Anda di halaman 1dari 4

A.

Sejarah Keperawatan Jiwa


1) Pada Zaman Mesir Kuno
Pada zaman ini, gangguan jiwa dianggap disebabkan karena adanya roh jahat
yang bersarang di otak. Oleh karena itu cara menyembuh kannya dengan membuat
lubang di bagian tengkorak kepala untuk mengeluarkan roh jahat yang bersarang di
dalam otak tersebut.
Hal ini terbukti dengan ditemukannya lubang di kepala pada orang yang pernah
mengalami gangguan jiwa, selain itu di temukan pada tulisan Mesir Kuno tentang
siapa saja yangpernah kena roh jahat dan telah dilubangi kepalanya. Tahun tahun
berikutnya,pasien yang mengalami gangguan jiwa di obati dengan di bakar, dipukuli,
atau di masukan dalam air dingin dengan cara diajak jalan melewati sebuah jembatan
lalu di ceburkan dalam air dingin dengan maksud agar terkejut, yakni semacam syok
terapi dengan harapan agar gangguannya menghilang.
Hasil pengamatan berikutnya di ketahui ternyata orang yang menderita
skizofernia tidak ada yang mengalami epilepsi (kejang atau hiperplasia). Padahal
penderita epilepsi setelah kejang nya hilang dapat pulih kembali.

2) Zaman Yunani (Hypocrates)


Zaman ini gangguan jiwa sudah di anggap suatu penyakit. Upaya pengobatannya
dilakukan oleh dokter dan orang yang berdoa untuk mengeluarkan roh jahat. Pada
waktu itu, orang sakit jiwa yang miskin dikumpulkan dan dimasukkan dalam rumah
sakit jiwa. Jadi rumah sakit jiwa lebih banyak digunakan sebagai tempat
penampungan orang gangguan jiwa yang miskin, sehingga keadaannya sangat kotor
dan jorok, sementara orang kaya yang mengalami gangguan jiwa di rawat dirumah
sendiri.
Pada tahun 1841. Dorothea line Dick melihat keadaan perawatan gangguan jiwa
ia tersentuh hatinya, sehingga berusaha memperbaiki pelayanan kesehatan jiwa.
Bersamaan dengan itu Herophilus dan Erasistratus memimikirkan apa yang
sebenarnya ada dalam otak sehingga ia mempelajari anatomi otak pada binatang
karna kurang puas hanya mempelajari otak, sehingga ia berusaha mempelajari seluruh
sistem tubuh hewan.
3) Zaman Vesalisus
Vesalisus tidak yakin hanya dengan mempelajari anatomi hewan saja, sehingga ia
ingin mempelajari otak dan sistem tubuh manusia. Namun, membelah kepala manusia
untuk di pelajari merupakan hal yang mustahil, apalagi mempelajari seluluh sistem
tubuh manusia. Akhirnya ia berusaha mencuri mayat manusia untuk di pelajari,
sayangnya kegiatannya tersebut diketaui masyarakat, sehingga ia di tanggkap, diadili
dan diancam hukuman mati (pancung), namun ia bisa membuktikan bahwa
kegiatannya itu untuk kepentingan keilmuan, maka akhirnya di bebaskan.
Versalius bahkan mendapat penghargaan karna bisa menunjukan perbedaan antara
manusia dan binatang. Sejak saat itu dapat diterima bahwa gangguan jiwa adalah
penyakit, namun kenyataanya pelayanan di rumah sakitjiwa tidak pernah berubah,
orang yang mengalami gangguan jiwa dirantai, karna petugasnya kawatir dengan
keadaan pasien.

4) Revolusi Prancis I
Phillipe Pinel, seorang direktur di rumah sakit Bicetri Prancis, berusaha
memanfaatkan revolusi prancis untuk membebaskan belenggupada pasien gangguan
jiwa. Revolusi prancis ini dikenal dengan revolusi humanisme dengan semboyan
utamanya "Liberty, Equality, Fraternity". la meminta kepada walikota agar
melepaskan belenggu untuk pasien gangguan jiwa. Pada awalnya, walikota menolak.
Namun pinel menggunakan alasan revolusi, yaitu " jika tidak kita harus siap di
terkam binatang buas yang berwajah manusia". Perjuangan ini diteruskan oleh murid-
murid pinel sampai revolusi II

5) Revolusi Kesehatan Jiwa II.


