Anda di halaman 1dari 37

KOMUNIKASI PADA USIA ANAK

MAKALAH Untuk memenuhi tugas komunikasi yang dibina oleh Ibu Triana
Setijaningsih, S.Pd, M.Kes.

Oleh
Kelompok 1 Kelompok 3
Yulistya Osadani (1601300048) Bakti Putra Setiawan (1601300050)
Putri Hadinda Iglima (1601300055) Kurnia Istiqomah (1601300064)
Riska Rahmawati (1601300069) Wahyu Ratnaningsih (1601300071)
Binti Robiatul Asiah (1601300076) Dian Kustinnasari (1601300078)
Dwi Ayuningtiyas (1601300083) Aulia Yumroatul Jannah (1601300085)
Farid Suwarseno (1601300090) Yuhani Fajar Purninda (1601300092)
Endah Dian Sari (1601300093)
Kelompok 2 Kelompok 4
Noviana Prastika Sari (1601300049) Ivan Gilang Pratama (1601300051)
Erlinawati (1601300056) Mahbub Hidayat Al M. (1601300056)
Aisha Ariadna (1601300063) Fety Ahimmatul Ulya (1601300065)
Ines Tisia Setiani (1601300070) Indah Rizki Sapta Rini (1601300082)
Evvin Valendena (1601300077) Mochamad Fernanda K (1601300089)
Malinda Mulya Tri A (1601300084) Lavi Nur Isnaini (1601300086)
Mochamad Zainul K (1601300091)

KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN BLITAR
PRODI DIII KEPERAWATAN
Kampus: Jl. Dr. Soetomo No. 56 Blitar 66133 Telp.(0342) 801043
Maret 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Mahaesa atas limpahan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Komunikasi pada Usia
Anak.
Makalah ini berisikan tentang proses komunikasi, faktor komunikasi dan
tingkatan komunikasi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan dalam bidang kesehatan.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Triana Setijaningsih, S.Pd,
M.Kes yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis
harapkan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Blitar, Maret 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.1 Komunikasi pada Bayi ........................................................................3
2.2 Komunikasi pada Anak Usia (2-3) ...................................................17
2.3 Komunikasi pada Anak Usia Prasekolah ..........................................28
2.4 Komunikasi pada Anak Usia Sekolah................................................30
BAB III PENUTUP...........................................................................................34
3.1 Kesimpulan........................................................................................34
3.2 Saran...................................................................................................34
DAFTAR RUJUKAN........................................................................................35
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam
hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih
bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses
keperawatan.
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja
akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya
masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan
dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit (Achir Yani),
tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan
pertolongan terhadap sesama manusia. Komunikasi merupakan bagian penting
dalam membangun kepercayaan diri kita dengan klien. Tetapi untuk mewujudkan
komunikasi yang baik dengan klien tidaklah mudah, apalagi dengan klien anak.
Melalui komunikasi akan terjalin rasa percaya, rasa kasih sayang, dan
selanjutnya anak akan memiliki suatu penghargaan pada dirinya. Dalam tinjauan
ilmu keperawatan anak, anak merupakan seseorang membutuhkan suatu perhatian
dan kasih sayang, sebagai kebutuhan khusus anak yang dapat dipenuhi dengan
cara komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal yang dapat menumbuhkan
kepercayaan pada anak sehingga tujuan komunikasi dapat tercapai. Tetapi, dalam
mencapai tujuan komunikasi yang baik ini tidaklah mudah, misalnya saja anak
yang belum bisa bercerita. Kadang kala dalam komunikasi dengan anak, seorang
perawat dalam tindakan keperawatannya dapat membuat/menyebabkan anak
menjadi menangis, marah, dan lain sebagainya yang bisa membuat hati dan
pikiran si klie (anak) menjadi tidak enak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Komunikasi pada Bayi?
2. Bagaimana Komunikasi pada Anak Usia 2-3 Tahun?
3. Bagaimana Komunikasi pada Prasekolah?
4. Bagaiman Komunikasi pada Masa Sekolah?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Komunikasi pada Bayi.
2. Untuk Mengetahui Komunikasi pada Anak Usia 2-3 Tahun.

1
3. Untuk Mengetahui Komunikasi pada Prasekolah.
4. Untuk Mengetahui Komunikasi pada Masa Sekolah.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Komunikasi pada Bayi
2.1.1 Perkembangan Komunikasi pada Bayi dan Anak
Perkembangan komunikasi pada bayi dimulai ketika bayi mulai
menangis, bayi dapat berbicara dengan lancar. Berbagai metode telah
dipelajari khususnya yang berkaitan dengan seni bahasa. Secara pasti
bagaimana proses bayi dan anak bisa berbicara belum dapat dipahami secara
pasti.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai bahasa dan fase fase
perkembangan bahasa dari bayi dan anak. Fase pertumbuhan dan
perkembangan komunikasi meliputi:
1) Fase prelinguistic (fase sebelum berbicara)

2
Suara yang pertama terdengar dari bayi baru lahir adalah berupa tangis
bayi sebagai reaksi sehubungan dengan perubahan tekanan udara dan suhu
diluar uterin.
Sampai umur 1 tahun bayi hanya dapat mengkomunikasikan
kebutuhannya lewat tangisan. Pada usia 2 3 minggu orang tuanya akan
dapat membedakan tangisan sang bayi.
Bayi akan menangis apabila ia lapar, apabila pantatnya basah
karena air seni atau buang air besar, karena kesakitan atau minta perhatian
orang lain. Tangisan lapar dimulai dengan suara dengan kebutuhannya.
Tangisan kesakitan biasanya berupa suatu teriakan yang mendadak karena
bayi terkejut.
Tamgisan rasa tidak nyaman atau tangisan minta perhatian, dimana
tangisan bayi akan berlangsung terus menerus. Bayi akan mendadak
menangis apabila diletakkan untuk tidur oleh ibunya, dan tangisan itu akan
semakin keras dan sifatnya menuntut. Apabila orang tuanya atau ibunya
mendekatinya, memberikan belaian kasih sayang, tangisannya akan
menjadi pelan. Oleh karena itu orang tuanya sudah mulai mengerti dengan
kebutuhan bayinya lewat tangisnya sebagai suatu alat komunikasi.
Bayi pada minggu kedua akan mengeluarkan suara yang enak,
dimulai terlihat tersenyum. Ini akan terlihat apabila bayi merasakan
kepuasan. Contoh, bila bayi diajak bercanda atau diajak berbicara.
Senyum yang mempunyai arti sosial diperlihatkan setelah berusia tiga
minggu, pada tahap ini bayi tersebut belum bisa membedakan wajah yang
dilihatnya.
Reaksi dari orang tuanya / orang dewasa terhadap senyuman,
mempunyai fungsi meredakan dan menimbulkan perasaan dekat.
Perkembangan bahasa anak mulai berlangsung pada usia 2 6 bulan. Rasa
rasa puas dinyatakan oleh bayi dengan nada rendah. Pada usia 4 5
bulan suara sedemikian ini sering diucapkannya pada saat saat ia bangun
tidur. Sekitar umur 5 6 bulan, bayi mulai berbicara dengan mengeluarkan
macam macam bunyi, dengan nada nada keras, perlahan dan tinggi
rendah, sesuai dengan nada kehidupan perasaannya. Pada usia 9 -1 0
bulan, bayi mulai menggunakan suku kata yang diulang, seperti mama,
papa, mam mam, wa wa, uk uk, dan lainnya. kata mama

3
dihubungkan dengan pribadi ibunya. Dan kata papa dikaitkan dengan
pribadi ayahnya.
Jika bayi ditanya, dimana mama?, maka ia akan menoleh dan
mencari ibunya, sekalipun dia belum mampu mengucapkan kalimat untuk
ekspresi tersebut.
Untuk membuat huruf mati seperti b, atau k, bayi memerlukan
pertumbuhan motorik yang cukup untuk bibir, lidah, tenggorokan, dan
suara pada saat yang sama. Juga sewaktu waktu mengkombinasikan
antara huruf hidup dengan huruf mati. Contoh: da, da, dan ge, ge.
Fase prelinguistik termasuk bunyi refleksi (berupa reflek vokal) yaitu
meliputi:
a. Babbling / meraba
Dimulai ketika bayi mengetahui suaranya, bayi suka mengeluarkan
suara yang berulang ketika merasa senang sendiri dan berbicara sendiri
dengan dirinya sendiri. Bubbling (merabaan) sering terjadi setelah bayi
bangun tidur atau mejelang tidur, sampai sekitar 7 bulan, bayi berusaha
meniru suara yang didengar dari sekitarnya dan kemudian timbul
lailing yaitu mengulang suara yang didengar dari sekitarnya.
b. Echolalia
Yaitu mengulang gema suara dari suara yang diucapkan oleh orang
lain. Bayi sudah bisa sadar mendengar, misalnya bila diucapkan kata
da, da ia mengulang kata itu walaupun artinya tidak ada, bayi mulai
belajar memanipulasi dan meniru suara yang dikeluarkan oleh orang
lain.
2) Kata pertama
Kata pertama dari anak kecil merupakan kebangaan dari orang
tuanya. Pada umur 10 -12 bulan tumbuh pengertian pasif dari bahasa. Bayi
memberikan respon terhadap beberapa kata kata yang familiar (sudah
dikenal) seperti kata mamam (makan) atau nama yang sudah dikenal yaitu
namanya sendiri atau nama anggota keluarga yang lain, nama hewan
peliharaan. Walaupun sedang tidak hadir ia akan mencarinya bila nama
anggota keluarga itu disebut namanya.
Kata pertama yang disebut oleh anak mungkin tidak disadari oleh
orang tuanya karena anak sering lebih banyak akal. Dengan kata
pertamnya merupakan sebuah kata seperti : nan na, bisa berarti banyak
hal untuk anak, bisa berarti suatu kesenangan apabila diucapkan dengan

4
lembut tetapi bisa juga dengan sesuatu yang salah apabila diucapkan
dengan suara keras. Kata mam bisa berarti ibu, menunjukkan rasa nyaman,
bahagia, dan cinta.
Untuk mengerti bahasa yang pertama ini perlu untuk
mendengarkan apa yang dilakukan anak sehubungan dengan apa yang
dikerjakan dan situasi pada saat itu. Diketahui bayi memberikan reaksi
yang berbeda pada satu kata yang diucapkan dengan perbedaan intonasi
pada umur 4 5 bulan.
Bicara yang sesungguhnya dimulai pada umur 12 18 bulan.
Ketika anak berkata, kata ini digunakan dengan sungguh sungguh dan
bisa dimengerti maksudnya. Anak juga mengucapkan satu kata tapi
mengandung arti satu kalimat, misalnya bila anka berkata andi berarti
saya mau mandi. Umurnya anak bisa mengatakan 4 kata pada umur 15
bulan. 10 kata kurang lebih pada umur 18 bulan, 50 kata kurang lebih pada
umur 2 tahun, dan pembendaharaan kata makin meluas. Anak bisa
bereaksi terhadao peritah orang tuanya, misalnya berikan itu kepada saya.
3) Kalimat pertama
Pada umur 2 tahun anak mulai belajar menyusun beberapa kata.
Pada periode ini dikenal sebagai permulaan dari pembicaraan
komplit,yaitu menggunakan komunikasi beberapa latar dalam susunan tata
bahasa. Pada awal 2 kata, 3 kata, 4 kata dan selanjutnya, sampai
terbentuklah kalimat seperti orang dewasa. Kalimat anak seperti juga kata
pertama, mempunyai arti pribadi dan tidak mengikuti aturan tata bahasa.
Kadang- kadang disusun kombinasi kata-kata aneh, anak juga mngubah-
ubah huruf/kata. Karena sulit mengucapkan suatu nama.
Contohnya :Perahu, dikatakan pelahu
4) Kemampuan berbicara egosentris dan memasyarakat
Psikolog Prancis Jean Peegt mengategorikan anak dari umur 4 sampai
11 tahun ke atas berbicara egosentris dan memasyarakat.
a. Kemampuan berbicara egosentris (berpusat pada diri sendiri)
Kemampuan berbicara egosentris dapat dibedakan menjadi 3 macam
yaitu:
1. Repetitif (Pengulangan)
Bila seorang anak berbicara, kata-kata yang diucapkan oleh anak
itu diulangi oleh anak lain. Kemudian anak itu mengulanginya lagi,
dan kemudian diucapkan kembali oleh anak yang lain.

5
2. Monolog (berbicara satu arah)
Kemampuan berbicara seperti ini biasanya pada anak-anak
prasekolah. Ia berbicara sendiri dan panjang.
3. Monolog kolektif
Sewaktu anak berbicara ada kehadiran anak yang masing-masing
berbicara tetapi pembicaraan mereka berbeda.
Menurut Lev Vygotsky: kemampuan berbicara egosentris merupakan
bentuk petunjuk dan bantuan bagi anak dalam mnyelesaikan masalahnya
sendiri. Kemampuan berbicara egosentris berorientasi kepada tujuan yang
akan dicapai dan komunikatif.
b. Kemampuan berbicara masyarakat menunjukkan adanya tukar pikiran
dengan orang lain, termasuk pertanyaan, jawaban, perintah, kritik
terhadap orang lain.Pada anak prasekolah kemampuan bicara
egosentris semaakin berkurang dan kemampuan berbicara masyarakat
menjadi lebihh menonjol. Kemampuan ini diperlukan karenaa pada
usia ini anak mulai diperkenalkan pada dunia baru yakni dunia
pendidikan formal. Anak harus belajar menyesuaikan diri dengan
peraturan disiplin di sekolah serta berbagai program dalam bidang
pengembangan.
5) Perkembangan sematik
Semantik adalah pengetahuan mempelajari arti dari kata pada
bahasa yang diajarkan.
Kata yang digunakan oleh anak tidak selalu menunjukkan maksut
kata itu kepada orang dewasa.
Anak, pertama kali mempelajari arti konkritdan jenis kata kongkrit.
Kemudian lambat laun ia memahami arti dan jenis kata abstrak.
Contoh : pertama kali anak mengetahui kata meja dan kursi selanjutnya ia
dapat menyebutkan sebagai kategori perabot atau ia mulai kata jeruk dan
apel dan selanjutnya menyebutkan buah-buahan.
Kata abstrak seperti mutu atau hubungan ini dipelajari setelah pada masa
sekolah. Kata yang sulit dimengerti anak pra sekolah adalah kata-kata
selain mempunyai arti fisik juga mempunyai arti psikologis misalnya
manis.
6) Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
a. Intelegensi (kecerdasan)
Anak yang lebih cerdas lebih cepat berbicara daripada anak yang
kecerdasannya lebih rendah. Pembendaharaan kata lebih cepat
bertambah, cara mengucapkan lebih betul dan menyusun kalimat dan

6
tata bahasa lebih benar. Anak yang cacat mental lambat dalam
pertambahan pembendaharaan kata.
b. Jenis kelamin
Pada tahun pertama tidak banyak perbedaan dalam pembendaraan
kata yang diproduksi oleh anak laki-laki atau wanita. Setelah itu wanita
cenderung lebih superior, baik dalam penambahan pembendaraan kata
dan pengucapannya. Pada usia sekolah akhir akan setara kembali dalam
pembendaharaan kata. Anak laki-laki lebih unggul dalam menggunakan
kata-kata tertentu. Anak wanita lebih unggul dalam menggunakan kata-
kata sesuai dengan tata bahasa.
c. Bilingual (dua bahasa)
Hasil penelitian yang kontradiksi menunjukkan bahwa pada anak-
anak dari keluarga yang menggunakan dua bahasa akan terhambat
perkembangan bahasanya terutama pada usia pra sekolah.
Lambert dan Tucker (1972) mengatakan bahya perkembangan bahasa
tidak terhambat pada anak-anak dari keluarga yang menggunakan dua
bahasa sampai periode 7 tahun. Justru anak dan keluarga ini unggul
dalam kreatifitas mulai unggul.
d. Status tunggal atau kembar
Bukti-bukti telah menunjukkan bahwa anak kembar dua tiga
memperlihatkan keterlambatan pada aspek tertentu pada perkembangan
bahasa terutama pada usia pra sekolah.
Hal ini diperkirakan karena :
a) Anak kembar menerima rangsangan bicara yang kurang dari orang.
b) Mereka tumbuh bersama terlalu berdekatan dan saling mengerti
dengan cepat gambaran pembicaraan mereka.
c) Kurang motivasi berbicara dengan orang lain.
e. Rangsangan / dorongan orang tua
Pertumbuhan pembendaharaan kata dapat bertambah pada anak
yang sering berbicara pada orang tuanya. Pertumbuhan perbendaharaan
kata akan lebih lambat pada anak-anak yang kurang sering berkumpul
sesama anak-anak atau menonton televisi.
Jenis dorongan dari orang tua sangat penting. Hanya pada anak
yang menunjukkan perkembangan komunikasi cepat, ternyata sering
berinteraksi dengan orang tuanya.
Anak yang mempunyai ibu yang berorientasi pada objek dan tidak
kritis, berkembang lebih cepat, sebab ibu-ibu seperti ini lebih banyak
berbicara dan bertanya tentang mainan anaknya daripada ibu yang kritis

7
dan intrusive (mencampuri). Ibu seperti ini terfokus pada pemberian
instruksi tentang bagaimana memperlakukan mainannya kepada
anaknya.Perbendaharaan kata bertambah pada anak-anak yang sering
pergi keluar dari rumah dan berjumpa dengan dengan banyak orang
dewasa.
f. Sosial ekonomi
Anak dari sosial ekonomi yang lebih tinggi, menggunakan kata-
kata yang lebih banyak daripada orang tuanya yang sosial ekonominya
lebih rendah.Tingkat percakapan yang didengar anak dari
lingkungannya mempengaruhi anak dalam memilih pembendaharaan
kata dan menyusun kalimat. Rumah yang tidak memiliki majalah, buku-
buku bacaan, koran ensiklopedia, radio, televisi, anak-anaknya akan
terlihat mempunyai hambatan dalam perkembangan bahasa.
Walaupun ada perbedaan hubungan bahasa tetapi anak-anak dari
golongan sosial ekonomi rendah tidak boleh dianggap inferior, mereka
lebih menggunakan dialek.
2.1.2 Bentuk Komunikasi Prabicara

Sebelum bayi mampu menyampaikan keinginan dengan kata kata,


bayi melakukan komunikasi melalui kode kode khusus untuk
menyampaikan keinginannya sebagai bentuk komunikasinya. Komunikasi
yang demikian disebut sebagai bentuk komunikasi pra bicara (prespeech).
Komunikasi ini bersifat sementara, berlangsung selama tahun pertama
kelahiran bayi dan akan berakhir seiring dengan perkembangan bayi atau
anak telah menunjukkan kematangan fungsi mental emosionalnya. Berikut
ini akan diuraikan tentang empat bentuk komunikasi prabicara.
a. Tangisan
Tangisan kelahiran bayi yang memecahkan kesunyian, membuat segaris
senyum kesyukuran terpancar pada wajah seseorang ibu. Tangisan seorang
bayi merupakan bentuk komunikasi dari seorang bayi kepada orang dewasa.
Dimana dengan tangisan itu, bayi dapat memberikan pesan dan orang
dewasa menangkap pesan yang diberikan sang bayi.
Pada awal kehidupan pasca lahir, menangis merupakan salah satu cara
pertama yang dapat dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia luar.
Melalui tangisan dia memberi tahu keluarganya seperti lapar, dingin, panas,

8
lelah dan kebutuhan untuk diperhatikan. Bayi hanya akan menangis bila ia
merasa sakit atau tertekan. Bayi yang sehat dan normal frekuensi tangisan
menurun pada usia 6 bulan karena keiginan dan kebutuhan mereka cukup
terpenuhi. Frekuensi tangis seharusnya menurun sejalan dengan
meningkatnya kemampuan bicara.
Perawat harus banyik berlatih mengenal macam macam arti tangisan bayi
untuk memenuhi kebutuhannya dan mengajarkan kepada ibu, karena ibu
muda memerlukan bantuan lain.
b. Ocehan dan celoteh
Bentuk komunikasi prabicara disebut ocehan (cooing) atau celoteh
(babbling). Ocehan timbul karena bunti eksplosif awal yang disebabkan
oleh perubahan gerakan mekanisme suara. Ocehan ini terjadi pada bulan
awal kehidupan awal kehidupan bayi seperti: merengek, menjerit,
menguap, bersin, menangis dan megeluh.
Sebagian ocehan akan berkembang menjadi celoteh dan sebagian
akan hilang. Sebagian bayi mulai berceloteh pada awal bulan kedua,
kemudian meningkat cepat antara bulan ke 6 dan ke 8. Celotehan
merupakan indikator mekanisme perkembangan otot saraf bayi.
Nilai celoteh:
1) Berceloteh adalah praktek verbal sebagai dasar perkembangan gerakan
terlatih yang dikehendaki dalam bicara. Celotehan mempercepat
ketrampilan berbicara.
2) Celoteh mendorong keinginan berkomunikasi dengan orang lain.
Berceloteh membantu bayi merasakan bahwa dia bagian dari
kelompok sosial.
c. Isyarat
Yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai
pengganti atau pelengkap bicara. Bahasa isyarat bayi dapat mempercepat
komunikasi dini pada anak.
Contoh isyarat umum pada masa bayi:
Mendorong putting susu dari mulut artinya kenyang / tidak lapar.
Tersenyum dan mengacungkan tangan yang berarti ingin digendong.
Menggeliat, meronta, menangis pada saat ibu mengenakan pakaiannya
atau memandikannya. Hal ini berarti bayi tidak suka akan pembatasan
gerak.

d. Ungkapan emosional

9
Adalah ungkapan emosional melalui perubahan tubuh dan roman
muka. Misal :
Tubuh yang mengejang atau gerakan gerakan tangan / kaki disertai
jeritan dan wajah tertawa adalah bentuk ekspresi kegembiraan pada
bayi.
Menegangkan badan, gerakan membanting tangan / kaki, roman muka
tegang dan menangis adalah bentuk ungkapan marah atau tidak suka.
2.1.3 Peran Bicara Dalam Komunikasi
Pada Bayi:
a) Merupakan ungkapan sayang pada bayi
b) Mengajak bicara bayi akan merangsang kinerja saraf otak dan
merangsang pendengaran untuk merangsang pada indra pendengaran
c) Membuat rasa nyaman pada bayi sehingga bayi tidak merasa diabaikan
dan merasa selalu diperhatikan.
d) Melatih bayi untuk mengucapkan kata-kata sederhana, sehingga lambat
laun bayi akan menirukanya
Pada Anak :
a) Persiapan Fisik
Persiapan ini tergantung pada pertumbuhan dan perkembangan
anak, terutama dalam kematanganan mekanisme bicara. Pertumbuhan
organ-organ bicara yang kurang sempurna sangat mempengaruhi
kemampuan bicara anak.
b) Persiapan Mental
Tergantung pada kematangan otak ( asosiasi otak), yang
berkembang 1-18 bulan, saat yang tepat diajak bicara. Meskipun bayi tidak
bisa merespon dengan kata-kata, namun suara atu bicara yang kita
tunjukkan pada bayi bayi akan menjadi stimulus bayi dan akan direspon
dengan bahasanya sendiri, misalnya dengan senyum atau tertawa.
c) Motivasi dan Tantangan
Ajaran dan dorongan bayi untuk mengucapkan dan apa yang bisa
diucapkan oleh bayi. Dalam hal ini perlu disadari bahwa yang diucapkan
bayi belum sempurna, mungkin yang keluar baru berupa suara-suara atau
kata-kata yang belum jelas sehingga butuh kesabaran dan ketelatenan
dalam mengajarkan bicara kepada bayi atau anak.

d) Model Untuk Ditiru


Salah satu faktor yang mempengaruhi kemapuan bicara adalah
stimulus suara. Ucapan-ucapan yang sering kita sampaikan kepada bayi
menjadi model yang bisa ditiru oleh bayi pada perkembangan bicara

10
selanjutnya. Dengan demikian ucapan yang kita sampaikan hendaknya
ucapan yang baik dan mendidik.
e) Bimbingan
Upaya untuk membantu ketrampilan bicara anak dapat dilakukan
dengan cara : menyediakan model yang baik, mengatakan dengan perlahan
dan jelas, serta membetulkan kesalahan yang diucapkan anak.
f) Kesempatan Praktek Atau Untuk Berlatih
Agar bayi atau anak dapat segera bicara, maka bayi perlu diajarkan
atau diberikan untuk meniru kata-kata yang sering kita ucapkan.
2.1.4 Teknik Komunikasi Dengan Bayi dan Anak : Tekhnik Verbal
dan Non Verbal
A. Teknik Verbal
Melalui orang atau pihak ketiga
Khususnya mengahadapi anak usia bayi dan todler, hindari
berkomunikasi secara langsung pada anak, melainkan gunakan pihak ketiga
yaitu dengan cara berbicara terlebih dahulu dengan orang tuanya yang
sedang berapa disampingnya, mengomentari pakaian yang sedang
dikenakanya. Hal ini pada dasarnya adalah untuk menanamkan rasa percaya
anak pada perawatan terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan yang
menjadi tujuan.
a. Bercerita sebagai alat komunikasi
Dengan bercerita kita bisa menyampaikan pesan tertentu pada anak
misalnya, bercerita tentang anak pintar dan saleh yang sedang sakit yang
mematuhi nasihat orang tua dan perawat sehingga diberi kesembuhan
oleh Allah Yang Mahaesa. Jadi, ini cerita harus disesuaikan dengan
kondisi anak dan pesan yang ingin kita sampaikan kepada anak. selama
bercerita gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti anak.
penggunaan gambar-gambar yang menarik dan lucu saat bercerita akan
membuat penyampaian cerita lebih menarik bagi anak sehingga pesan
yang ingin disampaikan dapat diterima anak secara efektif.

b. Fasilitasi anak untuk berespons


Satu hal yang penting yang harus diingat, selama berkomunikasi
jangan menimbulkan kesan bahwa hanya kita yang dominan berbicara
pada anak, tetapi fasilitasi juga anak untuk berespons terhadap pesan
yang kita sampaiakan. Dengarkan ungkapanya dengan baik, tetapi hati-
hati dalam merefleksikan ungkapan yang negatif. Misalnya, saat anak

11
bicara, saya mau pulang, saya tidak ada suka tinggal di rumah sakit .
Untuk merespons perkataan anak seperti ini katakan, tentu saja kamu
akan pulang jika... supaya kamu senang berada dirumah sakit bagaimana
kalau kita buat permainan yang lain setiap harinya. Suster akan
merencanakanya kalau kamu setuju.
c. Meminta anak untuk menyebutkan keinginanya
Untuk mengetahui apa yang sedang dikeluhkan anak, minta anak
untuk menyebutkan keinginanya. Katakan apabila suster menawarkan
pilihan keinginan, apa yang paling diinginkan anak saat itu. Keinginan
yang diungkapkanya akan meningkatkan perasaan dan pikirannya saat itu
sehingga dapat mengetahui masalah dan potensial yang dapat terjadi pada
anak.
d. Biblioterapi
Buku atau majalah dapat juga digunakan untuk membantu anak
mengekspresikan pikiran dan perasaanya. Bantu anak mengekspresikan
perasanya dengan menceritakan isi buku atau majalah. Untuk itu perawat
harus tahu terlebih dahulu ini dari buku atau majalah tersebut dan
simpulkan pesan yang ada didalamnya sebelum bercerita pada anak.
e. Pilihan pro dan kontra
Cara lain untuk mengetahui perasaan dan pikiran anak adalah
dengan mengajukan satu situasi, biarkan anak menyimak dengan baik,
kemudian mintalah anak untuk memulihkan hal yang positif dan negatif
memuat pendapatnya dari situasi tersebut.
f. Penggunaan skala peringkat
Skala peringkat digunakan untuk mengkaji kondisi tertentu,
misalnya mengkaji intensitas nyeri. Skala peringkat dapat berkisar antara
0 pada satu titik ekstrim dan 10 pada satu titik ekstrim lainya. Nilai
tingkat nyeri 1 sampai lima. Kemudian kita tentukan kondisi anak berada
pada angka berapa saat mengungkapkan perasaan sedih, nyeri, dan cemas
tersebut.
0 diartikan sebagai perasaan skala tidak nyeri
1.2 diartikan sebagai skala nyeri ringan
1.3 Lebih dari 3-7 diartikan sebagai skala nyeri sedang
1.4 Lebih dari 7- 9 diartikan nyeri yang sangat berat
1.5 Lebih dari 9-10 diartikan nyeri yang sangat hebat

B. Teknik Non Verbal


a. Menulis

12
Menulis adalah pendekatan komunikai yang secara efektif tiadak saja
dilakukan pada anak tetapi juga pada remaja. Perwat dapat memulai
komunikasi dengan anak dengan cara memeriksa atau menyelidiki
tentang tulisan dan mungkin juga meminta untuk membaca beberapa
bagian. Dengan menulis perawat dapat mengetahui apa yang dipikirkan
anak dan bagaimana perasaan anak.
b. Menggambar
Teknik ini dilakukan dengan cara meminta anak untuk menggambarkan
sesuatu terkait dengan dirinya, misalnya perasaan, apa yang dipikirkan,
keinginan.Pengembangan dari teknik menggambar ini adalah anak dapat
menggambarkan keluarganya dan dilakukan secara bersama antara
keluarga (ibu/ayah) dengan anak.
c. Kontak mata, postur dan jarak fisik
Pembicaraan atau komunikasi akan teras lancar dan efektif jika kitan
sejajar. Saat berkomunikasi dengan anak, sikap ini dapat dilakukan
dengan cara membungkuk atau merendahkan posisi kita sejajar dengan
anak. dengan posisi sejajar akan memungkinkan kita dapat
memungkinkan kontak mata dengan anak dan mendengarkan secara jelas
apa yang dikomunikasikan anak.
d. Ungkapan marah
Anak mengungkapakan perasaan marahnya dan dengarkanlah dengan
baik dan penuh perhatian apa yang menyebabkan ia merasa jengkel dan
marah. Untuk memberikan ketenangan anak pada saat marah, duduklah
dekat dia, pegang tangannya atau pundaknya atau peluklah dia.
e. Sentuhan
Adalah kontak fisik yang dilakukan dengan cara memegang sebagian
tangan atau bagian tubuh anak misalnya pundak, usapan di kepala,
berjabat tangan atau pelukan, bertujuan untuk memberikan perhatian dan
penguatan terhadap komunikasi yang dilakukan antara anak dan orang
tua.
2.1.5 Penerapan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Pada
Bayi

Perkembangan komunikasi pada bayi dan anak tergantung dari


perkembangan otak dan fungsi kognitifnya. Perkembangan ini juga
berhubungan dengan kematangan atau kemampuan organ sensorik dalam

13
menerima rangsangan atau stimulus internal maupun eksternal.
Perkembangan komunikasi pada bayi dan anak juga dipengaruhi oleh
kuatnya stimulus internal dan eksternal yang masuk dalam diri anak
melalui reseptor pendengarannya dan organ sensorik lainnya.
Perkembangan komunikasi terapeutik pada anak, mempubyai
karakteristik yang berbeda beda dan spesifik pada setiap tingkat
perkembangannya. Berikut ini akan diuraikan perkembangan komunikasi
mulai bayi, toddler dan pra sekolah, usia sekolah dan remaja.
a. Penerapan komunikasi pada bayi (0-1 tahun)
Bagaimana bayi berkomunikasi?. Sesaat setelah bayi dilahirkan ,
dan ibu diizinkan menggendong si kecil dalam dekapannya, itulah awal
seorang ibu berkomunikasi denganan bayinya. Meskipun baru dilahirkan,
bayi bisa dengan cepat belajar mengenali dunianya melalui panca
inderanya.
Bayi terlahir dengan kemampuan menangis karena dengan cara itu
mereka berkomunikasi. Bayi menyampaikan keinginannya melalui
komunikasi non verbal. Bayi akan tampak tenang dan merasa nyaman dan
aman jika ada kontak fisik. Fisik yang dekat terutama dengan orang yang
dikenalnya (ibu). Tangisan bayi itu adalah cara bayi memberitahukan
bahwa ada sesuatu yang tidak enak ia rasakan, misalnya, lapar, popok
basah, kedinginan, lelah, dan lain lain.
Bayi yang agak besar akan merasa tidak nyaman jika dia
melakukan kontak fisik dengan orang yang tidak dikenalnya. Bayi akan
tersenyum, menggerak gerakan kaki dan tanganya berulang ulang jika
dia ingin menyatakan kegembiraannya, dan akan menjerit, menangis, atau
merengek jika dia merasa tidak nyaman. Bayi juga akan tersenyum dan
kegirangan jika dia merasa kenyang, aman atau nyaman, dan akan
menangis atau gelisah jika merasa lapar, basar, buang air besar, digigit
nyamuk atau kepanasan / kedinginan.
b. Penerapan komunikasi pada kelompok toddler (1-3 tahun) dan pra
sekolah (3-6 tahun)
Pada kelompok usia ini, anak sudah mampu berkomunikasi dengan
menggunakan kata kata yang sudah dikuasainya. Ciri khas anak
kelompok ini adalah egosentris, dimana mereka melihat segala sesuatu

14
hanya berhubungan dengan dirinya sendiri dan melihat sesuatu hanya
berdasarkan sudut pandangnya sendiri. Anak tidak mampu membedakan
antara kenyataan dan fantasi, sehingga tampak jika mereka bicara akan
banyak ditambahi dengan fantasi diri tentang obyek yang diceritakan.
Contoh implementasi komunikasi dalam keperawatan:
Memberi tahu apa yang terjadi pada diri anak.
Memberi kesempatan pada anak untuk menyentuh alat pemeriksaan yang
akan digunakan.
Nada suara rendah dan bicara lambat. Jika anak tidak menjawab harus
diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana.
Hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata kata jawab
dong.
Mengalihkan aktivitas saat komunikasi misalnya dengan memberikan
mainan saat komunikasi.
Menghindari konfrontasi langsung.
Bersalaman denga anak saat memulai interaksi, karena bersalaman
dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas.
Mengajak anak menggambar, menulis atau bercerita untuk menggali
perasaan dan fikiran anak.
c. Komunikasi pada usia sekolah (7-11 tahun)
Pada masa ini anak sudah mampu untuk memahami komunikasi
penjelasan sederhana yang diberikan. Pada masa ini anak akan banyak
mencari tahu terhadap hal hal baru, dan akan belajar menyelesaikan
masalah yang di hadapinya berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.
Pada masa ini anak harusdifasilitasi untuk mengekspresikan rasa takut,
rasa heran, penasaran, berani mengajukan pendapat dan melakukan
klarifikasi terhadap hal hal yang tidak jelas baginya.
Contoh implementasi komunikasi dalam keperawatan:
Memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak dengan menggunakan
kata kata sederhana yang spesifik.
Menjelaskan sesuatu yang ingin diketahui anak.
Pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari
objek tertentu sangat tinggi, maka jelaskan arti, fungsi dan prosedurnya.
Jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak
mampu berkomunikasi secara efektif.

2.2 Komunikasi pada Anak usia (2-3 tahun)


2.2.1 Pengertian Komunikasi pada Anak

15
Menurut Stuart dan Sundeen tahun 1987 komunikasi pada anak
merupakan suatu cara untuk membina hubungan yang terapeutik yang diperlukan
untuk pertukaran informasi dan perasaan, yang dapat mempengaruhi perilaku
orang lain, mengingat keberhasilan tindakan keperawatan tergantung kepada
proses komunikasi.
Sedangkan secara umum komunikasi anak merupakan proses pertukaran
informasi yang disampaikan oleh anak kepada orang lain dengan harapan orang
yang diajak dalam pertukaran informasi tersebut mampu memenuhi
kebutuhannya. Dalam tinjauan ilmu keperawatan anak, anak merupakan seseorang
yang membutuhkan suatu perhatian dan kasih sayang, sebagai kebutuhan khusus
anak yang dapat dipenuhi dengan cara komunikasi baik secara verbal maupun
nonverbal yang dapat menumbuhkan kepercayaan pada anak sehingga tujuan
komunikasi dapat tercapai.
2.2.2 Komponen dalam Komunikasi pada Anak
Proses tersebut merupakan suatu komponen dalam komunikasi
yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan, di antara komponen
dalam komunikasi adalah sebagai berikut:

a. Pengirim Pesan
Pengirim pesan adalah dapat individu dalam hal ini adalah anak,
keluarga atau kelompok yang melaksanakan komunikasi baik dengan
individu (anak) ataupun kelompok lain. Pengirim pesan di sini adalah
seseorang atau sumber pesan yang memberikan informasi atau ide yang
disampaikan. Pada praktik keperawatan pengiriman pesan komunikasi
dapat terjadi antara anak dengan perawat, dokter atau petugas kesehatan
lainnya serta orang tua.
b. Penerima Pesan
Penerima pesan merupakan orang yang menerima berita. Penerima
pesan dalam praktik keperawatan anak adalah anak itu sendiri dan juga
bisa orang tua, mengingat dalam keperawatn anak orang tua itu termasuk

16
salah satu komponen dalam pemberian asuhan keperawatan dan terlibat
secara langsung.
c. Pesan
Pesan merupakan berita yang disampaikan oleh pengirim pesan
melalui lambing pembicara, gerakan ataupun sikap. Pesan ini dapat berupa
berbagai informasi tentang masalah kesehatan anak atau informasi-
informasi yang membantu kepercayaan diri anak.
d. Media
Media merupakan tempat berlakunya saluran yang dapat meliputi
suara dan lambing itu sendiri. Media dalam komunikasi pada anak ini
sangat beragam seperti suara, atau beberapa hal yang dapat memudahkan
dalam penerimaan pesan khususnya pada anak sperti berupa gambar atau
permainan secara konkret dan menarik bagi anak.
e. Umpan Balik
Umpan balik merupakan bagian proses komunikasi yang dapat
digunakan sebagai alat pencapaian pesan/informasi yang telah
disampaikan. Komponen ini merupakan evaluasi tercapainya informasi
yang disampaikan pada anak, mengingat dalam komunikasi dengan anak
sering menemukan kesulitan dalam proses umpan balik karena anak
merasa ketakutan atau adanya dampak dari hospitalisasi.
2.2.3 Sikap dalam Komunikasi pada Anak
Menurut Egan tahun 1995 dikutip Kozier dan Erb tahun 1983
menyampaikan sikap komunikasi merupakan sesuatu apa yang harus
dilakukan dalam komunikasi baik secara verbal maupun non verbal yang
dapat meliputi:
a. Sikap Berhadapan
Berhadapan merupakan bentuk sikap di mana seseorang langsung
bertatap muka atau berhadapan langsung dengan anak (sesorang yang
diajak komunikasi), sikap ini mempunyai arti bahwa komunikator siap
untuk berkomunikasi.
b. Sikap Mempertahankan Kontak

17
Mempertahankan kontak mata merupakan kegiatan yang bertujuan
menghargai klien dan mengatakan adanya keinginan untuk tetap
berkomunikasi dengan cara selalu memperhatikan apa yang
diinformasikan atau disampaikan dengan tidak melakukan kegiatan yang
dapat mengalihkan perhatian dengan lainny .
c. Sikap Membungkuk Kearah Pasien
Sikap ini merupakan bentuk sikap dengan memberikan posisi yang
menunjukkan keinginan utuk mengatakan atau mendengar sesuatu dengan
cara membungkuk sedikit kearah pasien. Cara ini dilakukan menjaga
komunikasi berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
d. Sikap Terbuka
Sikap ini merupakan bentuk sikap dengan memberikan posisi kaki
tidak melipat, tangan tidak menunjukkan keterbukaan untuk
berkomunikasi yang dilakukan selama dalam proses komunikasi, sehingga
proses keterbukaan diri dalam komunikasi dapat dilaksanakan.
e. Sikap Tetap Relaks
Sikap tetap relaks merupakan sikap yang menunjukkan adanya
keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberi respon
pada klien selama komunikasi. Sikap ini sangat diperlukan sehingga saling
memberikan berbagai informasi yang diharapkan tanpa adanya sebuah
paksaan.
Selain bebrapa sikap yang ada, masih ada beberapa sikap non
verbal selama komunikasi yang juga masuk dalam kategori sikap, seperti:
1). Gerakan mata, gerakan mata ini digunakan dalam memberikan perhatian.
Gerakan mata merupakan cara interaksi yang tepat, mengingat proses
pendidikan dan sosialisasi anak dapat terwujud pada kontak mata.
2). Ekspresi muka, sikap ini termasuk bahasa nonverbal yang banyak
dipengaruhi oleh budaya. Percaya atau tidak dapat dinilai keadaan ekspresi
muka secara tidak disadari.
3). Sentuhan, merupakn cara interaksi yang mendasar karena dengan sentuhan
dapat memperhatikan perasaan menerima dan menghargai. Ikatan kasih

18
sayang ditentukan oleh pendengaran atau suara. Sentuhan merupakan
elemen penting dalam pembentukan ego, perasaan dan kemandirian.
Pada komunikasi dengan anak sentuhan merupakan alat yang
sangat penting karena sebagai alat komunkasi dalam memperlihatkan
kehangatan, kasih sayang, yang pada kemudian hari (dewasa) dapat
mengembangkannnya.
2.2.4 Komunikasi dengan Anak Berdasarkan Usia 2-3 tahun
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan
perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu
memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun kedua sudah mampu 200
300 kata dan masih terdengar kata-kata ulangan. Pada anak usia ini
khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai 900 kata dan
banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan dan
sebagainya. Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa
ingin tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasa mulai
meningkat, mudah merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan
tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap
ketidak tahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini anak masih belum
fasih dalam berbicara.
Pada usia ini cara komunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan
memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada
mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan,
menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulangi
lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap mendesak
untuk dijawab seperti kata-kata jawab dong, mengalihkan aktivitas saat
komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak
mudah diajak komunikasi, mengatur jarak interaksi dimana kita harus
menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan
berhadapan. Secara non verbal kita selalu memberi dorongan pada anak
untuk mencetakan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan
sentuh anak tanpa disetujui dari anak, salaman dengan anak merupakan
cara untuk menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis, atau

19
bercerita, dalam menggali perasaan dan fikiran anak disaat melakukan
komunikasi.
2.2.5 Cara Komunikasi dengan Anak
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam
menjaga hubungan dengan anak, beberapa cara yang dapat digunakan
dalam berkomunikasi dengan anak, antara lain:
1. Melalui Orang Lain atau Pihak Ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam
menumbuhkan kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara
langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung
yang sedang berada di samping. Selain itu dapat digunakan dengan
mengomentari tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta lainnya,
dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.
2. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat
mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi
cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan
disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun gambar.
3. Menfasilitasi
Menfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini
ekspresi anak atau respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam
menfasilitasi anak kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak
boleh dominan, tetapi anak harus diberikan respon terhadap pesan yang
disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan
merefleksikan ungkapan negatif yang menunjukkan kesan yang jelek pada
anak.
4. Biblioterapi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk
mengekspresikan perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah
yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada anak.
5. Meminta untuk Menyebutkan Keinginan

20
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan
meminta anak untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai
keluhan yang didapatkan, dan keinginan tersebut dapat menunjukkan
perasaan dan pikiran saat itu.
6. Pilihan Pro dan Kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam
menentukan atau mengetahui perasaan dan pikiran anak dengan
mengajukan pada situasi yang menunjukkan pilihan yang positif dan
negatif sesuai dengan pendapat anak.
7. Penggunaan Skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam
mengungkapkan perasaan sakit pada anak seperti penggunaan perasaan
nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk
mengekspresikan perasaan sakitnya.
8. Menulis
Melalui ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada
keadaan sedih, marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada
anak yang jengkel, marah dan diam. Cara ini dapat dilakukan apabila anak
sudah memiliki kemampuan untuk menulis.
9. Menggambar
Seperti halnya menulis, menggambarpun juga dapat digunakan
untuk mengungkapkan ekspresinya, perasaan jengkel marah biasanya
dapat diungkapkan melalui gambar dan anak akan mengungkapkannya
apabila gambar yang ditulisnya ditanya tentang maksudnya.
1. Bermain
Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi,
melalui ini hubungan interpersonal antara anak, perawat dan orang
disekitarnya dapat terjalin, dan pesan-pesan dapat disampaikan.
2.2.6 Tahapan dalam Komunikasi dengan Anak
Dalam melakukan komunikasi pada anak terdapat beberapa tahap
yang harus dilakukan sebelum mengadakan komunikasi secara langsung,
diantaranya :

21
a. Tahap Prainteraksi
Pada tahap pra interaksi ini yang harus kita lakukan adalah
mengumpulkan data tentang klien dengan mempelajari status atau bertanya
kepada orang tua tentang masalah atau latar belakang yang ada,
mengeksplorasi perasaan, proses ini akan mengurangi kekurangan dalam
saat komunikasi dengan cara mengeksplorasikan perasaan apa yang ada
pada dirinya, membuat rencana pertemuan dengan klien, proses ini
ditunjukkan dengan kapan komunikasi akan dilakukan, dimana dan
rencana apa yang dikomunikasikan serta target dan sasaran yang ada.
b. Tahap Perkenalan atau Orientasi
Tahap ini yang dapat kita lakukan adalah memberikan salam dan
senyum pada klien, melakukan validasi (kognitif, psikomotorik, afektif),
mencari kebenaran data yang ada dengan wawancara, mengobservasi atau
pemeriksaan yang lain, memperkenalkan nama kita dengan tujuan agar
selalu ada yang memperhatikan terhadap kebutuhannnya, menanyakan
nama panggilan kesukaan klien karena akan mempermudah dalam
berkomunikasi dan lebih dekat, menjelaskan tanggung jawab perawat dan
klien, menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, menjelaskan tujuan,
menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan dan
menjelaskan kerahasiaan.
c. Tahap Kerja
Pada tahap ini kegiatan yang dapat kia lakukan adalah memberi
kesempatan pada klien untuk bertanya, karena akan memberitahu tentang
hal-hal yang kurangdimengerti dalam komunikasi, menanyakan keluhan
utama, memulai kegiatan dengan cara yang baik dan melakukan kegiatan
sesuai dengan rencana.
d. Tahap Terminasi
Pada tahap terminasi dalam komunikasi ini kegiatan yang dapat
kita lakukan adalah menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi
proses dan hasil, memberikan re-inforcement positif, merencanakan tindak
lanjut dengan klien, melakukan kontrak (waktu, tempat, dan topik) dan
mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.

22
2.2.7 Komunikasi dengan Orang Tua Anak
Komunikasi dengan orang tua adalah salah satu hal yang penting
dalam perawatan anak, mengingat pemberian asuhan keperawatan pada
anak selalu melibatkan peran orang tua yang memiliki peranan penting
dalam mempertahankan komunikasi dengan anak. Untuk mendapatkan
informasi tentang anak sering kita mengobservasi secara langsung atau
berkomunikasi dengan orang tua. Ada beberapa hal yang harus kita
perhatikan dalam komunikasi dengan orang tua diantaranya:
a. Anjurkan Orang Tua untuk Berbicara
Kita dalam melakukan komunikasi dengan orang tua, jangan hanya
peran kita sebagai pemberi informasi saja akan tetapi bagaimana kita
merspons atau mengajak agar orang tua yang kita ajak komunikasi mampu
untuk memberikan suatu pesan atau informasi yang dimiliki, kemampuan
inilah yang seharusnya kita kembangkan sehingga komunikasi agar
berjalan terus dan efektif serta tujuan yang kita inginkan dalam
komunikasi dapat tercapai.
b. Arahkan ke Fokus
Dalam melakukan komunikasi dengan orang tua anak arahkan
pokok pembicaraan kita ke fokus sambil memberi kesempatan pada orang
tua untuk mengekspresikan perasaannya secara bebas sehingga tujuan
komunikasi dapat mencapai sasaran. Mengarahkan ke fokus itu salah satu
bagian dalam mencapai komunikasi yang efektif.
c. Mendengarkan
Mendengarkan adalah kunci untuk mencapai komunikasi yang
efektif, kemampuan mendengarkan dapat ditunjukkan dengan ekspresi
yang sungguh-sungguh saat berkomunikasi dengan tujuan untuk mengerti
klien. Selain itu dengan mendengarkan kita akan mendapatkan seluruh
informasi yang didapatkan sehingga tidak ada yang hilang atau tertinggal
informasi yang akan disampaikan.
d. Diam
Diam adalah cara yang dapat digunakan dalam komunikasi dengan
diam sebentar dapat memberikan kesempatan kepada seseorang yang kita

