi, kecemasan berat, klien
disorganisasi proses berfikir, 2. Atrofi kortikal
berusaha memerangi suara
gangguan bicara, gangguan yang timbul tetapi suara
3. Asimetri serebral yang
perilaku, disertai kelainan tersebut terus- menerus terbalik (reversed cerebral
neurokimiawi mengikuti asimetry)
3. Fase Residual: Kien 4. Tahap Conquering: Klien
mengalami minimal 2 merasa panik, suara atau ide
gejala; gangguan afek dan yang datang mengancam
gangguan peran, serangan apabila tidak diikuti
biasanya berulang
Konsep Stress, Rentang Sehat Sakit Jiwa,
Koping
Konsep Stress
DEFINISI
Stres adalah segala situasi di mana tuntunan non-spesifik
mengharuskan seorang individu untuk merespon atau
melakukan tindakan (Selye, 1976). Respon atau tindakan ini
termasuk respon fisiologis dan psikologis. Stresor adalah
stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan.

MANIFESTASI STRESS
Perubahan warna rambut kusam, ubanan, kerontokan . Wajah tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius, tidak santai, bicara
berat, sulit tersenyum/tertawa dan kulit muka kedutan (ticfacialis). Nafas terasa berat dan sesak, timbul asma
Jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar atau menyempit (constriksi) sehingga mukanya nampak merah atau pucat.
Pembuluh darah tepi (perifer) terutama ujung-ujung jari juga menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan.
Lambung mual, kembung, pedih, mules, sembelit atau diare. Sering berkemih. Otot sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan
tegang pada tulang terasa linu atau kaku bila digerakkan. Kadar gula meningkat, pada wanita mens tidak teratur dan sakit
(dysmenorhea). Libido menurun atau bisa juga meningkat. Gangguan makan bisa nafsu makan meningkat atau tidak ada nafsu
makan. Tidak bisa tidur. Sakit mental-histeris

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRESS


Robbins (2001:565-567)
1. Faktor Lingkungan (ekonomi, politik dan teknologi)
2. Faktor Organisasi (Role Demands, Interpersonal Demands, Organizational Structure ,Organizational
Leadership)
3. Faktor individu (keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan)
Rentang sehat sakit jiwa
DEFINISI
Sehat Menurut Dunn (1959) adalah sesuatu kejadian dimana tidak adanya tanda-tanda dan gejala dari penyakit.
Sehat Menurut Perkin,s. adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis setara bentuk tubuh dan fungsinya yang
dapat mengadakan penyesuaian, sehingga tubuh dapat mengatasi gangguan dari luar. Sedangkan Sehat Menurut
UU No.23 tahun 1992 Tentang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis

Ada 4 unsur pendatang


tentang sehat:
1. Biologis : bebas Kriteria sehat menurut WHO, Seseorang dikatakan sehat jiwa:
dari penyakit. 1. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan,
2. Psikologis : meskipun kenyataan itu buruk.
sejahtera dan 2. Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan
aktualisasi diri. hidupnya.
3. Sosial : mampu
3. Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan.
mangadaptasi
4. Dapat berhubungan dengan orang lain secara tolong
tanggung jawab
sosial, dan fungsi menolong dan saling memuaskan.
peran. 5. Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima.
4. Adaptasi : mampu 6. Dapat menerima kecemasan untuk dipakainya sebagai
beradaptasi pelajaran dikemudian hari
terhadap 7. Dan akhirnya, tidak kalah pentingnya mempunyai rasa kasih
perubahan- sayang yang besar.
perubahan
lingkungan.
Konsep koping
DEFINISI
Koping adalah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima tubuh dan beban
tersebut menimbulkan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik yaitu stres. Apabila mekanisme coping ini berhasil,
seseorang akan dapat beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut (Ahyar, 2010).

METODE KOPING
Bell (1977, dalam Rasmun 2004)
Metode koping jangka panjang bersifat konstruktif dan merupakan cara yang efektif dan realitas dalam menangani masalah
psikologis untuk kurun waktu yang lama (berbicara dengan orang lain, teman, keluarga atau profesi tentang masalah yang sedang
dihadapi, mencoba mencari informasi yang lebih banyak tentang masalah yang sedang dihadapi, melakukan latihan fisik untuk
mengurangi ketegangan/masalah)
Metode koping jangka pendek digunakan untuk mengurangi stres/ketegangan psikologis dan cukup efektif untuk waktu sementara,
tetapi tidak efektif jika digunakan dalam jangka panjang (Mengunakan alkohol, melamun fantasi, banyak tidur, banyak merokok,
menangis, beralih pada aktifitas lain agar dapat melupakan masalah)

MEKANISME COPING
mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan
perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam. Mekanisme koping bersumber dari ego, sering di sebut
sebagai mekanisme pertahanan mental, yaitu yang terdiri dari; denial ( menyangkal), displacement (mengisar), reframing
yaitu mengkaji ulang.

