Anda di halaman 1dari 75

Kejarlah ilmu sampai ke negeri cina,bahkan hingga ke ujung dunia,semua pasti tahu ilmu

sangatlah amat penting bak pepatah seperti diatas,apapun itu konsepnya selama itu learning
apalagi sampai mempraktekkan sebuah pembelajaran pastilah kita akan respon dengan cepat
untuk berfikir sekali kemudian memutuskan untuk mengikutinya, begitu juga dengan hari
kemarin,jumat-sabtu 25-26 desember 2013 kembali saya mendapat pelajaran dan ilmu yang
sangat amat bermanfaat dalam penerapan di medan otdour dalam hal ini aktifitas atau hoby
dalam mendaki gunung,tidak hanya untuk yang hoby otdor aktifitas mendaki
gunung,penerapan ilmu kemarin juga bisa di implementasikan kedalam golongan serach and
rescue (SAR) seperti kita tahu, SAR adalah kegiatan dan usaha mencari,menolong dan
menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah-musibah
seperti pelayaran, penerbangan dan bencana, dan menyelamatkan di medan tebing curam
berbatu.
FRANGIA namanya salah satu actor dibalik penjembatan wadah silaturahmi para penggiat
alam bebas dalam hal ini semua aktifitas outdor,mereka (FRANGIA) yang menggagas acara
ini VERTI KAL RESCUE TRAI NI NG tajuk acaranya,

Frangia Logo (Sumber FB lilin-lilin kecil)
Siapa Itu Frangia
FRANGIA adalah Merupakan fusi (peleburan) Group online Komunitas Pendaki Gunung
Indonesia,KPGI Daerah.Group Komunitas Pendaki Gunung Indonesia,KPGI Daerah,eksis
pada bulan Juli 2010.Diawali dari group Komunitas Pendaki Gunung Indonesia Jawa Barat,
dan berkembang ke 11 provinsi di Indonesia. Pada tanggal 14 Agustus 2010, Group
Komunitas Pendaki Gunung Indonesia KPGI Daerah di 11 Provinsi di Indonesia,berganti
nama menjadi Forum Pejelajah Gunung Indonesia,yang kemudian di deklarasikan di Bekasi
26 November 2011.
Terminologi frangia

- Frangia; diambil dari karakter / huruf kalimat, FORUM (FXRXX) PENJELAJAH
(XXXXXXXXAX) GUNUNG (XXXXNG) INDONESIA (XXXXXXIA)
- Forum : lembaga atau
Badan : wadah

- Penjelajah; orang yang melakukan penjelajahan. Kata Penjelajah menjadi komitmen
aktualisasi Klub Pendakian Gunung, dalam memproyeksikan kegiatan alam bebas yang
berorientasi pada ide dan usaha (misi / rencana) yang berguna bagi: Aktifitas
Olahraga dan Kepemudaan, Kelestarian Hidup Flora dan Fauna, Tujuan dan Usaha
Kemanusiaan, serta berguna bagi Simpul Persatuan dan Kesatuan Bangsa.

- Gunung Indonesia: area / kawasan yang menjadi tempat bertemu dan arena kegiatan
segenap Penjelajah Gunung Indonesia di seluruh Nusantara
Berlokasi di Basecamp Frangia daerah Cikubang Jawa Barat 26 Januari 2013,Vertikal Rescue
Training menjadi menarik dikemas dalam nuansa kekeluargan dan persaudaraan,45 peserta
terbatas yang beruntung mengikuti training ini,dibagi menjadi dua kelompok,masing-masing
terbagi dua Dan diberikan sesi waktu untuk mencoba mempraktekkan arahan dari Instrukur
berlisensi Sertifikasi SAR Nasional dan Internasional saya masih ingat namanya,
beliau Yayat S.T - Rasyid Candra S.E - Dr. Syamsul Bahri, saya sedikit merangkum aktifitas
kemarin,tidak bisa banyak dan detail karena sudah disusun dalam gambaran modul yang
pembaca bisa download di jendela 4 Shared dhanitrilogy, ini copy linknya
http://www.4shared.com/office/JReb1YQ8/Modul_Dasar_Vertical_Rescue.html
Dan ini adalah gambaran umum dari materi materi training Vertical Rescue kemarin
Dasar dan Pengetahuan Umum Vertical Rescue
Vertical rescue (vertical rescue, high angle rescue, atau technical rope rescue adalah bersifat
teknis, rescuer harus mengetahui beban kerja aman untuk tiap bagian perlengkapan dalam
rigging (tali temali), dan mengetahui beban apa yang bekerja pada peralatan tersebut. Hal lain
yang perlu diperhatikan adalah instalasi jalur untuk rescue:
Jenis anchor yang akan digunakan serta perhitungan kekuatannya.
sebagai gambaran dapat menjadi acuan rata- rata estimasi beban victim adalah 80 kg terdiri
dari beban statis yaitu beban yang timbul karena gaya gravitasi (massa x gravitasi) beban
hentakan yaitu beban yang timbul jika terjadi hentakan/ Jatuh
prinsip umum rescue yang harus dipegang oleh setiap rescue

1. aman untuk rescue maupun victim
2. mengerti cara kerja alat
3. mengerti prinsip pemindahan beban
4. menciptakan gaya dan arah
ada tiga cara mengevakuasi korban pada kasus kecelakaan

korban diturunkan (lowering)
korban dinaikkan (raising)
korban diseberangkan (suspension)
selain itu juga terdapat beberapa metode rescue:

1. Self rescue, dimana rescue dilakukan langsung oleh tim yang berada pada saat itu dilokasi
kecelakaan dengan peralatan yang ada pada saat itu

2. Team rescue/outside rescue, dimana rescue dilakukan oleh tim yang sengaja didatangkan
untuk membantu mengevakuasi victim, biasanya metode ini dilakukan ketika tingkat
kesulitan dalam melakukan rescue tidak dapat ditangani oleh tim yang ada pada saat itu (self
rescue) sehingga perlu melibatkan rescuer yang lebih banyak, peralatan yang lebih komplek
dan teknik yang lebih rumit
Pelatihan Vertical Rescue KORSA,
Antisipasi Penyelamatan di Medan Sulit
Guyub

Kabar Unit

Pojok Salman

Warta
Monday, 25 March 2013 Oleh Nadhira Rizki

Ilustrasi: www.ses.tas.gov.au
Tak sekali dua kali tim penyelamat kesulitan mencapai korban bencana untuk
dievakuasi. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Korps Relawan Salman (KORSA)
mengadakan pelatihan upgrading skill. Salah satunya adalah dengan pelatihan vertical
rescue. Pelatihan ini dilaksanakan dari hari Jumat (22/3) sampai Sabtu (23/3) lalu.
Tujuannya ketika kita menjadi sukarelawan harus siap dengan keadaan korban yang
susah dijangkau. Vertical rescue melatih kesigapan, kepercayaan pada Allah, alat dan
tim, ketelitian, tutur Nur Havid Yulianto, Kepala Divisi Pembinaan KORSA.
Havid menjelaskan, Vertical Rescue adalah suatu teknik evakuasi, yang dilakukan
dalam kondisi korban harus dievakuasi dari tempat dengan ketinggian tertentu. Untuk
pelatihan ini sendiri, KORSA mengundang para senior lulusan pelatihan Badan SAR
Nasional (Basarnas) dan Sekolah Panjat Tebing Skygers sebagai instruktur. Salah
satunya adalah Siti Maryam Aulia Ul-Haq. Menurutnya, peserta cukup cepat dalam
menerima materi.
Harusnya waktu saya sekolah di skygears itu 4 hari 3 malam hanya untuk pemanjatan,
belum vertical rescue. Kalau ini termasuk yang cepet, sih. Harusnya banyak latihan,
nggak langsung bisa seharusnya, ujarnya.
Dalam pelatihan yang bertempat di Lapangan Rumput Utara Salman dan Taman
Ganesa ini, peserta mendapat materi tentang simpul, jerat, serta sistem mengevakuasi
menggunakan blankar atau tandu. Selain vertical rescue, masih ada materi water
rescue, recovery, dan lain-lain. Pelatihan-pelatihan berbasis upgrading skill tersebut
diadakan setiap dua minggu sekali.
Sharing
Twitter0
Facebook0
Google +0
Linkedin0
Email this article
A. PROSEDUR KEADAAN DARURAT

1. PENDAHULUAN
Kecelakaan dapat terjadi pada kapal-kapal baik dalam pelayaran, sedang berlabuh atau sedang
melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan/terminal meskipun sudah dilakukan usaha supaya
yang kuat untuk menghindarinya.

Manajemen harus memperhatikan ketentuan yang diatur dalam Health and Safety work Act, 1974
untuk melindungi pelaut pelayar dan mencegah resiko-resiko dalam melakukan suatu aktivitas di atas
kapal terutama menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja, baik dalam keadaan normal maupun
darurat.

Suatu keadaan darurat biasanya terjadi sebagai akibat tidak bekerja normalnya suatu sistem secara
prosedural ataupun karena gangguan alam.






Definisi Prosedur dan Keadaan Darurat
Prosedure :
Suatu tata cara atau pedoman kerja yang harus diikuti dalam melaksanakan suatu kegiatan agar
mendapat hasil yang baik.

Keadaan darurat :
Keadaan yang lain dari keadaan normal yang mempunyai kecenderungan atau potensi tingkat yang
membahayakan baik bagi keselamatan manusia, harta benda maupun lingkungan.

Prosedur keadaan darurat :
Tata cara/pedoman kerja dalam menanggulangi suatu keadaan darurat, dengan maksud untuk mencegah atau
mengurangi kerugian lebih lanjut atau semakin besar.
Jenis jenis Prosedur Keadaan Darurat :

Prosedur intern (lokal)
Ini merupakan pedoman pelaksanaan untuk masing-masing bagian/ departemen, dengan pengertian
keadaan darurat yang terjadi masih dapat di atasi oleh bagian-bagian yang bersangkutan, tanpa
melibatkan kapal-kapal atau usaha pelabuhan setempat.

Prosedur umum (utama)
Merupakan pedoman perusahaan secara keseluruhan dan telah menyangkut keadaan darurat yang
cuku besar atau paling tidak dapat membahayakan kapal-kapal lain atau dermaga/terminal.
Dari segi penanggulangannya diperlukan pengerahan tenaga yang banyak atau melibatkan kapal-kapal /
penguasa pelabuhan setempat.

2. JENIS-JENIS KEADAAN DARURAT

Kapal laut sebagai bangunan terapung yang bergerak dengan daya dorong pada kecepatan
bervariasi melintasi berbagai daerah pelayaran dalam kurun waktu tertentu, akan mengalami
berbagai problematika yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti cuaca, keadaan alur
pelayaran, manusia, kapal dan lain-lain yang belum dapat diduga oleh kemampuan manusia dan
pada akhirnya menimbulkan gangguan pelayaran dari kapal.

Gangguan pelayaran pada dasarnya dapat berupa gangguan yang dapat langsung diatasi, bahkan
perlu mendapat bantuan langsung dari pihak tertentu, atau gangguan yang mengakibatkan Nakhoda
dan seluruh anak buah kapal harus terlibat baik untuk mengatasi gangguan tersebut atau untuk hares
meninggalkan kapal.

Keadaan gangguan pelayaran tersebut sesuai situasi dapat dikelompokkan menjadi keadaan darurat
yang didasarkan pada jenis kejadian itu sendiri, sehingga keadaan darurat ini dapat disusun sebagai
berikut :
1. Tubrukan
2. Kebakaran/ledakan
3. Kandas
4. Kebocoran/tenggelam
5. Orang jatuh ke laut
6. Pencemaran.
Keadaan darurat di kapal dapat merugikan Nakhoda dan anak buah kapal serta pemilik kapal
maupun Iingkungan taut bahkan juga dapat menyebabkan terganggunya 'ekosistem' dasar taut,
sehingga perlu untuk memahami kondisi keadaan darurat itu sebaik mungkin guna memiliki
kemampuan dasar untuk dapat mengindentifikasi tanda-tanda keadaan darurat agar situasi tersebut
dapat diatasi oleh Nakhoda dan anak buah kapal maupun kerjasama dengan pihak yang terkait.

Tubrukan
Keadaan darurat karena tubrukan kapal dengan kapal atau kapal dengan dermaga maupun dengan
benda tertentu akan mungkin terdapat situasi kerusakan pada kapal, korban manusia, tumpahan
minyak ke laut (kapal tangki), pencemaran dan kebakaran. Situasi Iainnya adalah kepanikan atau
ketakutan petugas di kapal yang justru memperlambat tindakan, pengamanan, penyelamatan dan
penanggulangan keadaan darurat tersebut.

Kebakaran / ledakan
Kebakaran di kapal dapat terjadi di berbagai lokasi yang rawan terhadap kebakaran, misalnya di
kamar mesin, ruang muatan, gudang penyimpanan perlengkapan kapal, . instalasi listrik dan tempat
akomodasi Nakhoda dan anak buah kapal.
Sedangkan ledakan dapat terjadi karena kebakaran atau sebaliknya kebakaran terjadi karena
ledakan, yang pasti kedua-duanya dapat menimbulkan situasi darurat serta perlu untuk diatasi.
Keadaan darurat pada situasi kebakaran dan ledakan tentu sangat berbeda dengan keadaan darurat
karena tubrukan, sebab pada situasi yang demikian terdapat kondisi yang panas dan ruang gerak
terbatas dan kadang-kadang kepanikan atau ketidaksiapan petugas untuk bertindak mengatasi
keadaan maupun peralatan yang digunakan sudah tidak layak atau tempat penyimpanan telah
berubah.

Kandas
Kapal kandas pada umumnya didahului dengan tanda-tanda putaran baling-baling terasa berat, asap
di cerobong mendadak menghitam, badan kapal bergetar dan kecepatan kapal berubah kemudian
berhenti mendadak.
Pada saat kapal kandas tidak bergerak, posisi kapal akan sangat tergantung pada permukaan dasar
taut atau sungai dan situasi di dalam kapal tentu akan tergantung juga pada keadaan kapal tersebut.
Pada kapal kandas terdapat kemungkinan kapal bocor dan menimbulkan pencemaran atau bahaya
tenggelam kalau air yang masuk ke dalam kapal tidak dapat diatasi, sedangkan bahaya kebakaran
tentu akan dapat saja terjadi apabila bahan bakar atau minyak terkondisi dengan jaringan listrik yang
rusak menimbulkan nyala api dan tidak terdeteksi sehingga menimbulkan kebakaran.
Kemungkinan kecelakaan manusia akibat kapal kandas dapat saja terjadi karena situasi yang tidak
terduga atau terjatuh saat terjadi perubahan posisi kapal.
Kapal kandas sifatnya dapat permanen dan dapat pula bersifat sementara tergantung pada posisi
permukaan dasar laut atau sungai, ataupun cara mengatasinya sehingga keadaan darurat seperti ini
akan membuat situasi di lingkungan kapal akan terjadi rumit.

Kebocoran/Tenggelam
Kebocoran pada kapal dapat terjadi karena kapal kandas, tetapi dapat juga terjadi karena tubrukan
maupun kebakaran serta kerusakan kulit pelat kapal karena korosi, sehingga kalau tidak segera
diatasi kapal akan segera tenggelam.

Air yang masuk dengan cepat sementara kemampuan mengatasi kebocoran terbatas, bahkan kapal
menjadi miring membuat situasi sulit diatasi. Keadaan darurat ini akan menjadi rumit apabila
pengambilan keputusan dan pelaksanaannya tidak didukung sepenuhnya oleh seluruh anak buah
kapal, karena upaya untuk mengatasi keadaan tidak didasarkan pada azas keselamatan dan
kebersamaan.


Orang jatuh ke laut ( Man Over Board )

Orang jatuh ke laut merupakan salah satu bentuk kecelakaan yang membuat situasi menjadi darurat
dalam upaya melakukan penyelamatan.

Pertolongan yang diberikan tidak dengan mudah dilakukan karena akan sangat tergantung pada
keadaan cuaca saat itu serta kemampuan yang akan memberi pertolongan, maupun fasilitas yang
tersedia.

Pencemaran

Pencemaran taut dapat terjadi karena buangan sampah dan tumpahan minyak saat bunkering,
buangan limbah muatan kapal tangki, buangan limbah kamar mesin yang melebihi ambang 15 ppm
dan karena muatan kapal tangki yang tertumpah akibat tubrukan atau kebocoran.

Upaya untuk mengatasi pencemaran yang terjadi merupakan hal yang sulit karena untuk mengatasi
pencemaran yang terjadi memerlukan peralatan, tenaga manusia yang terlatih dan kemungkinan-
kemungkinan resiko yang harus ditanggung oleh pihak yang melanggar ketentuan tentang
pencegahan pencemaran.

3. DENAH KEADAAN DARURAT

Persiapan
Perencanaan dan persiapan adalah syarat utama untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan
keadaan darurat dikapal.
Nahkoda dan para perwira harus menyadari apa yang mereka harus lakukan pada keadaan darurat
yang bermacam-macam, misalnya kebakaran di tangki muatan, kamar mesin, kamar A.B.K. dan
orang pingsan di dalam tangki, kapal lepas dari dermaga dan Hanyut, cara kapal lepas dermaga dan
lain-lain.

Harus dapat secara cepat dan tepat mengambil keputusan apa yang harus dilakukan untuk
mengatasi segala macam keadaan darurat.

Data/info yang selalu harus siap :
1. Jenis jumlah dan pengaturan muatan.
2. Apakah ada cairan kimia yang berbahaya.
3. General arrangement dan stabilitas info, serta
4. Rencana peralatan pemadam kebakaran.
Organisasi keadaan darurat
Suatu organisasi keadaan darurat harus disusun untuk operasi keadaan darurat.
Maksud dan tujuan organisasi bagi setiap situasi adalah untuk :
1. Menghidupkan tanda bahaya.
2. Menemukan dan menaksir besarnya kejadian dan kemungkinan bahayanya.
3. Mengorganisasi tenaga dan peralatan.

Ada empat petunjuk perencanaan yang perlu diikuti :
1. Pusat komando.
Kelompok yang mengontrol kegiatan di bawah pimpinan Nahkoda atau perwira senior serta
dilengkapi perangkap komunikasi intern dan extern.

2. Satuan kesadaran darurat.
Kelompok di bawah perwira senior yang dapat menaksir keadaan, melapor kepusat komando
menyarankan tindakan apa yang harus diambil apa dan dari mana bantuan dibutuhkan.

3. Satuan pendukung.
Kelompok pendukung ini di bawah seorang perwira harus selalu slap membantu kelompok induk
dengan perintah pusat komando dan menyediakan bantuan pendukung seperti peralatan,
perbekalan, bantuan medis, termasuk alat bantuan pernapasan dan lain-lain.

4. Kelompok ahli mesin.
Kelompok di bawah satuan pendukung Engineer atau Senior Engineer menyediakan bantuan atas
perintah pusat komando.
Tanggung jawab utamanya di ruang kamar mesin, dan bisa memberi bantuan bila diperlukan.

Tindakan pendahuluan.
Seseorang yang menemukan keadaan darurat harus membunyikan tanda bahaya, laporkan kepada
perwira jaga yang kemudian menyiapkan organisasi, sementara itu yang berada dilokasi segera
mengambil tindakan untuk mengendalikan keadaan sampai diambil alih oleh organisasi keadaan
darurat. Setiap orang harus tahu dimana tempatnya dan apa tugasnya termaksud kelompok
pendukung harus stand-by menunggu perintah selanjutnya.

Alarm kebakaran kapal.
Pada saat berada di teminal, alarm ini harus diikuti dengan beberapa tiupan panjang dengan waktu
antara tidak kurang dari 10 detik.

Denah peralatan pemadam kebakaran.
Denah peralatan ini harus dipasang tetap pada tempat yang mudah dilihat disetiap geladak.

Pengawasan dan pemeliharaan.
Karena peralatan pemadam kebakaran harus selalu slap untuk dipergunakan setiap saat, maka perlu
adanya pengecekan secara periodik dan dilaksanakan oleh perwira yang bertanggung jawab akan
pemeliharaan/perbaikan atau pengisian tabung harus tepat waktu.

Latihan
Untuk menjaga ketrampilan dan kesiapan anak buah maka harus diadakan latihan balk teori atau
praktek secara berkala dan teratur. Bila ada kesempatan untuk mengadakan latihan bersama atau
pertemuan pemadaman kebakaran dengan personil darat maka harus diadakan tukar informasi balk
mengenai jumlah maupun letak alat pemadam kebakaran guna memperlancar pelaksanaan bila
terjadi kebakaran di kapal.

Keuntungan dibuatnya organisasi penanggulangan keadaan darurat, antara lain :
Tugas dan tanggung jawab tidak terlalu berat, karena dipikul bersama-sama serta berbeda-beda.
Tugas dan tanggung jawab dapat tertulis dengan jelas dengan demikian dapat mengurangi tindakan-
tindakan yang kurang disiplin.
Hanya ada satu pimpinan (komando), sehingga perintah, instruksi dan lain-lain akan lebih terarah,
teratur dan terpadu, terhindar dari kesimpangsiuran.
Dapat terhindar dari hambatan hirarki formal yang selalu ada dalam perusahaan, karena petugas dari
berbagai bidang yang diperlukan semuanya sudah tergabung dalam satu bentuk organisasi.
Apabila terjadi suatu kegagalan karena melaksanakan tugas yang tertentu, maka hal ini dapat segera
dipelajari kembali untuk perbaikan.
Dengan adanya organisasi keadaan darurat, maka semua individu merasa saling terkait.

4. PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

Penanggulangan keadaan darurat didasarkan pada suatu pola terpadu yang mampu
mengintegrasikan aktivitas atau upaya. Penanggulangan keadaan darurat tersebut secara cepat,
tepat dan terkendali atas dukungan dari instansi terkait dan sumber daya manusia serta fasilitas yang
tersedia.

Dengan memahami pola penanggulangan keadaan darurat ini dapat diperoleh manfaat :
Mencegah (menghilangkan) kemungkinan kerusakan akibat meluasnya kejadian darurat itu.
Memperkecil kerusakan-kerusakan mated dan lingkungan.
Dapat menguasahi keadaan (Under control).
Untuk menanggulangi keadaan darurat diperlukan beberapa Iangkah mengantisipasi yang terdiri dari :

Pendataan
Dalam menghadapi setia keadaan darurat dikenal selalu diputuskan tindakan yang akan dilakukan
untuk mengatasi peristiwa tersebut maka perlu dilakukan pendataan sejauh mana keadaan darurat
tersebut dapat membahayakan manusia (pelayar), kapal dan lingkungannya serta bagaimana cara
mengatasinya disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang tersedia.

Langkah-Langkah pendataan antara lain :
1. Tingkat kerusakan kapal
2. Gangguan keselamatan kapal (Stabilitas)
3. Keselamatan manusia
4. Kondisi muatan
5. Pengaruh kerusakan pada lingkungan
6. Kemungkinan membahayakan terhadap dermaga atau kapal lain.
Peralatan

Sarana dan prasarana yang akan digunakan disesuaikan dengan keadaan darurat yang dialami
dengan memperhatikan kemampuan kapal dan manusia untuk melepaskan diri dari keadaan darurat
tersebut hingga kondisi normal kembali.

Petugas atau anak buah kapal yang terlibat dalam operasi mengatasi keadaan darurat ini seharusnya
mampu untuk bekerjasama dengan pihak lain bila mana diperlukan (dermaga, kapal lain/team SAR).

Secara keseluruhan peralatan yang dipergunakan dalam keadaan darurat adalah :
Breathing Apparatus Alarm
Fireman Out Fit Tandu
Alat Komunikasi
dan lain-lain disesuaikan dengan keadaan daruratnya.
Mekanisme kerja

Setiap kapal harus mempunyai team-team yang bertugas dalam perencanaan dan pengeterapan
dalam mengatasi keadaan darurat. Keadaan-keadaan darurat ini harus meliputi semua aspek dari
tindakan-tindakan yang harus diambil pada saat keadaan darurat serta dibicarakan dengan penguasa
pelabuhan, pemadam kebakaran, alat negara dan instansi lain yang berkaitan dengan pengarahan
tenaga, penyiapan prosedur dan tanggung jawab, organisasi, sistem, komunikasi, pusat pengawasan
, inventaris dan detail lokasinya.

Tata cara dan tindakan yang akan diambil antara lain :
Persiapan, yaitu langkah-langkah persiapan yang diperlukan dalam menangani keadaan darurat tersebut
berdasarkan jenis dan kejadiannya.
Prosedur praktis dari penanganan kejadian yang harus diikuti dari beberapa kegiatan/bagian secara
terpadu.
Organisasi yang solid dengan garis-garis komunikasi dan tanggung jawabnya.
Pelaksanaan berdasarkan 1, 2, dan 3 secara efektif dan terpadu.
Prosedur di atas harus meliputi segala ma cam keadaan darurat yang ditemui, baik menghadapi
kebakaran, kandas, pencemaran, dan lain-lain dan harus dipahami benar oleh pelaksana yang secara
teratur dilatih dan dapat dilaksanakan dengan baik.
Keseluruhan kegiatan tersebut di atas merupakan suatu mekanisme kerja yang hendak dengan
mudah dapat diikuti oleh setiap manajemen yang ada dikapal, sehingga kegiatan mengatasi keadaan
darurat dapat berlangsung secara bertahap tanpa harus menggunakan waktu yang lama, aman,
lancar dan tingkat penggunaan biaya yang memadai. untuk itu peran aktif anak buah kapal sangat
tergantung pada kemampuan individual untuk memahami mekanisme kerja yang ada, serta dorongan
rasa tanggung jawab yang didasari pada prinsip kebersamaan dalam hidup bermasyarakat di kapal.

Mekanisme kerja yang diciptakan dalam situasi darurat tentu sangat berbeda dengan situasi normal,
mobilitas yang tinggi selalu mewarnai aktifitas keadaan darurat dengan lingkup kerja yang biasanya
tidak dapat dibatasi oleh waktu karena tuntutan keselamatan. Oleh sebab itu loyalitas untuk
keselamatan bersama selalu terjadi karena ikatan moral kerja dan dorongan demi kebersamaan.

5. PENGENALAN ISYARAT BAHAYA

Tanda untuk mengingatkan anak buah kapal tentang adanya suatu keadaan darurat atau bahaya
adalah dengan kode bahaya.

Sesuai peraturan Internasional isyarat-isyarat bahaya dapat digunakan secara umum untuk kapal laut
adalah sebagai berikut:
Suatu I isyarat letusan yang diperdengarkan dengan selang waktu kira-kira 1 (satu) menit.
Bunyi yang diperdengarkan secara terus-menerus oleh pesawat pemberi isyarat kabut (smoke signal )
Cerawat cerawat atau peluru-peluru cahaya yang memancarkan bintang-bintang memerah yang
ditembakkan satu demi satu dengan selang waktu yang pendek.
Isyarat yang dibuat oleh radio telegrafi atau sistim pengisyaratan lain yang terdiri atas kelompok SOS
dari kode morse.
Isyarat yang dipancarkan dengan menggunakan pesawat radio telepon yang terdiri atas kata yang
diucapkan "Mede" (mayday )
Kode isyarat bahaya internasional yang ditujukan dengan NC.
Isyarat yang terdiri atas sehelai bendera segi empat yang di atas atau sesuatu yang menyerupai bola.
Nyala api di kapal (misalnya yang berasal dari sebuah tong minyak dan sebagainya, yang sedang
menyala).
Cerawat payung atau cerawat tangan yang memancarkan cahaya merah.
Isyarat asap yang menyebarkan sejumlah asa jingga (orange).
Menaik-turunkan lengan-lengan yang terentang kesamping secara perlahan-lahan dan berulang- ulang.
Isyarat alarm radio telegrafi
Isyarat alarm radio teleponi
Isyarat yang dipancarkan oleh rambu-rambu radio petunjuk posisi darurat.
Sesuai dengan kemungkinan terjadinya situasi darurat di kapal, isyarat bahaya yang umumnya dapat
terjadi adalah :

Isyarat kebakaran

Apabila terjadi kebakaran di atas kapal maka setia orang di atas kapal yang pertama kali melihat
adanya kebakaran wajib melaporkan kejadian tersebut pada mualim jaga di anjungan.

Mualim jaga akan terus memantau perkembangan upaya pemadaman kebakaran dan apabila
kebakaran tersebut tidak dapat di atasi dengan alat-alat pemadam portable dan dipandang perlu
untuk menggunakan peralatan pemadam kebakaran tetap serta membutuhkan peran seluruh anak
buah kapal, maka atas keputusan dan perintah Nakhoda isyarat kebakaran wajib dibunyikan dengan
kode suling atau bel satu pendek dan satu panjang secara terus menerus seperti berikut :
. _____________ . ___________ . _________ . __________

Setiap anak buah kapal yang mendengar isyarat kebakaran wajib melaksanakan tugasnya sesuai
dengan perannya pada sijil kebakaran dan segera menuju ke tempat tugasnya untuk menunggu
perintah lebih lanjut dari komandan regu pemadam kebakaran.

Isyarat sekoci / meninggalkan kapal

Dalam keadaan darurat yang menghendaki Nakhoda dan seluruh anak buah kapal harus
meninggalkan kapal maka kode isyarat yang dibunyikan adalah melalui bel atau suling kapal
sebanyak 7 (tujuh) pendek dan satu panjang secara terus menerus seperti berikut :
. ___________ . _________ . __________

Isyarat Orang Jatuh ke Laut Man Over Board
Dalam pelayaran sebuah kapal dapat saja terjadi orang jatuh ke laut, bila seorang awak kapal melihat
orang jatuh ke laut, maka tindakan yang harus dilakukan adalah :
1. Berteriak "Orang jatuh ke laut"
2. Melempar pelampung penolong (lifebuoy)
3. Melapor ke Mualim jaga.
Selanjutnya Mualim jaga yang menerima laporan adanya orang jatuh ke laut dapat melakukan
manouver kapal untuk berputar mengikuti ketentuan "Willemson Turn" atau "Carnoevan turn" untuk
melakukan pertolongan.

Bila ternyata korban tidak dapat ditolong maka kapal yang bersangkutan wajib menaikkan bendera
internasional huruf "O".

Isyarat Bahaya lainnya

Dalam hal-hal tertentu bila terjadi kecelakaan atau keadaan darurat yang sangat mendesak dengan
pertimbangan bahwa bantuan pertolongan dari pihak lain sangat dibutuhkan maka setiap awak kapal
wajib segera memberikan tanda perhatian dengan membunyikan bel atau benda lainnya maupun
berteriak untuk meminta pertolongan.

Tindakan ini dimaksud agar mendapat bantuan secepatnya sehingga korban dapat segera ditolong
dan untuk mencegah timbulnya korban yang lain atau kecelakaan maupun bahaya yang sedang
terjadi tidak meluas.

Dalam keadaan bahaya atau darurat maka peralatan yang dapat digunakan adalah peralatan atau
mesin-mesin maupun pesawat-pesawat yang mampu beroperasi dalam keadaan tersebut.

Sebuah kapal didesain dengan memperhitungkan dapat beroperasi pada kondisi normal dan kondisi
darurat.

Oleh sebab itu pada kapal dilengkapi juga dengan mesin atau pesawat yang mampu beroperasi pada
kondisi darurat.

Adapun mesin-mesin atau pesawat-pesawat yang dapat beroperasi pada keadaan darurat terdiri dari :
Emergency steering gear
Emergency generator
Emergency radio communication
Emergency fire pump
Emergency ladder
Emergency buoy
Emergency escape trunk
Emergency alarm di kamar pendingin, cargo space, engine room space, accomodation space
Setiap mesin atau pesawat tersebut di atas telah ditetapkan berdasarkan ketentuan SOLAS 1974
tentang penataan dan kapasitas atau kemampuan operasi.

Sebagai contoh Emergency Fire Pump (pompa pemadam darurat) berdasarkan ketentuan wajib
dipasang di luar kamar mesin dan mempunyai tekanan kerja antara 3 - 5 kilogram per sentimeter
persegi dan digerakkan oleh tenaga penggerak tersendiri. Sehingga dalam keadaan darurat bila
pompa pemadam utama tidak dapat beroperasi, maka alternatif lain hanya dapat menggunakan
pompa pemadam darurat dengan aman di luar kamar mesin.

6. TINDAKAN DALAM KEADAAN DARURAT

Sijil bahaya atau darurat

Dalam keadaan darurat atau bahaya setia awak kapal wajib bertindak sesuai ketentuan sijil darurat,
oleh sebab itu sijil darurat senantiasa dibuat dan diinformasikan pada seluruh awak kapal.

Sijil darurat di kapal perlu di gantungkan di tempat yang strategis, sesuai, mudah dicapai, mudah
dilihat dan mudah dibaca oleh seluruh pelayar dan memberikan perincian prosedur dalam keadaan
darurat, seperti :

1. Tugas-tugas khusus yang harus ditanggulangi di dalam keadaan darurat oleh setiap anak buah kapal.
2. Sijil darurat selain menunjukkan tugas-tugas khusus, juga tempat berkumpul (kemana setiap awak
kapal harus pergi).
3. Sijil darurat bagi setiap penumpang harus dibuat dalam bentuk yang ditetapkan oleh pemerintah.
4. Sebelum kapal berangkat, sijil darurat harus sudah dibuat dan salinannya digantungkan di beberapa
tempat yang strategis di kapal, terutama di ruang ABK.
5. Di dalam sijil darurat juga diberikan pembagian tugas yang berlainan bagi setiap ABK, misalnya:
Menutup pintu kedap air, katup-katup, bagian mekanis dari lubang-lubang pembuangan air di kapal
d1l,
Perlengkapan sekoci penolong termasuk perangkat radio jinjing maupun perlengkapan Iainnya.
Menurunkan sekoci penolong.
Persiapan umum alat-alat penolong / penyelamat lainnya.
Tempat berkumpul dalam keadaan darurat bagi penumpang.
Alat-alat pemadam kebakaran termasuk panel kontrol kebakaran.
6. Selain itu di dalam sijil darurat disebutkan tugas-tugas khusus yang dikerjakan oleh anak buah
kapal bagian CID (koki, pelayan d1l), seperti :


Memberikan peringatan kepada penumpang.
Memperhatikan apakah mereka memakai rompi renang mereka secara semestinya atau tidak.
Mengumpulkan para penumpang di tempat berkumpul darurat.
Mengawasi gerakan dari para penumpang dan memberikan petunjuk di gang-gang atau di tangga.
Memastikan bahwa persediaan selimut telah dibawa sekoci / rakit penolong.

7. Dalam hal yang menyangkut pemadaman kebakaran, sijil darurat memberikan petunjuk cara-cara
yang biasanya dikerjakan dalam terjadi kebakaran, serta tugas-tugas khusus yang harus
dilaksanakan dalam hubungan dengan operasi pemadaman, peralatan-peralatan dan instalasi
pemadam kebakaran di kapal.

8. Sijil darurat harus membedakan secara khusus semboyan-semboyan panggilan bagi ASK untuk
berkumpul di sekoci penolong mereka masing-masing, di rakit penolong atau di tempat berkumpul
untuk memadamkan kebakaran. Semboyan-semboyan tersebut diberikan dengan menggunakan
ruling kapal atau sirine, kecuali di kapal penumpang untuk pelayaran internasional jarak pendek dan
di kapal barang yang panjangnya kurang dari 150 kaki (45,7m), yang harus dilengkapi dengan
semboyan-semboyan yang dijalankan secara elektronis, semua semboyan ini dibunyikan dan
anjungan.

Semboyan untuk berkumpul dalam keadaan darurat terdiri dari 7 atau lebih tiup pendek yang diikuti
dengan 1 tiup panjang dengan menggunakan suling kapal atau sirine dan sebagai tambahan
semboyan ini, boleh dilengkapi dengan bunyi bel atau gong secara terus menerus.

Jika semboyan ini berbunyi, itu berarti semua orang di atas kapal harus mengenakan pakaian hangat
dan baju renang dan menuju ke tempat darurat mereka. ABK melakukan tugas tempat darurat
mereka. Sesuai dengan apa yang tertera di dalam sijil darurat dan selanjutnya menunggu perintah.

Setiap juru mudi dan anak buah menuju ke sekoci dan mengerjakan :


Membuka tutup sekoci, lipat dan masukkan ke dalam sekoci (sekoci-sekoci kapal modern sekarang ini
sudah tidak memakai tutup lagi tetapi dibiarkan terbuka).
Dua orang di dalam sekoci masing-masing seorang di depan untuk memasang tali penahan sekoci yang
berpasak (cakil) dan seorang yang dibelakang untuk memasang pro sekoci.
Tali penahan yang berpasak tersebut dipasang sejauh mungkin ke depan tetapi sebelah dalam dari lapor
sekoci dan disebelah luar tali-tali lainnya, lalu dikencangkan.
Memeriksa apakah semua awak kapal dan penumpang telah memakai rompi renang dengan
benar/tidak.
Selanjutnya siap menunggu perintah.
Untuk mampu bertindak dalam situasi darurat maka setiap awak kapal harus mengetahui dan
terampil menggunakan perlengkapan keselamatan jiwa di laut dan mampu menggunakan sekoci dan
peralatannya maupun cakap menggunakan peralatan pemadam kebakaran.
Adapun perlengkapan keselamatan jiwa di taut meliputi:

Life saving appliances
Life boat
Life jacket
Life raft
Bouyant apparatus
Life buoy
Line throwing gun
Life line
Emergency signal (parachute signal, red hand flare, orange smoke signal)
Fire fighting equipment :


Emergency fire pump, fire hidrants
Hose & nozzles
Fire extinguishers (fixed and portable)
Smoke detector and fire detector system
C02 Installation
Sprinkler system (Automatic water spray)
Axes and crow bars
Fireman outfits and breathing apparatus
Sand in boxes.

Sedangkan latihan sekoci dan pemadam kebakaran secara individual dimaksudkan untuk menguasai
bahkan memiliki segala aspek yang menyangkut karakteristik daripada penggunaan pesawat-
pesawat penyelamat dan pemadam kebakaran yang meliputi pengetahuan dan keterampilan tentang
:
Boat drill


Alarm signal meninggalkan kapal (abandon ship)
Lokasi penempatan life jacket dan cara pemakaian oleh awak kapal dan penumpang
Kesiapan perlengkapan sekoci
Pembagian tugas awak kapal disetia sekoci terdiri dari komandan dan wakil komandan, juru motor,
juru mudi, membuka lashing dan penutup sekoci, memasang tali air / keliti tiller / tali monyet / prop,
membawa selimut / sekoci / logbook / kotak P3K / mengarea sekoci l melepas ganco / tangga darurat /
menolong penumpang.

Fire drill


Alarm signal kebakaran di kapal
Pembagian tugas awak kapal terdiri dari :
Pemimpin pemadam, membawa slang, botol api, kapak, linggis, pasir, fireman outfit, sedangkan perwira jaga,
juru mudi jaga di anjungan, menutup pintu dan jendela kedap air, membawa log book, instalasi C02,
menjalankan pompa pemadam kebakaran, alat P3K.
Tata Cara Khusus Dalam Prosedur Keadaan Darurat

Kejadian Tubrukan (Imminent collision) :


1. Bunyikan sirine bahaya (Emergency alarm sounded)
2. Menggerakkan kapal sedemikian rupa untuk mengurangi pengaruh tubrukan
3. Pintu-pintu kedap air dan pintu-pintu kebakaran otomatis di tutup
4. Lampu-lampu dek dinyalakan
5. Nakhoda diberi tahu
6. Kamar mesin diberi tahu
7. VHF dipindah ke chanel 16
8. Awak kapal dan penumpang dikumpulkan di stasiun darurat
9. Posisi kapal tersedia di ruangan radio dan diperbaharui bila ada perubahan.
10. Setelah tubrukan got-got dan tangki-tangki di ukur.
Kandas, Terdampar (Stranding)


1. Stop mesin
2. Bunyikan sirine bahaya
3. Pintu-pintu kedap air di tutup
4. Nakhoda diberi tahu
5. Kamar mesin diberi tahu
6. VHF di pindah ke chanel 16
7. Tanda-tanda bunyi kapal kandas dibunyikan
8. Lampu dan sosok-sosok benda diperlihatkan
9. Lampu dek dinyalakan
10. Got-got dan tangki-tangki diukur/sounding
11. Kedalaman laut disekitar kapal diukur.
12. Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan.
Kebakaran/Fire


1. Sirine bahaya dibunyikan (internal clan eksternal)
2. Regu-regu pemadam kebakaran yang bersangkutan siap dan mengetahui lokasi kebakaran.
3. Ventilasi, pintu-pintu kebakaran otomatis, pintu-pintu kedap air di tutup.
4. Lampu-lampu di dek dinyalakan
5. Nakhoda diberi tahu
6. Kamar mesin diberi tahu
7. Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan
8. Air masuk ke dalam ruangan (Flooding)
9. Sirine bahaya dibunyikan (internal dan eksternal)
10. Siap-siap dalam keadaan darurat
11. Pintu-pintu kedap air di tutup
12. Nakhoda diberi tahu
13. Kamar mesin diberi tahu
14. Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan
15. Berkumpul di sekoci/rakit penolong (meninggalkan kapal)
16. Sirine tanda berkumpul di sekoci/rakit penolong untuk meninggalkan kapal, misalnya kapal akan
tenggelam yang dibunyikan atas perintah Nakhoda
17. Awak kapal berkumpul di sekoci/rakit penolong
Orang jatuh ke laut (Man overboard)


Lemparkan pelampung yang sudah dilengkapi dengan lampu apung dan asap sedekat orang yang jatuh
Usahakan orang yang jatuh terhindar dari benturan kapal dan baling-baling
Posisi dan letak pelampung diamati
Mengatur gerak untuk menolong (bile tempat untuk mengatur gerak cukup disarankan menggunakan
metode "Williamson" Turn)
Tugaskan seseorang untuk mengawasi orang yang jatuh agar tetap terlihat
Bunyikan tiga suling panjang dan diulang sesuai kebutuhan
Regu penolong slap di sekoci
Nakhoda diberi tahu
Kamar mesin diberi tahu
Letak atau posisi kapal relatif terhadap orang yang jatuh di plot Posisi kapal tersedia di kamar radio dan
diperbaharui bila ada perubahan
Pencarian dan Penyelamatan (Search and Rescue)


1. Mengambil pesan bahaya dengan menggunakan radio pencari arah
2. Pesan bahaya atau S.O.S dipancarkan ulang
3. Mendengarkan poly semua frekwensi bahaya secara terus menerus
4. Mempelajari buku petunjuk terbitan SAR (MERSAR)
5. Mengadakan hubungan antar SAR laut dengan SAR udara pada frekwensi 2182 K dan atau chanel 16
6. Posisi, haluan dan kecepatan penolong yang lain di plot
7. Latihan-latihan bahaya atau darurat



1. Di kapal penumpang latihan-latihan sekoci dan kebakaran harus dilaksanakan 1 kali seminggu jika
mungkin. Latihan-latihan tersebut di atas juga harus dilakukan bila meninggalkan suatu. pelabuhan
terakhir untuk pelayaran internasional jarak jauh.
2. Di kapal barang latihan sekoci dan latihan kebakaran harus dilakukan 1 x sebulan. Latihan-latihan
tersebut di atas harus juga dilakukan dalam jangka waktu 24 jam setelah meninggalkan suatu
pelabuhan, dimana ABK telah diganti Iebih dari 25 %.
3. Latihan-latihan tersebut di atas harus dicatat dalam log book kapal dan bila dalam jangka waktu 1
minggu (kapal penumpang) atau 1 bulan (kapal barang) tidak diadakan latihan-latihan, maka harus
dicatat dalam log book dengan alasan-alasannya.
4. Di kapal penumpang pada pelayaran internasional jarak jauh dalam waktu 24 jam setelah
meninggalkan pelabuhan harus diadakan latihan-latihan untuk penanggulangan.
5. Sekoci-sekoci penolong dalam kelompok penanggulangan harus digunakan secara bergilir pada
latihan-latihan tersebut dan bila mungkin diturunkan ke air dalam jangka waktu 4 bulan. Latihan-
latihan tersebut harus dilakukan sedemikian rupa sehingga awak kapal memahami dan memperoleh
pengalaman-pengalaman dalam melakukan tugasnya masing-masing termasuk instruksi-instruksi
tentang melayani rakit-rakit penolong.
6. Semboyan bahaya untuk penumpang-penumpang supaya berkumpul di stasion masing-masing, harus
terdiri dari 7 atau lebih tiupan pendek disusul dengan tiupan panjang pada suling kapal dengan cara
berturut-turut. Di kapal penumpang pada pelayaran internasional jarak jauh harus ditambah dengan
semboyan-semboyan yang dilakukan secara elektris.
Maksud dari semua semboyan-semboyan yang berhubungan dengan penumpang-penumpang dan
lain-lain instruksi, harus dinyatakan dengan jelas di atas kartu-kartu dengan bahasa yang bisa
dimengerti (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris) dan dipasang dalam kamar-kamar penumpang dan
lain-lain ruangan untuk penumpang.

7. LINTAS-LINTAS PENYELAMATAN DIRI

Mengetahui Lintas Penyelamatan Did (Escape Routes)

Di dalam keadaan darurat dimana kepanikan sering terjadi maka kadang-kadang untuk mencapai
suatu tempat, misalnya secoci sering mengalami kesulitan. Untuk itu para pelayar terutama awak
kapal harus mengenal/ mengetahui dengan lintas penyelamatan diri (escape routes), komunikasi di
dalam kapal itu sendiri dan sistem alarmnya.

Untuk itu sesuai ketentuan SOLAS 1974 BAB 11-2 tentang konstruksi-perlindungan penemuan dan
pemadam kebakaran dalam peraturan 53 dipersyaratkan untuk di dalam dan dari semua ruang awak
kapal dan penumpang dan ruangan-ruangan yang biasa oleh awak kapal untuk bertugas, selain
terdapat tangga-tangga di ruangan permesinan harus ditata sedemikian rupa tersedianya tangga
yang menuju atau keluar dari daerah tersebut secara darurat.

Di kapal lintas-lintas penyelamatan diri secara darurat atau escape router dapat ditemui pada tempat-
tempat tertentu seperti:

Kamar mesin
Adanya lintas darurat menuju ke geladak kapal melalui terowongan poros baling-baling yang
sepanjang lintasan tersebut didahului oleh tulisan "Emergency Exit" dan disusul dengan tanda panah
atau simbol orang berlari.

Ruang akomodasi
Pada ruangan akomodasi, khususnya pada ruangan rekreasi ataupun ruangan makan awak kapal
atau daerah tempat berkumpulnya awak kapal dalam ruangan tertentu selalu dilengkapi dengan pintu
darurat atau jendela darurat yang bertuliskan "Emergency Exit".

Setiap awak kapal wajib mengetahui dan terampil menggunakan jalan-jalan atau lintas-lintas darurat
tersebut sehingga dalam kondisi-kondisi yang tidak memungkinkan digunakannya lalulintas umum
yang tersedia maka demi keselamatan lintas darurat tersebut dapat dimanfaatkan.

Disamping itu semua awak kapal demi keselamatannya wajib memperhatikan tanda-tanda gambar
yang menuntun setiap orang untuk menuju atau memasuki maupun melewati laluan ataupun lorong
darurat pada saat keadaan darurat, kelalaian atau keteledoran hanya akan menyebabkan kerugian
bagi diri sendiri bahkan melibatkan orang lain.

Tanda / sign
Jalan menuju pintu darurat (emergency exit) ditandai dengan panah berwarna putih dengan papan
dasar berwarna hijau. Pada kapal penumpang dari ruang penumpang dan ruang awak kapal pasti
tersedia tangga / jalan yang menuju embarkasi dek sekoci penolong dan rakit penolong. Bila ruang
tersebut berada di bawah sekat dek (bulkhead deck) tersedia dua lintas penyelamatan diri dari ruang
bawah air salah satunya harus bebas dari pintu kedap air. Bila ruang tersebut berada di atas sekat
dek dari zona tengah utama (main vertical zone) harus tersedia minimal dua lintas penyelamatan diri.
Dari kamar mesin akan tersedia dua lintas penyelamatan diri yang terbuat dari tangga baja yang
terpisah satu dengan yang lainnya.

Komunikasi Intern dan Sistem Alarm
Dalam keadaan darurat sangatlah diperlukan komunikasi dan sistem alarm yang efisien. Untuk itu
digunakan sebagai komunikasi darurat dalam meninggalkan kapal adalah isyarat bunyi (suara) dari
lonceng atau sirine atau juga dapat dengan mulut. Sebagai isyarat yang digunakannya adalah tujuh
bunyi pendek atau lebih disusul dengan satu bunyi panjang dari suling/sirine atau bell listrik.
Alarm keadaan darurat lainnya seperti
Kebakaran, orang jatuh ke laut dan yang lainnya tidak diatur secara nasional, untuk itu biasanya tiap-
tiap perusahaan menciptakan sendiri.
hal yang perlu diperhitungkan juga yaitu arah datangnya pertolongan
(rescuer)

1. dari atas (from top)
2. dari bawah (from down)
3. dari samping (from side)
tidak bisa dijelaskan detail disini, hanya sisi positif instruktur bapak yayat kemarin bersedia
membagi modulnya untuk dipelajari kembali.
Suatu prestasi tersendiri buat saya mengikuti acara seperti ini pengetahuan dan ilmu tidak
bisa dibeli dengan uang,dan ini akan sangat bermanfaat sekali untuk 45 peserta yang
beruntung kemarin,kenapa saya katakan beruntung,informasi yang saya himpun dari salah
satu naraseumber mengatakan biaya untuk vertical rescue training per sesi adalah kisaran 2-3
Juta rupiah,bersertifikat sama hanya berbeda Id dan nama saja imbuhnya, 45 peserta yang
beruntung kemarin termasuk saya hanya membayar registrasi sebesar 100 ribu rupiah sudah
termasuk perlengkapan,T-shirt,kartu member online Frangia disamping tentunya ilmu yang
sangat amat bermanfaat sekali dalam penerapan kami nanti,tapi kami mendapat saudara baru
dalam keseharian yang menghiasi hari-hari kami kedepan nanti.ketahuilah bagi kalian yang
menyukai dunia alam bebas,pendakian gunung,caving dan rock climbing,materi seperti
vertical rescue training ini sangat wajib untuk di pelajari dan dipraktekkan sesekali,agar suatu
ketika kita menghadapi situasi sulit kita sudah tau apa yang akan kita lakukkan dan apa yang
kita butuhkan.
Memang masih belum dari kata sempurna,seperti penggunaan helm yang belum cukup,
semoga ini bisa menjadi acuan buat panitia dan kawan-kawan lain agar lebih mengutamakan
safety first, untungnya alhamdulillah tidak terjadi sesuatu yang tidak diingikan, cukup
menjadi pelajaran akan sarat ilmu dan setidaknya pengenalan dan dasar dari rentetan acara
kegiatan kemarin sudah memberikan efek yang luar biasa pada peserta termasuk saya.
Apresiasi dan Aplous buat team Frangia sebagai penggagas sekaligus mentor dibalik
terselenggaranya acara ini,kedepan di 2013 Frangia program kerja akan yang kemarin baru
saja menyelesaikan 9 puncak jawa timur akan kembali mengadakan program 7 puncak jawa
tengah, 6 puncak jawa barat,dalam waktu dekat seperti februari sedikit bocoran team Frangia
akan melakukkan pemberian materi Caving / susur gua, dan kabarnya pendalaman materi
vertical rescue juga akan digelar lagi dalam sesi dan waktu yang lebih lama,agar lebih matang
dan lebih maxsimal, amin.menarik sekali dan saya akan terus menunggu setiap
perkembangan ilmu dari Team Frangia ini.
Teruslah berkarya Saudaraku,
Lakukan apa yang mau kamu lakukkan selama itu positif dan bermanfaat bagi banyak orang..
Jabat Erat Persaudaraan
Salam Lestari
Dokumentasi Kegiatan

Sesi Praktik: Pemasangan Harness - frangia Vertical Rescue Training 25-26 JAN 2013

Check Pemasangan Alat Pengaman

Belajar Simpul

Studi Kasus Belajar Simpul

Instruktur dan Panitia

Penggunaan Sistem - Mengangkat korban dengan medan vertical (90 derajad) dari ketinggian 15-20 meter.
Dokumentasi sumber : lilin-lilin kecil fb
MATERI DASAR Vertical RESCUE

MATERI DASAR RESCUE

SEARCH AND RESCUE
Search and rescue (SAR) adalah kegiatan dan usaha mencari, menolong, dan menyelamatkan
jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah-
musibah seperti pelayaran, penerbangan dan bencana . Istilah SAR telah digunakan secara
internasional tak heran jika sudah sangat mendunia sehingga menjadi tidak asing bagi orang di
belahan dunia manapun tidak terkecuali di Indonesia.
Operasi SAR dilaksanakan tidak hanya pada daerah dengan medan berat seperti di laut, hutan, gurun
pasir, tapi juga dilaksanakan di daerah perkotaan. Operasi SAR seharusnya dilakuan oleh personal
yang memiliki ketrampilan dan teknik untuk tidak membahayakan tim penolongnya sendiri maupun
korbannya. Operasi SAR dilaksanakan terhadap musibah penerbangan seperti pesawat jatuh,
mendarat darurat dan lain-lain, sementara pada musibah pelayaran bila terjadi kapal tenggelam,
terbakar, tabrakan, kandas dan lain-lain. Demikian juga terhadal adanya musibah lainnya seperti
kebakaran, gedung runtuh, kecelakaan kereta api dan lain-lain.

Unsur-unsur SAR
Dalam kegiatan SAR ada 4 unsur yang bisa dijadikan penentu keterampilan yang dibutuhkan
sebagai penunjang suksesnya suatu tim sar dalam melakukan operasinya, yaitu :
1. Lokasi : kemampuan untuk menentukan lokasi korban. Hal ini memerlukan pengetahuan
menangani data peristiwa, keadaan korban, keadaan medan dan lainnya.
2. Mencapai : kemampuan untuk mencapai korban. Hal ii memerlukan keterampilan
mendaki gunung, rock climbing, cara hidup di alam bebas, peta, kompas, membaca jejak, dan lainnya
3. Stabilisasi : kemampuan untuk menentramkan korban dalam hal ini mutlak diperlukan
pengetahuan P3K, gawat darurat dan lainnya.
4. Evakuasi : kemampuan membawa korban. Hal ini memerlukan keterampilan seperti
halnya Mencapai.

Tahapan SAR
Ada beberapa tahapan SAR, Yaitu :
1. tahapan keragu-raguan, sadar bahwa keadaan darurat telah terjadi.
2. tahapan kesiapan, melaksanakan segla sesuatunya sebagai tanggapan terhadap suatu
kecelakaan, termasuk juga menadpatkan segala informasi mengenai korban.
3. tahapan perencanaan, pembuatan rencana yang efektif dan segala koordinasi yang
diperlukan
4. tahapan operasi, seluruh unit bertugas hingga misi SAR dinyatakan selesai
5. tahapan laporan, terakhir membuat laporan mengenai misi SAR yang telah dilaksanakan.

Pencarain pada perasi SAR
Berikut adalah beberapa pola teknis pencarian pada operasi SAR. Hanya sebagain teknik
yang dibahas di sini, yaitu :
1. Track (T)
Pola ini dipakai jika orang yang dinyatakan hilang dari jalur perjalanan yang direncanakan akan
dilewatinya merupakan satu-satunya informasi yang ada.
Selalu dianggap bahwa sasaran (korban) masih disekitar atau dekat dengan garis rute Pola Track
2. Paralel (P)
Daerah pencarian cukup luas dan medannya cukup datar
Hanya mempunyai posisi duga
Sangat baik untuk daerah pencarian yang berbetuk segi empat.
Pola Paralel
3. Creeping (C)
Daerah pencarian sempit, panjang dan kondisinya cukup rata serta datar.
Kalau di pegunungan gunung, regu pencari dengan ola ini kan turun Kejurang jurang atau dataran
yang lebih rendah.
Pola Creeping
4. Square (SQ)
Biasanya digunakan pada daerah yang datar
Dengan pola ini perhitungan posisi juga harus merupakan kemungkinan yang tepat
Pembelokan tidak sembarangan, tetapi dengan perhitungan.
Pola Square
5. Sector (S)
Lokasi atau posisi diketahui
Daerah yang disari tidak luas
Daerah pencarian berbentuk lingkaran
Rute regu pencarian berbentuk segitiga sama sisi
Pola Sector
6. Contour (CT)
Digunakan di bukit-bukit.
Pencarian selalu dimulai dari puncak tertinggi
7. Barrier (B)
Digunakan dengan hanya menunggu atau mencegat dengan perhitungan yang pasti bahwa
survivor akan lewat dengan melihat keadaaan lingkungan.
Digunakan jika regu pencari dan penyelamat tidak bisa mendekati tempat yang terkena musibah
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pola pencarian

Dari sekian banyak pola pencarian, anda harus memilih yang paling tepat. Pemilihan tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ;
Ketepatan posisi survivor
Luas dan bentuk daerah pencarian
Jumlah dan jenis unit rescue yang tersedia
Cuaca di dan ke daerah pencarian
Jarak basecamp unit rescue ke lokasi musibah
Kemampuan peralatan bantu navigasi di daerah kejadian
Ukuran sukar dan mudahnya sasaran yang diketahui
Keefektifan taktik yang dipilih
Medan di daerah kejadian
Dukungan logistik ke daerah pencarian

Taktik pencarian
Taktik pencarian dapat bervariasi, tergantung pada situasi tertentu. Secara umum hal itu tercakup
dalam lima metode pencarian, yaitu :
1. Taktik pendahuluan
Merupakan usaha-usaha untuk mendapatkan informasi awal, mengoordinir reguregu pencari,
membentuk pos pengendali, perencanaan, pencarian awal, dsb
2. Taktik Pembatasan
Menciptakan, membentuk garis lintas (perimeter) untuk mengurung korban dalam area pencarian
3. Taktik Pendeteksian
Pemeriksaan terhadap tempat potensial dan juga menggunakan pencarian potensial. Pada area
tersebut diperhitungkan, ditemukannya korban ataupun jejak atau segala sesuatu yang tercecer
yang ditinggalkan korban
4. Taktik pelacakan
Melacak jejak atau sesuatu yang ditinggalkan korban, biasanya pelacakan ini dilakukan dengan anjing
pelacak atau orang yang terlatih mencari dan membaca jejak
5. Taktik evakuasi
Memberikan perawatan dan membawa korban untuk perawatan yang lebih lanjut jika diperlukan.


Vertical Rescue (1)

Vertical rescue merupakan penyelamatan yang dilakukan untuk lokasi-lokasi yang berhubungan
dengan ketinggian dan kemampuan dalam formasi teknik. Dalam vertical rescue dibutuhkan
kemampuan pasukan yang sangat cekatan, memiliki kemampuan, baik dalam fisik maupun
psikologis. Anggota tim dalam vertical rescue diperlukan keberanian baik dalam menangani korban
maupun dengan masalah ketinggian.

Faktor umum dalam vertical rescue:

-Bakat dan pengetahuan
Dalam hal ini rescuer haruslah terbiasa dengan ketinggian, kejasama tim yang baik dan memahami
bagaimana merawat dan menggunakan peralatannya. Ketakutan pada ketinggian merupakan faktor
yang harus di hilangkan, karena vertical rescue akan melakukan bayak hal dengan lokasi yang
berhubungan dengan ketinggian, adanya ketakutan pada ketinggian akan mempersulit palaksanaan
peyelamatan.

-Latihan dan pengalaman
Rescuer haruslah memahami dan mampu melakukan segala basic penyelamatan dalam ketinggian.
Praktis dan cepat dalam melakukan tindakan penyelamatan.

-Terbiasa menggunakan peralatan
Rescuers haruslah memahami penggunaan segala macam peralatan yang mendukung penyelamatan,
sensitif terhadap perubahan peralatan mengenai kemampuan dan perbedaan terkecil
sekalipun.Rescuer haruslah selalu melakukan pengecekan peralatan baik sebelum, sesudah maupun
dalam setiap penggunaannya.

-Disiplin dan kerjasama tim
Disiplin adalah hal paling penting bagi penyelamat. Absensi rutin harus dilakukan untuk setiap
kegiatan, setiap keputusan tim leader haruslah diikuti semua anggota dan setiap operasi
penyelamatan hendaknya dilakukan dengan efektif dan efisies. Kerja sama tim harus memiliki
standart yang tinggi, setiap anggota rescue haruslan memiliki pengalaman, pelatihan, keyakinan,
kedisiplinan, dan mementingkan keamanan untuk kelompok dan dirinya sendiri.

-Pendekatan dan taktik
Masalah penanganan penyelamatan, tim leader haruslah mempertimbangkan setiap hal-hal yang
ada: Menentukan tujuan, mempertimbangkan beberapa faktor yang ada dan mungkin terjadi,
mempertimbangkan setiap aksi yang akan dilakukan, memproses perencanaan.
Komunikasi menjadi hal penting dalam vertical rescue, antara rescuer haruslah selalu berkomunikasi
setiap saat dalam proses penyelamatan.

Vertical rescue adalah keseluruhan faktor dengan skill yang tinggi, hasil dari kerjasama, disiplin dan
pelatihan. Keseimbangan psikologi dan fisiologi sangat penting sebelum operasi penyelamatan
dilakukan.

Keamanan
Keamanan menjadi bagian paling vital dalam setiap operasi penyelamatan. Hal ini merupakan respon
dari setiap penyelamat sebelum melaksanakan penyelamatan, keamanan di pertimbangkan untuk
menghindari resiko yang dapat membahayakan korban dan rescuers.

*Mempertimbangkan keamanan.
Masalah keamanan dan memperkecil resiko yang mungkin terjadi dalam vertical rescue dapat
dilakukan dengan:
-Melaksanankan dengan tepat dan selalu melakukan pelatihan.
-pemeliharaan peralatan secara standart.
-perhatian dan melakukan dengan cara yang telah terbiasa.
-mempertimbangkan dan melakukan pengamatan.
-melaksanakan perencanaan dan selalu berkomunikasi.

*Mengecek, mengawasi dan selalu waspada.
Keamanan merupakan hal yang selalu diutamakan dalam kegiatan ini. Semuanya harus
memperhatikan kondisi anchor, simpul-simpul, tali, sistem pengaman. Seluruh tim haris tetap
waspada dan keseluruhan pelaksaan penyelamatan tetap dalam keamanan yang terjaga.

*Safety officer.
Safety officer hendaknya orang yang memiliki pengalaman dalam berbagai kegiatan vertical
rescuedan selalu mementingkan semua hal yang berhubungan dengan keamanan.

*Pertimbangan dalam memilih personel.
Untuk menunjang selain keamanan dan pelatihan ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan:
-kesehatan dan kesiapan fisik untuk melakukan penyelamatan.
-terhindar dari ketakutan pada ketinggian/phobia.
-kemampuan bekerjasama dalam tim.


Vertical Rescue (2)

Perlengkapan Perorangan.

Dalam hal ini bagian keamanan dalam vertical rescue:
-Helmet, memiliki kasamaan dengan helm untuk caving maupun climbing. Dalam vertical
rescuehelmet yang di gunakan hendaknya memenuhi standart keamanan. Berikut karakteristiknya:




-Sarung tangan, merupakan bagian vital yang harus di perhatikan. Menggunakan sarung tangan
akan melindungi tangan dari gesekan dan kehilangan kontrol ketika melaksanakan operasi
penyelamatan.
-Sepatu, gunakanlah sepatu yang dapat mencengkeram kuat, pas digunakan dan ringan serta
nyaman digunakan.
-Pakaian, penggunaan yang pas dan nyaman bagi penggunanya, tidak terlalu sempit karena akan
berpengaruh terhadapa tenaga pengguna an tidak terlalu longgar karena dapat mengganggu sistem
peralatan yang digunakan dalam penyelamatan.
-Harness, semua kegiatan yang berhubungan dengan ketinggian hendaknya menggunakan harness
sebagai bagian keamanan diri dan kelompok. Begitupun dalam pelaksanaan penyelamatan pada
ketinggian.
-Peluit, penggunaan peluit sangat penting untuk keadaan genting. Hendaknya semua personal
menggunakan peluit sebagai bagian dalam personal equipment.
-Peralatan rescue perorangan,
-Pisau, penggunaan pisau tajam pada situasi tertentu. Tempatkan pisau sebagai peralatan yang
wajib dibawa untuk setiap personal.
-Obat pertolongan pertama, tempatkan perlengkapan ini sebagai perlengkapan yang wajib dibawa
untuk setiap personal.

NB:
Tidak diperkenankan berambut panjang, mengenakan cincin, jam tangan, kalung, anting, gelang,
sepatu yang memiliki bagian dengan bahan besi maupun dengan asesoris bebentuk kail. Keamanan
bagi rescuer maupun korban sangat ditekankan di sini.

Menyeleksi Lokasi pelatihan
Pertimbangan keamanan hendaknya melaksanakan beberapa hal berikut:
-Kondisi lingkungan yang ada(kesetabilan lokasi, keadaan medan, ketajaman batuan, dll).
-Terdapat area aman untuk melakukan proses evakuasi.
-Area yang aman dengan tingkat ketinggiannya.
-Dapat dan mudah dijangkau.
-Dapat melakukan pertolongan pertama dan melaksanakan evakuasi.
-Lokasi merupakan daerah yang sesuai dengan standart pelatihan.
-Dapat dilaksanakan berbagai jenis komunikasi.

Komunikasi
Untuk memperlacar kegiatan, hendaknya setiap orang mengetahui bagaimana menggunakan
peralatan komunikasi yang ada dan mampu melakukan komunikasi dengan baik untuk menghindari
kesalahan yang mungkin timbul.
Untuk situasi tertentu, tingkat kebisingan yang mungkin ada akan mengganggu perjalanan proses,
sehingga diperlukan sebuah peralatan dengan sistem pengendali kebisingan.

Kekuatan Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam vertical rescue hendaknya memiliki standart keamanan yang telah
teruji dengan rekomendasinya. Setiap personal hendaknya memahami tingkat kekuatan setiap detail
item dan mengerti bagaimana menggunakannya.
Setiap item akan menjadi satuan pada sistem penyelamatan yang digunakan, hal ini mengharuskan
setiap item memiliki kekuatan standartnya.Keamanan akan diperlukan dalam penggunaan peralatan,
baik mengenai tingkat kemampuan peralatan, faktor keamanan, maupun keamanan setiap personal
dalam penggunaanya.

Final Pemeriksaan Keamanan
Setiap personal harus diperiksa oleh safety officer sebelum melaksanakan proses evakuasi.
Pemeriksaan pada keseluruhan sistem yang digunakan, sepeti anchor, tali, perlengkapan
perorangan, dan juga mengenai prosedur evakuasi maupun prosedur darurat lainnya.
Pemeriksaan final dilakukan sesuai dengan prosedur secara teliti, dan juga pemeriksaan keamanan
belayer.

Bagian Penting
Berikut petunjuk yang dianjurkan:
-Setiap kegiatan dengan ketinggian hendaknya menyukai kehidupan, bukan ancaman.
-Setiap peralatan hendaknya di periksa, baik sebelum, ketika ataupun setelah digunakan.
-Pada radius dua meter merupakan area aman, dan area ini harus dibersihkan agar tidak ada
gangguan dalam proses penyelamatan.
-Area aman harus segera dibuat untuk memudahkan pelaksanaan pertolongan.
-Pelaksanaan penyelamatan dengan menyiapkan peralatan untuk digunakan dengan petunjuk
pemimpin kelompok, dan setiap bagian kelompok menyiapkan peralatan sesuai dengan tugasnya
sehinggan akan siap jika setiap saat diperlukan.
-Anchor dipasang sesuai dengan sistem yang digunakan dan dilakukan pemeriksaan setiap saat.
-Semua simpul dan gesekan tali diawasi secara ektra ketika operasi penyelamatan dilakukan.
-Peralatan lain yang tidak digunakan segera disingkirkan dari area penyelamatan agar tidak
mengganggu.
-Hindari menduduki peralatan baik yang telah dipasang maupun tidak. Perhatian lebih terhadap
peralatan yang digunakan.
-Setiap tali yang bersinggungan dengan bagian lain yang tajam harus diberi pelindung tali
berupa edge roller ataupun padding.
-Gesekan antar tali harus dihindari, lakukan perbaikan sistem jika hal tersebut terjadi.
-Kegiatan yang dilakukan pada tebing maupun ketinggian lainya, dapat saja menjatuhkan sesuatu
dari ketinggian, dan jika hal itu terjadi maka untuk mengamankan orang lain di bawahnya,
diharuskan bagi orang yang menjatuhkan untuk berteriak, Below!!
-Jika yang dijatuhkan adalah tali, maka peringatan yang diberikan adalah,rope bolow!!
-Penggunaan helm diwajibkan untuk menghindari benturan kepala dengan benda lainnya.
-Semua perlatan yang dapat lepas maupun longgar hendaknya dilakukan penguncian untuk
menghindari kecelakaan lain.
-Gunakan sepatu yang pas pada kaki.
-Gunakan sarung tangan.
-Setiap personal harus membawa self rescue equipment
-Semua personal harus membawa peluit dan pisau.

Penyelamatan Pada Malam Hari
Vertical rescue juga dapat dilaksanakan pada malam hari, peralatan yang harus disediakan antara
lain:
-helm lengkap dengan lampu perorangan
-lampu cadangan perorangan
-penggunaan lampu besar untuk menyinari area penyelamatan
-penggunaan lampu kimia untuk menandai peralatan ataupun perorangan.

NB.
Penggunaan generator akan dapat mengganggu peralatan elektronik yang biasa digunakan untuk
komunikasi, menyebabkan kebisingan dan menimbulkan asap yang dapat mengganggu penglihatan
dan pernafasan karena mengandung CO2.

Vertical Rescue (3)

Sesi ini membahas tentang rope/tali dalam vertical rescue.

Rope
Rope/tali merupakan bagian terpenting dalam vertical rescue, teli digunakan dengan
menggabungkan berbagai peralatan lain untuk memenuhi sebuah sistem peralatan untuk
penyelamatan. Diharuskan untuk semua personel dalam vertical rescue untuk mengetahui dan
memahami tentang tipe-tipe tali dan bahan yang digunakan untuk membuat tali. Serta dihruskan
memahami bagaimana memanagement tali dengan baik.

Tipe
Tipe tali yang digunakan dalam vertical rescue sebaiknya dibuat dengan bahan sintetic fibre
kernmantle, dimana bahan ini merupakan bahan terbaik dari segala bahan yang digunakan untuk
pembuatan tali.

Rope history card
Dengan adanya rope history card, kita dapat mengetahui sejauh mana kemampuan tali untuk dapat
digunakan menahan beban. Rope history card dibuat untuk mengetahui kepastian umur tali dan
kapasitas penggunaan, perkembangan tali setiap saat dapat diawasi dengan baik.
Berikut contoh rope history card yang dimaksud:
Rope history card


Rope type : static Size : 50X11mm No: 2
Date acuired : 7-6-2009 Source : rayase outdoor centre

Date Used by Used Comment checked
20-6-09 - To store Condition OK
1-7-09 Randi To training ok

5-7-09 Sandi 30 m SRT ok
26-7-09 Sianar 35 m DdRT ok
.... .... .... .... ....


Bahan Tali

Tali dengan Bahan Nylon(polyamid)
Sebenarnya dalam pemakaian tali pada vertical rescue, tali uyang digunakan adalah nylon 6 atau
nylon 6.6.

_keunggulan: untuk polyamid dengan kelebihan polyester(terylene) dan campuran lainnya:
-Nylon 10%lebih kuat dari pada polyester.
-merupakan bahan yang lebih unggul dan mudah menyerap air.
-nylon 6.6 mampu menahan panas hingga 260 derajat celcius.

_kelemahan: kelemahan nylon/polyamid adalah:
-kekuatan tali dapat hilang 15% ketika kondisi tali basah
-terlalu mudah terkontaminasi zat asam


Kernmatle
Kernmantle lahir dari jerman dengan, kern: core dan mantle: sheat
Dilihat cara pembuatannya, kernmantle sesuai dengan arti yang dikandungnya, yaitu tali yang
melindung tali dibagian tengahnya.

Kernmantle dibagi menjadi dua, static dan dinamic:

_Tali Kernmantle static
-kelenturan: tali kernmantle static memiliki kemuluran yang rendah, hanya 3% hingga 20% persen
kemuluran dialami ketika tali dibebani tubuh seseorang.
-elastisitas: tali kernmantle static memiliki elastisitas tinggi, tali kernmantle static dapat
mennyesuaikan diri dengan berbagai penggunaan seperti pada tali lainnya.
-kekuatan dan kemudahan penggunaan: tali kernmantle static memiliki kekuatan paling besar
dibanding jenis tali lainnya, tetapi untuk kemudahan penggunaan, tali kernmantle static lebih kaku di
bandinf tali lainnya.
-keunggulan tali kernmantle static: tidak mudah mulur, tidak mudah lecet, anti debu dan anti kotor,
memiliki kekuatan yang besar.
-kelemahan tali kernmantle static: terlalu mudah menyerap dan sulit untuk dibuat jenis-janis simpul.

_Tali kernmantle dynamic
-elastisitas:tali kernmantle dynamic sangat mudah digunakan untuk membuat berbagai jenis simpul
-kelenturan: tali kernmantle dynamic memiliki kemuluran yang lebih tinggi, sehingga sangat cocok
untuk menahan jatuhnya pemanjat dengan hentakan yang tidak terlalu keras pada tali.
-kekuatan: tali kernmantle dynamic memiliki pelindung yang lebih tipis sehinggan tali kernmantle
dynamic memiliki kekuatan yang cukup.
-keuntungan: tali kernmantle dynamic adalah tali terbaik untuk menahan seseorang ketika jatuh
karena memiliki kelenturan yang tinggi.
-kekurangan: tali kernmantle dynamic memiliki kemuluran yang terlalu tinggi, sehingga untuk
penggunaan dalam vertical rescue kurang tepat karena akan menemui kendala pada penggunaan
descending, ascending, maupun hauling.

NB: jangan menggunakan tali kernmantle dynamic untuk keperluan vertical rescue!


Ciri-ciri Rescue rope:
-minimal diameter adalah 11mm.
-dibuat dengan tipe static.
-mampu menahan beban minimal 3000kg.
-100% berbahan polyamid/nylon.
-memiliki lapisan pelindung.
-mudah digunakan dan mudah untuk pembuatan simpul-simpul.
-kemuluran tali maksimal 3% untuk tarikan 80kg.
-minimum 20% kemuluran tali untuk tarikan 3000kg.
-mampu beradaptasi denga suhu untuk keperluan operasional.
-warna kontras antara bagian tengan dengan bagian pembungkus.


Pemeliharaan

Berikut hal yang harus diperhatikan:
-jangan memotong tali kecuali memang harus dilakukan. keperluan pemotongan tali diperbolehkan
jika tidak membuat tali menjadi lebih buruk.seperti pemotongan pada ujung tali karena penggunaan
simpul delapan yang terkunci atau tidak dapat terlepas karena penggunaan lem perekat.
-jangan biarkan penggunaan simpul yang dapat membuat kekuatan tali menjadi lemah.
-pergunakanlah simpul-simpul yang benar, karena kesalahan simpul akan membuat tali anda rusak.
-pergunakan pulley dengan ukuran yang pas, ukuran pulley yang terlalu kecil akan merusak tali anda.
-hindari hentakan mendadak pada tali anda.
-hindari menduduki/berjalan/menginjak tali, karena dapat membuat debu masuk pada tali anda.
-hindari tali bersentuhan dengan dataran atau bagian sudut yang kasar, jika hal itu terjadi lingdungi
tali anda.
-bersihkan tali dari noda, debu ataupun pasir setelah penggunaan. Dengan mencuci tali dengan air
bersih, air mengalir ataupun cara lain yang di anjurkan.
-jangan mengeringkan tali dekat api, atau dengan pemanas lainnya, letakkan pada tali yang
melintang, hindari lantai yang dingin dan letakkan pada area terbuka untuk mendapatkan sirkulasi
yang baik.
-simpan tali anda pada tempat terlindung yang netral, jauh dari kontak langsung lantai, seperti pada
sebuah lemari yang terhindar dari bahan-bahan yang dapat mengkontaminasi tali, hindari embun,
kelembaban, debu, binatang pengerat ataupun benda tajam.
-kerusakan atau lecet pada tali harus segera ditandai dan lakukan perbaikan segera. Detail
penggunaan tali harus jelas terisi pada history record card.
-jangan membuat tali anda terjemur sinar matahari langsung terlalu lama, karena radiasi dari sinar
ultraviolet dapat membuat tali anda rusak, lindungi dengan kain terpal/ material lain.
-pastikan tali anda tidak terkena bahan-bahan kimia/ bahan kontaminasi lainnya seperti minyak
semir, oli, bensin, hydrolic fluid, acids dan alkalis.


Pencucian Tali

Berikut penjelasannya:
-tali harus dicuci jika terkena kotoran/debu, karena debu dapat merusak tali ketika tali dipergunakan
untuk peralatan ascent.tali dapat di rangkai menyerupai rantai untuk menghindari kusut.
-polyamid rope dapat dicuci pada mesin cuci, tetapi set mesin untuk berputar dengan lembut, dapat
dengan air dingin atau hangat tetapi dilatang untuk mnyetel mesin dengan air panas. Jangan
menggunakan bahan-pencuci lain seperti sabun, pelembut ataupun bahan lain. Untuk lebih jelasnya,
anda dapat melihatnya lagi pada petunjuk pencucian rekomendasi tali anda.
-tali dapat di cuci dengan cara di tarik perlahan menggunakan descender untuk memeras air yang
terkandung.


Memeriksa tali
Segala tali harus diperiksa sebelum, ketika dan sesudah pemakaian. Pemeriksaan dilakukan secara
cara kasat mata dan dengan cara dirasakan.

Cara kasat mata: berikut pemeriksaan secara kasat mata:
-perbadaan warna; jika terjadi perbedaan warna pada warna asli tali pelindung hal ini dapat
disebabkan karena terjadi kontaminasi zat lain.
-pudar; warna pudar dapat merupakan awal kehancuran tali.
-warna putih; warna putih pada pelindung secara tidak wajar merupakan kerusakan yang terjadi
dengan menonjolnya bagian dalam.
-ukuran yang tidak sama pada beberapa bagian; terjadi kerusakan karena penggunaan peralatan
atau perlakuan yang tidak tepat pada tali, terjadi bentukan yang berbeda dan diameter tali tidak
rata.
-lecet; lecet terjadi karena pergesekan atau tali terkena pada sudut suatu tempat yang tajam.
-kaku; terjadi karena penggunaan simpul yang tidak tepat dan ini mengindikasikan tali akan rusak
secara perlahan.

Cara dirasakan: berikut pemeriksaan dengan cara dirasakan:
-kaku pada pelindung; terjadi karen beban berlebih atau karena kontaminasi.
-perubahan pada diameter; perubahan terjadi akan menyebabkan kerusakan pada tali.
-kontaminasi; dapat dikarenakan kotoran, debu atau benda lain.

NB: tes pemberian beban pada tali tidak dianjurkan untuk latihan.



Vertical Rescue (4)

Menghentikan Penggunaan Tali

Ini masalah penting dalam mengambil keputusan masalah tali, akan dihancurkan atau akan dibenahi.
Jika keputusan untuk di perbaiki yang dipilih, maka kedepannya pengawasan dan pengecekan rutin
harus dilakukan, pengecekan akan dilakukan oleh savety officer.

Beberapa hal yang harus di perhatikan untuk mengamnbil keputusan masalah penggunaan tali:
-lecet, ini adalah aturan umum. Jika dibiarkan terus menerus akan membuat tali dapat putus, apabila
lecet tali yang ada lebih dari 25% dari diameter tali, jangan digunakan!
-beban, ketika diketahui bahwa tali memiliki perbedaan masalah kelenturan tudak wajar, atau tali
mengalami kemuluran berlebih karena beban yang ada.
-kontaminasi, jika tali terkena kontaminasi, maka tali memiliki indikasi untuk rusak secara perlahan.
-diameter, tali dengan diameter tidak seimbang dan tidak wajat, maka tali melangkah pada
kerusakan.
-mengembangnya isi tali, jika tali putih pada tali terlihat karena menonjol.


Identifikasi.
Sistem pengidentifikasian untuk penghentian penggunaan tali di lihat dari catatan yang ada pada
rope history card.


Tingkat kekuatan dan keamanan besaran beban untuk tali.
Berikut tingkatan tali (khusus untuk tali sintetic fibre rescue), mengenai kekuatan dan keamanan
tingkat beban berdasarkan standart Australia.




Mengemas/meringkas tali

Mengemas tali agar ringkas dan mudah dibawa adalah salah satu dasar dalam vertical
rescue. Berikut beberapa teknik pengemasan yang dapat diketahui:

-colling/cara biasa, tali dengan panjang 50meter dapat digulung dengan sangat cepat dan diakhiri
dengan sebuah ikatan.

-hanking/ menggulung, ini efektif untuk tali dengan panjang 50 meter atau dengan panjang sedang
dapat lebih efektif untuk penggunaan double rope. Kumpulkan tali diawali dengan dua meter atau
panjang lengan penuh anda. Selanjutnya anda dapat melanjutkan dua meter dua meter selanjutnya.


-chaining/rantaian, ini merupakan teknik untuk memperlakukan tali tanpa mempertimbangkan
panjang tertentu. Membuat tali lebih ringkas untuk tujuan pengemasan tali. Chaining biasa di
lakukan untuk pencucian tali pada mesin cuci ataupun untuk operasional pengemasan. Chaining
dapat dilakukan terhadap tali single ataupun double, dan dilakukan pengulangan dengan cara yang
sama.


-stuff sack , ini merupakan metode yang digunakan untuk penyimpanan dan pengangkutan untuk
semua tali, tetapi khusus untuk tali dengan ukuran panjang. Dengan memasukkan tali kedalam
kantung sederhana atau pengemasan dengan cara diikat untuk memudahkan pengangkutan ke
suatu tempat.


Pengangkutan tali.

Kantung tali akan lebih efektif jika kantung dengan besar pas dengan tali. Pengangkutan tali dengan
Tehnik pengikatan hanked maupun colling dapat dilihat pada gambar berikut. Chained rope dapat
diangkut dengan kantung atau di letakkan pada bahu.



Tali pengikat

Kernmantel dengan diameter kurang dari 9mm biasa digunakan sebagai tali pengikat dan hal ini
umum digunakan dalam penggunaan konstruksi tali static. Ikatan yang kuat akan mempengaruhi
kekuatan sistem yang dibuat.

Bagaimanapun urutan perkiraan kekuatan tali biasanya dilihat dari ukuran seperti berikut:

-Diameter 6 mm, kekuatan 700-750kg
-Diameter 7 mm, kekuatan 1000-1200kg
-Diameter 8mm, kekuatan 1200-1500kg

Data di atas merupakan pengikatan yang digunakan dalam vertical rescue yang digunakan seperti
pada tali prusik, tali pengaman belay, kunci edge roller ataupun pada mat guy line/pengesat kaki.


Perlindungan
Penyebab kerusakan tali, penaggulangan dan perlindungannya:

Tubrukan, terjadi karena kejatuhan batu tepat pada tali, khusus untuk beban yang berlebih, hal ini
dapat menyebabkan kerusakan yang serius. Hal yang perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh
untuk melindungi tali anda dari serangan seperti ini. jika terjadi kerusakan perbaiki atau pensiunkan
tali anda, hal pertama yang dapat anda lakukan adalah memeriksanya dengan teliti.

Benda kasar/tajam, dalam berbagai kasus, hal seperti ini menyebabkan tali anda lecet, hal ini terjadi
karena kurangnya kehati-hatian dalam menggunakan tali. Pencegahan dapat dilakukan dengan
memberi pelindung pada sudut yang tajam dan gunakanlah peralatan ascent yang pas dengan
diameter tali anda.

Barang-barang dari besi, semua peralatan yang terbuat dari besi dapat mengancam tali anda,
managemen sistem dan managemen tali yang salah akan dapat membuat tali anda bekerja lebih
keras. Lakukan pengecekan pada seluruh sistem dan manajemen tali dengan seksama, setiap suara
yang timbul dengan tidak wajar merupakan ancaman, dan segera lakukan perbaikan.

2
Bantu Share
VERTICAL RESCUE DASAR

Vertical Rescue adalah usaha pertolongan yang dilakukan pada medan-medan vertikal. Usaha pertolongan ini
sebenarnya memerlukan keterlibatan beberapa pihak/ aspek. Aspek medis, komunikasi, teknik dan masih
banyak lagi. Pada kesempatan ini kita hanya membahas masalah teknik, yaitu masalah evakuasi pada medan-
medan vertikal. Pada proses pertolongan ini ada beberapa hal yang harus selalu kita ingat :
a Safety Procedure
Safety procedure adalah prosedur untuk keselamatan korban maupun penolong sendiri
selama proses evakuasi, biasanya merupakan perhitungan jumlah pengaman yang terpasang.
b.Prinsip pemindahan beban
Prinsip pemindahan beban adalah berbagai kondisi dan cara yang harus dilakukan untuk memindahkan
beban baik dari suatu lintasan tali ke lintasan yang lain maupun pemindahan beban korban ke penolong. Untuk
dapat melakukan hal di atas kita harus terlebih dahulu mengetahui peralatan yang kita pakai, baik jenis, fungsi,
maupun prinsip kerja dari peralatan tersebut.
c.Kasus beban
Kasus yang paling besar ditemui pada suatu operasi vertical rescue adalah beban, terutama pada
saat evakuasi korban ke atas (lifting). Dengan beberapa sistem yang ada kita bisa mengurangi beban selama
proses evakuasi.
d. Instalasi yang dibuat baru selalu memperhitungkan arah gaya yang ada atau yang harus diciptakan.
Arah gaya yang dimaksudkan adalah berhubungan dengan bentuk instalasi yang dirancang, hal ini digunakan
untuk memperhitungkan gaya yang harus diciptakan untuk mengangkat korban ke atas, dan berhubungan
dengan kekuatan tambatan serta peralatan.