23
ajak komunikasi untuk memberikan kebebasan dalam mengekspresikan
perasaannya dan memberikan kesempatan berpikir terhadap sesuatu yang
hendak disampaikan.
e. Empati
Cara ini dilakukan dengan mencoba merasakan apa yang dirasakn
oleh orang tua anak, dengan demikian orang tua anak akan merasa aman
dan diperhatikan. Cara komunikasi ini juga sangat terkait dengan sikap
saat komunikasi.
f. Meyakinkan Kembali
Meyakinkan kembali merupakan cara yang dapat diberikan agar
proses dan hasil komunikasi dapat diterima pada klien hal ini adalah orang
tua. Pada dasarnya semua orang tua ingin menjadi orang tua terbaik, tetapi
pada saat anak sakit dapat terjadi kecemasan tentang peran dan fungsinya,
maka yakinkan kembali akan peran dan fungsinya sebagai orang tua.
g. Merumuskan Kembali
Dalam mencapai tujuan pemecahan masalah kita dan orang tua
anak harus sepakat terhadap masalah yang muncul kadang-kadang pada
rang tua, dengan merumuskan kembali beberapa permasalahan dan cara
pemecahan bersama akan memberikan dampak dalam mengurangi
kecemasan atau kekhawatiran.
h. Memberi Petunjuk Kemungkinan Apa yang Terjadi
Melalui komunikasi beberapa petunjuk tentang kemungkinan
masalah apa yang terjadi dapat diinformasikan terlebih dahulu untuk
mengantisipasi tentang kemungkinan hal yang terjadi sehingga orang tua
tahu dan siap bila masalah itu muncul.
i. Menghindari Hambatan dalam Komunikasi
Menghindari hambatan dalam komunikasi seperti melakukan
komunikasi secara asertif dengan orang tua merupakan salah satu cara
efektif dalam komunikasi, karena hambatan selama komunikasi akan
memberiakn dampak tidak berjalannya suatu proses komunikasi seperti
terlalu banyak memberi saran, cepat mengambil keputusan, megubah
pokok pembicaraan, membatasi pertanyaan atau terlalu banyak

24
memberikan pertanyaan tertutup dan menyela pembicaraan sebelum
pembicaraan selesai.
2.2.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dengan Anak
Dalam proses komunikasi kemungkinan ada hambatan selama
komunikasi, karena selama proses komunikasi melibatkan beberapa
komponen dalam komunikasi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya:
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan
mengisi kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan
informasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Sebagaimana
umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima
informasi dan makin bagus pengatahuan yang dimiliki sehingga
penggunaan komunikasi dapat secara efektif akan dapat dilakukannya.
Dalam komunikasi dengan anak atau orang tua juga perlu diperhatikan
tingkat pendidikan khususnya orang tua karena berbagai informasi akan
mudah diterima jika bahasa yang disampaikan sesuai dengan tingkat
pendidikan yang dimilikinya.

b. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan proses belajar dengan menggunakan
panca indra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk dapat
menghasilkan pengetahuan dan keterampilan. Faktor pengetahuan dalam
proses komunikasi dapat diperlihatkan apabila seseorang pengetahuan
cukup, maka informasi yang disampaikan akannjelas dan mudah diterima
oleh penerima kan tetapi apabila pengetahuan kurang maka akan
menghasilkan informasi yang kurang.
c. Sikap
Sikap dalam komunikasi dapat mempengaruhi proses kemungkinan
berjalan efektif atau tidak, hal tersebut dapat ditunjukkan seseorang yang
memiliki sikap kurang baik akan menyebabkan pendengar kurang percaya

25
terhadap komunikator, demikian sebaliknya apabila dalam komunikasi
menunjukkan sikap yang baik maka dapat menunjukkan kepercayaan dari
penerima pesan atau informasi. Sikap yang diharapkan dalam komunikasi
tersebut seperti terbuka, percaya, empati, menghargai dan lain-lain,
kesemuanya dapat mendukung berhasilnya komunikasi terapeutik.
d. Usia Tumbuh Kembang
Faktor usia ini dapat mempengaruhi proses komunikasi, hal ini
dapat ditunjukkan semakin tinggi usia perkembangan anak kemampuan
dalam komunikasi semakin kompleks dan sempurna yang dapat dilihat
perkembangan bahasa anak.
e. Status Kesehatan Anak
Status kesehatan sakit dapat berpengaruh dalam komunikasi, hal ini
dapat diperlihatkan ketiak anak sakit atau mengalami gangguan psikologis
maka cenderung anak kurang komunikatif atau sangat pasif, dengan
demikian dalam komunikasi membutuhkan kesiapan secara fisik dan
psikologis untuk mencapai komunikasi yang efektif.
f. Sistem Sosial
Sistem sosial yang dimaksud di sini adalah budaya yang ada di
masyarakat, di mana setiap daerah memiliki budaya atau cara komunikasi
yang berbeda. Hal tersebut dapat juga mempengaruhi proses komunikasi
seperti orang Batak engan orang Madura ketika berkomunikasi dengan
bahasa komunikasi yang berbeda dan sama-sama tidak memahami bahasa
daerah maka akan merasa kesulitan untuk mencapai tujuan dan
komunikasi.
g. Saluran
Saluran ini merupakan faktor luar yang berpengaruh dalam proses
komunikasi seperti intonasi suara, sikap tubuh dan sebagainya semuanya
akna dapat memberikan pengaruh dalam proses komunikasi, sebagai
contoh apabila kita berkomunikasi dengan orang yang memiliki suara atau
intonasi jelas maka sangat mudah kita menerima informasi ataupun pesan
yang disampaikan. Demukian sebaliknya apabila kita berkomunikasi

26
dengan orang yang memiliki suara yang tidak jelas kita akan kesulitan
menerimapesan atau informasi yang disampaikan.
h. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar area,
lingkungan dalam hal komunikasi yang dimaksud di sini dapat berupa
situasi, ataupun lokasi yang ada. Lingkungan yang baik atau tenang akan
memberikan dampak berhasilnya tujuan komunikasi sedangkan
lingkungan yang kurang baik akan memberikan dampak yang kurang. Hal
ini dapat kita contohkan apabila kita berkomunikasi dengan anak pada
tempat yang gaduh misalnya atau tempat yang bising, maka proses
komunikasi tidak akan bisa berjalan dengan baik, kemungkina sulit kita
berkomunikasi secara efektif karena suara yang tidak jelas, sehingga pesan
yang akan disampaikan sulit diterima oleh anak.

2.3 Komunikasi pada Anak Usia Prasekolah


Masa ini disebut juga masa kanak-kanak awal, terbentang antara umur 2-6
tahun. Beberapa ciri perkembangan masa ini adalah:
1. Perkembangan Motorik
Dengan bertambah matangnya perkembangan otak yang mengatur sistem
saraf otot (neuromuskuler) memungkinkan anak-anak usia ini lebih lincah
dan aktif bergerak.
2. Perkembangan bahasa dan berfikir
Sebagai alat komunikasi dan mengerti dunianya, kemampuan berbahasa
lisan pada anak akan berkembang karena selain terjadi pematangan dari
organ-organ bicara dan fungsi berfikir, juga karena lingkungan ikut
membantu pengembangannya. Ada 4 tugas yang perlu di[erhatikan
pengembanganyya yakni:
a. Mengerti pembicaraan orang lain
b. Menyusun dan menambah perbendaharaan kata
c. Menggabung kata menjadi kalimat
d. Pengucapan yang baik dan benar

Selain itu perkembangan yang terjadi pada anak masa prasekolah meliputi:

27
1. Perkembangan fisik dan pembesaran masa anak-anak meliputi tinggi
badan, berat badan, perbandingan tubuh, postur tubuh, tulang, otot, dan
lemak.
2. Keterampilan pada masa perkembangan masa kanak-kanak.
Awal perkembangan masa kanak-kanak merupakan masa yang ideal untuk
mempelajari keterampilan tertentu. Terdapat tiga alasan, yaitu:
a. Anak senang mengulang dan karenanya dengan senang hati mau
mengulang suatu aktivitas sampai mereka terampil melakukannya.
b. Anak-anak bersifat pemberani sehingga tidak terhamabat oleh rasa
takut bila dirinya mengalami sakit/diejek teman-temannya
sebagaimana ditakuti anak yang lebih besar.
c. Anak belia mudah dan dapat belajar karena tubuh mereka masih sangat
lentur dan keterampilan yang dimiliki baru sedikit sehingga
keterampilan yang harus dikuasai tidak mengganggu keterampilan
yang sudah ada.
3. Kemajuan berbicara dalam awal perkembangan masa kanak-kanak.
Selama masa perkembangan, anak memiliki keinginan yang kuat untuk
belajar berbicara. Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu:
a. Belajar berbicara merupakan sarana pokok dalam sosialisasi.
b. Belajar berbicara merupakan saran untuk memperoleh kemandirian.
4. Tugas dalam belajar berbicara pada awal perkembangan masa kanak-
kanak.
a. Pengucapan kata-kata
b. Membentuk kalimat
c. Menambah kosa kata
5. Perkembangan moral pada awal kanak-kanak.
a. Disiplin dalam awal masa kanak-kanak. Ada tiga unsur penting dalam
disiplin, yaitu:
Peraturan dan hukum berfungsi sebagai pedoman nagi
penilaian baik
Hukuman bagi pelanggaran peraturan
Hadiah untuk perilaku yang baik/usaha untuk berperilaku sosial
yang baik
b. Jenis disiplin yang digunakan
Pengaruh pada perilaku
Pengaruh pada sikap
Pengaruh pada kepribadian

