Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Topik : Kegawat Daruratan


Subtopik : Evakuasi Dan Transportasi Korban Kecelakaan Lalu Lintas
Sasaran : Anggota Pemadam Kebakaran di BPK IRGAS Kec.Gambut
Hari / tanggal :
Waktu :
Tempat : Posko BPK Irgas Kecamatan Gambut Kalimantan Selatan

I. Tujuan instruksional umum


Setelah dilakukan penyuluhan , anggota BPK IRGAS diharapkan mampu mengetahui
tentang cara mengevakuasi korban kecelakaan lalu lintas dengan baik dan benar tanpa
menambah masalah baru.

II. Tujuan instruksional khusus


Setelah dilakukan penyuluhan, anggota BPK IRGAS diharapkan mampu menjelaskan
dan memperagakan:
1. Pengertian Evakuasi
2. Hal-hal yang harus diperhatikan bagaimana posisi korban pada saat diberikan
tindakan
3. Cara memindahkan korban untuk mencegah terjadinya cedera
4. Aturan dalam penanganan dan pemindahan darurat
5. Tekhnik evakuasi
6. Alat-alat yang digunakan saat mengangkut korban

III. Materi (Terlampir)

IV. Metode
1. Pelatihan Simulasi
2. Diskusi / Tanya jawab

1
V. Media (pilih yang digunakan saja)

VI. Pengorganisasian
1. Pemateri : Tina Lestari
2. Moderator :
3. Fasilitator :
4. Peraga : Tina Lestari

VII. Kegiatan Pembelajaran


No
Kegiatan Penyuluh Waktu Kegiatan peserta

1. Pembukaan : 3 menit
1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam.
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan dari 3. Memperhatikan
penyuluhan
4. Menyebutkan materi yang akan 4. Memperhatikan
diberikan
2. Pelaksanaan : 16 menit
1. Menjelaskan pengertian 1. Memperhatikan
evakuasi
2. Memberi kesempatan kepada 2. Bertanya dan menjawab
peserta untuk bertanya pertanyaan yang diajukan
3. Menjelaskan Hal-hal yang 3. Memperhatikan
harus diperhatikan bagaimana
posisi korban pada saat
diberikan tindakan .
4. Menjelaskan Cara 4. Memperhatikan

2
memindahkan korban untuk
mencegah terjadinya cedera .
5. Menjelaskan Aturan dalam 5. Memperhatikan
penanganan dan pemindahan
darurat 6. Bertanya dan menjawab
6. Menjelaskan tekhnik evakuasi pertanyaan yang diajukan
7. Memberi kesempatan kepada 7. Memperhatikan
peserta untuk bertanya
8. Menjelaskan alat-alat yang 8. Memperhatikan
digunakan saat melakukan
evakuasi korban.
9. Memberi kesempatan kepada 9. Bertanya dan menjawab
peserta untuk bertanya pertanyaan yang diajukan

3 Peragaan 23 menit 1. Memperhatikan


1. Memperagakan evakuasi oleh
satu penolong, teknik menarik
korban
2. Memperagakan evakuasi oleh 2. Memperhatikan
satu penolong, teknik mengangkat
korban dengan cara gendong di
punggung (piggy back carry). 3. Memperhatikan
3. Memperagakan evakuasi oleh
satu penolong, teknik mengangkat
korban dengan cara mengangkat
depan/memapah (craddle carry).
4. Memperagakan evakuasi oleh 4. Memperhatikan
satu penolong, teknik mengangkat
korban dengan cara menjulang.
5. Memperagakan evakuasi oleh 5. Memperhatikan
satu penolong, teknik menopang
(cruth) dengan cara memapah 1
orang (one rescuer crutch).

3
6. Memperagakan evakuasi oleh
lebih dari satu penolong.
7. Memperagakan evakuasi dengan 6. Memperhatikan
cara menggunakan tandu.
7. Memperhatikan

4 Penutup : 3 menit 1. Mendengarkan


1. Mengucapkan terimakasih atas 2. Menjawab salam
peran serta peserta.
2. Mengucapkan salam penutup

VIII. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
Anggota pemadam kebakaran di BPK irgas dapat bekerjasama dengan mahasiswa
Anggota Pemadam kebakaran di BPK Irgas mengerti maksud dan kunjungan hari
ini
2. Evaluasi proses
Anggota Pemadam kebakaran di BPK Irgas Masyarakat terlihat aktif dalam
diskusi.
Anggota Pemadam kebakaran di BPK Irgas menunjukan minat terhadap kegiatan
atau tindakan yang dapat di lakukan.
Anggota Pemadam kebakaran di BPK Irgas dapat memberikan respon verbal dan
non verbal yang baik.
Anggota Pemadam kebakaran di BPK Irgas kooperatif selama kegiatan
berlangsung.
Anggota Pemadam kebakaran di BPK Irgas bersedia melakukan tindakan
pencegahan terhadap perilaku kekerasan

3. Evaluasi hasil
Memperagakan secara langsung kepada peserta, meliputi :
a. Pengertian Evakuasi
b. Hal-hal yang harus diperhatikan bagaimana posisi korban pada saat diberikan
tindakan

4
c. Cara pemindahan yang benar untuk mencegah terjadinya cedera
d. Aturan dalam penanganan dan pemindahan darurat
e. Tekhnik evakuasi
f. Alat-alat yang digunakan saat mengangkut korban

Banjarmasin, 2020

Mengetahui, Mengetahui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2

(Hj. Noor Khalilati, Ns.M.Kep) (NurHikmah, SST.MPH)

Pemateri,

(Tina Lestari)

5
Lampiran:
3.1 Evakuasi dan Transportasi Korban Gawat Darurat

3.1.1 Konsep Evakuasi Dan Transport Klien Gawat Darurat.

Istilah evakuasi dapat diartikan luas atau sempit, istilah evakuasi korban

diartikan sebagai upaya memindahkan korban ke pusat pelayanan

kesehatan atau tempat rujukan lainnya agar korban mendapatkan perawatan

dan pengobatan lebih lanjut. Evakuasi korban merupakan kegiatan

memindahkan korban dari lokasi kejadian menuju ke tempat aman,

sehinggga akhirnya korban mendapatkan perawatan dan pengobatan lebih

lanjut. (Ramsi,et al ,2014)

Upaya ini dalam situasi dan keadaan tertentu sangat penting, misalnya saat

evakuasi korban gawat darurat, ketika korban harus mendapatkan

perawatan dan pengobatan di rumah sakit sehingga evakuasi korban harus

dilakukan nsecara cepat dan dan waspada serta diusahakan tidak

memperburuk keadaaan korban atau menambah cedera baru. (Ramsi,et al

,2014)

3.1.1.1 Hal-hal yang harus diperhatikan bagaimana posisi korban pada saat diberi

tindakan (Wartatmo,et al,2017)

1. Korban duduk

Pada kecelakaan lalu lintas sering terjadi pada korban yang masih

berada di dalam kendaraan. Sebelum melakukan evakuasi korban,

penolong harus menentukan apakah penolong dalam keadaan

6
stabil atau tidak stabil, apakah perlu evakuasi segera.

2. Korban berbaring

Pada saat kejadian kecelakaan sehari-hari mungkin didapatkan

korban pada posisi berbaring, tetapi mungkin dalam posisi

terlentang atau mungkin juga dalam posisi tertutup. Pada saat

melakukan pemindahan perhatikan adakah kemungkinan cedera

pada tulang belakang atau tidak. Bila terdapat fraktur tulang atau

dicurigai adanya fraktur lakukan immobilisasi dahulu sebelum

pengangkatan pasien.

3. Korban yang menggunakan helmet

Pada kecelakaan lalu lintas terutama pasien dengan kendaraan

roda dua yang menggunakan helm. Bila dalam keadaan tidak

sadar dan menggunakan helm, maka helm harus dibuka terlebih

dahulu. Helm dengan bagian muka terbuka mungkin tidak ada

masalah untuk membukanya, tetapi jenis helm yang tertutup

seluruhnya, perlu cara khusus untuk membukanya. Pada saat

membuka harus ditentukan adakah kemungkinan/dugaan fraktur

pada tulang leher, lakukan immobilisasi kepala pada saat

membuka helm kemudian pasang collar splint pada saat

melakukan prosedur pemeriksaan lain.

3.1.1.2 Cara pemindahan yang harus dilakukan secara berhati-hati untuk mencegah

cedera. Secara umum (Wartatmo,et al,2017)

1. Ketika menjangkau

a. Jaga punggung tetap dalam posisi lurus/ terkunci.

b. Hindari berputar ketika menjangkau.


7
c. Hindari menjangkau lebih dari 15-20 inchi di depan tubuh

anda.

d. Hindari menjangkau yang berkepanjangan ketika

diperlukan usaha yang besar

2. Ketika mendorong atau menarik

a. Lebih baik mendorong daripada tarik, jika memungkinkan.

b. Jaga punggung tetap lurus/terkunci.

c. Jaga garis tarikan melalui pusat tubuh anda dengan

menekuk lutut.

d. Jaga beban dekat dengan tubuh anda.

e. Jika beban dibawah pinggang, dorong atau tarik dari posisi

berlutut.

f. Hindari mendorong atau menarik melebihi kepala.

g. Jaga lutut anda tertekuk dengan lengan dekat pada sisi

anda.

3.1.1.3 Pemindahan darurat (Emergency), Mendesak (Urgency) dan Tidak mendesak

(Non Urgency). (Wartatmo,et al,2017)

3.1.1.3.1 Pemindahan darurat (Emergency)

Terdapat tiga situasi yang memerlukan penerapan

pemindahan darurat.

1. Tempat kejadian berbahaya. Bahaya mengharuskan

untuk memindahkan penderita dengan cepat untuk

melindungi anda dan penderita. Hal ini dapat terjadi

jika terdapat lalu lintas yang tidak terkontrol, api atau

8
ancama api, kemungkinanledakan, bahaya listrik, gas

beracun atau radiasi.

2. Perawatan kondisi yang mengancam hidup memerlukan

resusitasi. Anda mungkin harus memindahkan

penderita ke permukaan yang keras dan rata untuk

melakukan RJP atau mungkin harus memindahkan

penderita untuk menolong perdarahan yang

mengancam hidup.

3. Anda harus menolong penderita lain. Jika ada penderita

lain pada tempat kejadian yang memerlukan perawatan

untuk masalah yang mengancam hidup, anda mungkin

harus memindahkan penderita lain untuk memeriksa

penderita dengan kondisi yang mengancam hidup.

Bahaya terbesar terhadap penderita dalam pemindahan

darurat adalah dapat memperparah cedera spinal.

Karena pemindahan harus dilakukan segera untuk

melindungi nyawa penderita, perawatan spinal yang

lengkaptidak mungkin dilakukan. Kapanpun anda

mencurigai adanya cedera spinal, untuk meminimalkan

atau mencegah keparahan cedera.

Ada beberapa pemindahan cepat disebut drags (tarikan).

Pada tipe pemindahan ini, penderita ditarik melalui

pakaian, kaki, bahu atau selimut. Pemindahan ini hanya

dilakukan pada kegawatdaruratan karena tidak memberi

perlindungan pada leher dan spinal.

9
3.1.1.3.2 Pemindahan mendesak (Urgency)

Pemindahan mendesak diperlukan ketika penderita harus

dipindahkan dengan cepat untuk mengatasi bahaya yang

mengancam hidup, namun tidak seperti pemindahan darurat,

pemindahan ini dilakukan dengan tindakan pencegahan

cedera tulang belakang.

1. Perawatan kondisi penderita memerlukan

pemindahan. Pederita harus dipindahkan untuk

memperbaiki pernafasan tidak adekuat atau

mengobati shock atau gangguan status kejiwaan.

2. Factor factor pada tempat kejadian yang

menyebabkan kondisi penderita menurun. Jika kondisi

penderita menurun dengan cepat karena panas atau

dingin, misalnya, dia mungkin harus dipindahkan.

Memindahkan penderita ke papan spinal panjang,

juga disebut papan (longspineboard), merupan

pemindahan mendesak yang dilakukan ketika terdapat

bahaya yang mengancam hidup dan kecurigaan cedera

spinal.

3.1.1.3.3 Pemindahan Tidak Mendesak

Ketika tidak ada bahaya yang mengancam hidup, penderita

harus dipindahkan ketika transportasi sudah tersedia,

menggunakan pemindahan tidak mendesak. Pemeriksaan

pada tempat kejadian dan perawatan pada tempat kejadian

yang diperlukan, seperti pembidaian, harus diselesaikan

10
terlebih dahulu. Pemindahan tidak mendesak harus

dilakukan untuk mencegah cedera atau cedera tambahan

pada penderita dan untuk menghindari ketidaknyamanan

dan nyeri.

3.1.2 Evakuasi Korban (Ramsi,et al ,2014)

3.1.2.1 Evakuasi Oleh Satu Penolong

Sebelum melakukan pemindahan harus sudah dipastikan bahwa

korban tidak mengalami cidera spinal, cidera tulang tengkorak, dan

gegar otak.

A. Teknik Menarik Korban

Teknik ini dapat digunakan untuk memindahkan korban dalam jarak

dekat. Pastikan permukaan tanah cukup rata agar tidak menambah luka.

1) Menarik kemeja korban (shirt drag)

Bagian kemeja yang ditarik adalah bagian punggung belakang.

Jika terlalu depan, terdapat risiko kemeja lepas dan mencekik

korban.

2) Menarik ketiak korban (shoulder drag)

Tempatkan kedua tangan pada masing-masing ketiak korban.

Tarik korban perlahan. Teknik menarik ketiak ini adalah teknik

drag paling aman bagi korban sebab korban dipegang langsung

oleh penolong sehingga risiko terlepas lebih kecil.

3) Menarik dengan selimut (blanket drag)

Tempatkan bahan tertentu sebagai alas, seperti kain selimut,

kardus dsb.

11
4) Mengusung melalui lorong sempit (fire fighter drag)

Tangan korban diikat dan digantungkan di leher penolong.

Cegah kepala korban agar tidak terseret di tanah dengan

menggunakan satu tangan atau menggantungkannya.

5) Teknik Mengangkat Korban (Carry)

Teknik ini dipakai untuk memindahkan korban dengan jarak

sedang atau cukup jauh. Dengan teknik ini, penolong dapat

sedikit lebih menghemat tenaga sebab tidak perlu

membungkukkan badan, tetapi harus menopang keseluruhan

berat badan korban. Untuk itu pertimbangkan kekuatan angkat

dan berat badan korban.

a. Gendong punggung (piggy back carry)

Untuk korban sadar tetapi tidak dapat berdiri, dapat

dipindahkan dengan mengendong korban di belakang

penolong. Posisi tangan penolong dapat menopang

pantat atau pengunci kedua lengan korban.

b. Mengangkat depan/memapah (craddle carry)

Korban yang sadar tetapi lemas, tidak dapat berjalan, dan

tangan hanya dapat menggantung pasif ke leher

penolong, sebaiknya dipindahkan dengan cara

membopong.

c. Menjulang

Teknik menjulang dilakukan untuk penolong satu orang

dan diperlukan pergerakan yang cepat atau menempuh

jarak jauh. Posisi ini akan membuat penolong lebih

12
leluasa untuk bergerak.

6) Teknik Menopang (cruth)

a. Memapah 1 orang (one rescuer crutch)

Jika masih dapat berjalan meskipun sedikit, maka korban

dapat dibantu dengan memapahnya. Tangan korban

dirangkulkan di pundak penolong, salah satu tangan

penolong memegang pinggang korban untuk

mengantisipasi jika korban pingsan atau mendadak

lemas.

3.1.2.2 Evakuasi Oleh Dua Penolong (Ramsi,et al ,2014)

a. Korban diangkat dengan menggunakan tangan

sebagai tandu.

b. Mengusung korban dengan menggunakan kursi

sebagai tandu.

3.1.2.3 Mengusung Korban Oleh 3 Penolong. (Ramsi,et al ,2014)

Yang perlu diperhatikan adalah posisi korban yang dipertahankan

agar tetap sesuai aksis punggungnya.

3.1.3 Peralatan Pengangkut Penderita (Wartatmo,et al,2017)

Peralatan pengangkut penderita merupakan peralatan mekanis dan semua

tenaga kesehatan harus tahu bagaimana menggunakan peralatan ini.

Kesalahan pada penggunaan peralatan ini dapat menyebabkan cedera pada

diri si penolong dan penderita.

1. Tandu Beroda (Wheeled Strecher)

Tandu ini merupakan alat yang pada semua ambulans. Terdapat

banyak merk dan tipe tandu beroda ini, namun tujuannya semua
13
sama untuk memindahkan penderita dengan aman dari satu tempat

ke tepat lain, biasanya pada posisi berbaring. Kepala tandu dapat di

naikkan, yang akan sangat menguntungkan pada beberapa penderita.

2. Tandu Portabel

Tandu portable atau tandu lipat dapat menguntungkan pada kejadian

dengan banyak korban (kejadian dengan banyak penderita). Tandu

dapat terbuat dari kanvas, aluminium, atau plastic keras dan biasanya

dapat dilipat atau dikempiskan.

3. Kursi Tangga

Kursi tangga memiliki banyak keuntungan dalam memindahkan

penderita dari tempat kejadian ke tandu. Keuntungan pertama

adalah, seperti namanya, kursi tangga ini bagus digunakan pada

tangga. Tandu besar sering tidak bisa dibawa ke sudut yang sempit

atau naik turun tangga yang sempit. Kursi tangga memindahkan

penderita pada posisi duduk, yang dapat mengurangi panjang

penderita dan alat, memungkinkan penolong untuk bergerak di

sekitar sudut dan melalui ruang yang sempit. Alat ini ideal untuk

penderita dengan kesulitan bernafas. Penderita seperti ini biasanya

harus duduk tegak untuk bernafas lebih mudah dan kursi tangga

memungkinkan penderita untuk melakukannya. Kursi tangga tidak

boleh dilakukan pada penderita dengan cedera leher atau spinal

karena penderita ini harus diimmobilisasi terlentang dengan papan

untuk mencegah cedera lebih lanjut.

4. Papan Spinal

Terdapat 2 tipe papan spinal atau papan punggung: panjang (long

14
spine board) dan pendek (short spine board). Alat ini digunakan pada

penderita yang ditemukan berbaring atau berdiri dan harus

diimmobilasi. Perlatan ini terbuat dari kayu tradisional dan juga

plastic tahan pecah. Papan spinal pendek digunakan terutama untuk

memindahkan penderita dari kendaraan ketika dicurigai ada cedera

leher atau spinal.

5. Tandu Sekop (scoop strechter).

Alat ini disebut dengan tandu sekop karena terbagi menjadi 2 bagian

secara vertical dan penderita dapat di sekop dengan mendorong

sebagian alat ke bawah penderita. Tandu sekop tidak memberikan

perlindungan langsung pada bagian bawah spinal penderita dan tidak

direkomendasikan pada penderita dengan kecurigaan cedera spinal.

6. Tandu keranjang

Dapat digunakan untuk memindahkan penderita satu tingkat ke

tingkat lainnya atau melewati tanah yang kasar. Keranjang harus

dilapisi dengan selimut sebelum memposisikan penderita.

7. Tandu fleksibel

Terbuat dari kanvas atau bahan berkaret atau bahan fleksibel lainnya.

Seringkali dengan rangka kayu dipasnag pada kantungnya dan ketiga

pegangan pada setiap sisi. Karena fleksibelnya alat ini dapat berguna

pada daerah yang terpencil atau sempit.

3.1.4 Pedoman Tata Tertib Pengangkutan Beregu (Ramsi,et al ,2014)

Dalam sebuah operasi pertolongan, kita sering ditugaskan sebagai satu

kesatuan kelompok atau sebuah regu sehingga untk menyeragamkan sikap

15
dan tindakan dalam pelaksanaan pertolongan pertama dalam pengangkutan

beregu maka perlu diperhatikan pedoman pelaksanaan angkutan beregu

sebagai berikut:

1. Tiap regu terdiri dari sekurang-kurangnya 6 orang.

2. Pembagian masing-masing anggota regu adalah seperti tabel

dibawah.

3. Posisi korban saat diangkut adalah berbaring di atas tandu ata posisi

lain sesuai kondisi dan indikasi korban dengan kaki menghadap ke

depan, kecuali saat:

a. Melewati pagar/tembok penghalang.

b. Melewati gorong-gorong.

c. Naik tebing (jalan naik).

d. Melewati sungai yang arusnya berlawanan.

e. Melewati jalan sempit dengan angkutan tanpa alat (ATA).

f. Memasukan korban ke ambulans.

4. Saat berjalan sebaiknya langkah penolong disamakan sehingga

teratur dan ritmis. Untuk itu dalam mengawali setiap perjalanan

langkah harus seragam dan bersamaan.

16
DAFTAR PUSTAKA

PUSBANKES AGD 118 (2017) Penanggulangan Penderita Gawat Darurat


(PPGD)/ Basic Trauma and Cardiac Life Support (BTCLS): Dinkes Prov.DIY Edisi
XIV
Basic Life Support (2016). Buku Panduan edisi 13 :tim bantuan medis
panacea. Penerbit buku kedokteran EGC

17

Anda mungkin juga menyukai