Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat


klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Maksud komunikasi
adalah mempengaruhi perilaku orang lain.

2.1.1 Dimensi Tindakan

Dimensi tindakan tidak dapat dipisahkan dengan dimensi respon. Dimensi respon
membawa klien pada tingkat penilikan diri yang tinggi dan kemudian dilanjutkan
dengan dimensi tindakan.

Dimenis tindakan terdiri dari konfrontasi, kesegaran, keterbukaan, emosional,


chartarsis dan bermain peran:

1. Konfrontasi
Merupakan ekspresi perasaan perawat tentang perilaku klien yang tidak
sesuai. Mengidentifikasi 3 kategori konfrontasi yaitu:
a. ketidaksesuaian antara konsep diri klien dan ideal diri klien.
b. ketidaksesuaian antara ekspresi non verbal dan perilaku klien.
c. ketidaksesuaian antara pengalaman klien dan pengalaman
perawat.

Konfrontasi berguna untuk meningkatkan kesadaran klien terhadap


kesesuaian perasaan, sikap, kepercayaan dan perilaku. Konfrontasi
dilakukan secara asertif, bukan marah atau agresif.

2. Kesegeraan
Kesegeraan berfokus pada interaksi dan hubungan perawat-klien saat ini.
Perawat sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan membantu
dengan segera. Tindakan perawatan untuk segera berespon terhadap
keluhan klien menimbulkan perasaan tentang klien dan keluarganya. Hal

2
ini sangat penting terutama kepada klien atau keluarganya yang mudah
panik terhadap perubahaan yang dialami klien.

3. Keterbukaan
Perawat harus terbuka dalam memberikan informasi tentang dirinya, ideal
diri, perasa, sikap, dan nilai yang dianutnya. Perawta mebuka diri tentang
pengalaman yangberguna untuk terapi klien. Tukar pengalman ini
memberi keutungan pada klien untuk mnedukung kerjasama dan
memberi sokongan. Perawat yang pelit infrmasi dan miskin komunikasi
dengan klien akan menghambat berlangsungnya tindakan keperawatan
dengan baik. Kien akan membatasi diri bahjan cenderung tidak kooperatif
dengan tindakan yang dilakukan perawat.
4. Emotional Chatarsis
Emotional chatarsis terjadi jika klien diminta bicara tentang hal yang
sangat mengganggu dirinya. Ketakutan, perasaan dan pengalaman dibuka
dan menjadi topik diskusi antara perawat-klien. Perawat harus dapat
mengkaji kesiapan klien mendiskusikan masalahnya. Jika klien
mengalami kesukaran mengekspresikan perasaanya, perawat dapat
membantu dengan menngekpresikan perasaanya jika berada pada situasi
klien.
5. Bermain Peran
Bermain peran adalah melakukan peran pada situasi tertenut. Hal ini
berguna untuk meningkatkan kesadaran dalam berhubungan dan
kemampuan melihat situasi dari pandangan orang lain. Bermain peran
menjembatani antara pikiran serta perilkau baru pada lingkungan yang
aman.

2.1.2 Teknik Komunikasi Terapeutik pada Instalansi Gawat Darurat (IGD)

Dalam menanggapi pesan disampaikan klien, perawat dapat menggunakan


berbagai tehnik, komuniksi sebagai berikut

3
1. Mendengarkan
Dengan mendengar perawat mengetahui perasaan klien, memberi
kesempatan lebih banyak pada klien untuk berbicara. Perawat harus
menjadi pendengar aktif dengan tetap kritis dan korektif bila apa yang
disampaikan klien perlu diluruskan. Tujuan tehnik ini adalah memberi
rasa aman klien dalam mengungkapkan perasaannya dan menjaaga
kestabilan emosi.
2. Pertanyaan terbuka
Memberikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaanya sesuai
kehendak klien tanpa membatasi.
3. Mengulang
Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan. Gunanya untuk menguatkan
ungkapan klien dan memberi indikasi perawat dan mengikuti
pembicaraan klien.
4. Klarifikasi
Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien
berhenti karena malu mengemukakan informasi.
5. Refleksi
Merupakan reaksi perawat-klien selama berlangsungnya komunikasi
refleksi ini dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Refleksi isi bertujuan memvalidasi apa yang didengar
b. Refleksi bertujuan memberi respon perasaan klien terhadap isi
pembicaraan agar klien mengetahui menerima perasaannya.
6. Memfokuskan
Membantu klien bicara pada topik yang telah dipilih dan yang penting
serta menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yaitu lebih spesifik, jelas,
dan berfokus pada realitas.
7. Membagi Presepsi
Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan pikirkan.
Dengan cara ini perawat dapat meminta umpan balik informasi.
8. Identifikasi Tema

4
Mengidentifikasi latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul
selama percakapan. Gunanya untuk meningkatkan pengertian dan
mengeksplorasi.
9. Diam
Cara yang sukar bisanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan.
Tujuannya untuk memberi kesempatan berfikir dan memotivasi klien
bicara. Pada klien yang menarik diri diam berarti perawat menerima klien.
10. Informing
Bertujuan memberi informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan pada
klien.
11. Saran
Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah. Tepat dipakai dan tidak
tepat pada fase awal hubungan.

2.2 Konsep Dasar Komunikasi IGD

2.2.1 Tingkat Kegawatan Pasien IGD

Ada beberapa kelas atau tingkat kegawatan saat pasien yang datang ke IGD,
antara lain:

1. Pasien Gawat Darurat


Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
Misal : Sumbatan jalan napas atau distress nafas, luka tusuk dada/perut
dengan shock dan sesak, hipotensi / shock.
2. Pasien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya dan atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila
tidak mendapatkan pertolongan secepatnya. Bisanya di lambangkan
dengan label merah.
Misalnya : AMI (Acut Miocart Infac)

5
3. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat. Bisanya di lambangkan dengan label Biru.
Misalnya : pasien dengan Ca stadium akhir.

4. Pasien Darurat Tidak Gawat


Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya. Bisanya di lambangkan dengan label
kuning.
Misalnya : pasien Vulnus Lateratum tanpa pendarahan.
5. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan. Bisanya di
lambangkan dengan label hijau.
Misalnya : pasien batuk, pilek.
6. Pasien Meninggal
Label hitam ( Pasien sudah meninggal, merupakan prioritas terakhir )
Adapun petugas triage di lakukan oleh dokter atau perawat senior yang
berpengalaman dan petugas triage juga bertanggung jawab dalam
operasi,pengawasan penerimaan pasien dan daerah ruang tunggu.

2.2.2 Aspek Psikologi pada Situasi Gawat Darurat

1. Kecemasan
Perasaan cemas disebabkan oleh rasa takut, frustasi, konflik, atau
sebaagai respon umum terhadap tekanana atau ketidaktahuan. Cemas
merupakan perasaaan takut atau gelisah yan tidak nyaman. Sejalan
dengan peningkatan tingkat kecemasan, kesaaran dan intelektual
menurun, menggangu ingatan dan fungsi tubuh.
2. Depresi
Beberapa gejala depresi terjadi bersifat jangka pendek dan berhubungan
dengan perubahan perubahan kesehatan, hubungan, dan keadaan
tertentu.Tanda dan gejala depresi dapat mencangkup perubahand an

6
selera makan dan kebiasaan tidur, kurangnya aktivitas pada kegiatan
sebelumnya, penurunan libido, menangis, serta berbicara dan bergerak
lamban.
3. Marah
Kemarahan merupakan suatu emosi yang kompleks. Agar perawat bisa
tetap tenang sambil mengakui respons yang muncul secara internal
diperlukan pemahaman diri, pengalaman, dan kedewasaan. Saat perawat
tetap tenang, kmponen emoosional diucapkan dan kemudian dibiarkan
menghilang sebelum perawat memberikan respons. Pada waktu yang
sam, mendengarkan dengan tenang isi pesan yang sebenarnya dan
mengungkapkan asal kemarahannya.Pada pasien marah ia perlu di
dengar, dan pendekatan terbaik seringkali mendengarkan terebih dahulu.

2.2.3 Prinsip Komunikasi Terapeutik pada Gawat Darurat

1. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya


dan saling menghargai.
2. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh klien.
3. Pasien harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun
mental
4. Memahami betul arti simpati sebagai tindakan terapeutik dan simpati
yang bukan merupakan tindakan terapeutik
5. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebasa
berkembang tanpa rasa takut
6. Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin keputusan
berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia

2.3 Konsep Dasar Komunikasi pada Intensive Care Unit (ICU)

Intensive Care Unit (ICU) adalah ruang rawat rumah sakit dengan staf dan
perlengkapan khusus ditujukan untuk mengelola pasien dengan penyakit, truama
atau komplikasi yang mengancam nyawanya sewaktu – waktu karena kegagalan