Macam-macam masalah yang timbul, di antaranya anak sulit tidur. Kebutuhan


tidur anak berbeda-beda, misalnya:
1. Diperhitungkan kurang lebih seperempat jumlah anak pra sekolah terjaga
di malam hari
2. Anak tidur nyenyak sepanjang malam
3. Tambahan tidur sejenak selama kurang lebih satu jam pada siang hari

28
Hal-hal yang menonjol pada fase ini adalah:
a. Merupakan masa persiapan sekolah, masuk Taman Kanak-Kanak;
b. Pertanyaan mulai dengan mengapa;
c. Keinginan tahu mengenai seks mulai tampak, pertanyaan tentang adik
datangnya dari mana;
d. Mulai mencari teman bermain;
e. Kebiasaan mulai diintensifkan dan perlu penjelasan seperlunya;
f. Datangnya adik menimbulkan masalah baru;
g. Anak senang bermain-main dengan alat kelaminnya;
h. Pada masa ini anak laki-laki bersikap menyukai ibunya dan membenci
bapaknya, anak perempuan sebaliknya, menyukai ayahnya dan membenci
ibunya, sikap itu di sebut Oedipus complex.

2.4 Komunikasi pada Anak Usia Sekolah


2.4.1 Perkembangan komunikasi pada anak
Anak usia sekolah memiliki perubahan dari periode sebelumnya.
Harapan dan tuntutan baru dengan adanya lingkungan yang baru dengan
masuk sekolah dasar saat usia 6 atau 7 tahun, komunikasi pada anak usia
ini dapat dimulai dengan kemampuan anak mencetak, menggambar,
embuat huruf atau tulisaan yang besar dan apa yang dilaksanakan oleh
anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca disi
sudah muncul, pada usia ke 8 anak sudah mampu membacaa dan sudah
mulai berfikir tentang kehidupan. Komunikasi yang dapat dilakukan pada
usia sekolah ini adalah memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak
yaitu menggunakaan kata-kata sederhana yang spesifik dan menjelasakan
sesuatu yang membuat anak itu mengerti paham yang kita maksutkan.
Anak-anak yang cenderung menyendiri sebaiknya tidak dibiarkan
untuk terlalu sibuk dengan solitary play sebaiknya mereka diarahkan
untuk lebih aktif dalam permainan kelompok social game. Mereka yang
kurang mampu untuk berkonsentrasi dapat diberikan berbagai jenis
permaina yang lebih terarah pada pemusatan perhataian seperti suatu
benda tertentu. Anak-anak yang kurang mampu untuk mengekspresikan
diri secara verbal dapat dibina untuk mengembangkan bakat kreatifnya
melalui melalu media misalnya menggambar. Peran perawat dalam
melaksanakan keperwatan diruang anak yaitu perawat sebagai pengganti
ibu yang memenuhi kebutuhan pasien selama dirumah sakit dan peran

29
pendidikan keseehatan anak baik kepada pasien langsung atau kepada
orang tuanya, karena itu dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
(Ngastiyah, 2005)
2.4.2 Bentuk komunikasi pada anak
Komunikasi pada anak ada dua bentuk yaitu :
1. Verbal (bahasa)
Komunikasi verbal meliputi kata-kata yang diucapkan maupun yang
ditulis, kata-kata adalaah media atau symbol yang digunakan untuk
mengekpresikan idea tau perasaan,menimbulkan reson emosiona, atau
menggambarkan objek, observasi, kenangan, atau kesimpulan.sebagai
akibatnya seorang perawat seringkali bekerja dengan klien yang
bicara dengan bahasa yang sama namun menginterpretasikan pesan
dengan cara yang berbeda dari yang dikehendaki perawat. Untuk
membuat pesan tersebut menjadi jelas perawat menggunakan
komunikasi verbal secara efektif, dengan menggunakan kata-kata dan
frase yang efektif dan berada ditingat pemahaman klien.

2. Non verbal (bahasa tubuh)


Komunikasi non verbal adalah transmisi pesan tanpa menggunakan
kata-kata dan merupakan salah satu cara yang terkuat bagi seseorang
untuk mrngirimkan pesan kepada orang lain.
Komunikasi verbal lebih kuat daripada komunikasi non verbal,
perawat harus waspada akan adanya komunikasi non verbal yang
mengikuti pesan verbal yang disampaikan pada klien. (Poter & Perry,
2005).
Dari asek bahasa, anak belum mampu berbicara fasih oleh karena iu
saat menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhaaa, singkat dan
gunakan istilah yang dikenal. Posisi yang baik saat berbicara adalah
jongkok atau duduk dikorsi kecil. (Yupi Supartini, 2004)
2.4.3 Teknik Komunikasi dengan Anak Usia Sekolah

30
Komunikasi dengan anak sangat penting dalam menjaga hubungan
dengan anak, melalui komuniasi pula seorang perawat bisa mengerti data
diri anak yang selanjutnya digunakn untuk data atau catatan perawat.
Ada beberapa cara yang digunakan dalam berkomunikasi pada anak yaitu :
1. Dengan bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah
diterima, anka-anak sangat menyukai cerita tetapi ceritanya harus sesuai
dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui
tulisan atau gambar.
2. Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangant penting dalam menujukkan
atau mengetahui perasaaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pesaan
situasi yang menunjukan plihan yang posiitif dan negative sesuai dengan
pendapat anak.
3. Penggunaan skala
Penggunaan sekala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan
perasaan sakit apa anak seperti nyeri yang dialaminnya

.
4. Menulis
Melalui cara ini anak akan dapat mekspresikan dirinya baik pada keadaan
sedih, marah dan diam, cara ini bisa dilakukan jika anak sudah bisa
menulis.
5. Menggambar
Dengan cara menggambar pun dapat digunakan untuk mengungkapkan
ekspresiny, perasaan jengkel,marah yang biasanya dapat diungkapkan
melalui gambar dan anak akan mengungkapkan perasaannya.
6. Bermain
Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi melalui
ini hubungan interpersonal antara anak dan orang di sekitar dapat terjalin
dan pesan-pesan dapat disampaikan. (Depkes RI, 1993)

31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi pada anak anak mulai dari bayi sampai masa sekolah
itu sangat beragam. Tinggal bagaimana kita menyikapi dan menerapkan
komunikasi tersebut.
Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal antara perawat
dan pasien yang direncanakan secara sadar yang bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kebutuhan pasien. Anak diartikan sebagai
seseorang yang usianya kurang dari 8 belastahun dan sedang berada dalam
masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus, baik kebutuhan fisik,
psikologis, 32ember dan spiritual, Usia sekolah anak antara 6-12 tahun,
merupakan siklus hidup manusia yang dimulai sejak janin dalam

32
kandungan sampai tua nanti. Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia
sekolah ini adalah memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu
menggunakaan kata-kata sederhana yang spesifik dan menjelasakan
sesuatu yang membuat anak itu mengerti paham yang kita maksutkan.

3.2 Saran
Agar membawa manfaat bagi lingkungan, denga cara
berkomunikasi seperti ini , perawat dapat lebih merencanakan bantuan dan
bimbingan bagi pasien dan juga perawat aka mengembangkan
kepercayaan pada diri sendiri.

DAFTAR RUJUKAN

Dalami, dkk. (2009). Komunikasi Dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan.


Jakarta: Trans Info Media.
Depkes RI. 1993. Asuhan keperawatan anak dan dalam kontek keluarga. Jakarta.
Modul 2 Komunikasi Dalam Keperawatan Penerapan Komunikasi Berdasarkan
Tingkat Usia. Diakses 16 Maret 2017.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Poter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Supartini, Y. 2004. Buku ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Yudik Jahja. 2013. Pesikologi Perkembangan. Jakarta: PT Kharisma Putra Utama.
Hidayat, A.A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Surabaya: Salemba
Medika.

33
Musliha & Fatmawati, S. Komunikasi Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rahmono, F. 2010. Faktor-faktor dalam Komunikasi, http://fathurrahmono.files.
wordpress.com/2010/09/faktor-faktor-dalam-komunikasi.
Bnetpwj. 2016. Makalah Komunikasi Terapeutik pada Bayi, http://bnetpwj.
blogspot.co.id/2016/09/makalah-komunikasi-terapeutik-pada-bayi.html.

34

Anda mungkin juga menyukai