0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan7 halaman
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas sejarah perkembangan keperawatan jiwa dari zaman Mesir Kuno hingga revolusi kesehatan jiwa ketiga yang dipelopori oleh JFK dengan pendekatan berbasis komunitas.
2) Isu terkini dalam keperawatan jiwa yang dibahas adalah ide bunuh diri pada remaja dengan menganalisis faktor-faktor penyebab internal dan eksternal berdas
Deskripsi Asli:
Judul Asli
Nina Siti Wulansari Tugas Keperwatan Jiwa Sejarah dan Trend Isu Keperawatan jiwa
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas sejarah perkembangan keperawatan jiwa dari zaman Mesir Kuno hingga revolusi kesehatan jiwa ketiga yang dipelopori oleh JFK dengan pendekatan berbasis komunitas.
2) Isu terkini dalam keperawatan jiwa yang dibahas adalah ide bunuh diri pada remaja dengan menganalisis faktor-faktor penyebab internal dan eksternal berdas
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas sejarah perkembangan keperawatan jiwa dari zaman Mesir Kuno hingga revolusi kesehatan jiwa ketiga yang dipelopori oleh JFK dengan pendekatan berbasis komunitas.
2) Isu terkini dalam keperawatan jiwa yang dibahas adalah ide bunuh diri pada remaja dengan menganalisis faktor-faktor penyebab internal dan eksternal berdas
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Jiwa Dosen pengajar : Woro Rahmanishati, SPd, S.Kep., M.Kes
Disusun oleh : Nina Siti Wulansari Nim : C1AB23033
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI 2023 A. Sejarah Kperawatan Jiwa Keperawatan jiwa yang kita kenal pada masa sekarang ini merupakan hasil dari perkembangan atau evolusi yang terjadi pada masa lalu. Perkembangan keperawatan jiwa itu sendiri dapat dilihat berdasarkan perkembangannya di dunia dan berdasarkan perkembangannya di Indonesia. Berikut ini adalah runtutan sejarah perkembangan keperawatan jiwa di dunia : 1. Zaman Mesir Kuno Pada zaman ini, gangguan jiwa dianggap disebabkan karena adanya roh jahat yang bersarang di otak. Oleh karena itu, cara menyembuhkannya dengan membuat lubang pada tengkorak kepala untuk mengeluarkan roh jahat yang bersarang di otak tersebut. Hal ini terbukti dengan ditemukannya lubang di kepala pada orang yang pernah mengalami gangguan jiwa. Selain itu, ditemukan pada tulisan Mesir Kuno tentang siapa saja yang pernah kena roh jahat dan telah dilubangi kepalanya. Tahun-tahun berikutnya, pasien yang mengalami gangguan jiwa diobati dengan dibakar, dipukuli, atau dimasukkan dalam air dingin dengan cara diajak jalan melewati sebuah jembatan lalu diceburkan dalam air dingin dengan maksud agar terkejut, yakni semacam syok terapi dengan harapan agar gangguannya menghilang. Hasil pengamatan berikutnya diketahui ternyata orang yang menderita skizofrenia tidak ada yang mengalami epilepsi (kejang atau hiperplasia). Padahal penderita epilepsi setelah kejangnya hilang dapat pulih kembali. Oleh karenanya, pada orang skizofrenia dicoba dibuat hiperplasia dengan membuat terapi koma insulin dan terapi kejang listrik (elektro convulsif theraphy) 2. Zaman Yunani (Hypocrates) Pada zaman ini, gangguan jiwa sudah dianggap suatu penyakit. Upaya pengobatannya dilakukan oleh dokter dan orang yang berdoa untuk mengeluarkan roh jahat. Pada waktu itu, orang sakit jiwa yang miskin dikumpulkan dan dimasukkan dalam rumah sakit jiwa. Jadi, rumah sakit jiwa lebih banyak digunakan sebagai tempat penampungan orang gangguan jiwa yang miskin, sehingga keadaannya sangat kotor dan jorok. Sementara orang kaya yang mangalami gangguan jiwa dirawat di rumah sendiri. Pada tahun 1841, Dorothea Line Dick melihat keadaan perawatan gangguan jiwa. Ia tersentuh hatinya, sehingga berusaha memperbaiki pelayanan kesehatan jiwa. Bersamaan dengan itu, Herophillus dan Erasistratus memikirkan apa yang sebenarnya ada dalam otak, sehingga ia mempelajari anatomi otak pada binatang. Khale kurang puas hanya mempelajari otak, sehingga ia berusaha mempelajari seluruh sistem tubuh hewan (Notosoedirjo, 2001). 3. Zaman Vesalius Vesalius tidak yakin hanya dengan mempelajari anatomi hewan saja, sehingga ia ingin mempelajari otak dan sistem tubuh manusia. Namun, membelah kepala manusia untuk dipelajari merupakan hal yang mustahil, apalagi mempelajari seluruh sistem tubuh manusia. Akhirnya, ia berusaha mencuri mayat manusia untuk dipelajari. Sayangnya kegiatannya tersebut diketahui masyarakat, sehingga ia ditangkap, diadili, dan diancam hukuman mati (pancung). Namun, ia bisa membuktikan bahwa kegiatannya itu untuk kepentingan keilmuan, maka akhirnya ia dibebaskan. Versailus bahkan mendapat penghargaan karena bisa menunjukkan adanya perbedaan antara manusia dan binatang. Sejak saat itu dapat diterima bahwa gangguan jiwa adalah suatu penyakit. Namun kenyatannya, pelayanan di rumah sakit jiwa tidak pernah berubah. Orang yang mengalami gangguan jiwa dirantai, karena petugasnya khawatir dengan keadaan pasien. 4. Revolusi Prancis I Phillipe Pinel, seorang direktur di RS Bicetri Prancis, berusaha memanfaatkan Revolusi Prancis untuk membebaskan belenggu pada pasien gangguan jiwa. Revolusi Prancis ini dikenal dengan revolusi humanisme dengan semboyan utamanya “Liberty, Equality, Fraternity”. Ia meminta kepada walikota agar melepaskan belenggu untuk pasien gangguan jiwa. Pada awalnya, walikota menolak. Namun, Pinel menggunakan alasan revolusi, yaitu “Jika tidak, kita harus siap diterkam binatang buas yang berwajah manusia”. Perjuangan ini diteruskan oleh muridmurid Pinel sampai Revolusi II. 5. Revolusi Kesehatan Jiwa II Dengan diterima gangguan jiwa sebagai suatu penyakit, maka terjadilah perubahan orientasi pada organo biologis. Pada saat ini, Qubius menuntut agar gangguan jiwa masuk dalam bidang kedokteran. Oleh karena itu, ganguan jiwa dituntut mengikuti paradigma natural sciences, yaitu ada taksonomi (penggolongan penyakit) dan nosologi (ada tanda/gejala penyakit). Akhirnya, Emil Craepelee mampu membuat penggolongan dari tanda-tanda gangguan jiwa. Sejak saat itu, kesehatan jiwa terus berkembang dengan berbagai tokoh dan spesfikasinya masing-masing. 6. Revolusi Kesehatan Jiwa III Pola perkembangan pada Revolusi Kesehatan Jiwa II masih berorientasi pada berbasis rumah sakit (hospital base), maka pada perkembangan berikutnya dikembangkanlah basis komunitas (community base) dengan adanya upaya pusat kesehatan mental komunitas (community mental health centre) yang dipelopori oleh J.F. Kennedy. Pada saat inilah disebut revolusi kesehatan jiwa III.
B. Trend Isu Keperawatan Jiwa
Trend atau current issue dalam keperawtan jiwa adalah masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting dalam perkembangan keperawatan jiwa. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap sebagai ancaman atau tantangan yang akan memberikan dampak yang besar pada perkembangan keperawatan jiwa, baik yang berada di tatanan regional maupun globa. Berikut ini adalah salah satu trend isu dalam keperawatan jiwa 1. Judul Jurnal Temuan : ANALISIS FAKTOR PENYEBAB IDE BUNUH DIRI PADA REMAJA: LITERATUR REVIEW (Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 2, Hal 361 – 374, Mei 2021Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah) https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj 2. Hasil dari pembahasan jurnal : Permasalahan bunuh diri ini merupakan permasalahan yang menjadi masalah global sehingga pada tahun 2019 menjadi tema dalam hari kesehatan jiwa dunia karena dalam 40 detik seseorang di dunia ini meninggal disebabkan bunuh diri (Nirola, 2019). Ide bunuh terbukti memliki hubungan dengan upaya bunuh diri (Wan et al., 2019). Remaja lebih rentang mengalami bunuh diri dibandingkan dengan kelompok usia lainnya dan biasanya awal bunuh diri terlihat pada masa ini (Scott et al., 2015). Ide bunuh diri semakin meningkat pada remaja dan berkolerasi dengan depresi yang semakin meningkat juga (Pratiwi dan Undarwati, 2014). Masa remaja umumnya terjadi permasalahan sosialisasi dan permasalahan dengan orang lain yang membuat remaja berfikir bunuh diri adalah solusi dari masalahnya (Grimmond et al., 2019). Ditemukan 5 faktor internal yang terbukti menjadi penyebab ide bunuh diri remaja yaitu faktor biologi, demografi, faktor psikologis, perilaku menyimpang dan faktor gaya hidup. Ditemukan 5 faktor eksternal yang terbukti signifikn menjadi penyebab ide bunuh diri remaja antara lain: pengalaman hidup yang negatif, faktor keluarga, faktor ekonomi, faktor pertemanan dan faktor teknologi dan pendidikan. Pengalaman hidup yang negatif yang dapat meningkatkan potensi ide bunuh diri antara lain: Korban pembulian, korban cyberbullying dan korban pelecehan seksual. Berdasarkan penelitian, pembulian dan cyberbullying dapat meningkatkan potensi ide bunuh diri remaja (Baiden & Tadeo, 2020b).