STRATEGI COPING
problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi
atau situasi yang menimbulkan stres; dan emotion-focused coping, dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur
emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh
tekanan
Sejarah
Keperawatan Jiwa
Sejarah Keperawatan Jiwa Didunia
Zaman Mesir Kuno : gangguan jiwa : adanya roh jahat yang bersarang di otak dan cara menyembuhkannya dengan
membuat lubang pada tengkorak kepala untuk mengeluarkan roh jahat yang bersarang di otak tersebut. Dan tahun
berikutnya gangguan jiwa diobati : dibakar, dipukuli, atau dimasukkan dalam air dingin dengan cara diajak jalan
melewati sebuah jembatan lalu diceburkan dalam air dingin dengan maksud agar terkejut, yakni semacam syok
terapi dengan harapan agar gangguannya menghilang
Zaman Yunani (Hypocrates)
Pada zaman ini, gangguan jiwa sudah dianggap suatu penyakit. Upaya pengobatannya dilakukan oleh dokter dan
orang yang berdoa untuk mengeluarkan roh jahat
Zaman Vesalius
Vesalius tidak yakin hanya dengan mempelajari anatomi hewan saja, sehingga ia ingin mempelajari otak dan sistem
tubuh manusia.
Revolusi Kesehatan Jiwa I
Phillipe Pinel, seorang direktur di RS Bicetri Prancis, berusaha memanfaatkan Revolusi Prancis untuk membebaskan
belenggu pada pasien gangguan jiwa. Revolusi Prancis ini dikenal dengan revolusi humanisme dengan semboyan utamanya
“Liberty, Equality, Fraternity”. Ia meminta kepada walikota agar melepaskan belenggu untuk pasien gangguan jiwa
Revolusi Kesehatan Jiwa II
Dengan diterima gangguan jiwa sebagai suatu penyakit, maka terjadilah perubahan orientasi pada organo biologis. Pada
saat ini, Qubius menuntut agar gangguan jiwa masuk dalam bidang kedokteran. Oleh karena itu, ganguan jiwa dituntut
mengikuti paradigma natural sciences, yaitu ada taksonomi (penggolongan penyakit) dan nosologi (ada tanda/gejala
penyakit)

Revolusi Kesehatan Jiwa III


Pola perkembangan pada Revolusi Kesehatan Jiwa II masih berorientasi pada berbasis rumah sakit (hospital base),
maka pada perkembangan berikutnya dikembangkanlah basis komunitas (community base) dengan adanya upaya
pusat kesehatan mental komunitas (community mental health centre) yang dipelopori oleh J.F. Kennedy. Pada saat
inilah disebut revolusi kesehatan jiwa III.
Sejarah Keperawatan Jiwa
Diindonesia
ZAMAN KOLONIAL
• Sebelum didirikan rumah sakit jiwa di Indonesia pasien gangguan jiwa ditampung di rumah sakit sipil atau
militer di Jakarta, Semarang dan Surabaya. Pasien yang ditampung adalah mereka yang sakit jiwa berat saja.
• Tahun 1862 pemerintah Hindia Belanda melakukan sensus pasien gangguan jiwa di seluruh Indonesia di
Pulau Jawa dan Madura ditemukan pasien sekitar 600 orang, sedangkan di daerah lain ditemukan sekitar 200
orang
• Pada tanggal 1 Juli 1882 didirikan rumah sakit jiwa pertama di Indonesia, di Cilendek Bogor Jawa Barat
dengan kapasitas 400 tempat tidur. Rumah sakit jiwa yang kedua didirikan di Lawang Jawa Timur tanggal 23
Juni 1902. Rumah sakit jiwa ini adalah terbesar di Asia Tenggara dangan kapasitas 3.300 tempat tidur. Rumah
sakit jiwa yang ke-3 didirikan di Magelang pada tahun 1923, dengan kapasitas 1.400 tempat tidur. Rumah
sakit jiwa di Sabang tahun 1927. Menyusul didirikannya rumah sakit jiwa lainnya di Grogol Jakarta, Padang,
Palembang, Banjarmasin dan Manado masing-masing memiliki kapasitas yang berbeda.
• Pemerintah Hindia Belanda mengenal empat macam tempat perawatan pasien gangguan jiwa:
1. Rumah Sakit Jiwa
2. Rumah Sakit Sementara
3. Rumah perawatan
4. Koloni
Diketahui pendidikan perawat jiwa mulai dibuka pada bulan September 1940 di Bogor, berupa
kursus. Yang diterima adalah orang Belanda atau Indo-Belanda, yang sudah lulus MULO atau setaraf Sekolah
menengah pertama. Lulusannya mendapat sertifikat Diploma B.
Sejarah Keperawatan Jiwa
Diindonesia
Zaman setelah kemerdekaan

