JURUSAN KEPERAWATAN
SURABAYA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Modul Kesehatan dan
Keselamatan Kerja: Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja dalam
Keperawatan dapat selesai.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen mata kuliah yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan pembuatan modul ini.
Kami menyadari bahwa modul ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran selalu kami harapkan, semoga modul ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA
4. Uraian Materi
A. Pengertian Kesehatan Keselamatan Kerja (K3)
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah
satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat,
bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau
bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja
tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi
pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi
1
secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas.
Menurut Komite Ahli WHO (1973), Penyakit Akibat Hubungan
Kerja adalah penyakit dengan penyebab multifaktorial, dengan
kemungkinan besar berhubungan dengan pekerjaan dan kondisi tempat
kerja.Pajanan di tempat kerja tersebut memperberat, mempercepat
terjadinya serta menyebabkan kekambuhan penyakit. Penyakit Akibat
Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan
dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik.
Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa
negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan
peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena
kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja
yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja,
sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah
tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus
melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan
kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan
disekitarnya.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan
hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena
seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan
berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen
yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga
kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani
korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan
kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang
Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja,
2
khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan,
mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10
orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa
Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan
berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan,
tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga
terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya
pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS.
Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada
potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di
RS, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang
berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya),
radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan
psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas
mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien
maupun para pengunjung yang ada di lingkungan RS.
3
dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus yang
menyebar melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya HIV
dan Hep. B) dapat menginfeksi pekerja hanya akibat kecelakaan
kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang
terkontaminasi virus.
Pencegahan :
- Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang
kebersihan, epidemilogi dan desinfeksi.
- Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk
memastikan dalam keadaan sehat badan, punya cukup kekebalan
alami untuk bekerja dengan bahan infeksius, dan dilakukan
imunisasi.
- Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan
yang benar.
- Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan
infeksius dan spesimen secara benar
- Pengelolaan limbah infeksius dengan benar
- Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
- Kebersihan diri dari petugas.
2. Faktor Kimia
Petugas di tempat kerja kesehatan yang sering kali kontak
dengan bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian
pula dengan solvent yang banyak digunakan dalam komponen
antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogen.
Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif
terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering
adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya
disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja
oleh karena alergi (keton). Bahan toksik (trichloroethane,
tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit
dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian.
4
Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan
jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.
Pencegahan :
- Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia
yang ada untuk diketahui oleh seluruh petugas untuk petugas
atau tenaga kesehatan laboratorium.
- Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk
mencegah tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol
untuk petugas / tenaga kesehatan laboratorium.
- Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung
tangan, celemek, jas laboratorium) dengan benar.
- Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara
mata dan lensa.
- Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.
3. Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya
menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap
kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya
kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan
tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya.
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan
Kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang
ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, Posisi kerja yang
salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga
kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat
menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan
yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).
4. Faktor Fisik
Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat
menimbulkan masalah kesehatan kerja meliputi:
5
Kebisingan, getaran akibat alat / media elektronik dapat
menyebabkan stress dan ketulian
Pencahayaan yang kurang di ruang kerja, laboratorium, ruang
perawatan dan kantor administrasi dapat menyebabkan gangguan
penglihatan dan kecelakaan kerja.
Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja
Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan
sekitar.Terkena radiasi
Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi
pemeriksaan, penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika
tidak dikontrol dapat membahayakan petugas yang menangani.
Pencegahan :
- Pengendalian cahaya di ruang kerja khususnya ruang
laboratorium.
- Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup
memadai.
- Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi
- Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
- Pelindung mata untuk sinar laser
- Filter untuk mikroskop untuk pemeriksa demam berdarah
5. Faktor Psikososial
Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan
yang dapat menyebabkan stress :
Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan
menyangkut hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di tempat
kerja kesehatan di tuntut untuk memberikan pelayanan yang
tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-
tamahan
Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat
monoton.Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan
dan bawahan atau sesama teman kerja.Beban mental karena
6
menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun
informal.
2) Influenza :
a. Mengurangi kontak langsung dengan penderita Influenza
b. Memakai masker
c. Vaksinasi influenza
3) Flu Burung :
a. Mengurangi kontak langsung dengan penderita Influenza
b. Mengonsumsi obat antivirus
c. Memakai masker
d. Mengonsumsi makanan sehat
7
4) SARS :
a. Mengurangi berkunjung langsung ke wilayah yang terserang SARS
b. Gunakan masker penutup hidung dan mulutserta sarung tangan
untuk mengurangi penularan melalui cairan dan udara (debu)
c. Jaga kebersihan tuuh, misalnya segera mencuci tangan setelah
berada ditempat umum
5) AIDS :
a. Hindari tertusuknya jarum suntik bekas pasien
b. Hindari tercemarnya darah pasien dengan anggota tubuh yang
sedang luka
c. Hindari tercemarnya barang habis pakai milik penderita
8
2. Perawat berisiko terkena infeksi jika tidak cuci tangan atau
menggunakan sarung tangan serta masker jika berada pada ruang
paru.
3. Perawat sering kontak langsung dengan bahan kimia seperti obat
obatan kontak kerja tersebut yang pada umumnya dapat
menyebabkan iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh
karena alergi (keton). Bahan toksik (trichloroethane,
tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit
dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian.
Pada perawat bekerja secara fisik misalnya memobilisasi pasien,
memindahkan pasien, memandikan pasien dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan fisik dapat mengakibatkan risiko seperti
keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back
pain).
4. Pada perawat berhubungan langsung dengan radiasi karena pada
pemeriksaan pemeriksaan tertentu memerlukan radiasi jika perawat
terkena radiasi dapat membahayakan tenaga kesehatan yang
menangangani seperti gangguan reproduksi dan jika terpapar terlalu
sering dapat mengakibatkan kanker.
9
a. Semua linen kotor disatukan dalam kantong plastik, disimpan
secara hati-hati. Sesampai di ruang cuci, linen kotor langsung
dituang dari kantong (tidak dipegang tangan) langsung ke dalam
mesin cuci kosong, tidak bercampur dengan cucian lain.
b. Kantong plastik pengumpul linen kotor sebaiknya diberi tanda
atau terpisah, misalnya kantong plastik linen pasien berisiko
tinggi seperti penderita Hepatitis, AIDS terpisah dengan pasien
lain. Petugas sortir linen bersih, juga harus memperhatikan
kebersihan diri, karena dapat menjadi sumber infeksi. Petugas
cuci harus memakai sarung tangan karet sebagai pencegahan
dasar penyebaran infeksi. Petugas cuci dapat menderita dermatitis
kontak akibat deterjen dan bahan kimia lain untuk cuci. Dapat
pula terpajan mikroorganisme yang terbawa aerosol (di rumah
sakit maju).
10
bagian ini adalah tangan bersih dan menggunakan alat bersih. Kulkas
penyimpanan bahan makanan mentah yang sudah dibersihkan diatur
suhunya dan kebersihannya agar bakteri atau jamur tidak sempat
berkembang biak. Memasak yang benar-benar matang akan
membunuh salmonela. Petugas yang sedang menderita gangguan
gastrointestinal diliburkan dan diobati sampai sembuh.
4. Farmasi
Apoteker yang berkomunikasi dengan pasien kanker dapat
terpajan obat anti neoplastik.
5. Sterilisasi
Gas etilen oksida (ethylene oxide) sering digunakan sebagai gas
sterilisasi alat medis. Menjadi berbahaya bila sistem pembuangan
sterilisasi rusak/macet, sehingga uap gas ini terhirup petugas. Etilen
oksida merupakan gas tidak berwarna, mudah terbakar dan meledak
bila mencapai konsentrasi 3% di udara. Efek etilen oksida bersifat
mutagenik, sitogenik, karsinogenik pada hewan percobaan. Efek
toksik utama pada traktus respiratorius dan saran pada pajanan dosis
tinggi, akan menyebabkan katarak. Petugas yang dalam kondisi hamil
dilarang bekerja di ruangan ini. Ruangan sebaiknya dibuka setelah
selesai sterilisasi alat.
6. Laboratorium
Pemeriksa di laboratorium akan terpajan bakteri, antara lain TB
dan virus Hepatitis B. Petugas harus menjaga kesehatan dan
kebersihan pribadi untuk mencegah tertular penyakit, serta selalu
memakai sarung tangan karet pada saat bekerja. Mencuci tangan
setiap akan memulai dan setelah bekerja, mengenakan jas
laboratorium, yang harus selalu ditinggal di dalam laboratorium.
7. Petugas Radiologi
Radiasi adalah risiko berbahaya yang dikenal baik di lingkungan
rumah sakit dan usaha penanggulangannya sudah dilakukan. Rumah
sakit sebaiknya mempunyai petugas yang bertanggung jawab (safety
11
officer) atas keamanan daerah sekitar radiasi dan perlindungan bagi
petugasnya. Petugas hamil sebaiknya dilarang bekerja, walau hal ini
masih diperdebatkan.
8. Perawat
Setiap hari kontak langsung dengan pasien dalam waktu cukup
lama (6-8 jam/hari), sehingga selalu terpajan mikroorganisme
patogen. Dapat menjadi pembawa infeksi dari satu pasien ke pasien
lain, atau ke perawat lainnya. Harus sangat berhati-hati (bersama
apoteker) bila menyiapkan dan memberikan obat-obatan
antineoplastik pada pasien kanker.
Berikut upaya pencegahan yang dapat dilakukan :
a. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) adalah salah satu upaya
pencegahan oleh perawat agar tidak terluar oleh penyakit yang ada
di rumah sakit. Macam-macam APD yang dapat digunakan oleh
perawat adalah :
1) Sarung Tangan Steril
Menggunakansarungtanganmerupakankomponenkuncidala
mmeminimalkanpenularanpenyakitsertamempertahankanlingku
nganbebasinfeksi.
Tujuan :
a) Mengurangiresikopetugasterkenainfeksibacterialdariklien
b) Mencegahpenularan flora kulitpetugaspadaklien
c) Mengurangikontaminasitanganpetugasdenganmikroorganism
e yang dapatberpindahdarikliensatukeklien yang lainnya
12
Memakaigaunbedahadalahmemakai /
memasangbajusterilpadadirisendiriatau orang lain
setelahcucitangan, denganprosedurtertentu agar
lokasipernbedahanbebasdari mikroorganisme.
Tujuan :
a) Untukmenghindarikontaminasi.
b) Agar tidakterjadi path lukaoperasi
c) Agar lokalpembedahandalamkeadaanaseptik.
3) Masker
Padakewaspadaanstandar, masker
digunakanuntukmencegahmasuknya material yang
berpotensiinfektifkedalammulut, hidung,
ataumataperawatselamaprosedurdilakukanapabiladarah/
cairantubuh lain dapatmemercikdekatmukaperawat. Satubuah
unit yang biasanyadigunakanterdiridari masker
kertasdenganpelindung plastik jernih yang
dapatditarikkeatasdari masker untukmelindungimata.
Tujuan :
a) Mencegahataumengurangitransmisimikroorganismemelaluiu
dara(droplet infection) saatmerawatpasien yang diisolasi.
b) Melindungiperawatdariinfeksipernafasan,
sepertiTuberkulosis.
13
Melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh
lainnya dengan cara melindungi mata. Pelindung mata
mencakup kacamata (goggles) plastik bening, kacamata
pengaman, pelindung wajah dan visor. Kacamata koreksi atau
kacamata dengan lensa polos juga dapat digunakan, tetapi hanya
jika ditambahkan pelindung pada bagian sisi mata. Petugas
kesehatan harus menggunakan masker dan pelindung mata atau
pelindung wajah, jika melakukan tugas yang memungkinkan
adanya percikan cairan secara tidak sengaja kearah wajah. Bila
tidak tersedia pelindung wajah, petugas kesehatan dapat
menggunakan kacamata pelindung atau kacamata biasa serta
masker.
5) Topi
Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala
sehingga serpihan kulit dan rambut tidak masuk kedalam luka
selama pembedahan. Topi harus cukup besar untuk menutup
semua rambut. Meski pun topi dapat memberikan sejumlah
perlindungan pada pasien, tetapi tujuan utamanya adalah untuk
melindungi pemakainya dari darah atau cairan tubuh yang
terpercik atau menyemprot.
6) Pelindung kaki
Digunakan untuk melindung kaki dari cedera akibat benda
tajam atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak segaja
ke atas kaki. Oleh karena itu, sandal, sandal jepit atau sepatu
yang terbuat dari bahan lunak (kain) tidak boleh dikenakan.
Sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup memberikan lebih
banyak perlindungan, tetapi harus dijaga tetap bersih dan bebas
kontaminasi darah atau tumpahan cairan tubuh lain. Penutup
sepatu tidak diperlukan jika sepatu bersih. Sepatu yang tahan
terhadap benda tajam atau kedap air harus tersedia di kamar
bedah, sebuah penelitian menyatakan bahwa penutup sepatu dari
kain atau kertas dapat meningkatkan kontaminasi karena
14
memungkinkan darah merembes melalui sepatu dan sering kali
digunakan sampai diruang operasi. Kemudian di lepas tanpa
sarung tangan sehingga terjadi pencemaran (Summers at al.
1992).
8) Mencuci Tangan
Mencucikeduatanganmerupakanprosedurawal yang
dilakukanperawatataupetugaskesehatandalammemberikantindak
an.Tindakanini yang
bertujuanuntukmembersihkantangandarisegalakotoran,
mencegahterjadiinfeksisilangmelaluitangandanpersiapanbedahat
autindakanpembedahan agar mikroorganisme yang
dapatmengakibatkaninfeksitidakberpindahkepasien, pengunjung,
dantenagakesehatan.Sebaiknyawaktupencuciantangandilakukan
:
a. Sebelumdansesudahkontakdenganpasien
b. Awaldanakhirdariperawatanpersalinanbagi yang
beradadalamruangan maternity, jugabagiperawatanpasien
pre dan post operasi
c. Sebelummenyediakanmakanandanmenyuapipasien
d. Setelahmenyentuhalat yang terkontaminasi
15
e. Sebelummenyiapkanobatbagipasien
f. Sebelummemegangalatsterilbagipasien,
yaitupasientelahmenggunakan urinal
sebelumdansesudahmakan
9) Pemberian Vaksin
Sebagai tenaga medis seharusnya perwata wajib
melakukan vaksin terutama vaksin yang berhubungan dengan
penyakit yang mudah menular baik melalui udara, cairan, dll.
