Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS JURNAL

SEJARAH DAN TREND ISU KEPERAWATAN JIWA


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Jiwa
Dosen pengajar : Woro Rahmanishati, SPd, S.Kep., M.Kes

Disusun oleh :
Nina Siti Wulansari
Nim : C1AB23033

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2023
A. Sejarah Kperawatan Jiwa
Keperawatan jiwa yang kita kenal pada masa sekarang ini merupakan hasil
dari perkembangan atau evolusi yang terjadi pada masa lalu. Perkembangan
keperawatan jiwa itu sendiri dapat dilihat berdasarkan perkembangannya di
dunia dan berdasarkan perkembangannya di Indonesia. Berikut ini adalah
runtutan sejarah perkembangan keperawatan jiwa di dunia :
1. Zaman Mesir Kuno
Pada zaman ini, gangguan jiwa dianggap disebabkan karena adanya roh jahat
yang bersarang di otak. Oleh karena itu, cara menyembuhkannya dengan
membuat lubang pada tengkorak kepala untuk mengeluarkan roh jahat yang
bersarang di otak tersebut. Hal ini terbukti dengan ditemukannya lubang di kepala
pada orang yang pernah mengalami gangguan jiwa. Selain itu, ditemukan pada
tulisan Mesir Kuno tentang siapa saja yang pernah kena roh jahat dan telah
dilubangi kepalanya. Tahun-tahun berikutnya, pasien yang mengalami gangguan
jiwa diobati dengan dibakar, dipukuli, atau dimasukkan dalam air dingin dengan
cara diajak jalan melewati sebuah jembatan lalu diceburkan dalam air dingin
dengan maksud agar terkejut, yakni semacam syok terapi dengan harapan agar
gangguannya menghilang. Hasil pengamatan berikutnya diketahui ternyata orang
yang menderita skizofrenia tidak ada yang mengalami epilepsi (kejang atau
hiperplasia). Padahal penderita epilepsi setelah kejangnya hilang dapat pulih
kembali. Oleh karenanya, pada orang skizofrenia dicoba dibuat hiperplasia
dengan membuat terapi koma insulin dan terapi kejang listrik (elektro convulsif
theraphy)
2. Zaman Yunani (Hypocrates)
Pada zaman ini, gangguan jiwa sudah dianggap suatu penyakit. Upaya
pengobatannya dilakukan oleh dokter dan orang yang berdoa untuk
mengeluarkan roh jahat. Pada waktu itu, orang sakit jiwa yang miskin
dikumpulkan dan dimasukkan dalam rumah sakit jiwa. Jadi, rumah sakit jiwa
lebih banyak digunakan sebagai tempat penampungan orang gangguan jiwa yang
miskin, sehingga keadaannya sangat kotor dan jorok. Sementara orang kaya yang
mangalami gangguan jiwa dirawat di rumah sendiri. Pada tahun 1841, Dorothea
Line Dick melihat keadaan perawatan gangguan jiwa. Ia tersentuh hatinya,
sehingga berusaha memperbaiki pelayanan kesehatan jiwa. Bersamaan dengan
itu, Herophillus dan Erasistratus memikirkan apa yang sebenarnya ada dalam
otak, sehingga ia mempelajari anatomi otak pada binatang. Khale kurang puas
hanya mempelajari otak, sehingga ia berusaha mempelajari seluruh sistem tubuh
hewan (Notosoedirjo, 2001).
3. Zaman Vesalius
Vesalius tidak yakin hanya dengan mempelajari anatomi hewan saja, sehingga ia
ingin mempelajari otak dan sistem tubuh manusia. Namun, membelah kepala
manusia untuk dipelajari merupakan hal yang mustahil, apalagi mempelajari
seluruh sistem tubuh manusia. Akhirnya, ia berusaha mencuri mayat manusia
untuk dipelajari. Sayangnya kegiatannya tersebut diketahui masyarakat, sehingga
ia ditangkap, diadili, dan diancam hukuman mati (pancung). Namun, ia bisa
membuktikan bahwa kegiatannya itu untuk kepentingan keilmuan, maka akhirnya
ia dibebaskan. Versailus bahkan mendapat penghargaan karena bisa
menunjukkan adanya perbedaan antara manusia dan binatang. Sejak saat itu dapat
diterima bahwa gangguan jiwa adalah suatu penyakit. Namun kenyatannya,
pelayanan di rumah sakit jiwa tidak pernah berubah. Orang yang mengalami
gangguan jiwa dirantai, karena petugasnya khawatir dengan keadaan pasien.
4. Revolusi Prancis I
Phillipe Pinel, seorang direktur di RS Bicetri Prancis, berusaha memanfaatkan
Revolusi Prancis untuk membebaskan belenggu pada pasien gangguan jiwa.
Revolusi Prancis ini dikenal dengan revolusi humanisme dengan semboyan
utamanya “Liberty, Equality, Fraternity”. Ia meminta kepada walikota agar
melepaskan belenggu untuk pasien gangguan jiwa. Pada awalnya, walikota
menolak. Namun, Pinel menggunakan alasan revolusi, yaitu “Jika tidak, kita
harus siap diterkam binatang buas yang berwajah manusia”. Perjuangan ini
diteruskan oleh muridmurid Pinel sampai Revolusi II.
5. Revolusi Kesehatan Jiwa II
Dengan diterima gangguan jiwa sebagai suatu penyakit, maka terjadilah
perubahan orientasi pada organo biologis. Pada saat ini, Qubius menuntut agar
gangguan jiwa masuk dalam bidang kedokteran. Oleh karena itu, ganguan jiwa
dituntut mengikuti paradigma natural sciences, yaitu ada taksonomi
(penggolongan penyakit) dan nosologi (ada tanda/gejala penyakit). Akhirnya,
Emil Craepelee mampu membuat penggolongan dari tanda-tanda gangguan jiwa.
Sejak saat itu, kesehatan jiwa terus berkembang dengan berbagai tokoh dan
spesfikasinya masing-masing.
6. Revolusi Kesehatan Jiwa III
Pola perkembangan pada Revolusi Kesehatan Jiwa II masih berorientasi pada
berbasis rumah sakit (hospital base), maka pada perkembangan berikutnya
dikembangkanlah basis komunitas (community base) dengan adanya upaya pusat
kesehatan mental komunitas (community mental health centre) yang dipelopori
oleh J.F. Kennedy. Pada saat inilah disebut revolusi kesehatan jiwa III.

B. Trend Isu Keperawatan Jiwa


Trend atau current issue dalam keperawtan jiwa adalah masalah-masalah yang sedang
hangat dibicarakan dan dianggap penting dalam perkembangan keperawatan jiwa.
Masalah-masalah tersebut dapat dianggap sebagai ancaman atau tantangan yang akan
memberikan dampak yang besar pada perkembangan keperawatan jiwa, baik yang
berada di tatanan regional maupun globa. Berikut ini adalah salah satu trend isu
dalam keperawatan jiwa
1. Judul Jurnal Temuan : ANALISIS FAKTOR PENYEBAB IDE BUNUH
DIRI PADA REMAJA: LITERATUR REVIEW
(Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 2, Hal 361 – 374, Mei
2021Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah)
https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj
2. Hasil dari pembahasan jurnal :
Permasalahan bunuh diri ini merupakan permasalahan yang menjadi masalah
global sehingga pada tahun 2019 menjadi tema dalam hari kesehatan jiwa
dunia karena dalam 40 detik seseorang di dunia ini meninggal disebabkan
bunuh diri (Nirola, 2019). Ide bunuh terbukti memliki hubungan dengan
upaya bunuh diri (Wan et al., 2019). Remaja lebih rentang mengalami bunuh
diri dibandingkan dengan kelompok usia lainnya dan biasanya awal bunuh
diri terlihat pada masa ini (Scott et al., 2015). Ide bunuh diri semakin
meningkat pada remaja dan berkolerasi dengan depresi yang semakin
meningkat juga (Pratiwi dan Undarwati, 2014). Masa remaja umumnya
terjadi permasalahan sosialisasi dan permasalahan dengan orang lain yang
membuat remaja berfikir bunuh diri adalah solusi dari masalahnya
(Grimmond et al., 2019).
Ditemukan 5 faktor internal yang terbukti menjadi penyebab ide bunuh diri
remaja yaitu faktor biologi, demografi, faktor psikologis, perilaku
menyimpang dan faktor gaya hidup.
Ditemukan 5 faktor eksternal yang terbukti signifikn menjadi penyebab ide
bunuh diri remaja antara lain: pengalaman hidup yang negatif, faktor
keluarga, faktor ekonomi, faktor pertemanan dan faktor teknologi dan
pendidikan. Pengalaman hidup yang negatif yang dapat meningkatkan
potensi ide bunuh diri antara lain: Korban pembulian, korban cyberbullying
dan korban pelecehan seksual. Berdasarkan penelitian, pembulian dan
cyberbullying dapat meningkatkan potensi ide bunuh diri remaja (Baiden &
Tadeo, 2020b).

3. Hasil analisis dari jurnal


a. Faktor internal penyebab ide bunuh diri remaja
a) Faktor biologi diagnosa penyakit fisik dan mental keluarga dapat
menjadi penyebab ide bunuh diri remaja individu dengan penyakit
fisik dan mental yang kronis berfikir untuk mengakhiri hidup sebagai
efek kualitas hidup yang buruk mengakibatkan ketidakpuasan dalam
hidup yang membuat depresi dan akhirnya bunuh diri
b) Faktor demografi dapat menjadi faktor yang mempengaruhi ide
bunuh diri pada remaja karena tempat tinggal secara tidak langsung
dapat membentuk kepribadian manusia begitupun dapat
mempengaruhi cara berpikir. Jika tempat tinggal nya tidak sehat
maka akan berdampak pada manusia itu sendiri.
c) Faktor psikologis yang meningkatkan potensi terjadinya ide bunuh
diri remaja antara lain: ansietas, depresi, putus asa, stress,
kesendirian, gangguan tidur, mimpi buruk, koping keagamaan yang
negatif dan riwayat bunuh diri sebelumnya. Di masa remaja ini
merupakan tahap dimana remaja masih memiliki emosi yang labil
sehingga mudah mengalami stress psikologis.
d) Perilaku menyimpang seperti, konsumsi alkohol, penyalah gunaan
obat terlarang, dapat menimbulkan terganggu nya psikologis,
sehingga tidak bisa berpikir panjang dan sadar, sehingga terjadilah
ide untuk bunuh diri dan pengalaman hubungan seksual merupakan
faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya ide bunuh diri pada
remaja karena dapat beresiko terjadi nya hamil di luar nikah sehingga
muncul ide untuk bunuh diri karena belum siap dan malu.
e) Gaya hidup yang tidak sehat dapat menjadi faktor yang
mempengaruhi terjadi ide bunuh diri pada remaja, seperti terjadi nya
obesitas diakibatkan karena mengonsumsi makanan yang tidak sehat
dan juga jarang melakukan olah raga. Karena rasa malu itu dan juga
mental yang tidak stabil makan sangat rentan ide untuk bunuh diri itu
muncul.
b. Faktor eksternal penyebab ide bunuh diri pada remaja
a) Pengalaman hidup yang negatif seperti . Pengalaman menjadi korban
pembulian dan cyberbullying merupakan peristiwa traumatis yang
dapat menimbulkan berbagai psikopatologi termasuk perasaan
tertekan, penurunan harga diri dan rendah diri, gejala depresi, serta
perasaan putus asa serta kesepian yang dapat memunculkan ide
bunuh diri remaja dan riwayat pelecehan seksual meningkatkan
kerentanan terhadap ide bunuh diri
Pelecehan seksual menyebabkan ketakutan, merasa stres dan depresi
yang menyebabkan munculnya harga diri rendah dan mengisolasi diri
karena tidak mampu menyelesaikan masalah kehidupannya yang
pada akhirnya menyebabkan ide bunuh diri.
b) Faktor keluarga, berperan sebagai penyebab seorang remaja
mempunyai ide bunuh diri adalah keluarga yang tidak harmonis, dan
keluarga yang bercerai. Karena kesepian dan diakibatkan tidak ada
tempat untuk bercerita sehingga dipendam oleh sendirian yang
akhirnya menyebabkan stres sehingga ide untuk bunuh diri itu
muncul.
c) Berdasarkan faktor ekonomi, kecukupan makananan dan status sosial
ekonomi keluarga merupakan penyebab ide bunuh diri remaja.
seseorang yang tidak cukup kebutuhan makannya dapat
menyebabkan rasa malu, cemas dan stress yang memicu gangguan
kesehatan mental serta munculnya ide bunuh diri. Status ekonomi
keluarga yang rendah dan keterpurukan terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar, biaya sekolah, busana serta biaya yang lain sering
menimbulkan stress dan depresi sehingga mengaitkannya dengan ide
bunuh diri.
d) Berdasarkan faktor pertemanan, variabel yang meningkatkan potensi
remaja memiliki ide bunuh diri adalah hubungan dengan teman
sekelas, pertemanan tertutup/tidak memiliki teman dekat, kurangnya
dukungan teman dan teman yang menyimpang akan meningkatkan
ide bunuh diri.
e) Faktor teknologi dan pendidikan seperti: permasalahan penggunaan
internet, smartphone dan tekanan akademik terbukti berhubungan
dengan ide bunuh diri remaja. Karena penggunaan internet, game dan
smartphone berlebihan dapat mengganggu aktivitas sehari hari dan
menyebabkan masalah psikososial seperti ide bunuh diri, stres dan
depresi. Tekanan akademik merupakan stresor yang paling membuat
remaja stress. ketidakmampuan remaja mengelola stress inilah yang
membuat remaja memiliki ide bunuh diri.

Anda mungkin juga menyukai