• Perkembangan usaha kesehatan jiwa di Indonesia meningkat, ditandai


terbentuknya jawatan urusan penyakit jiwa pada bulan Oktober 1947
• Pada tahun 1951 dibuka sekolah perawat jiwa untuk orang Indonesia. Perawatan
kesehatan jiwa mulai dikerjakan secara modern dan tidak lagi ditempatkan secara
tertutup. Pasien dirawat diruangan dan bebas berinteraksi dengan orang lain.
Pasien dihargai martabatnya sama dengan manusia lainnya.
• Jawatan urusan kesehatan jiwa bernaung di bawah Departemen Kesehatan terus
membenahi system pengelolaan dan pelayanan kesehatan.
• Tahun 1966 dirubah menjadi Direktorat Kesehatan jiwa dan sampai sekarang
dipimpin oleh Kepala direktorat Kesehatan jiwa No. 3 Tahun 1966 oleh
pemerintah, sehinga membuka peluang untuk melaksanakan modernisasi semua
system RSJ dan pelayanannya.
• Direktorat kesehatan jiwa bekerja sama dengan berbagai instansi pemerintah,
fakultas kedokteran, badan internasional, rapat kerja nasional dan daerah. Adanya
system pelaporan, tersusunnya Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ) I tahun 1973 tetapi baru diterbitkan pada tahun 1975. Pada tahun
tersebut kesehatan jiwa diintegrasikan dengan pelayanan di Puskesmas.
Konseptual Model dalam Keperawatan
Jiwa
• Model praktik keperawatan jiwa mencerminkan sudut
pandang dalam mempelajari penyimpangan perilaku dan
proses terapeutik dikembangkan. Model praktik dalam
keperawatan kesehatan jiwa ini menggambarkan sebuah
psikodinamika terjadinya gangguan jiwa.
• Psikodinamika terjadinya gangguan jiwa menggambarkan
serangkaian peristiwa, sehingga gangguan jiwa terjadi. Oleh
karenanya, diperlukan pengkajian mendalam terhadap
berbagai faktor penyebab gangguan jiwa, tanda dan gejala,
serta urutan kejadian peristiwa. Dengan demikian, akan
tergambarkan sebagai masalah keperawatan yang
ditemukan (pada komponen pengkajian keperawatan jiwa),
sehingga dapat disusun jejaring urutan kejadian masalah
dalam sebuah pohon masalah.
Pandangan Terhadap
Model Penyimpangan Perilaku Proses Terapeutik Peran Terapis dan Pasien

Psikoanalitik Perilaku didasarkan Psikoanalisis Pasien mengungkapkan


pada perkembangan menggunakan teknik semua pikiran dan mimpi
(S. Frued, Erikson,
dini dan resolusi konflik asosiasi bebas dan serta mempertimbangan
Klein, Horney,
yang tidak adekuat. analisis mimpi. Hal interprestasi terapis.
Fromm-
ini menginterprestasi
Reichmann, Pertahanan ego tidak Terapis tetap
Menninger) adekuat untuk perilaku, mengupayakan
mengontrol ansietas. menggunakan perkembangan
transferen untuk transferen, serta
Gejala merupakan memperbaiki menginterpretasikan
upaya untuk mengatasi pengalaman masa pikiran dan mimpi pasien
ansietas dan berkaitan lalu, dan dalam kaitannya dengan
dengan konflik yang mengidentifikasi area konflik, transferen, dan
tidak terselesaikan masalah melalui resistensi.
interpretasi resistensi
pasien.
Interpersonal (Sullivan, Ansietas timbul dan dialami secara Hubungan antara terapis dan Pasien menceritakan ansietas
Peplau) interpersonal. pasien membangun perasaan dan perasaannya pada terapis.
aman.
Rasa takut yang mendasar adalah Terapis menjalin hubungan akrab
takut terhadap penolakan. Terapis membantu pasien dengan pasien, menggunakan
mengalami hubungan yang empati untuk merasakan
Seorang membutuhkan rasa aman penuh rasa percaya dan perasaan pasien, dan
dan kepuasan yang diperoleh mencapai kepuasan menggunakan hubungan sebagai
melalui hubungan interpersonal interpersonal. suatu pengalaman interpersonal
yang positif. korektif.
Pasien kemudian dibantu untuk
mengembangkan hubungan
akrab di luar situasi terapi.

