Anda di halaman 1dari 10

Pertemuan ke : 7 (Tujuh)

Hari dan Tanggal : Selasa, 17 Oktober 2017

Pemateri : M. Zul Azhri R.

Judul materi : Manajemen Resiko Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam


Keperawatan

A. Pengertian Resiko k3
Adalah potensi kerugian yang bisa diakibatkan apabila berkontak dengan
suatu bahaya ataupun terhadap kegagalan suatu fungsi. Pada faktor manuasia
menjadi penyebab dasar yang dominan, seperti kelelahan kerja akibat shift kerja,
kurangnya SDM perawat, kurangnya kepatuhan terhadap standart prosedur
operasional (SPO), dan kirngnya kesadaran perawat terhadap penerapan k3 di
tempat kerja. Pengendalian resiko keselamatan kerja perawat dengan membuat
dan komitmen menjalankan program manajemen resiko sebagai rekomendasi
untuk meminimalkan kecelakaan kerja pada perawat.
Risiko adalah sesuatu yang mengarah pada ketidakpastian atas terjadinya
suatu peristiwa selama selang waktu tertentu yang mana peristiwa tersebut
menyebabkan suatu kerugian baik itu kerugian kecil yang tidak begitu berarti
maupun kerugian besar yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari suatu
perusahaan.

B. Sumber-sumber penyebab Resiko


Menurut sumber-sumber penyebabnya, risiko dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Risiko Internal, yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri.
2. Risiko Eksternal, yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan atau
lingkungan luar perusahaan.
3. Risiko Keuangan, adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi
dan keuangan, seperti perubahan harga, tingkat bunga, dan mata uang.
4. Risiko Operasional, adalah semua risiko yang tidak termasuk risiko keuangan.
Risiko operasional disebabkan oleh faktor-faktor manusia, alam, dan
teknologi.

C. Klasifikasi manajemen risiko


Beberapa klasifikasi dari risiko
1. Risiko yang dapat diukur dan tidak dapat diukur
2. Risiko financial dan non financial
3. Risiko statis dan risiko dinamis
4. Risiko fundamental dan risiko khusus
5. Risiko dalam manajemen risiko

D. Manajemen Resiko
Manajemen resiko digunakan untuk mencegah terjadinya kejadian yang tidak
diinginkan (kecelakaan atau tertular penyakit).
Secara umum manajemen resiko ini adalah sebagai proses, mengidentifikasi,
mengukur dan memusatkan resiko dan mengembangkan strategi untuk mengolah
resiko tersebut.
Manajemen Risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah
terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan
terstruktur dalam suatu ke sisteman yang baik. Sehingga memungkinkan
manajemen untuk meningkatkan hasil dengan cara mengidentifikasi dan
menganalisis risiko yang ada.

E. Proses Manajemen Resiko


Proses yang dilalui dalam manajemen risiko adalah:
1. Perencanaan Manajemen Risiko, perencanaan meliputi langkah memutuskan
bagaimana mendekati dan merencanakan aktivitas manajemen risiko untuk
proyek.
2. Identifikasi Risiko, tahapan selanjutnya dari proses identifikasi risiko adalah
mengenali jenis-jenis risiko yang mungkin (dan umumnya) dihadapi oleh
setiap pelaku bisnis.
3. Analisis Risiko Kualitatif, analisis kualitatif dalam manajemen risiko adalah
proses menilai (assessment) impak dan kemungkinan dari risiko yang sudah
diidentifikasi. Proses ini dilakukan dengan menyusun risiko berdasarkan
efeknya terhadap tujuan proyek.
4. Analisis Risiko Kuantitatif adalah proses identifikasi secara numeric
probabilitas dari setiap risiko dan konsekuensinya terhadap tujuan proyek.
Skala pengukuran yang digunakan dalam analisa kualitatif adalah Australian
Standard/New Zealand Standard (AS/NZS) 4360:2004. Skala pengukurannya
sebagai berikut:
A: Hampir pasti terjadi dan akan terjadi di semua situasi (almost certain)
B: Kemungkinan akan terjadi di semua situasi (likely)
C: Moderat, seharusnya terjadi di suatu waktu (moderate)
D: Cenderung dapat terjadi di suatu waktu (unlikely)
E: Jarang terjadi (rare)