Dengan di terima gangguan jiwa sebagai suatu penyakit, maka terjadilah
perubahan orientasi padan organo biologis. Pada saat ini, Qubius menuntut agar
gangguan jiwa masuk dalam bidang kedokteran. Oleh karena itu gangguan jiwa di
tuntut mengikuti paradigma natural sciences, yaitu ada taksonomi (penggolongan
penyakit) dan nosologi (ada tanda dan gejala penyakit). Akhirnya, Emil Craepelee
mampu membuat penggolongan dari tanda-tanda gangguan jiwa. Sejak saat itu,
kesehatan jiwa terus berkembang dengan berbagai tokoh dan spesfikasinya masing-
masing.

6) Revolusi Kesehatan Jiwa III.


Pola perkembangan pada revolusi kesehatan jiwa II masih berorientasiakan pada
berbasis rumah sakit ( hospitas base), maka pada perkembangan berikutnya di
kembangkannlah basis komunitas (community base), dengan adanya upaya pusat
kesehatan mental komunitas (community mental health centre) yang di pelopori oleh
J.F, Kennedy. Pada saat inilah di sebut revolusi kesehatan jiwa III.

B. Trend dan Isu dalam Keperawatan Jiwa Global


a) Tren Keperawatan
Jumlah penderita sakit jiwa di era globalisasi indonesia terus meninggat.
Contohnya di berbagai provinsi dan Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak hanya orang
kelas bawah saja yang menderitagangguan jiwa bahkan di kalangan menengah keatas
juga tersentuh gangguan psikotik dan depresif.
Pasien gangguan jiwa terus bertambah sejak 2002. Dan ditahun 2003 sudah 7000
orang, 2004 naik 10.610 orang, 678 rawat inap pada tahun 2003, dan 2004 yang
menjalani rawat inap 1.314 orang, dan yang gangguan jiwa ternyata di alami oleh
kalangan mahasiswa, pegawai negri sipil, pegawai swasta dan kalangan profesional,
klien gangguan jiwa pada menengah keatas di sebabkan tidak mampu mengelola stres
dan ada juga yang mengalami post power syndrom akibat dipecat atau mutasi jabatan.
Kasus gangguan jiwa tidak mengenal baik sastra sosial maupun usia. Ada orang
kaya yang mengalami tekanan hebat setelah kehilangan seluruh hartadan bendanya
akibat kebakaran, dan kasus neurosis pada anak dan remaja juga cenderung
meningkat,
Neurosis adalah bentuk gangguan kejiwaan yang mengakibatkan penderitanya
stres, cemas berlebihan, gangguan tidur, dan keluhanpenyakit fisisk yang tidak jelas
penyebabnya, penyakit jiwa pada anak dan remaja adalah kasus kekerasan fisik dan
non fisik, trauma non fisik contohnya kehilangan atau masalah keluarga, sedangkan
gangguan jiwa psikotik yang di alami orang dewasa cenderung berprilaku abnormal
secara kasat mata, mengoceh tak karuan, dan melakukan hal yang membahayakan
bagi dirinya dan orang lain.
1) Gangguan jiwa Skizofernia.
Merupakan gangguan mental yang terjadi dalam jangka panjang yang
mengakibatkan penderitanya mengalami halusinasi, dilusi,kekacauan berpikir,
dan perilaku berubah, dari hasil Riskesdas 2018 diseluruh indonesia di temukan
penderita Skizofernia mencapai 282,654 jiwa. Pederitanya adalah rumah tangga
yang memiliki ART (Anggota Rumah Tangga), pendirita tidak hanya di perkotaan
di perdesaan pun juga banyak yang mengalami Skizofernia, banyak dari penderita
skizofernia yang di perlakukan tidak baik salah satunya di pasung, pada daerah
perkotaan yang dipasung seumur hidup berjumlah 1.021 dan di perdesaan 907,
dan yang di pasung 3 bulan terahir di perkotaan 125, dan di perdesaam 183 jiwa
beberapa penyebab Skizoferrnia antara lain, waktu kecil pernah mengalami
kecelakaan dan trauma kepala, riwayat waktu kecil ada yang tertutup dan tidak
punya teman, tidak bisa memenihi keinginannya dan berpisah dari keluarga,
auitis.

2) Depresi
Merupakan suatu kondisi medis berupa perasaan sedih yang berdampak
negatif terhadap pikirannya, tindakan dan perasaannya. Dari hasil Riskesdas 2018
di seluruh indonesia yang mengalami Depresi jumlahnya mencapai 706 689 jiwa,
yang mengalami depresi dari yang berusia 15-75 tahun keatas, laki-laki 352.269
jiwa dan perempuan 354.420 wanita lebih mudah mengalami depresi karena
perubahan hormon yang terjadi seperti saat menstruasi, kehamilan, melahirkan
dll, penyebab Depresi bisa juga karena mengalami peristiwa traumatis seperti
pelecehan, kematian orang yang di cintai, putus cinta, pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai