Anda di halaman 1dari 4

PERAN PERAWAT SEBAGAI EDUKATOR, KOMINUKATOR,

KOLABORATOR, ADVOCAT, DAN CARE GIVER


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Jiwa

Disusun oleh :
A SAEPUL ROHMAN
NIM : C1AB23001

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI
ANALISIS JURNAL

Peran Perawat Jiwa Sebagai Advocat


Advokasi adalah tindakan membela hak-hak pasien dan bertindak atas nama pasien.
Perawat mempunyai kewajiban untuk menjamin diterimanya hak-hak pasien. Perawat harus
membela pasien apabila haknya terabaikan (Vaartio, 2005; Blais, 2007). advokasi juga
mempunyai arti tindakan melindungi, berbicara atau bertindak untuk kepentingan klien dan
perlindungan kesejahteraan (Vaartio, 2005). Seringkali pasien mengalami ketakutan dan
kecemasan berlebihan
Dari beberapa hasil penelitian kita menyadari bahwa perawat adalah sebagai aset utama
layanan kesehatan yang harus mampu memberikan pelayanan yang berkualitas. Perannya
sebagai seorang advokasi bagi pasien dan keluarga adalah bentuk nyata integritas seorang
perawat dalam memberikan pelayanan berkualitas. Ketelitian dan pemahaman setiap prosedur
yang akan dilakukan harus tertanam dalam diri seorang perawat. Seorang perawat dapat
dikatakan sebagai sahabat baik pasien dalam layanan rumah sakit. Perlu bagi perawat untuk
meningkatkan pengetahuan dan ilmu yang dimilikinya agar memiliki kepercayaan diri untuk
membela hak – hak pasien dan keselamatan pasien.
Dalam ruang lingkup kesehat jiwa, perawat berperan sangat penting sebagai advokat.
Karena keterbatasan pada pasien gangguan jiwa, maka diharapkan perwat mampu dalam
memenuhi hak hak pasien dan bertindak atas nama pasien. Perawat juga diharapkan mampu
untuk membela pasien apabila haknya terabaikan. Yaitu emperoleh layanan yang manusiawi,
adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.

Peran Perawat Jiwa Sebagai Edukator


Salah satu peran perawat adalah sebagai pendidik, perawat yang merawat klien dapat
berperan sebagai pendidik ketika menyiapkan klien untuk prosedur tindakan keperawatan,
hospitalisasi, operasi dengan menggunakan pengetahuannya tentang pertumbuhan dan
perkembangan untuk mengajarkannya kepada klien sesuai dengan tingkat pemahamannya.
Keluarga klien membutuhkan informasi maupun dukungan emosional sehingga mereka dapat
mengatasi kecemasan dan ketidakpastian penyakitnya. Perawat mengajarkan anggota keluarga
bagaimana memberikan perawatan, melihat tanda-tanda yang penting dan meningkatkan
kenyamanan klien. Perawat juga bekerja dengan orangtua baru dan orangtua-orangtua dari
klien yang sakit sehingga orangtua dapat bertanggung jawab dalam perawatannya di rumah
setelah dipulangkan dari rumah sakit (James & Aswhill 2007).
Menurut pengamatan saya, perawat sebagai educator sangat penting bagi pasien
ganguan jiwa, karena untuk penyembuhan kejiwaan pasien dibutuhkan peran keluarga yang
mempunyai pengetuan mengenai penyakit kejiwaan yang diderita pasien. Perawat harus serta
merta melibatkan keluarga dalam proses penyembuhan pasien.
Peran ini dapat dilakukan perawat pada saat pasien masih dalam perawatan maupun
pasien sudah pulang ke rumah. Diharapkan pasien dengan gangguan jiwa dapat terkontrol
emosi dan tingkahlakunya pada saat sudah pulang ke rumah karena adanya keluarga yang
mengerti mengenai masalah kejiwaan pasien.
Sebagai pendidik, peran perawat yang pertama adalah dengan memberikan pendidikan
Kesehatan jiwa kepada keluarga. Berdasarkan hasil FGD, perawat kesehatan jiwa memberikan
Pendidikan Kesehatan jiwa kepada keluarga seperti menyarankan keluarga agar
memperlakukan penderita dengan baik, mengarahkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
dasar penderita, misalnya mandi, makan, mengajak penderita untuk berkomunikasi, mengajak
penderita bersosialisasi ke lingkungan sekitar penderita, mengajak penderita untuk
berkomunikasi, atau memberikan kesibukan pada penderita. Selain itu, perawat menyarankan
kepada keluarga agar memanfaatkan puskesmas sebagai tempat untuk rawat jalan, serta
memfasilitasi penderita untuk memiliki kartu BPJS guna mendapatkan pengobatan dan
melakukan kontrol setelah keluar dari rumah sakit.

Peran Perawat Jiwa Sebagai Kolaborator


Peran ini dilakukan karena perawat tersebut akan bekerja melalui tim kesehatan yang
terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain yaitu dengan berupaya mengidentifikasi
pelayanan keperawatan yang diperlukan yang termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam
penentuan bentuk pelayanan yang berkelanjutan.
Perawat merupakan tenaga kesehatan (nakes), namun bukan kelompok tenaga medis.
Perawat memiliki kelompok tersendiri, yaitu tenaga keperawatan. Dalam menjalankan
tugasnya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi yaitu fungsi dependen perawat, fungsi
independen perawat, dan fungsi interdependen perawat.
Dalam perannya sebagai kolaborator, perawat diharapkan mampu bekerja sama dengan
disiplin ilmu lainnya dalam proses penyembuhan pasien. Tak terkecuali dalam peawatan
dengan pasien gangguan jiwa, perawat harus mampu bekerjasama dengan disiplin ilmu lain
dalam proses penyembuhan pasien. Hal ini sangat penting dilakukan oleh perawat mengingat
kebutuhan pasien dalam proses penyembuhan.

Peran Perawat Jiwa Sebagai Komunikator

Memiliki peran untuk membantu klien mendapatkan informasi ataupun edukasi terkait
informasi. Menjadi seorang perawat memang memiliki tantangan tersendiri. Apalagi jika
berhadapan dengan pasien yang rewel. Meskipun demikian, seorang perawat dituntut tetap bisa
menjadi komunikator. Jadi perawat memiliki peran untuk membantu keluarga pasien atau
pasien mendapatkan informasi yang dibutuhkan terkait informasi ataupun edukasi.

Peran ini sangat penting, mengingat akan dibutuhkan banyak disiplin untuk program
perawatan dalam usaha penyembuhan pasien. Kumunikasi terhadap kelurga sangat penting saat
pasien berada dirumah pada tahap penyembuhan, karena akan berdampak pada kemajuan
ataupun kemunduran pada asuhan keperawatan pasien.

Peran Perawat Jiwa Sebagai Care Giver

Peran utama perawat adalah memberikan pelayanan keperawatan, sebagai perawat,


pemberi pelayanan keperawatan dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan asah, asih,
asuh. Tindakan keperawatan yang dibutuhkan dapat berupa asuhan total, asuhan parsial bagi
pasien dengan tingkat ketergantungan sebagian dan perawatan suportif-edukatif untuk
membantu klien mencapai kemungkinan tingkat kesehatan dan kesejahteraan tertinggi
(Berman, 2010).
Perawat jiwa dalam melakukan perannya sebagai care giver di tuntut untuk bisa
memanusiakan manusia, tidak ada diskriminasi dalam melakukan asuhan keperawatan itu
sendiri.

Anda mungkin juga menyukai