3. Hasil analisis dari jurnal
a. Faktor internal penyebab ide bunuh diri remaja a) Faktor biologi diagnosa penyakit fisik dan mental keluarga dapat menjadi penyebab ide bunuh diri remaja individu dengan penyakit fisik dan mental yang kronis berfikir untuk mengakhiri hidup sebagai efek kualitas hidup yang buruk mengakibatkan ketidakpuasan dalam hidup yang membuat depresi dan akhirnya bunuh diri b) Faktor demografi dapat menjadi faktor yang mempengaruhi ide bunuh diri pada remaja karena tempat tinggal secara tidak langsung dapat membentuk kepribadian manusia begitupun dapat mempengaruhi cara berpikir. Jika tempat tinggal nya tidak sehat maka akan berdampak pada manusia itu sendiri. c) Faktor psikologis yang meningkatkan potensi terjadinya ide bunuh diri remaja antara lain: ansietas, depresi, putus asa, stress, kesendirian, gangguan tidur, mimpi buruk, koping keagamaan yang negatif dan riwayat bunuh diri sebelumnya. Di masa remaja ini merupakan tahap dimana remaja masih memiliki emosi yang labil sehingga mudah mengalami stress psikologis. d) Perilaku menyimpang seperti, konsumsi alkohol, penyalah gunaan obat terlarang, dapat menimbulkan terganggu nya psikologis, sehingga tidak bisa berpikir panjang dan sadar, sehingga terjadilah ide untuk bunuh diri dan pengalaman hubungan seksual merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya ide bunuh diri pada remaja karena dapat beresiko terjadi nya hamil di luar nikah sehingga muncul ide untuk bunuh diri karena belum siap dan malu. e) Gaya hidup yang tidak sehat dapat menjadi faktor yang mempengaruhi terjadi ide bunuh diri pada remaja, seperti terjadi nya obesitas diakibatkan karena mengonsumsi makanan yang tidak sehat dan juga jarang melakukan olah raga. Karena rasa malu itu dan juga mental yang tidak stabil makan sangat rentan ide untuk bunuh diri itu muncul. b. Faktor eksternal penyebab ide bunuh diri pada remaja a) Pengalaman hidup yang negatif seperti . Pengalaman menjadi korban pembulian dan cyberbullying merupakan peristiwa traumatis yang dapat menimbulkan berbagai psikopatologi termasuk perasaan tertekan, penurunan harga diri dan rendah diri, gejala depresi, serta perasaan putus asa serta kesepian yang dapat memunculkan ide bunuh diri remaja dan riwayat pelecehan seksual meningkatkan kerentanan terhadap ide bunuh diri Pelecehan seksual menyebabkan ketakutan, merasa stres dan depresi yang menyebabkan munculnya harga diri rendah dan mengisolasi diri karena tidak mampu menyelesaikan masalah kehidupannya yang pada akhirnya menyebabkan ide bunuh diri. b) Faktor keluarga, berperan sebagai penyebab seorang remaja mempunyai ide bunuh diri adalah keluarga yang tidak harmonis, dan keluarga yang bercerai. Karena kesepian dan diakibatkan tidak ada tempat untuk bercerita sehingga dipendam oleh sendirian yang akhirnya menyebabkan stres sehingga ide untuk bunuh diri itu muncul. c) Berdasarkan faktor ekonomi, kecukupan makananan dan status sosial ekonomi keluarga merupakan penyebab ide bunuh diri remaja. seseorang yang tidak cukup kebutuhan makannya dapat menyebabkan rasa malu, cemas dan stress yang memicu gangguan kesehatan mental serta munculnya ide bunuh diri. Status ekonomi keluarga yang rendah dan keterpurukan terhadap pemenuhan kebutuhan dasar, biaya sekolah, busana serta biaya yang lain sering menimbulkan stress dan depresi sehingga mengaitkannya dengan ide bunuh diri. d) Berdasarkan faktor pertemanan, variabel yang meningkatkan potensi remaja memiliki ide bunuh diri adalah hubungan dengan teman sekelas, pertemanan tertutup/tidak memiliki teman dekat, kurangnya dukungan teman dan teman yang menyimpang akan meningkatkan ide bunuh diri. e) Faktor teknologi dan pendidikan seperti: permasalahan penggunaan internet, smartphone dan tekanan akademik terbukti berhubungan dengan ide bunuh diri remaja. Karena penggunaan internet, game dan smartphone berlebihan dapat mengganggu aktivitas sehari hari dan menyebabkan masalah psikososial seperti ide bunuh diri, stres dan depresi. Tekanan akademik merupakan stresor yang paling membuat remaja stress. ketidakmampuan remaja mengelola stress inilah yang membuat remaja memiliki ide bunuh diri.
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita