Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan perawatan paliatif pada pasien dengan penyakit kronis

dan stadium lanjut atau akhir dapat dilakukan di fasilitas pelayanan

kesehatan atau di rumah pasien. Beberapa model pelayanan perawatan

paliatif yang biasa dilakukan seperti perawatan di rumah, rawat inap

maupun rawat jalan di rumah sakit yang menyediakan layanan dan

konsultasi, dan hal terseut telah dilakukan lebih dari 30 tahun di negara

yang telah menyediakan pelayanan perawatan paliatif. Sekitar 50 negara di

dunia telah menyediakan pelayanan perawatan paliatif, terutama di negara

maju seperti, Inggris, Amerika Serikat, Australia, Belanda. Beberapa

Negara di benua Eropa turut mengembangkan pelayanan paliatif seperti

Austria, Finlandia, Itali, Irlandia, Jerman, Perancis, Polandia, Spanyol,

Swiss, Slovakia, Swedia, dan Yunani. Sedangkan dibelahan dunia yang

lainnya beberapa Negara telah menyediakan dan mengintegrasikan

pelayanan perawatan paliatif dalam sistem pelayanan kesehatan seperti

Selandia baru, beberapa negara Asia (Jepang, India, Singapura, Korea dan

Cina), dan beberapa negara di Afrika dan Amerika Latin.

Pelayanan perawatan paliatif yang diberikan memiliki beberapa

aspek yaitu fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Aspek fisik dalam

perawatan meliputi pemberian asuhan terhadap reaksi patofisiologis

seperti nyeri, gejala lain dan efek samping yang dialami pasien. Aspek
social dalam perawatan yaitu memberikan pemahaman kepada pasien dan

keluarga tentang penyakit dan komplikasinya, gejala, efek samping dari

pengobatan seperti kecacatan yang berpengaruh terhadap hubungan

interpersonal, kapasitas pasien untuk menerima dan kapasitas keluarga

untuk menyediakan kebutuhan perawatan. Aspek psikologis yaitu

memberikan asuhan terhadap reaksi seperti depresi, stress, kecemasan,

serta pelayanan terhadap proses berduka dan kehilangan. Aspek spiritual

dalam perawatan meliputi pemberian asuhan terhadap masalah keagamaan

seperti harapan dan ketakutan, makna, tujuan, kepercayaan tentang

kehidupan setelah kematian, rasa bersalah, pengampunan dan kehadiran

rohaniawan sesuai keinginan pasien dan keluarga.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja kompetensi perawat di area perawatan paliatif ?

2. Bagaimana model pelayanan keperawatan paliatif ?

3. Apa saja prinsip pelayanan keperawatan paliatif ?

4. Bagaimana bekerja secara interprofesional dalam pelayanan

paliatif ?

5. Apa saja peran dalam tim paliatif ?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui model pelayanan keperawatan paliatif.

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui kompetensi perawat di area perawatan

paliatif.

b. Untuk mengetahui model pelayanan keperawatan paliatif.

c. Untuk mengetahui prinsip pelayanan keperawatan paliatif.

d. Untuk mengetahui bekerja secara interprofesional dalam

pelayanan paliatif.

e. Untuk mengetahui peran dalam tim paliatif.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kompetensi Perawat di Area Perawatan Paliatif

Begitu banyak definisi untuk menjelaskan makna kata

tentang“Kompetensi.” Namun untuk di area perawatan paliatif definisi

kompetensi diadopsi dari Royal College of Nursing (RCN) tahun 2002.

Dimana kompetensi di definisikan sebagai; “keterampilan, pengetahuan,

pengalaman, kualitas dan karakteristik, serta perilaku yang menjadi syarat

pada seseorang untuk melakukan kerja atau tugasnya secara efektif.”

Berikut ini, akan di jelaskan beberapa komptensi perawat yang bekerja di

area paliatif yang didesain oleh Becker, 2000.

1. Keterampilan komunikasi

Keterampilan berkomunikasi merupakan hal yang

terpenting dalam pelayanan perawatan paliatif. Perawat

mengembangkan kemampuan berkomunikasinya untuk dapat

meningkatkan hubungan yang lebih baik dengan pasien dan

keluarga. Sehingga perawat dapat memberikan informasi yang

penting dengan cara yang lebih baik saat pasien

membutuhkannya, atau menjadi pendengar yang baik saat pasien

mengungkap keluhannya tanpa memberikan penilaian atau stigma

yang bersifat individual. Komunikasi menjadi keterampilan yang

sangat dasar pada perawat paliatif, dimana dengan keterampilan


tersebut perawat akan mampu menggali lebih dalam mengenai

perasaan pasien, keluhan pasien tentang apa yang dirasakannya.

Selain itu dengan keterampilan berkomunikasi tersebut maka

perawat dapat mengidentifikasi untuk memenuhi kebutuhan

pasien, kapan saja, atau bahkan di saat pasien mengajukan

pertanyaan yang rumit seperti tentang kehidupan dan kematian.

Kemampuan berkomunikasi juga akan membantu membangun

kepercayaan diri perawat, tahu kapan mengatakan tidak terhadap

pasien, dan dengan komunikasi yang disertai dengan

sentuhan,maka hal tersebut dapat menjadi terapi bagi pasien.

2. Keterampilan psikososial

Untuk dapat bekerja sama dengan keluarga pasien dan

mengantisipasi kebutuhannya selama proses perawatan pasien,

maka pelibatan keluarga dalam setiap kegiatan akan dapat

membantu dan mendukung keluarga untuk mandiri. Elemen

psikososial merupakan bagian dari proses perawatan yang

biasanya di delegasikan ke pekerja social medic.karena pekerja

social medic memiliki wawasan dan akses yang lebih luas

keberbagai macam organisasi atau instansi yang dapat diajak

bekerja sama untuk memberikan dukungan kepada pasien. karena

mengingat peran perawat dalam tim paliatif begitu banyak

sehingga tidak memungkin untuk melakukannya. Akan tetapi

bila, dalam tim interprofesional tidak ada tenaga pekerja social


medic, maka perawatlah yang akan melakukannya. Membangun

rasa percaya dan percaya diri selama berinteraksi dengan pasien

dan dengan menggunakan diri sendiri sebagai bentuk terapeutik

melalui proses komunikasi terapeutik maka hal tersebut

merupakan inti dari pendekatan psikososial dalam perawatan

paliatif.

3. Keterampilan bekerja tim

Bekerja bersama dalam tim sebagai bagian dari tim

interprofesional merupakan hal yang sangat vital untuk dapat

melakukan praktik atau intervensi yang baik terhadap pasien.

Mengingat layanan perawatan paliatifsaat ini tidak hanya tersedia

di fasilitas rumah sakit, namun juga tersedia dirumah hospis, rumah

perawatan maupun di rumah pasien. Seiring dengan meningkat

peran perawata di area paliatif sehingga keterampilan untuk dapat

bekerja dalam tim menjadi suatu keharusan dan keniscayaan.

4. Keterampilan dalam perawatan fisik

Untuk area ini, perawat di tuntut memiliki pengetahuan

danketerampilan yang baik untuk dapat melakukan asuhan

keperawatan secaralangsung pasien dalam kondisi apapun dan

kapanpun, sehingga perawatdapat bertindak dan mengambil

keputusan yang tepat sesuai kondisi pasien.Pengkajian nyeri secara

akurat dan holistic dengan menggunakan berbagai macam bentuk

metode menjadi hal yang dasar. Pemilihan metode yang tepat untuk
mengkaji pasien seperti nyeri, menjadi hal yang penting, mengingat

kondisi pasien yang kadang berubah dan tidak memungkin

merespon beberapa pertanyaan yang di ajukan. Sehingga

keterampilan observasi dan kemampuan intuisi perawat yang dapat

digunakan untuk mengenali tanda atau gejala yang mana boleh jadi

pasien tidak dapat atau mampu untuk melaporkannya. Dengan

pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki perawatmaka perawat

dapat memberikan masukan kepada anggota tim untuk tidak lebih

fokus pada pemberian obat-obatan berdasarkan perkembangan

kondisi pasien.

5. Keterampilan intrapersonal

Salah satu area yang menjadi komponen kunci untuk dapat

bekerja dengan baik dan sukses dalam area perawatan paliatif

adalah keterampila intrapersonal. karena kematangan secara pribadi

dan professional akan dapat membantu perawat dalam mengatasi

masalah yang terkait dengan isu intrapersonal yang bersifat

intrinsic terutama saat melayani atau melakukan asuhan

keperawatan pasien yang menjelang ajal dan keluarganya. Perawat

harus dapat mengenali dan memahami reaksi dan perasaan pasien

yang merupakan konsekuensi alamiah dari bekerja dengan pasien

sekarat atau keluarga yang mengalami kedukaan, sehingga perawat

mampu menentukan sikap dan menyesuaikan diri dengan kondisi

atau situasi yang sarat dengan emosi dan perasaan sensitive. Jika
dibandingkan dengan keterampilan kompetensi lainnya, maka

keterampilan intrapersonal merupakan hal yang sangat menantang.

Dan hal ini juga memiliki andil yang besar untuk membantu

membangun keribadian yang lebih baik. Akan tetapi, kondisi

tersebut juga mambawa perawat dalam posisi dilematis, karena

terkadang perawat terlalu terbawa emosi dengan perasaan yang di

alami pasien.

B. Model Pelayanan Keperawatan Paliatif

1. Perawatan di Rumah

Di beberapa Negara maju seperti Australia, Inggris,

Amerika Serikat, dan Belanda petugas kesehatan di pelayanan

primer (puskesmas) merupakan tim utama dalam penyediaan

layanan terhadap pasien yang mengalami sakit stadium akhir.

Dokter memiliki peran dalam menentukan rencana pengobatan

pada pasien sedangkan perawat merencanakan tindakan

keperawatan berbasis kebutuhan dasar pasien. Beberapa tenaga

kesehatan lainya yang dapat berkontribusi dalam pelayanan

perawat  paliatifseperti pekerja social media, fisioterapi, psikolog.

Rohaniawan dan relawan. Model terbaru perawatan rumah yang di

kembangkan di Inggris dikenal dengan istilah rapid response team

dan respite care team. Tim cepat tanggap (rapid response team)

seperti layanan gawat darurat yang menyediakan layanan kondisi

kritis, di mana dokter dan  perawat akan di panggil ke rumah


pasien di saat pasien mengalami kondisi kritis. Sedangkan respite

care tim, merupakan tim yang menyediakan layanan sebagai

pengganti peran keluarga pasien dalam mengurusi pasien di saat

keluarga pasien beristritahat sejenak. Tujuan dari pelayanan paliatif

di rumah adalah untuk meyediakan  pelayanan yang lebih nyaman

bagi pasien, sehingga pasien mampu mempersiapkan diri

menghadapi kematian yang pasti akan terjadi.

2. Pelayanan Rawat Inap

a. Rumah Hospital

St Cristopher merupakan rumah hospis pertama

yang didirikan di Inggris di tahun 1960an. Rumah hopis

menyediakan tim perawatan multi disiplin hal ini bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan yang  begitu kompleks atau

adanya perubahan kebutuhan dasar dari pasien dengan

kondisi dimana hidup terbatas akibat penyakit yang di

derita, serta kebutuhan keluarga pasien. Bebrapa bentuk

layanan yang diberikan di rumah hospis yaitu berupa

pengontrolan gejala atau keluhan, rehabilitasi, perawatan

akhir kehidupan atau perawatan menjelang ajal/kematian,

dukungan rawat jalan, konseling keluarga,  perawatan

sehari dan dukungan masa berduka.  

b. Perawatan Paliatif di Rumah Sakit


Penyediaan layanan di perawatan paliatif di rumah

sakit lebih menguntungkan jika di bandingkan dengan

layanan paliatif lainya. Hal tersebut di akibatkan komposisi

petugas di pelayanan perawatan  paliatif memiliki standar

dan kualifikasi yang tinggi serta peluang untuk melibatkan

tenaga professional lainya seperti fisioterapi, rohaniawan,

pekerja social medic, okupasi terapi menjadi lebih

memungkinkan terutama di saat pasien dalam kondisi

terminal. Beberapa ruang perawatan paliatif di rumah sakit

didesain menyerupai suasana rumah dimana keluarga dan

kerabat diijinkan untuk tetap berada menemani pasien

hingga malam.

c. Rumah Perawatan

Di Amerika Serikat beberapa rumah perawatan

memiliki kerja sama dengan program rumah hospis, dan

kerja sama tersebut dituangkan dalam sebuah kontrak

kerjasama. Ansurasi kesehatan  bidang paliatif

berkontribusi secara signifikan terhadap layanan  paliatif

pada para pasien di rumah perawatan yang diidentifikasi

memiliki keterbatasan harapan hidup. Selain itu Asuransi

kesehatan tersebut juga menjadi pelayanan perawatan di

rumah hospis, layanan social, konsultasi melalui rumah

hospis, pelayanan konselin atau  pastoral care (layanan


kerohanian). Beberapa rumah perawatan menyediakan unit

perawatan khusus untuk pasien yang menjelang

ajal/kematian, akan tetapi kebanyakan fasilitas rumah

perawatan mengijinkan pasien untuk menjalani perawatan

menjelang

C. Prinsip Pelayanan Keperawatan Paliatif

1. Perilaku dalam Merawat

Perilaku caring meliputi kepekaan, simpati, dan iba. Hal tersebut

menunjukan sebagai bentuk perhatian terhadap pasien, simana

perhatian tersebut ditunjukan untuk semua aspek yang menyebabkan

timbulnya masalah keluhan pada pasien yang bukan hanya pada aspek

medis saja. Selain itu, pendekatan tersebut juga harus dapat

menghargai pasien sebagai individu yang unik, dan juga hal yang

lainya seperti etnis, kemampuan intelektual, agama dan

kepercayaanya. Perilaku caring merupakan hal yang mendasar dalam

pelayanan pasien di perawatan paliatif. Penetapan diagnosis dengan

benar dan pemberian obat-obatan yang sesuai pada kondisi pasien

mungkin tidak akan efektif bila aspek yang lain pada pasien di

abaikan.

2. Komunikasi

Komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarga adalah hal

vital. Komunikasi antara pasien dan perawat akan menjadi lebih terbuka
bila pasien menginginkan informasi yang lebih detail mengenai

penyakitnya.

3. Perawat

Perawat paliatif yang baik yaitu mencangkup proses

perencanaan yang di susun secara teliti, cermat dan berate-hati. Dimana

aspek-aspek seperti pencegahan akan terjadinya kondisi kritis baik

secara fisik berdasarkan progress penyakit pasien maupun secara

emosional, hal tersebut sering terjadi pada kasuspenyakit kanker yang

bersifat progresif. Pelibatan pasien dan keluarga menjadi hal penting

dalam proses perawatan paliatif karena dapat membantu meminimalisir

stress fisik dan emosional. Selain itu juga membantu pasien atau

keluarga untuk melakukan pencegahan kejadian krisis selama masa

perawatan di rumah.

D. Bekerja Secara Interprofesional dalam Pelayanan Paliatif

Beberapa terminology yang sering digunakan untuk

menggambaarkan makna bekerja bersama dalam satu tim yang terdiri dari

berbagai latar belakang disiplin ilmu yang interprofesional, interagency,

dan multidisciplinary. Terma tersebut kadang digunakan secara

bertukaran, dimana secara harfiah dari terma tersebut mengisyaratkan akan

makna bekerja bersama. Namun, maksud utama yang diinginkan adalah

bagaimana para tenaga profesional dengan beragam latar belakang tersebut

dapat bekerja sama dalam sebuah tim (interprofesinal). Hal ini akan

berbeda dengan makna multidisiplin dimana mengacu pada jumlah dari


para tenaga profesional yang terlibat dalam pelayanan yang boleh jadi

mereka tidak bekerja secara tim.

Berdasarkan makna di atas maka dapat disimpulkan bahwa

interprofesional berarti bekerja dengan berbagai tenaga profesional dengan

mengedepankan kolaborasi dalam tim. Sedangkan multidisiplin tidak

selalu bermakna para tenaga profesional melakukan kolaborasi dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya dalam proses perawatan pasien.

Dimana diketahui bahwa kolaborasi merupakan hal terpenting dalam

proses pelayanan perawatan, termasuk dalam perawatan paliatif. Seorang

perawat memiliki tanggung jawab secara profesional untuk memastikan

dan bekerja secara kolaboratif dengan tenaga profesional lainnya.

Sehingga, kegagalan dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien boleh jadi

karena kurangnya kolaborasi yang dilakukan oleh para tenaga profesional

yang berdampak terhadap layanan pada pasien yang berujung pada

kerugian terhadap pasien dan keluarganya.

Membangun tim yang baik dan berkualitas membutuhkan

perangkat nilai, nilai-nilai tersebut terperinci sebagai berikut:

1. Humor

Rasa humor atau humor selalu dihubungkan kondisi

kesehatan yang baik, sehingga saat ini menjadi bagian dari terapi

karena humor dapat mengurangi stres sekaligus meningkatkan

kreatifitas. Humor di tempat kerja dapat bermanfaat untuk

meningkatkan produktifitas kerja, pelayanan dan moral;


mengurangi perasaan sakit atau stres; meningkatkan kreatifitas;

meningkatkan dan menguatkan kebersamaan diantara anggota tim,

sekaligus meningkat interaksi dan komunikasi. Sehingga humor

memiliki kekuatan untuk mengajarkan sesuatu, menginspirasi, dan

memotivasi. Akan tetapi perlu untuk selalu memperhatikan situasi

kerja kapan saatnya melakukan humor sehingga tidak terjadi

kesalahpahaman diantara anggota tim.

2. Mudah Untuk Berkomunikasi

Sangat penting untuk setiap anggota tim merasa lebih

mudah berkomunikasi dan diajak komunikasi. Sehingga mudah

membangun budaya diskusi sesama anggota tim terutam di saat

menghadapi situasi kritis dimana kondisi pasien memburuk.

3. Memahami Kebutuhan Orang Lain

Setiap anggota tim harus memiliki pandangan dan wawasan

yang luas serta sikap terbuka dengan hal-hal baru. Selain itu juga

harus mampu memahami kondisi setiap anggota tim karena setiap

anggota kemungkinannya memiliki keahlian atau keterampilan dan

pengalaman yang berbeda. Menawarkan bantuan, atau bimbingan

dan dukungan sebelum diminta merupakan keterampilan yang

sangat penting dalam bekerja tim.

4. Percaya Diri Dan Saling Percaya


Percaya diri dan saling percaya merupakan hal yang sulit

untuk dilakukan, akan tetapi kedua hal tersebut menjadi dasar

sebagai karakteristik individu dalam kesuksesan kelompok atau

tim. Setiap anggota harus menjadikan hal tersebut sebagai prinsip

dalam bekerja tim.

5. Menikmati Pekerjaan

Menikmati pekerjaan sekalipun dalam kondisi sulit seperti

bekerja di area paliatif yang menghadapi pasien menjelang

ajal/kematian akan menimbulkan kepuasan. Kepuasan tersebut

membuat seseorang akan merasa lebih nyaman.

6. Kepedulian

Kepedulian terhadap sesama anggota dan tim merupakan

hal yang bersifat dasar dalam membangun tim yang baik. Setiap

anggota harus merasa dirinya berharga dan peduli.

E. Peran dalam Tim Paliatif

Secara umum tim perawatan paliatif, perawat merupakan tulan

punggung dalam pelayanan. Dokter, pekerja sosial medik, psikolog,

rohaniawan, dan relawan kemungkinannya dapat bekerja sebagai bagian

yang terintegral dengan anggota tim lainnnya. Berikut ini akan dijalaskan
peran perawat, dokter, pekerja sosial medik, fisioterapis, okupasi terapis,

dietician nutrisionist dan rohaniawan.

1. Peran Perawat

Beberapa bentuk peran perawat di area perawatan paliatif yang

didefinisikan sebagai satu dukungan untuk berbagai hal menurut

Davies dan Oberie (1990), yaitu:

a. Valuing, memiliki kemampuan untuk menghargai terhadap nilai

dan keyakinan seseorang.

b. Connecting, menunjukkan kemampuan untuk selalu dapat

berinteraksi dengan pasien dan keluarga, dan mencoba

memahami pengalaman yang dialami oleh mereka.

c. Empowering, memberdayakan pasien dan keluarga untuk

mendapat melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan mereka

dan untuk mereka sendiri sesuai dengan harapan yang mereka

inginkan.

d. Doing for, selain memberikan pelayanan akan kebutuhan pasien

secara fisik, perawat juga harus memaksimalkan kemampuan

pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah atau keluhan yang

dialami oleh pasien, seperti bagaimana pasien mampu mengatasi

nyeri yang dirasakan dengan mengelola nyeri secara mandiri

melalui teknik relaksasi.

e. Finding meaning, dalam pelayanan perawatan paliatif

mendorong pasien untuk menemukan makna dari kondisi


sakitnya atau kondisi kekiniannya merupakan hal yang penting

dalam membantu menentukan tata kelola keluhan yang

dirasakan oleh pasien. Sehingga dengan menemukan makna dari

suatu penderitaan atau sakit dapat memberikan kekuatan.

Sebagai contoh dalam perspektif Islam, sakit dapat dimaknai

sebagai salah jalan Allah untuk mengingatkan manusia akan

pentingnya menjaga kesehatan atau sakit dapat pula menjadi

jalan untuk menggugurkan dosa-dosa.

f. Preserving own integrity, menjaga dan mempertahankan

integritas diri merupakan hal yang terpenting untuk

mempertahankan harga diri, keyakinan diri serta semangat atau

spirit sehingga mampu menjalankan peran dan fungsi sebagai

anggota tim secara selektif.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kompetensi di definisikan sebagai; “keterampilan, pengetahuan,

pengalaman, kualitas dan karakteristik, serta perilaku yang menjadi syarat

pada seseorang untuk melakukan kerja atau tugasnya secara efektif.”

Model pelayanan keperawatan paliatif terdiri dari perawatan di rumah

Pelayanan Rawat Inap. Prinsip pelayanan keperawatan paliatif terdiri dari

perilaku dalam merawat, komunikasi, dan perawat.

Interprofesional berarti bekerja dengan berbagai tenaga profesional

dengan mengedepankan kolaborasi dalam tim. Sedangkan multidisiplin

tidak selalu bermakna para tenaga profesional melakukan kolaborasi dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya dalam proses perawatan pasien.

Dimana diketahui bahwa kolaborasi merupakan hal terpenting dalam


proses pelayanan perawatan, termasuk dalam perawatan paliatif. Seorang

perawat memiliki tanggung jawab secara profesional untuk memastikan

dan bekerja secara kolaboratif dengan tenaga profesional lainnya.

Secara umum tim perawatan paliatif, perawat merupakan tulan

punggung dalam pelayanan. Dokter, pekerja sosial medik, psikolog,

rohaniawan, dan relawan kemungkinannya dapat bekerja sebagai bagian

yang terintegral dengan anggota tim lainnnya.

B. Saran

Perawatan paliatif ini sangat diperlukan untuk orang-orang dengan

tahap terminal sehingga bisa lebih mempersiapkan diri dengan tujuan

untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Semoga makalah ini memberi

manfaat pada pembaca dan dapat digunakan sebagai referensi bacaan yang

mendidik.
DAFTAR PUSTAKA

Abu-Saad, H. H. (2008). Evidence-based palliative care: across the lifespan. John


Wiley & Sons.
Aitken, S. (2009). Community palliative care: the role of the clinical nurse
specialist. John Wiley & Sons.
Becker, R. (2015). Fundamental Aspects of Palliative Care Nursing 2nd Edition:
An Evidence-Based Handbook for Student Nurses (Vol.3). Andrews UK
Limited.
Brown, M. (Ed.). (2015). Palliative Care in Nursing and Healtcare. SAGE.
Bruera, E., & Yennurajalinggam, S. (2016). The palliative care team. Oxford
American Handbook of Hospice and Palliative Medicine and Supportive
Care. Oxford University Press. USA.
Cooper, J. (2006). Stepping into palliative care 1: Relationships and responses
(Vol.1). Radcliffe Publishing.
Ise, Y., Morita, T., Maehori, N., Kutsuwa, M., Shiokawa, M., & Kizawa, Y.
(2010). Role of the community pharmacy in palliative care: A nationwide
survey in Japan. Journal of Palliative Medicine, 13(6), 733-737.
Klarare, A., Hagelin, C, L., Furst, C. J., & Fossum, B. (2013). Team interactions
specialized palliative care teams: a qualitative study. Journal of Palliative
Medicine, 11(5), 677-681.
Preedy, V. R. (Ed.). (2011). Diet and Nutrition in palliative care. CRC Press.
Walker, K. A., Scarpaci, L., & McPherson, M. L. (2010). Fifty reasons to love
your palliative care pharmacist. American journal of Hospice and Palliative
Medicine.
Woodruff, R. (2004). Palliative medicine: symptomatic and supportive care for
patients with advanced cancer and AIDS fourth edition. Oxford University
Press, USA.

Anda mungkin juga menyukai