Anda di halaman 1dari 23

Keperawatan jiwa

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1


1. EMMY PUTRI WAHYUNI
2. GUNTUR SAPUTRA PRAYUDI
3. MUHAMMAD SETIAWAN
4. PUTRI RAHMAH JAMAL
5. RATU KARDINA
6. RIVAN FIRDAUS
Sejarah Perkembangan Keperawatan
Kesehatan Jiwa Di Dunia
Zaman Mesir Kuno
Gg. jiwa dianggap disebabkan karena adanya roh jahat yang bersarang di otak. Cara
menyembuhkannya dengan membuat lubang pada tengkorak kepala untuk mengeluarkan roh
jahat yang bersarang di otak.
Pasien yg mengalami gg. jiwa diobati dengan dibakar, dipukuli/dimasukkan dalam air dingin
dengan cara diajak jalan melewati sebuah jembatan lalu diceburkan dalam air dingin dengan
maksud agar terkejut, yakni semacam syok terapi dengan harapan agar gangguannya
menghilang.
Zaman Yunani (Hypocrates)
Gg. jiwa sudah dianggap suatu penyakit. Upaya pengobatannya dilakukan oleh dokter dan orang
yang berdoa untuk mengeluarkan roh jahat. Orang sakit jiwa yang miskin dikumpulkan dan
dimasukkan dalam rumah sakit jiwa. Rumah sakit jiwa lebih banyak digunakan sebagai tempat
penampungan orang gangguan jiwa yang miskin, sehingga keadaannya sangat kotor dan jorok.
Sementara orang kaya yang mangalami gg. jiwa dirawat di rumah sendiri.

Zaman Vesalius
Vesalius tidak yakin hanya dengan mempelajari anatomi hewan saja, sehingga ia ingin
mempelajari otak dan sistem tubuh manusia. Namun, membelah kepala manusia untuk dipelajari
merupakan hal yang mustahil, apalagi mempelajari seluruh sistem tubuh manusia. Akhirnya, ia
berusaha mencuri mayat manusia untuk dipelajari.
Sejak saat itu dapat diterima bahwa gangguan jiwa adalah suatu penyakit. Namun kenyatannya,
pelayanan di rumah sakit jiwa tidak pernah berubah. Orang yang mengalami gangguan jiwa
dirantai, karena petugasnya khawatir dengan keadaan pasien.
Revolusi Kesehatan Jiwa I
Phillipe Pinel, seorang direktur di RS Bicetri Prancis, berusaha memanfaatkan Revolusi Prancis untuk
membebaskan belenggu pada pasien gangguan jiwa. Revolusi Prancis ini dikenal dengan revolusi
humanisme dengan semboyan utamanya “Liberty, Equality, Fraternity”. Ia meminta kepada walikota
agar melepaskan belenggu untuk pasien gangguan jiwa. Pada awalnya, walikota menolak. Namun, Pinel
menggunakan alasan revolusi, yaitu “Jika tidak, kita harus siap diterkam binatang buas yang berwajah
manusia”. Perjuangan ini diteruskan oleh murid- murid Pinel sampai Revolusi II.

Revolusi Kesehatan Jiwa II


Dengan diterima gangguan jiwa sebagai suatu penyakit, maka terjadilah perubahan orientasi pada
organo biologis. Pada saat ini, Qubius menuntut agar gangguan jiwa masuk dalam bidang kedokteran.
Oleh karena itu, ganguan jiwa dituntut mengikuti paradigma natural sciences, yaitu ada taksonomi
(penggolongan penyakit) dan nosologi (ada tanda/gejala penyakit). Akhirnya, Emil Craepelee mampu
membuat penggolongan dari tanda-tanda gangguan jiwa. Sejak saat itu, kesehatan jiwa terus
berkembang dengan berbagai tokoh dan spesfikasinya masing-masing.
Revolusi Kesehatan Jiwa III
Pola perkembangan pada Revolusi Kesehatan Jiwa II masih berorientasi pada berbasis rumah
sakit (hospital base), maka pada perkembangan berikutnya dikembangkanlah basis komunitas
(community base) dengan adanya upaya pusat kesehatan mental komunitas (community mental
health centre) yang dipelopori oleh J.F. Kennedy. Pada saat inilah disebut revolusi kesehatan jiwa
III.
Sejarah Perkembangan Keperawatan
Kesehatan Jiwa Di Indonesia
Zaman Kolonial
Sebelum didirikan rumah sakit jiwa di Indonesia pasien gangguan jiwa ditampung di rumah sakit
sipil atau militer di Jakarta, Semarang dan Surabaya. Pasien yang ditampung adalah mereka yang
sakit jiwa berat saja. Perawatan yang dijalankan saat itu hanya bersifat penjagaan saja.
Pemerintah Hindia Belanda mengenal empat macam tempat perawatan pasien gangguan jiwa:
1. Rumah Sakit Jiwa
2. Rumah Sakit Sementara
3. Rumah perawatan
4. Koloni
Zaman Setelah Kemerdekaan

Perkembangan usaha kesehatan jiwa di Indonesia meningkat, ditandai terbentuknya jawatan


urusan penyakit jiwa pada bulan Oktober 1947. Usaha kesehatan jiwa tetap berjalan walaupun
lambat. Pada saat itu masih terjadi revolusi fisik, tetapi pembinaan dan penyelenggaraan
kesehatan jiwa tetap dilaksanakan. Pada tahun 1951 dibuka sekolah perawat jiwa untuk orang
Indonesia. Perawatan kesehatan jiwa mulai dikerjakan secara modern dan tidak lagi ditempatkan
secara tertutup. Pasien dirawat diruangan dan bebas berinteraksi dengan orang lain. Pasien
dihargai martabatnya sama dengan manusia lainnya
Proses Terjadinya Gangguan Jiwa

1. Fase Prodomal: Berlangsung antara 6 bula sampai 1 tahun. Gangguan dapat berupa Self
care, gangguan dalam akademik, gangguan dalam pekerjaan, gangguan fungsi sosial,
gangguan pikiran dan persepsi.
2. Fase Aktif: Berlangsung kurang lebih 1 bulan. Gangguan dapat berupa gejala psikotik;
Halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir, gangguan bicara, gangguan perilaku, disertai
kelainan neurokimiawi
3. Fase Residual: Kien mengalami minimal 2 gejala; gangguan afek dan gangguan peran,
serangan biasanya berulang
Menurut Janice Clack (1962), klien yang mengalami gangguan jiwa
sebagian besar disertai Halusinasi dan Delusi yang meliputi beberapa
tahapan
1. Tahap Comforting: Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa,
klien biasanya mengkompensasikan stressornya dengan coping imajinasi sehingga merasa
senang dan terhindar dari ancaman.
2. Tahap Condeming: Timbul kecemasan moderate, cemas biasanya makin meninggi
selanjutnya klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut
mendengarkan apa-apa yang ia rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri (With drawl).
3. Tahap Controling: Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul
tetapi suara tersebut terus- menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah
berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang klien merasa sangat
kesepian/sedih.
4. Tahap Conquering: Klien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila
tidak diikuti perilaku klien dapat bersipat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.
Konsep Stress
Stres adalah segala situasi di mana tuntunan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk merespon atau
melakukan tindakan (Selye, 1976).
Seseorang yang mengalami stres dapat mengalami perubahan:
◦ Perubahan warna rambut kusam, ubanan, kerontokan  
◦ Wajah tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius, tidak santai, bicara berat, sulit tersenyum/tertawa dan
kulit muka kedutan (ticfacialis)
◦ Nafas terasa berat dan sesak, timbul asma
◦ Jantung berdebar-debar, muka nampak merah atau pucat.
◦ Lambung mual, kembung, pedih, mules, sembelit atau diare.
◦ Sering berkemih.
◦ Otot sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang pada tulang terasa linu atau kaku bila digerakkan.
◦ Kadar gula meningkat, pada wanita mens tidak teratur dan sakit (dysmenorhea)
◦ Libido menurun atau bisa juga meningkat.
◦ Gangguan makan bisa nafsu makan meningkat atau tidak ada nafsu makan.
◦ Tidak bisa tidur
Faktor-faktor yang mempengaruhi stress

Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan timbulnya
stress yaitu:
Faktor Lingkungan
Faktor Organisasi
Faktor Individu
Rentang sehat sakit jiwa

Sehat Menurut Dunn (1959) adalah sesuatu kejadian dimana tidak adanya tanda-tanda dan gejala
dari penyakit. Sehat Menurut Perkin,s. adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis setara
bentuk tubuh dan fungsinya yang dapat mengadakan penyesuaian, sehingga tubuh dapat
mengatasi gangguan dari luar.
Sakit adalah gangguan dalam siklus hidup. (Imogene King). Sakit adalah suatu keadaan
gangguan yang tidak menyenangkan menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan
aktivitas sehari-hari, baik aktivitas jasmani, rohani dan sosial (Perkin’s).
Kondisi sehat jiwa menurut, Maria Johada: Sehat jiwa tak dapat dijelaskan dengan konsep sederhana
dan item tunggal dari perilaku tidak adekuat. Kriteria untuk menilai sehat jiwa harus dalam bentuk
yang operasional dengan sekala dan utama.

Kriteria sehat jiwa menurut, Maria Johanda:


1. Sikap positif pada diri sendiri, menerima diri sendiri identitas diri yang memadai, penilaian yang
realistik terhadap kemampuan dan kekurangannya.
2. Serapan terhadap kenyataan.
3. Integrasi kesatuan kepribadian.
4. Kemampuan pengembangan kemampuan dasar secara fisik, intelegtual, emosional dan sosial.
Konsep koping

Koping adalah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima
tubuh dan beban tersebut menimbulkan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik yaitu stres.
Apabila mekanisme coping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap perubahan
atau beban tersebut (Ahyar, 2010).
Metode koping

Bell (1977, dalam Rasmun 2004) menyatakan ada dua metode koping yang di gunakan oleh
individu dalam mengatasi masalah psikologis yaitu: metode koping jangka panjang dan metode
koping jangka pendek.
Metode koping jangka panjang bersifat konstruktif dan merupakan cara yang efektif dan realitas
dalam menangani masalah psikologis untuk kurun waktu yang lama, hal ini seperti; berbicara
dengan orang lain, teman, keluarga atau profesi tentang masalah yang sedang dihadapi, mencoba
mencari informasi yang lebih banyak tentang masalah yang sedang dihadapi
Metode koping jangka pendek digunakan untuk mengurangi stres/ketegangan psikologis dan
cukup efektif untuk waktu sementara, tetapi tidak efektif jika digunakan dalam jangka panjang
contohnya adalah; mengunakan alkohol, melamun fantasi, tidak ragu, dan merasa yakin bahwa
semua akan kembali stabil, banyak tidur, banyak merokok, menangis, beralih pada aktifitas lain
agar dapat melupakan masalah.
Model Konseptual Keperawatan Jiwa

Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan
tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi, atau kejadian
terhadap suatu ilmu dan perkembangannya. Model konseptual memberikan keteraturan untuk
berfikir, mengobservasi dan menginterpretasi apa yang dilihat, memberikan arah riset untuk
mengidentifikasi suatu pertanyaan untuk menanyakan tentang fenomena dan menunjukkan
pemecahan masalah (Perry & Potter, 2005).
Model konseptual keperawatan jiwa : suatu kerangka rancangan terstruktur untuk melakukan
praktik pada setiap tenaga kesehatan mental. Perawat psikiatri dapat bekerja lebih efektif bila
tindakan yang dilakukan didasarkan pada suatu model yang mengenai keberadaan sehat atau
sakit sebagai suatu hasil dari berbagai karakteristik individu yang berinteraksi dengan sejumlah
factor di lingkungan (Videbeck, 2008).
Tujuan dari model konseptual keperawatan (Christensen (2009))

1. Menjaga konsisten asuhan keperawatan.


2. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh
tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap anggota
tim keperawatan
Model konsep keperawatan jiwa

1. Model Psikoanalisa (Freud, Erickson)


Teori ini berfokus pada proses-proses intra psikis dan perkembangan psikoseksual. Merupakan
model yang pertama dikemukakan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisa meyakini bahwa
penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan dengan perkembangan pada masa anak.
Setiap fase perkembangan mempunyai tugas perkembangan yang harus dicapai.
Menurut Erickson, perkembangan ego terjadi akibat interaksi sosial, tugas-tugas perkembangan
bersifat berurutan dan bergantung pada keberhasilan penyelesaian sebelumnya. Individu yang
gagal menyelesaikan tugas perkembangan pada usia seharusnya, dapat kembali lagi nanti untuk
menyelesaikan tugas tersebut.
2. Model interpersonal

Model ini dikembangkan oleh Harry Stack Sullivan. Sullivan menekankan bawa kepribadian tidak ditetapkan
pada usia dini, dan kepribadian itu bisa berubah dikemudian hari seiring dengan berkembangnya hubungan-
hubungan interpersonal baru.
Sebagai tambahan Hildegard Peplau mengembangkan teori interpersonal perawatan. Pandangan interpersonal
terhadap penyimpangan perilaku, teori interpersonal meyakini bahwa perilaku berkembang dari hubungan
interpersonal Sullivan menekankan besarnya pengaruh perkembangan masa anak-anak terhadap kesehatan jiwa
individu.
3. Model Social

Menurut Szazz, individu bertanggung jawab terhadap perilakunya. Individu tersebut harus mampu mengontrol
untuk menyesuaikan perilakunya dengan yang diharapkan masyarakatnya, mengontrol untuk menyesuaikan
perilakunya dengan yang diharapkan masyarakatnya.
Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku apabila banyaknya
faktor sosial dan faktor lingkungan akan memicu timbulnya stress pada seseorang (social and environmental
factors create stress, which cause anxiety symptom).
4. Model Eksistensi

Menurut teori model eksistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila individu gagal menemukan
jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggaan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan
mengalami gangguan dalam Bodi-image-nya.
5. Supportive Therapy (Wermon, Rockland)

Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: faktor biopsikososial dan respon maladaptive saat
ini, aspek biologisnya menjadi masalah seperti : sering sakit maag, migrane, batuk-batuk. Aspek
psikoloisnya mengalami banyak keluhan seperti: mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan
bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti: susah bergaul, menarik diri,
tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan, dan sebagianya. Semua hal tersebut
terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akbat ketidakmampuan
dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu.
6. Medical (Meyer, Kraeplin)

Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang kompleks
meliputi: aspek fisik, genetik, lingkungan dan faktor sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya
harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostik, terapi somatik, farmakologik, dan teknik
interpersonal.
Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostic
dan terapi jangka panjang, therapist berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak
terapi, menentukan diagnose, dan menentukan jenis pendekatan yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai