Anda di halaman 1dari 15

Pertemuan ke : 14 (Empat belas)

Hari dan Tanggal : Selasa, Desember 2017

Pemateri : Ari Susanti.S. KM., M.Kes.

Judul materi :

1. Peran kerja tim untuk patient safety


2. Peran pasien dan keluarga sebagai partner di
pelayanan kesehatan untuk mencegah terjadinya
bahaya dan adverse events
3. Aplikasi pengontrolan dan pencegahan infeksi,
prosedur invasive
4. Penyebab terjadinya adverse events terkait prosedur
invasive
5. Medication safety

A. Peran kerja tim untuk patient safety


Hubungan kerja yang memiliki tanggung jawab dengan penyedia layanan
kesehatan lain dalam pemberian (penyediaan) asuhan pasien (ANA,1992 dalam
kozier, Fundamental keperawatan) Tim kesehatan yang terdiri dari berbagai
profesi seperti dokter, perawat, psikiater, ahli giji, Farmasi, pendidik di bidang
kesehatan dan pekerja sosial.
Tujuan utama dalam tim adalah memberikan pelayanan yang tepat,oleh tim
kesehatan yang tepat,di waktu yang tepat,serta di tempat yang tepat!#lemen
penting dalam kolaborasi tim kesehatan yaitu keterampilan komunikasi yang
efektif, saling menghargai, rasa percaya,dan proses pembuatan keputusan (kozier
,2010). Konsep kolaborasi tim kesehatan itu sendiri merupakan hubungan
kerjasama yang kompleks dan membutuhkan pertukaran pengetahuan yang
berorientasi pada pelayanan kesehatan untuk pasien.
Jenis kolaborasi Tim kesehatan:
1. Fully integrated major: Bentuk kolaborasi yang setiap bagian dari tim
memiliki tanggung jawab dan kontribusi yang sama untuk tujuan yang sama
2. Partially integrated major: Bentuk kolaborasi yang setiap anggota dari tim
memiliki tanggung jawab yang berbeda tetapi tetap memiliki tujuan bersama
3. Join program office: bentuk kolaborasi yang tidak memiliki tujuan bersama tetapi
memiliki hubungan pekerjaan yang menguntungkan bila dikerjakan bersama
4. Join partnership with affiliated programming kerja sama yang memberikan
jasa dan umumnya tidak mencari keuntungan antara satu dan lainnya
5. Join partnership For issue advocacy: bentuk kolaborasi yang memiliki misi
jangka panjang tapi dengan tujuan jangka pendek, namun tidak harus
membentuk tim yang baru
B. Peran pasien dan keluarga sebagai partner di pelayanan kesehatan untuk
mencegah terjadinya bahaya dan adverse events
Dalam melaksanakan program tersebut diperlukan kerja sama antara tim
kesehatan serta pasien dan keluarga:
Peran keluarga secara aktif dalam menjaga keselamatan pasien rawat inap adalah
1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur
2. Mengetahui dan melaksanakan kewajiban serta tanggung jawab pasien
maupun keluarga.
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi dan menghormati peraturan rumah sakit.
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa dalam proses bersama
tim kesehatan mengelola pasien
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
Penerapan enam sasaran keselamatan pasien dan peran keluarga dalam
menjaga keselamatan pasien rawat inap di rumah sakit:

1. Ketepatan Identifikasi Pasien


Pasien dalam keadaan tidak sadar, gelisah, mengalami gangguan
penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan proses pikir, mendapat obat
bius, atau gangguan lain tidak mampu melakukan identifikasi diri dengan
benar selain itu pasien yang pindah ruang rawat atau bertukar tempat tidur
saat perawatan di rumah sakit berisiko mengalami ketidaktepatan identifikasi,
maka rumah sakit menyusun sistem untuk memastikan identifikasi pasien
sebagai individu yang akan menerima pelayanan adalah tepat dan jenis
pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut adalah sesuai.
Peran Pasien dan keluarga untuk memastikan ketepatan identifikasi pasien
adalah:
a. Memberikan data diri yang tepat pada saat mendaftar sesuai dokumen data
diri yang dimiliki. Data utama yang diperlukan adalah nama dan tanggal
lahir
b. Selama rawat inap pasien dipakaikan gelang. Pasien dan keluarga harus
memahami fungsi gelang dan patuh menggunakan gelang tersebut selama
rawat inap karena gelang tersebut dipakai oleh tim kesehatan guna
memastikan kebenaran identitas dan faktor risiko pasien saat memberikan
pelayanan.
1) Gelang warna biru untuk laki-laki dan gelang warna merah muda
untuk perempuan dipakai untuk identifikasi
2) Gelang warna merah dipasangkan pada pasien yang memiliki riwayat
alergi
3) Gelang warna kuning dipasangkan pada pasien yang memiliki risiko
jatuh
c. Pasien atau keluarga kooperatif saat dilakukan verifikasi identitas oleh
petugas saat akan melakukan tindakan, memberikan obat, mengambil
preparat untuk pemeriksaan laborat dan lain-lain.
2. Komunikasi efektif
Pasien yang menjalani rawat inap dikelola oleh dokter dan berbagai
profesi lain sebagai tim dengan menerapkan sistem komunikasi yang efektif
untuk memberikan pelayanan.

Peran pasien dan keluarga mewujudkan komunikasi efektif adalah:

a. Menunjuk atau menetapkan anggota keluarga yang diberi kewenangan


untuk berkomunikasi dengan tim kesehatan. Penunjukkan ini diperlukan
untuk memastikan komunikasi berlangsung efektif dan
berkesinambungan, tidak mengalami rantai komunikasi yang panjang dan
kompleks yang berisiko menyebabkan perubahan makna isi informasi.
b. Memberikan informasi dan data terkait kondisi pasien kepada tim
kesehatan dengan benar dan jelas.
c. Memberikan informasi pada petugas bila ada kejadian tidak diharapkan.
d. Meminta informasi yang diperlukan kepada tim kesehatan
3. Pemberian obat secara aman
Pemberian obat merupakan bagian yang mengambil porsi dominan dalam tata
kelola pasien rawat inap..
Peran serta keluarga dalam menjamin keamanan pemberian obat adalah
a. Memberikan informasi yang lengkap tentang riwayat obat yang pernah
dipergunakan sebelum masuk rumah sakit
b. Memberikan informasi tentang riwayat alergi atau reaksi yang dialami saat
menggunakan obat tertentu
c. Mendukung pengawasan pemberian obat selama rawat inap dengan cara
memastikan identitas pasien benar, menanyakan jenis obat yang diberikan,
tujuan pemberian, dosis dan waktu pemberian obat
4. Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien Operasi
Tindakan operasi merupakan salah satu prosedur yang mungkin
dilakukan pada pasien untuk mengatasi masalah kesehatannya. Bagian tubuh
yang akan dioperasi bisa meliputi bagian yang bersisi (misalnya tangan atau
kaki kanan dan kiri, mata kanan dan kiri) atau bagian yang multipel level
(misalnya tulang belakang) atau bagian yang multipel struktur (misalnya jari
tangan) dengan demikian diterapkan sistem untuk memastikan tindakan tepat-
lokasi, tepat - prosedur, tepat-pasien
Salah satu prosedur yang dilakukan sebelum tindakan operasi adalah
proses verifikasi. Peran pasien dan keluarga dalam proses verifikasi
praoperasi adalah memberikan informasi yang benar dan bekerja sama secara
kooperatif Proses yang dilakukan meliputi:
a. Verifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar
Proses ini dilakukan dengan membuat tanda pada lokasi yang dioperasi.
Penandaan lokasi operasi ini melibatkan pasien, dibuat oleh dokter yang
akan melakukan tindakan dan dilaksanakan saat pasien dalam keadaan
sadar .Tanda ini tidak boleh dihapus dan harus terlihat sampai saat akan
disayat.
b. Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan
yang relevan tersedia, diberi label dengan baik
c. Melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus yang dibutuhkan.

5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan


Rumah sakit merupakan tempat yang memungkinkan berkumpulnya
berbagai jenis kuman sedangkan pasien yang sedang dirawat memiliki daya
tahan tubuh relatif rendah dengan demikian diperlukan suatu proses bersama
untuk mencegah timbulnya infeksi lain yang tidak berhubungan dengan
penyakit utama pasien.
Peran pasien dan keluarga dalam pengurangan risiko terkait pelayanan
kesehatan adalah:
a. Menerapkan prosedur cuci tangan yang benar
b. Membatasi pengunjung pasien
c. Menerapkan etika batuk yang benar
6. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
Individu yang sedang sakit memiliki keterbatasan dalam pengamanan
diri termasuk menghindari jatuh. Rumah sakit mengambil tindakan untuk
mengurangi risiko dengan melakukan pengkajian faktor-faktor yang dapat
menyebabkan jatuh seperti, penggunaan obat, gaya jalan dan keseimbangan,
alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien, riwayat jatuh saat berjalan
atau saat istirahat baring di tempat tidur.
Peran pasien dan keluarga dalam mencegah jatuh saat dirawat di rumah sakit
adalah:
a. Pastikan penanda pasien beresiko jatuh berupa gelang kuning dipakai
pasien
b. Jangan melepas atau memindah kartu kuning yang dipasang petugas dekat
tempat tidur pasien atau di depan kamar pasien karena kartu tersebut
merupakan penanda untuk mewaspadai pasien yang beresiko jatuh
c. Keluarga atau pasien perlu memastikan diri untuk memahami informasi
yang diberikan oleh petugas agar dapat mendukung tindakan pencegahan
jatuh.

Informasi yang perlu diketahui adalah:


a. faktor resiko jatuh yang teridentifikasi seperti obat yang dipergunakan,
kesadaran pasien, keseimbangan saat berjalan,dll
b. tindakan pencegahan jatuh yang perlu dilakukan
c. cara untuk minta bantuan
d. cara menggunakan bel atau sarana komunikasi di ruangan
e. cara mengatur pengamanan tempat tidur
f. pengggunaan tali pengaman, dll
Pengelolaan pasien rawat inap tidak hanya mejadi tanggung jawab tim kesehatan
tetapii melibatkan juga pribadi pasien sendiri dan keluarga, maka setiap bagian perlu
menjalankan peran masing-masing sesuai tugasnya karena proses kerja sama yang
baik merupakan dasar yang kuat untuk memperoleh hasil optimal.

C. Aplikasi pengontrolan dan pencegahan infeksi, prosedur invasive


Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) sangat Penting untuk
melindungi pasien, petugas juga pengunjung dan keluarga dari resiko tertularnya
infeksi karena dirawat, bertugas juga berkunjung ke suatu rumah sakit atau
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Keberhasilan program PPI perlu
keterlibatan lintas profesional: Klinisi, Perawat, Laboratorium, Kesehatan
Lingkungan, Farmasi, Gizi, IPSRS, Sanitasi & Housekeeping, dan lain-lain
sehingga perlu wadah berupa Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi antara suseptibilitas
penjamu, agen infeksi (pathogenesis, virulensi dan dosis) serta cara penularan.
Identifikasi factor resiko pada penjamu dan pengendalian terhadap infeksi tertentu
dapat mengurangi insiden terjadinya infeksi (HAIs), baik pada pasien ataupun
pada petugas kesehatan.

Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi terdiri dari:


1. Peningkatan daya tahan penjamu, dapat pemberian imunisasi aktif (contoh
vaksinasi hepatitis B), atau pemberian imunisasi pasif (imunoglobulin).
Promosi kesehatan secara umum termasuk nutrisi yang adekuat akan
meningkatkan daya tahan tubuh.
2. Inaktivasi agen penyebab infeksi, dapat dilakukan metode fisik maupun
kimiawi. Contoh metode fisik adalah pemanasan (pasteurisasi atau sterilisasi)
dan memasak makanan seperlunya. Metode kimiawi termasuk klorinasi air,
disinfeksi.
3. Memutus mata rantai penularan. Merupakan hal yang paling mudah untuk
mencegah penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya bergantung kepeda
ketaatan petugas dalam melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan.
Tindakan pencegahan ini telah disusun dalam suatu Isolation
Precautions (Kewaspadaan Isolasi) yang terdiri dari 2 pilar/tingkatan, yaitu
Standard Precautions (Kewaspadaan Standar) dan Transmission based
Precautions (Kewaspadaan berdasarkan cara penularan)

4. Tindakan pencegahan paska pajanan (Post Exposure Prophylaxis/PEP)


terhadap petugas kesehatan. Berkaitan pencegahan agen infeksi yang
ditularkan melalui darah atau cairan tubuh lainnya, yang sering terjadi karena
luka tusuk jarum bekas pakai atau pajanan lainnya. Penyakit yang perlu
mendapatkan perhatian adalah hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV.
D. Penyebab terjadinya adverse events terkait prosedur invasive
Edverse Event adalah suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yag tidak
diharapkan pada pasien karena suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil.
Tindakan invasif adalah suatu tindakan yang dapat/memungkinkan masuknya
mikroorganisme kedalam tubuh dan menyebarkannya ke jaringan, antara lain
dengan membuat tusukan, atau incisi pada kulit atau memasukkan /insersi
instrument (benda asing) kedalam tubuh. (Nurses' Dictionary, Billiere's , 1990)
Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu
kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena
suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission), dan bukan karena underlying disease atau kondisi pasien.(
Permenkes RI Nomor 290/MENKES/PER/III/2008
Contoh: pasien yang tidak kooperatif. Jadi kita sebagai perawat harus caring dan
memberikan Health Education (HE).
Penyebab Edverse Event:
1. Kesalahan atau terlambatnya diagnosa
2. Tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai SOP
3. Menggunakan prosedur lama
4. Komunikasi tidak pas atau tidak efektif
BEBERAPA TINDAKAN INVASIF:
a. pemasangan infus/IV line, CVC, Dower Catheter, kateterjantung
b. pemasangan endotracheal tube, nasogastrik tube, dll
c. punksi pleura, punksi lumbal
d. pemasangan alat kontasepsi
e. tindakan bronkoskopi, cystoscopy dll
f. pemasangan plate/screw, protese tulangdll.
g. pemasangan alat pacu jantung
h. tindakan hemodialisa
i. dan lain-lain.
Insiden Adverse Event diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Mengakibatkan kematian atau cedera yang serius.disebut Kejadian Sentinel
b. Belum sampai terpapar ke pasien disebut Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya
disingkat KNC
c. Sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera disebut. Kejadian Tidak
Cedera, selanjutnya disingkat KTC
d. Berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.disebut
Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC ( Permenkes Nomor
1691 Tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit )
Penyebab terjadinya KTD = Adverse event (Reason, 1997):
a. Tidakan yang tidak aman (unsafe act)
b. Kondisi laten
Penyebab utama terjadinya errors, antara lain:
a. Communication problems g. Technical failures
b. Inadequate information flow h. Inadequate policies and
c. Human problems procedures (AHRQ Publication
d. Patient-related issues No. 04-RG005, December
e. Organizational transfer of 2003) Agency for Healthcare
knowledge Research and Quality
f. Staffing patterns/work flow
PENDEKATAN PENANGANAN KTD:
a. pendekatan personal.
b. Pendekatan sistem
E. Medication safety
Medication safety mempunyai tujuan agar tercapainya keselamatan pasien
atau Patient safety. Patient safety adalah identifikasi, penilaian, analisis, dan
manajemen risiko dan patient safety incident, agar pelayanan pasien lebih aman
dan meminimalkan harm pada pasien.

Strategi untuk meningkatkan medication safety dalam pelayanan kesehatan:


1. Sistem yang memastikan adanya distribusi obat yang lebih baik
a. Distribusi obat berbasis pasien individual.
b. Automated disepensing device
2. Sistem yang memastikan adanya pengecekan yang memadai/adekuat
a. Bar coding
b. Sistem deteksi komputer untuk kejadian efek samping obat
c. Pengecekan ganda oleh perawat yang memberikan obat (terutama untuk
obat yang menyebabkan adiksi, sitotoksik, obat-obat baru, obat yang
diberikan secara epidural, insulin, produk darah).
3. Sistem yang memperbaiki pemberian obat
a. Perbaikan pengepakan dan penyimpanan obat, serta peralatan pemberian
obat
b. Edukasi dan pelatihan untuk menurunkan
administration error
c. Sistem untuk memperbaiki penulisan resep
d. Edukasi dan pelatihan untuk penulis resep
e. Academic detailing, yaitu edukasi penulis resep oleh tenaga profesional
pelayanan kesehatan, terutama apoteker, dokter, atau perawat, untuk
mengubah peresepan obat agar konsisten dengan medical evidence,
mendukung patient safety, agar pilihan obatnya cost-effective, serta
meningkatkan pelayanan pasien.
4. Sistem yang memastikan adanya diseminasi pengetahuan tentang obat
yang lebih baik
a. Peresepan elektronik yang dikombinasi dengan sistem pendukung
pengambilan keputusan klinis
b. Implementasi clinical guideline
c. Sistem yang memberikan pelayanan farmasi klinis
Ahli farmasi klinis berpartisipasi dalam sejumlah proses pengobatan,
termasuk review, pemesanan, penyerahan, monitoring, dan edukasi obat.
5. Sistem yang memperbaiki transfer informasi
a. Sistem pelayanan manajemen obat saat pasien masuk dan keluar rumah
sakit (transfer informasi dari rumah sakit ke pemberi pelayanan kesehatan
primer, yaitu dokter umum dan apoteker di luar rumah sakit).
b. Rekam medis elektronik bersama.
6. Sistem yang mendukung perawatan multidisiplin
7. Sistem yang mendukung pelaporan insiden terkait obat dan efek samping
obat
8. Pendekatan berbasis sistem untuk memahami dan mencegah medication
error
a. Sistem yang memungkinkan rumah sakit menilai sistem dan performa
pengobatan oleh dokter- dokternya.
b. Pendekatan berbasis sistem untuk melaporkan, me- review, dan memberi
umpan balik terhadap data yang diperoleh tentang drug administration
error

Medication error merupakan patient safety incident yang melibatkan obat,


yang dapat terjadi di semua sistem pelayanan kesehatan. Error yang serius bisa
membahayakan pasien dan memaparkan tenaga profesional kesehatan pada tuntutan
kriminal.
Menurut US National Coordinating Council for Medication Error Reporting
and Prevention (NCC MERP), definisi medication error adalah setiap peristiwa
yang bisa dicegah, yang bisa menyebabkan atau mengarah pada penggunaan obat
yang tidak tepat atau harm pada pasien ketika obat itu berada dalam pengendalian
profesional pelayanan kesehatan, pasien, atau konsumen.
Berdasarkan definisi ini, medication error bisa dicegah. Sebagian besar error
tidak mengakibatkan harm bagi pasien. Namun, jumlah insiden error adalah indikator
penting untuk medication safety dalam suatu organisasi, karena itu tidak bisa
diabaikan. Beberapa medication error menyebabkan adverse drug reaction atau efek
samping bagi pasien. Karena itu, adverse drug reaction yang terjadi sesudah
medication error bisa dicegah.

NCC MERP mengkategorikan medication error menjadi 9, yaitu:


1. Kategori A: kondisi atau peristiwa yang mempunyai kapasitas untuk
menyebabkan error.
2. Kategori B: error telah terjadi, tetapi tidak mencapai pasien
3. Kategori C: error telah terjadi, mencapai pasien, tapi tidak menyebabkan harm
pada pasien.
4. Kategori D: error telah terjadi, mencapai pasien, dan memerlukan monitoring
untuk memastikan bahwa tidak menimbulkan harm pada pasien dan/atau
memerlukan intervensi untuk menghindarkan dari harm.
5. Kategori E: error telah terjadi, yang mungkin telah berkontribusi atau
mengakibatkan harm sementara pada pasien dan memerlukan intervensi
6. Kategori F: error telah terjadi, yang mungkin telah berkontribusi atau
mengakibatkan harm sementara pada pasien dan memerlukan rawat inap awal
atau rawat inap lama.
7. Kategori G: error telah terjadi, yang mungkin telah berkontribusi atau
mengakibatkan harm permanen pada pasien.
8. Kategori H: error telah terjadi, yang memerlukan intervensi untuk
mempertahankan hidup.
9. Kategori I: error telah terjadi, yang mungkin telah berkontribusi atau
mengakibatkan kematian pasien.

Harm adalah gangguan fisik, emosional, atau fungsi fisiologis atau struktur tubuh
dan/atau nyeri yang diakibatkan oleh hal tersebut.
Monitoring adalah mengobservasi atau mencatat tanda-tanda fisiologis atau
psikologis yang relevan.
Intervensi adalah perubahan terapi atau terapi medis aktif/bedah.
Intervensi untuk mempertahankan hidup mencakup bantuan kardiovaskuler dan
respirasi (misalnya RJP, defibrilasi, intubasi, dsb).

Gambar NCC MERP index

Insidensi medication error biasanya tidak diketahui. Error bisa saja diketahui sebelum
mencapai pasien. Error yang mencapai pasien bisa saja terjadi tanpa diketahui.
Beberapa error yang ditemukan bisa saja tidak dilaporkan karena pasien tidak
mengalami harm. Pada kasus dimana pasien mengalami kejadian efek samping
sebagai akibat error, barulah medication error lebih sering dilaporkan.

Gambar Skema Gunung es Medication Error

Adverse drug event adalah insiden obat yang menyebabkan harm pada pasien.
Insiden obat/medication incident adalah semua masalah yang berkaitan dengan obat.
Adverse drug event meliputi harm yang diakibatkan sifat intrinsik obat (yaitu adverse
drug reaction) dan bahaya yang diakibatkan oleh medication error atau kegagalan
sistem yang berhubungan dengan produksi, distribusi, atau penggunaan obat.
DAFTAR PUSTAKA

(Online) Diakses Tanggal 11 Desember 2017


Kozier dkk, 2010. Buku ajar Fundamental keperawatan: konsep, proses dan
praktik. Edisi 7.Jakarta: EGC
(Online) Diakses Tanggal 11 Desember 2017
https://www.scribd.com/document/357046404/Peran-kerja-tim-untuk-patient-
safety-docx
(Online) Diakses Tanggal 11 Desember 2017
https://www.scribd.com/presentation/349955635/12

Anda mungkin juga menyukai