Sosial Faktor sosial dan lingkungan Pasien dibantu untuk Pasien secara aktif menyampaikan
menciptakan stres, yang mengatasi sistem sosial. masalahnya kepada terapis dan
(Szasz, Caplan) menyebabkan ansietas, serta Mungkin digunakan intervensi bekerja sama dengan terapis
mengakibatkan timbulnya gejala. krisis. untuk menyelesaikan masalahnya.
Perilaku yang tidak dapat diterima Menggunakan sumber yang ada di
(menyimpang) diartikan secara Manipulasi lingkungan dan masyarakat.
sosial dan memenuhi kebutuhan menunjukkan dukungan sosial
sistem sosial. juga diterapkan. Terapis menggali sistem sosial
pasien dan membantu pasien
Dukungan kelompok sebaya
menggunakan sumber yang
dianjurkan.
tersedia atau menciptakan
sumber baru.
Eksistensial Hidup ini akan sangat berarti Individu dibantu untuk Pasien bertanggung jawab
apabila seseorang dapat mengalami kemurnian terhadap perilakunya dan
(Perls, Glesser, Ellis,
mengalami dan menerima diri hubungan. berperan serta dalam suatu
Rogers, Frankl)
(self acceptance ) sepenuhnya. pengalaman yang berarti untuk
Penyimpangan perilaku terjadi Terapi sering dilakukan mempelajari tentang diri yang
jika individu gagal dalam dalam kelompok. sebenarnya.
upayanya untuk menemukan
Pasien dianjurkan untuk Terapis membantu pasien
dan menerima diri. Menjadi diri untuk mengenal nilai diri.
sendiri bisa dialami melalui menggali dan menerima diri Terapis mengklarifikasi realitas
dari suatu situasi dan
hubungan murni dengan orang dan dibantu mengenalkan pasien tentang
perasaan tulus dan
lain. untuk mengendalikan memperluas kesadaran
dirinya.
perilakunya.

Suportif Masalah terjadi sebagai Uji coba realitas dan Pasien secara aktif terlibat
akibat dari faktor bio-psiko- peningkatan harga diri. dalam pengobatan.
(Werman,
sosial.
Rockland) Dukungan sosial Terapis menjalin hubungan
Penekanan pada respons diidentifikasi dan respons yang hangat dan penuh
koping maladaptif saat ini. koping yang adaptif empati dengan pasien
dikuatkan.
Komunikasi Gangguan perilaku terjadi Pola komunikasi dianalisis dan Pasien memperhatikan pola
apabila pesan tidak umpan balik diberikan untuk komunikasi, termasuk
(Berne, Watzlawick)
dikomunikasikan dengan jelas. mengklarifikasi area masalah. permainan, dan bekerja untuk
Bahasa dapat digunakan untuk mengklarifikasi komunikasinya
Analisis transaksional sendiri serta memvalidasi pesan
merusak makna pesan bisa
berfokus pada permainan dan dari orang lain.
diteruskan secara serentak pada
belajar untuk berkomunikasi
berbagai tingkatan. secara langsung tanpa Terapis menginterpretasi pola
bersandiwara. komunikasi kepada pasien dan
Kesan verbal dan nonverbal
mengajarkan prinsip-prinsip
mungkin tidak selaras.
komunikasi yang baik.
Perilaku (Bandura, Perilaku dipelajari. Terapi merupakan proses Pasien mempraktikkan
Pavlov, Wolpe, Skinner) pendidikan. teknik perilaku yang
Peyimpangan terjadi karena
digunakan, mengerjakan
manusia telah membentuk
Penyimpanyan perilaku pekerjaan rumah, dan
kebiasaan perilaku yang tidak
tidak dihargai; perilaku penggalakan latihan.
diinginkan.
yang produktif dikuatkan.
Pasien membantu
Oleh karena perilaku dapat mengembangkan hierarki
Terapi relaksasi dan latihan
dipelajari, maka perilaku juga perilaku
keasertifan merupakan
dapat tidak dipelajari.
pendekatan perilaku. Terapis mengajar pasien
Perilaku menyimpang terjadi tentang pendekatan perilaku,
berulang karena berguna membantu mengembangkan
untuk mengurangi ansietas. hierarki perilaku dan
Jika demikian, perilaku lain menguatkan perilaku yang
yang dapat mengurangi diinginkan..
ansietas dapat dipakai
Medik Gangguan perilaku Diagnosis penyakit Pasien menjalani terapi
disebabkan oleh penyakit dilandasi oleh kondisi jangka panjang apabila
(Meyer, Kraeplin,
biologis. yang ada dan informasi diperlukan.
Spitzer, Frances)
historis serta pemeriksaan
Gejala timbul sebagai akibat Terapis menggunakan
diagnostik.
dari kombinasi faktor kombinasi terapi somatik
fisiologik, genetik, Pengobatan meliputi dan terapi interpersonal.
lingkungan, dan sosial. terapi somatik dan Terapis menegakkan
Perilaku menyimpang farmakologik, serta diagnosis penyakit dan
berhubungan dengan berbagai teknik menentukan pendekatan
toleransi pasien terhadap interpersonal. terapeutik.
stres.

