Anda di halaman 1dari 12

PENGELOLAAN BENCANA

Vertical Rescue, Water


Rescue, dan Dekontaminasi

_______________________ _______________________ _______________________


Bintang Wirawan Riana Putri Moegandi Afid Brilliana
Karina Rahma Poppy Putri
Irfan Arieqal Tannia Sembiring Media

Tentir Quality Control

DONASI TENTIR | Klik Disini


VERTICAL RESCUE
Pengertian
Vertical rescue adalah teknik evakuasi (memindahkan ke lokasi yang lebih aman)
obyek (baik barang maupun manusia/korban) dari titik rendah ke titik yang lebih
tinggi ataupun sebaliknya, pada medan yang curam/vertical baik kering maupun
basah. Vertical rescue merupakan salah satu bentuk kegiatan teknis penyelamatan
korban yang paling berbahaya. Tingkat pelatihan, kerjasama tim dan komitmen
individu merupakan hal yang terpenting yang diperlukan untuk pemulihan korban
yang terjebak dalam lingkungan vertikal.

Faktor-faktor utama yang terlibat dalam penyelamatan vertikal


1. Bakat dan mobilitas
2. Pelatihan dan pengalaman
3. Peralatan memadai
4. Disiplin dan kerja sama tim
5. Pendekatan dan taktik

Peralatan vertical rescue


1. Safety helmet.
2. Safety Glasses.
3. Gloves.
4. Sepatu.
5. Pakaian.
6. Harness.
7. Whitsel/pluit.
8. Rescue Rope
9. Self-rescue equipment ascending dan descending.
10. Kotak pertolongan pertama.

Terdapat dua teknik yang diperlukan untuk vertical rescue, yakni teknik penjangkauan
dan teknik evakuasi.

Page | 1 AKADEMIK FKUI 2016 JUARA | www.fkui2016.org


Teknik Penjangkauan Korban
1. Leading (Perintisan)
• Dilakukan ketika korban berada di atas posisi penyelamat
• Disebut perintisan karena diawali oleh satu pemanjat yang memasang
pengaman pada titik tertentu  Agar proses pemanjatan rescuer
sesudahnya aman

2. Abseiling
• Dilakukan ketika korban berada di bawah posisi penyelamat
• Tim evakuasi melakukan rappelling

3. Traversing (menyamping)
• Dilakukan ketika posisi korban sejajar dengan penyelamat
• Biasanya korban berada pada tebing yang bersebrangan

Teknik evakuasi dalam vertical rescue


1. Hauling
• Memindahkan Obyek atau korban ke tempat yang lebih tinggi
• Menggunakan System (dikenal dengan nama HAULING SYSTEM) sebagai
upaya untuk mengurangi berat obyek/korban saat dilakukan penarikkan ke
atas.
• Obyek/korban dapat dinaikkan dengan atau tanpa menggunakan Stretcher
(tandu).

2. Lowering
• Memindahkan objek/korban ke tempat yang lebih rendah
• Dapat diturunkan dengan atau tanpa menggunakan Stretcher (tandu).

3. Suspension
• Menyeberangkan ke titik/tempat yang lebih tinggi, sejajar, maupun lebih
rendah dari posisi obyek/korban berada.
• Teknik ini merupakan alternatif terakhir  memakan waktu cukup lama dan
peralatan yang digunakan juga relatif lebih kompleks.

Page | 2 AKADEMIK FKUI 2016 JUARA | www.fkui2016.org


WATER RESCUE
Sebaiknya kita tahu nih, teknik-teknik dan prinsip dalam water rescue itu apa aja. Karena
bencana di air itu bisa terjadi kapan aja. Makanya suka ada penjaga kolam renang kan
di sekitar kolam renang begitu. Oke deh, sebagai tenaga kesehatan kita juga harus tau
bagaimana tekniknya untuk menyelamatkan korban.

Kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang penolong


1. Mampu berenang dengan baik.
2. Pengendalian perahu / boat. Bisa make perahu gitu pas nolong si korban
3. Teknik pertolongan. Nanti dijelasin kok
4. MRF (medical first responder)  penolong yang pertama kali tiba di lokasi
kejadian, memiliki kemampuan medis dalam menangani kasus emergency, dan
terlatih untuk tingkat paling dasar. Intinya dia bisa melakukan skill dalam bidang
medis di situasi gawat darurat.
5. Pengetahuan
6. Keahlian/keterampilan dan pengalaman.
7. Kondisi fisik yang sehat

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan pertolongan di air (water rescue)


1. Kemampuan
2. Pengetahuan
3. Keahlian
4. Kesiapan mental
5. Kesiapan fisik

Alat pelindung diri buat penolongnya


1. Life jackets  biasanya ada di boat (dipake kalo darurat). Jenis nya itu juga
banyak tergantung untuk situasi dan kondisi tertentu juga. Biasanya kalo disini
itu yang dipake biar ga tenggelem. (juga ada di pesawat, sering liat kan life vest
under your seat gitu)
2. Baju selam/semacam baju renang. Kalo pake baju yang biasa gitu kan entar
ngehambat.
3. Kaca mata renang

Page | 3 AKADEMIK FKUI 2016 JUARA | www.fkui2016.org


Peralatan
1. Ring Buoy  ban yang ada talinya. Sering digunakan dalam water rescue.
2. Perahu karet
3. Long board spinal  untuk menampung/membawa korban
4. Galah  bambu panjang biasanya untuk menarik korban
5. Tali
6. First Aid Kit

5 Teknik Pertolongan di Air (Water Rescue)


1. Reach
Teknik ini dilakukan dari pinggiran kolam/perairan atau dermaganya gitu. Teknik
ini dipake karena posisi korban berada di pinggir (reachable yang gak di tengah2
banget). Bisa juga pake alat bantu seperti galah, kayu, dll. Teknik ini dibagi lagi
kalo penolongnya ada 1, 2, dan kalo misalnya kita mau menolong korban dengan
menggunakan galah.

a. Teknik Reach dengan 1 penolong

Page | 4 AKADEMIK FKUI 2016 JUARA | www.fkui2016.org


b. Teknik Reach dengan 2 penolong

c. Teknik reach menggunakan galah

Page | 5 AKADEMIK FKUI 2016 JUARA | www.fkui2016.org


2. Throw
Untuk teknik ini bentuk pertolongannya adalah melempar alat apung (Ring
Buoy/pelampung) dan penolong berada pada daerah aman. Setelah ring buoy
tersebut dilempar oleh penolong, (harus komunikasi dulu sama korban) nantinya
korban akan memegang dan bertahan pada ring buoy tersebut dan si penolong
menarik ring buoy nya sampai akhirnya korban ditarik deh.

3. Row
Penolong mendekat ke arah korban dengan menggunakan perahu boat lalu
melakukan reach atau throw.

Page | 6 AKADEMIK FKUI 2016 JUARA | www.fkui2016.org


4. GO
Dilakukan karena tidak ada peralatan yang digunakan untuk mendekat ke korban
sementara posisi korban jauh. Bisa juga kalo situasinya itu ga memungkinkan
untuk menggunakan perahu.

Page | 7 AKADEMIK FKUI 2016 JUARA | www.fkui2016.org


5. Tow / Carry
Risikonya paling tinggi untuk penolong, karena penolong melakukan kontak
langsung dengan korban. Tekniknya adalah si korban dibawa oleh penolong
mangkanya risikonya bertambah untuk penolong. Teknik ini benar-benar
dilakukan jika:
- Tidak tersedia kapal atau alat bantu lain untuk mendekat
- Kapal ada tapi tidak bisa mengemudikan (gabisa nyetir kapal..)
- Metode lainnya (reach, throw, row) tidak bisa dilaksanakan
- Bila sudah mendekat, komunikasi dengan korban (informed consent 😉 kan
kalo nggak korban nya itu suka panik duluan jadi harus tenang dulu)

6. Pertolongan korban tidak respon


Korbannya tidak merespon dicurigai bahwa korbannya itu mengalami cedera
tulang belakang. Bisa juga dengan korban yang tenggelam di tengah danau.
Biasanya dipakai alat bantu berupa long board spinal untuk menampung korban
yang baru saja diraih, lalu korban diangkat ke boat/perahu sehingga aman.

Page | 8 AKADEMIK FKUI 2016 JUARA | www.fkui2016.org


Referensi:
1. Panduan Praktikum dan QBD 5 2016 Scele
2. https://www.boatus.org/life-jackets/
3. https://sarunpad.wordpress.com/2011/04/22/medical-first-response/

Page | 9 AKADEMIK FKUI 2016 JUARA | www.fkui2016.org


DEKONTAMINASI
Dekontaminasi adalah upaya pengurangan maupun penghapusan kontaminasi material
melalui proses dilusi, kimia, ataupun mekanis (Koenig & Schultz, 2010). Dekontaminasi
dapat mencegah terjadinya paparan sekunder maupun terkontaminasi. Derajat
dekontaminasi bergantung pada kondisi dari kontaminasi yang terjadi. Dekontaminasi
untuk agen dan radiasi sama.

Terdapat empat prinsip dekontaminasi pada bencana kimia dan radiasi, yaitu:

1. Speed, dekontaminasi harus dilaksanakan secepat mungkin


2. Need, lakukan dekontaminasi hanya pada daerah yang membutuhkan
dekontaminasi
3. Limit, dekontaminasi sedekat mungkin dengan daerah yang terkontaminasi untuk
membatasi penyebaran kontaminasi
4. Priority, lakukan dekontaminasi pada pasien yang terkena kontaminasi paling
parah terlebih dahulu

Prosedur Dekontaminasi

1. Setelah memakai alat proteksi diri petugas medik melakukan dekontaminasi,


pastikan korban dalam keadaan stabil atau telah dilakukan stabilisasi fungsi
vitalnya.
2. Buka seluruh pakaian korban (mengurangi 70-80% kontaminan)
3. Cuci dari ujung kepala sampai ujung kaki dalam 1 menit dengan 6 galon air (66
ltr/4-5 ember air) dan diperlukan area 22 inches2 (66 mm2) per-orang.
4. Lakukan dengan cepat pencucian / penyinaran seluruh tubuh korban.
5. Gunakan cairan pembersih untuk seluruh tubuh. Cairan baru 0,5% Sodium
hypochlorite (HTH chlorine) efektif untuk kontaminan biologi atau kimia.
6. Untuk kontaminan biologi perlu waktu 10 menit (hal ini sulit untuk korban masal).
7. Bersihkan kembali dengan air dari ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe).
8. Yakinkan korban sudah dicuci dengan bersih, bila perlu periksa dan bersihkan
kembali dengan air dari ujung kepala sampai ujung kaki.
9. Keringkan tubuh pasien dan ganti/berikan pakaian kering dan bersih.
10. Korban dimasukkan ke ruang IGD / IRD sesuai kriteria triage (dapat dilakukan
triage ulang walaupun sudah dilakukan triage di lapangan.

Page | 10 AKADEMIK FKUI 2016 JUARA | www.fkui2016.org


11. Penanganan dilakukan berdasarkan skala prioritas kegawat daruratan korban
bencana.
12. Pelayanan medik yang diberikan sesuai standar kemampuan rumah sakit.

Catatan
• Pasien bisa yang bisa berjalan sendiri dan gejala jelas segera lakukan
dekontaminasi.
• Pasien masih bisa berjalan, tetapi tanpa gejala jelas pindahkan dari area
tindakan, pakaian dibuka dan observasi (medical evaluation).
• Pasien tidak bisa bergerak, lakukan evaluasi klinis, berikan prioritas
dekontaminasi.

Teknik pembersihan untuk daerah tertentu dapat dirangkum menjadi tabel di bawah ini:

Referensi:

1. Panduan menghadapi bencana [internet]. [cited 2017 april 09] available from :
http://rsmargono.jatengprov.go.id/ppid/assets/file/sertamerta/PANDUAN_ME
NGHADAPI_BENCANA.pdf
2. PPT QBD 4 PB-9

Page | 11 AKADEMIK FKUI 2016 JUARA | www.fkui2016.org

Anda mungkin juga menyukai