Pemberian vaksin ditujukan agar daya tahan tubuh perawat lebih
meningkat. Tidak dipungkiri, perawat sangat mudah tertular
penyakit. Contoh vaksin hepatitis , bagi tenaga kerja yang sering
berhubungan dengan cairan tubuh, seperti perawat yang
memasang infus, transfusi darah.
16
3) Problem Fisik
4) Faktor Pekerjaan
i. Standar kerja tidak cukup Memadai
ii. Pemeliharaan tidak memadai
iii. Pemakaian alat tidak benar
iv. Kontrol pembelian tidak ketat
17
Penggolongan Kecelakaan tambang
18
b. Penempatan bahan kimia yang tidak terkelompokkan jenisnya
c. Cara penyimpanan bahan kimia yang tidak baik
d. Cara Penanganan bahan kimia yang tidak baik
e. ventilasi yang tidak baik dapat mempengaruhi bahan kimia
f. bangunan tidak memiliko sistem drainase yang baik.
19
saluran pernapasan. Menurut bentuk zat, bahan iritan dapat dibagi
menjadi 3 kelompok seperti:
a. Bahan iritan padat
b.Bahan iritan cair
c. Bahan iritan gas
7. Bahan Kimia Beracun
Bahan kimia beracun dapat didefinisikan sebagai bahan kimia
yang dalam jumlah kecil menimbulkan keracunan pada manusia dan
makhluk hidup lainnya. Bahan bahan beracun dalam industri dapat
digolongkan dalam beberapa golongan, yakni:
a. Senyawa logam dan metaloid
b. Bahan pelarut
c. Gas gas beracun
d. Bahan Karsinogenik
e. Pestisida
8. Bahan Kimia Karsinogenik
Bahan lain yang dapat mengubah struktur genetik manusia
seperti kanker, mutagenesis.
9. Gas Bertekanan
Bahan ini adalah gas yang disimpan dalam tekanan tinggi, baik
gas yang ditekan, gas cair, atau gas yang dilarutkan dalam pelarut
dengan tekanan.
10. Bahan Kimia Oksidator
Bahan ini adalah bahan kimia, yang mungkin tidak terbakar,
tetapi dapat menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan
kebakaran pada bahan bahan lainnya.
5. Referensi
Gill, J.B Herington F.S. 2005. Buku Saku Kesehatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Reese, C.D. 2003. Occupational Health and Safety Management.USA:
Lowes Publisher.
20
Fabre, June. 2009. Smart Nursing: Nurse Retention & Patient Safety
Improvement Startegies. New York: Springer Pulishing Company.
6. Soal
4) Penyakit akibat kerja di tempat kerja kesehatan umumnya berkaitan
dengan.....
a. faktor biologis
b. faktor kimia
c. faktor ergonomic
d. faktor fisik
e. betul semua
21
7) Ny. Z merupakan salah satu analis kesehatan di salah satu RS, beberapa
hari yang lalu menderita dermatitis akibat terkena cairan amoniak.
Dilihat dari kasus tersebut, Ny. Z mengalami cedera dikarenakan
faktor.
a. ergonomi
b. kimia
c. fisik
d. psikologis
e. faktor biologis
8) Penyakit tidak menular yang dapat terjadi pada perawat salah satunya
disebabkan oleh kekurangan gizi yang tidak sempurna, yaitu.
a. rabun mata
b. beri-beri
c. asma gidu
d. hipertensi
e. a dan b benar
9) Salah satu penyakit menular yang didapat oleh perawat adalah TBC,
upaya untuk pencegahan dari terpaparnya TBC adalah..
a. Mengurangi kontak langsung dengan pendeita TBC
b. Memamkai masker
c. Menjaga standard hidup yang baik
d. Pemberian vaksin BCG
e. Benar semua
22
a. Mengurangi resiko petugas terkena infeksi bacterial dari klien
b. Mencegah penularan flora kulit pada klien
c. Melindungi perawat dari infeksi pernapasan
d. a dan b benar
e. salah semua
13) Nn. K merupakan salah satu perawat di rumah sakit. Nn. K sering
mengeluh bahwa hubungannya dengan pimpinan kurang serasi. Hal ini
dapat menyebabkan penyakit pada Nn. K pada faktor
a. ergonomi
b. kimia
c. fisik
d. psikologis
e. faktor biologis
23