Stres adaptasi (Gail Sehat sakit diidentifikasi Mengidentifikasi faktor Membantu pasien lebih
Stuart) sebagai hasil berbagai predisposisi, presipitasi, adaptif dalam
karakteristik individu yang penilaian terhadap menghadapi stresor.
berinteraksi dengan faktor stresor, sumber koping,
lingkungan. dan mekanisme koping
yang digunakan pasien.
Trend dan Isu dalam Keperawatan
Jiwa Global
Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah
yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut
dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada
keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global.
1. Kesehatan Jiwa Dimulai pada Masa Konsepsi
2. Trend Peningkatan Masalah Kesehatan Jiwa
3. Kecenderungan Faktor Penyebab Gangguan Jiwa
4. Kecenderungan Situasi di Era Globalisasi
5. Perubahan Orientasi Sehat
6. Kecenderungan Penyakit
7. Meningkatknya Post Traumatic Syndrome Disorder
8. Meningkatnya Masalah Psikososial
9. Trend Bunuh Diri pada Anak dan Remaja
10. Masalah Napza dan HIV/AIDS
11. Pattern Of Parenting dalam Keperawata Jiwa
12. Masalah Ekonomi dan Kemiskinan
Trend dalam Pelayanan
Keperawatan Mental Psikiatri
Sejarah Keperawatan mental psikiatri muncul sebagai
sebuah profesi pada awal abad ke-19. Kemudian sejak tahun
1940 keperawatan mental psikiatri mulai berkembang pesat,
tetapi pelayanan masih terpusat di Rumah Sakit (Antai Otong,
1994). Hal ini terjadi sejalan dengan program
deinstitusionalisasi.
Deinstitusionalisasi adalah suatu program pembebasan
klien gangguan jiwa kronik dari institusi rumah sakit dan
mengembalikan mereka ke lingkungan rehabilitas di
masyarakat (Lefley, 1996). Angka kejadian gangguan jiwa
dapat diminimalkan dengan menggunakan cara-cara preventif
seperti menemukan kasus-kasus secara dini, diagnosa dini da
intervensi krisis (Gerald Kaplan dikutip oleh Antai Otong,
1994).
Issue Pelayanan Keperawatan
Mental Psikiatri
• Stuart Sundeen (1998) mengemukakan bahwa hasil riset
Keperawatan Jiwa masih sangat kurang.
• Perawat psikiatri yang ada kurang siap menghadapi pasar bebas
karena pendidikan yang rendah dan belum adanya licence untuk
praktek yang bisa diakui secara Internasional.
• Perbedaan peran perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan
pengalaman sering kali tidak jelas dalam “Position Description,” job
responsibility dan system reward di dakam pelayanan keperawatan
dimana mereka bekerja (Stuart Sudeen, 1998).
• Di negara lain pun mempunyai kecenderungan yang sama, hasil
penelitian di Ireland menunjukkan bahwa mahasiswa mempunyai
persepsi yang salah tentang peran perawat psikiatri (Wells, 2000).

Anda mungkin juga menyukai