Skala pengukuran analisa konsekuensi menurut NA/NZS 4360:2004


Tidak Signifikan : tanpa kecelakaan manusia dan kerugian materi.
Minor : bantuan kecelakaan awal, kerugian materi yang medium.
Moderat : diharuskan penanganan secara medis, kerugian materi yang cukup
tinggi.
Major : kecelakaan yang berat, kehilangan kemampuan operasi/ produksi,
kerugian materi yang tinggi.
Bencana kematian : bahaya radiasi dengan efek penyebaran yang luas,
kerugian yang sangat besar

Evaluasi tingkatan resiko ditabelkan dan dapat dilihat pada Tabel 1


Tabel 1. Tingkatan risiko menurut AS/NZS 4360:2004
Adapted from the AS/NZ 4360 Standard Risk Matrix and NHS QIS Risk
Matrix Sumber: Ramli, Soehatman. Pedoman Praktis Manajemen Risiko Dalam
Perspektif K3 OHS Risk Management
Keterangan:
Very High Risk : Risiko Sangat tinggi.
HighRisk : Risiko tinggi
Medium Risk : Risiko Sedang
Low Risk : Risiko Rendah
5. Perencanaan Respon Risiko, Risk response planning adalah proses yang
dilakukan untuk meminimalisasi tingkat risiko yang dihadapi sampai batas
yang dapat diterima.
6. Pengendalian dan Monitoring Risiko, langkah ini adalah proses mengawasi
risiko yang sudah diidentifikasi, memonitor risiko yang tersisa, dan
mengidentifikasikan risiko baru, memastikan pelaksanaan risk management
plan dan mengevaluasi keefektifannya dalam mengurangi risiko.

F. Tahapan Manajemen Risiko K3


Gambar 1. Bagan Proses Manajemen Risiko
Sumber : Australia/ New Zealand Standar dAS/NZS 4360:2004

G. Hirarki/Pengendalian Risiko K3
Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan dalam
keseluruhan manajemen risiko. Pengendalian risiko berperan dalam
meminimalisir/ mengurangi tingkat risiko yang ada sampai tingkat terendah atau
sampai tingkatan yang dapat ditolerir.
Cara pengendalian risiko dilakukan melalui:

a. Eliminasi : pengendalian ini dilakukan dengan cara menghilangkan sumber


bahaya (hazard).
b. Substitusi : mengurangi risiko dari bahaya dengan cara mengganti proses,
mengganti input dengan yang lebih rendah risikonya.
c. Engineering : mengurangi risiko dari bahaya dengan metode rekayasa teknik
pada alat, mesin, infrastruktur, lingkungan, dan atau bangunan.
d. Administratif : mengurangi risiko bahaya dengan cera melakukan pembuatan
prosedur, aturan, pemasangan rambu (safety sign), tanda peringatan, training
dan seleksi terhadap kontraktor, material serta mesin, cara pengatasan,
penyimpanan dan pelabelan.
e. Alat Pelindung Diri : mengurangi risiko bahaya dengan cara menggunakan
alat perlindungan diri misalnya safety helmet, masker, sepatu safety, coverall,
kacamata keselamatan, dan alat pelindung diri lainnya yang sesuai dengan
jenis pekerjaan yang dilakukan.

H. Penanganan Terhadap Risiko


Terdapat lima langkah dasar yang berhubungan dengan penanganan terhadap
risiko yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Penanganan Terhadap Risiko
STRATEGI KETERANGAN
Menghindar/Menolak Tidak mengambil risiko
Mengurangi emungkinan terjadinya
Mengurangi
risiko
Menandai/Menerima Mendanai risiko apabila terjadi
Menanggulangi Meminimalkan akibat dari risiko
Mengalihkan Mengalihkan risiko ke pihak lain

I. Risiko Yang Dihadapi Dalam Rumah Sakit Atau Instansi Kesehatan


1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau
meledak (obat obatan).
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik .
3. Bahaya radiasi .
4. Luka bakar .
5. Syok akibat aliran listrik .
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam .
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.