7
atau disfusi satu orag atau sistem masih ada kemungkinana untuk disembuhkan
kembali melalui pengobatan dan perawatan intensif ( Musliha, 2010 )

Kondisi pasien yang masuk ruang ICU antara lain pasien sakit kritis,
pasien tidak stabil yang memerlukan terapi intensif, pasien yang mengalami gagal
nafas berat, pasien bedah jantung, pasien yang memerlukan pemantauan intensif,
intensive dan non intensive agar komplikasi berat dapat dihindari atau dikurangi,
juga pasien yang memerlukan terapi intensif untuk mengatasi komplikasiakut
(Haliman & Wulandari, 2012)

Informasi yang akurat dan terpercaya sangat diperlukan oleh keluarga


pasien yang berada di ruang ICU, karena pasien ICU memerlukan tindakan yang
sangat cepat dan tepat. Dan ini berdampak pada keluarga pasien apabila perawat
tidak terlebih dahulu memberikan informasi kepada keluarga pasien tentang
penanganan pada pasien, maka keluarga pasien tidak akan percaya kepada
perawat .

Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan perawat


dengan pasien atau perawat dengan keluarga pasien yang di dasari dengan
hubungan saling percaya yang di dalam komunikasi tersebut terdapat seni
penyembuhan.

Dalam komunikasi antar perawat dengan keluarga pasien, perawat harus


membangun rasa nyaman, aman danpercaya pada keluarga ( Priyoto,2015 )

2.3.2 Fase Komunikasi Terapeutik

1. Pada fase pra interaksi


Perawat harus mengekspolrasi perasaan, fantasi dan ketkutan sendiri.
Petugas juga perlu menganalisa kekuatan kelemahan profesional diri.
Selanjutnya mencari data tentang klien dan merencanakan pertemuan
2. Fase Orientasi
Fase ini meliputi pengenalan dengan pasien, persetujuan komunikasi atau
kontrak komunikasi dengan pasien. Serta penentuan program orientasi.

8
Program orientasi tersebut meliputi hubungan mengidentifikasi masalah,
mengkaji tingkat kecemasan diri serta dan pasien, serta mengkaji apa yang
di harapkan dari komunikasi yang akan dilakukan bersama antara petugas
dan pasien. Tugas perawat pada fase ini adalah menentukan alasan klien
minta tolong, membina rasa percaya, penerimaan dan komunikasi terbuka.
Memutuskan kontrak bersama klien, mengeksplorasi pikiran, perasaan dan
perbuatan klien sangat penting dilakukan pada tahap orientasi ini. Dengan
demikian petugas dapat mengidentifikasi masalah klien, dan selanjutnya
merumuskan tujuan dengan klien.
3. Fase Kerja
Meningkatkan interaksi dan mengembangkan faktor fungsional dari
komunikasi terapeutik yang dilakukan. Meningkatkan interaksi sosial
dengan cara penerimaan satu sama lain untuk mengatasai kecemasan, atau
dengan menggunakan teknik komunikasi terapeutik sebbagai cara
pemecahan dan dalam mengembangakan atau meningkatkan faktor
fungsional komunikasi terapeutik. Tugas petugas pada fase kerja ini adalah
mengekspolrasi stressor yang terjadi pada klien dengan tepat. Perawat juga
perlu mendorong kesadaran diri klien dan pemakaian mekanisme koping
yang konstruktif, dan mengarahkan atau mengatasi penolakan perilaku
adaptif.
4. Fase Terminasi
Fase persiapan mental untuk membuat perencanaan tentang
kesimpulan obat yang telah di dapatkan dan mempertahanakan batas
hubungan yang telah di tentukan .Petugas harus mengantisipasi masalah
yang akan timbul pada fase ini karena mungkin menjadi tergantung pada
perawat. Pada fase ini memugkinkan ingatan pasien pada pengalaman
perpisahan sebelumnya, sehingga pasien merasa sunyi, menolak, dan
depresi. Diskusikan perasaan tentang terminasi.
Pada fase terminasi tugas perawat adalah menciptakan realitas
perpisahan. Petugas juga dapat membicarakan proses terapi dan
pencapaian tujuan. Saling mengekspolrasi perasaan bersama klien tentang

9
penolakan, kehilangan, sedih dan marah yang mungkin terjadi pada fase
ini.

10

Anda mungkin juga menyukai