J. Pentingnya Manajemen Risiko


1. Untuk mengetahui jenis bahaya dan risiko
2. Untuk mengetahui sumber bahaya dan risiko
3. Untuk mengetahui pekerja yang terpajan bahaya dan risiko
4. Untuk mengetahui besaran bahaya dan tingkat risiko
5. Untuk mengetahui pengendalian yang sudah dilakukan
6. Untuk mengetahui program yang diperlukan

K. Proses Manajemen Resiko


1. Perencanaan manajemen resiko
2. Identifikasi reiko
3. Analisis Risiko Kualitatif
4. Analisis Risiko Kuantitatif
5. Perencanaan Respon resiko
6. Pengendalian dan monitoring risko

L. Manajemen Risiko K3 di dalam gedung


K3 di RS termasuk dalam Manajemen Fasilitas dan Keselamatan dlm standar
akreditas RS
a. Keselamatan dan keamanan
b. Bahan berbahaya
c. Manajemen emergency
d. Pengamanan kebakaran
e. Peralatan medis
f. Sistem Utilitas
Manajemen risiko k3 di dalam gedung
1. Ruang bangunan dan halaman : semua ruang/unit dan halaman yang ada
dalam batas pagar RS (bangunan fisik dan kelengkapannya ) yang
dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan RS.
2. Lingkungan bangunan RS harus mempunyai batas yang jelas, dilengkapi
dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau binatang
peliharaan keluar masuk dengan bebas
3. Lingkungan bangunan RS harus bebas dari banjir, jika berlokasi di daerah
rawan banjir harus menyediakan fasilitas/teknologi untuk mengatasinya.
4. Lingkungan RS harus bebas dari asap rokok, tidak berdebu, tidak becek, atau
tidak terdapat genangan air, dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau
tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuiakan dengan luas
halaman
5. Pencahayaan : jalur pejalan kaki harus cukup terang, lingkungan bangunan RS
harus dilengkapi penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup terutama
pada area dengan bayangan kuat dan yang menghadap cahaya yang
menyilaukan
6. Kebisingan : terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu
atau membahayakan kesehatan. Dengan menanam pohon (green belt),
meninggikan tembok dan meninggikan tanah (bukit buatan) yang berfungsi
untuk penyekatan/ penyerapan bising
7. Kebersihan : halaman bebas dari bahaya dan risiko minimum untuk terjadinya
infeksi silang, masalah kesehatan dan keselamatan kerja
8. Saluran air limbah domestic dan limbah medis harus tertutup dan terpisah
9. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan
keseluruhan
10. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu dan tempat-tempat tertentu yang
menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah
11. Lingkungan, ruang, dan bangunan RS harus selalu dalam keadaan bersih dan
tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang memenuhi
persyaratan kesehatan sehingga tidak memungkinkan sebagai tempat
berenang dan berkembang biaknya serangga, binatang pengerat, dan binatang
pengganggu lainnya.
12. Jalur lalulintas pejalan kaki dan jalur kendaraan harus dipisahkan.
13. Jalur pejalan kaki :lebar, tidak licin, mengakomodasi penyandang cacat,
memiliki rambu atau marka yang jelas, bebas penghalang dan memiliki rel
pemandu
14. Jalur kendaraan : cukup lebar, konstruksi kuat, tidak berlubang, drainase baik,
memiliki pembatas kecepatan (polisi tidur),marka jalan jelas, memiliki tanda
petunjuk tinggi atau lebar maksimum, memungkinkan titik perlintasan dan
parkir, menyediakan penyebrangan bagi pejalan kaki
15. Ketetapan yang diatur oleh the environment protection act 1990
mendefenisikan :
16. Polutan : limbah padat dibuang ke tanah,limbah cair dibuang ke tanah atau
saluran air, dibuang ke atmosfir, bising dalam komunitas masyarakat
17. Limbah terkendali : limbah rumah tangga, limbah industri, limbah usaha
komersial
18. Limbah khusus : limbah terkendali yang berbahaya sehingga membutuhkan
prosedur pembuangan khusus
DAFTAR PUSTAKA

1. (Online) Diakses Tanggal 18 Oktober 2017


https://www.repository.unair.ac.id/33954/ Ridley, John. 2006. Ikhtisar Kesehatan
dan Keselamatan Kerja Edisi 3. Jakarta: Erlangga

2. (Online) Diakses Tanggal 18 Oktober 2017


https://media.neliti.com/media/publications/99095-ID-manajemen-risiko-
kesehatan-dan-keselamat.pdf E, Gabby and Bonny F. 2014. Jurnal Ilmiah Media
Engineering. Vol.4 No.4(229-238) ISSN:2087-933.

3. (Online) Diakses Tanggal 18 Oktober 2017


https://www.slideshare.net/alie_yosiah/manajemen-resiko-di-rumah-sakit

4. (Online) Diakses Tanggal 18 Oktober 2017


https://www.scribd.com/doc/243055822/Manajemen-risiko-K3
Rudi Suardi. 2005. sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Edisi 1.
PPM. Jakarta (Bab 5, Halaman 69-100)

Anda mungkin juga menyukai