Peralatan Vertical Rescue
Dalam sebuah instalasi vertical rescue ada beberapa peralatan tambahan yang digunakan. Peralatan ini dipakai
untuk tujuan dan kondisi yang berbeda. Peralatan tersebut berupa :
a. Pulley
Alat ini berupa sebuah katrol (kerekan), dan mempunyai fungsi sebagai :
1. Pembelok arah lintasan yang bergerak, yaitu untuk Human Deviation dan Adjustable
Pulley Rig .
2. Tambatan atau tempat menggantungkan korban/ penelusur ketika melewati lintasan
horisontal
3. Membelokkan arah gaya dan untuk memaksimalkan gaya yang diciptakan.
4. Meringankan beban yang ditarik.
Ada beberapa macam pulley yang biasa digunakan :
1. Ultra Legere Pulley
Pulley jenis ini hanya berupa roda, tanpa as penyangga. Pemakaian pulley ini harus dengan menggunakan hart
atau oval carabiner. Digunakan untuk kedaan darurat saja, seperti transfer barang, adjustable pulley rig.
2. Oscillante Pulley
Pulley jenis ini sangat ringan, mempunyai dua sisi pengapit (pipi) yang bisa bergerak, dipakai dengan oval
carabiner. Digunakan untuk menarik beban yang tidak terlalu berat. Biasa digunakan untuk membelokkan arah
tali pada Z-rig system, adjustable pulley rig maupun membuat human deviation.
3. Tandem Pulley
Jenis ini mempunyai sisi yang tidak bisa bergerak. Berbentuk seperti penggabungan dua buah fixe pulley. Pulley
ini digunakan untuk pengurangan beban yang ditarik, dan paling ideal digunakan untuk tyrolean karena akan
memperkecil sudut diantara dua sisi tali yang mendapat gaya, dan memperkecil friksi antara roda dengan tali.
4. Fixe Pulley
Pulley dengan kedua sisinya tidak bisa bergerak, dipasang dengan menggunakan oval carabiner. Biasa
digunakan untuk membuat perangkat hauling, tambatan korban/ penelusur pada tyrolean, maupun untuk
model instalasi rescue yang lain.
5. Rescue Pulley.
Mempunyai dua sisi yang bisa bergerak, dengan lobang untuk penambatan carabiner lebih lebar dan berbentuk
segitiga sama sisi, dirancang untuk dapat dipasang tiga carabiner. Jenis ini paling kuat untuk proses penarikan
beban yang berat, dan variasi instalasi rescue yang lain.

Kita harus tahu prinsip kerja dari pulley, walau berupa roda yang bergerak, tapi tetap mempunyai friksi (fs).
Sebagai contoh ketika ada benda dengan berat (P) 80 kg kita bisa mengangkatnya langsung dengan gaya F=P,
tetapi dengan menggunakan pulley yaitu membelokkan arah tali (seperti menimba) kita memerlukan gaya
sebesar F = P + fs .
Agar kita dapat mengangkat beban dan hanya memerlukan setengah atau bahkan kurang dari gaya
normalnya (Fx=0.5 Fn) kita perlu untuk membuat sebuah instalasi khusus.
Disamping hal tersebut diatas masing-masing pulley juga mempunyai Working Load dan BreakingLoad.
Working Load yaitu beban maksimal atau gaya maksimal yang bisa diterima pulley agar bisa bekerja normal,
sedang breaking load yaitu beban maksimal yang menyebabkan pulley tersebut rusak/ patah.
1. Ascender
Dalam SRT alat ini digunakan sebagai alat untuk memanjat tali. Dalam instalasi vertical rescue alat ini berguna
sebagai pengunci tali (hauling), penarik beban dan ascending belayer.
2. Descender
Dalam SRT alat ini digunakan sebagai alat untuk menuruni tali (descending). Dalam instalasi vertical rescuealat
ini digunakan dalam instalasi lowering, maupn descending belay.
3. Roll Module
Dalam suatu pembuatan lintasan/ instalasi rescue kita juga harus selalu memperhatikan keamanan alat, salah
satunya adalah tali. Untuk menghindari gesekan tali dengan tebing dalam penelusuran goa kita biasa
menggunakan padding, ataupun memasang variasi anchor (intermediete, deviation).

Dalam instalasi rescue kita friksi bisa kita hilangkan dengan variasi anchor. Di sini pemakaian padding tidak
bisa selalu digunakan, karena sebagian tali yang harus dilindungi adalah tali yang bergerak. Dalam kasus
seperti ini kita bisa menggunakan Roll Module, alat ini berfungsi sebagai pelindung, mengarahkan tali,
maupun landasan untuk tali yang bergerak. Alat ini berupa berbentuk seperti kotak yang didalamnya ada roller
(tabung berputar).

e. Peralatan Rigging
Hampir semua peralatan rigging digunakan untuk pembuatan lintasan vertical rescue. Yang perlu diperhatikan
dan perlu pertimbangan adalah perhitungan kekuatan, baik tambatan maupun peralatan yang digunakan.
Dalam hal ini diperlukan kekuatan ekstra, karena dalam kondisi tertentu ada hal-hal yang memungkinkan
lintasan yang dipakai harus mendapat beban yang lebih besar. Dalam lintasan rescue anchor deviasi
menggunakan pulleykarena tali yang ditarik keluar dari arah titik friksi, bergerak ketika ditarik/ diulur.

II. Instalasi Vertical Rescue

Lintasan rescue yang dibuat harus bisa menyesuaikan berbagai bentuk medan yang ada, baik pada medan
vertikal, maupun horisontal. Dalam membuat lintasan rescue kita harus bisa menentukan instalasi apa yang
akan kita pergunakan. Instalasi ini juga bisa berarti gerakan dasar pada sebuah lintasan vertical rescue. Pada
dasarnya ada tiga macam instalasi yang biasa di gunakan :
Instalasi Hauling
Hauling adalah sebuah instalasi yang digunakan untuk menarik korban kearah tertentu, baik mendekati
ataupun menjauhi hauling anchor. Instalasi ini biasanya terdiri atas serangkaian
alat berupa pulley (fixe),ascender (basic/ hand jammer), dan oval carabiner. Pulley berfungsi sebagai
pembelok arah tali dan tempat bergeraknya tali, ascender berfungsi sebagai pengunci gerakan tali.
Prinsip kerjanya adalah saat tali ditarik, maka tali yang dibelokkan pada pulley akan bergerak, dan agar tali
tidak bergerak ke arah yang berlawanan maka digunakan ascender sebagai pengunci.
Instalasi Lowering
Lowering adalah instalasi yang digunakan untuk mengulur korban kearah tertentu, dengan gerakan
menjauhi maupun mendekati lowering anchor. Peralatan yang digunakan adalah descender
(bobbin, auto stop, figure of eight dll). Pemilihan jenis descender tergantung dari beban yang akan
diterima descender. Untuk beban yang besar pilih jenis descender dengan friksi yang lebih besar.

C. Instalasi Belaying
Adalah sebuah instalasi yang digunakan untuk melakukan atau memberikan back up atau pengamanan
yang berlebih. Instalasi belaying bisa bekerja dan memakai instalasi hauling maupun lowering. Perbedaannya
adalah bahwa instalasi ini tidak mendapat beban langsung. Karena berfungsi sebagai back up/ cadangan,
instalasi ini lebih baik menggunakan tali dinamik.

Diposkan oleh Korps Sukarela (Markas: Gedung PKM Lantai 1, Jln. Lontar No. 1 Sidodadi Timur, Kota Semarang) tlp.085 876 700
807 di19.34
Reaksi:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
http://ksrikippgri.blogspot.com/2012/06/vertical-rescue-dasar.html
Teknik Evakuasi Dalam Vertical Rescue
Ada 3 teknik Evakuasi yang dilakukan dalam Vertical Rescue yaitu :

1. Hauling
Hauling adalah teknik Vertical Rescue Evacuation yang dilakukan dengan cara memindahkan
Obyek atau korban dari posisinya ke titik atau tempat yang lebih tinggi. Proses pemindahan
ini dilakukan dengan menggunakan System (dikenal dengan nama HAULING
SYSTEM) sebagai upaya untuk mengurangi berat obyek/korban saat dilakukan penarikkan ke
atas. Obyek/korban dapat dinaikkan dengan atau tanpa menggunakan Stretcher (tandu).


2. Lowering
Lowering adalah kebalikan dari Hauling. Teknik ini dilakukan dengan cara menurunkan
Obyek/Korban ke titik/tempat yang lebih rendah di bawahnya. sama seperti Hauling, dalam
teknik Lowering Obyek/korban dapat diturunkan dengan atau tanpa menggunakan Stretcher
(tandu).

3. Suspension
Suspension adalah teknik pemindahan Obyek/Korban dengan cara diseberangkan baik ke
titik/tempat yang lebih tinggi, sejajar, maupun lebih rendah dari posisi obyek/korban berada.
Teknik ini merupakan alternatif terakhir mengingat penggunaan teknik ini akan memakan
waktu cukup lama dan peralatan yang digunakan juga relatif lebih kompleks.

D. Prnsip Dasar Penggunaan Tandu Dalam Vertical Rescue
Prinsip-prinsip berikut ini harus diamati di semua tandu penyelamatan vertikal operasi:
a. Pendekatan korban yang harus selalu dilakukan dengan hati-hati, hal ini di satu sisi untuk
menghindari berisiko menyebabkan cedera lebih lanjut.
b. Penyelamatan menggunakan tandu harus dilakukan dengan menggunakan lifting / sistem
menurunkan. Penyelamatan dengan metode abseil dari tandu tidak dianjurkan.
c. Sebisa mungkin, korban harus dilindungi dengan helm dan beberapa bentuk perlindungan
mata.
d. Seorang penyelamat harus mengawal tandu. Orang ini harus dilengkapi sistem pada
pendakian rig saat menambatkan tali membentuk bagian dari sistem tali tandu.
e. Semua komponen dari sistem penyelamatan harus lengkap dengan memperhatikan beban
yang harus dipertahankan.


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook
http://tbmjanarduta.blogspot.com/2013/10/vertical-rescue-its-vertical-and-
its.htmlVertical Rescue : Kebutuhan Ditengah Kebuntuan
Berawal dari salah satu program di MetroTV yang membahas tentang Vertical Rescue Indonesia
pada hari Selasa, 12 November 2013 pukul 22:05 WIB (tapi, saya lupa menyaksikannya malam itu),
dari sana saya tahu ternyata di Indonesia bukan hanya SAR atau WANADRI yang terlibat dalam
penyelamatan jika ada kecelakaan di gunung, tapi adapula Vertical Rescue Indonesia. Dari namanya,
kita sudah dapat mengerti bahwa mereka melakukan penyelamatan pada medan yang vertikal dan
sudah pasti hal itu sangat membutuhkan keahlian dan ketelitian khusus.


Vertical Rescue adalah bagian dari operasi SAR dengan Teknik Evakuasi (memindahkan ke lokasi yang
lebih aman) objek (baik barang maupun manusia/korban) dari titik rendak ke titik yang lebih tinggi
atau sebaliknya, pada medan yang curam/terjal baik kering maupun basah. Vertical Rescue
Indonesia terbentuk dari komunitas pelaku aktivitas Panjat Tebing dan para Penelusur Gua.

Dalam Vertical Rescue, materi yang harus dipelajari adalah sebagai berikut :

Teknik Penjangkauan Korban
Ada 3 teknik dalam penjangkauan korban disini, yaitu :
1. Leading (Perintisan)
Teknik penjangkauan korban/objek dengan cara pemanjatan perintisan dari titik di bawah
posisi objek/korban berada. Teknik ini dilakukan oleh Leader dengan memasang pengaman
pada titik-titik tertentu.
2. Traversing (Perintisan Menyamping)
Teknik penjangkauan korban/objek yang dilakukan dengan cara menyamping, dimana tim
evakuasi berada dalam titik sejajar dengan posisi objek/korban berada. Tekniknya hampir
sama dengan Leading.
3. Abseiling (Rapeling/Descending)
Teknik penjangkauan jika posisi objek/korban berada di bawah posisi tim evakuasi. Misalnya,
jika korban/objek berada dalam jurang, lubang, atau lain sebagainya.

Teknik Evakuasi Dalam Vertical Rescue :
1. Hauling
Teknik Vertical Rescue Evacuation yang dilakukan dengan cara memindahkan objek/korban
dari posisinya ke titik/tempat yang lebih tingi. Proses pemindahan ini dilakukan dengan
menggunakan System (Hauling System) sebagai upaya untuk mengurangi berat
objek/korban saat dilakukan penarikan ke atas. Objek/korban dapat dinaikkan dengan atau
tanpa menggunakan Stretcher (tandu).
2. Lowering
Kebalikan dari Hauling, dimana teknik ini dilakukan dengan cara menurunkan korban/objek
ke titik/tempat yang lebih rendah. Objek/korban dapat ditunkan dengan atau tanpa
menggunakan Stretcher (tandu).
3. Suspension
Teknik pemindahan objek/korban dengan cara diseberangkan baik ke titik/tempat uang
lebih tinggi, sejajar, maupun lebih rendah dari posisi objek/korban berada. Teknik ini
merupakan alternatif terakhir, karena teknik ini akan memakan waktu cukup lama.
Peralatan Spesifik Dalam Vertical Rescue


Dead Man, Dead Boy, Ice Picket, Bollard


Tripod


Pulley


Quick Release


Rotary Hammer Drill


Stretcher


Swivel
Semua pembahasan tentang Vertical Rescue Indonesia bisa dilihat di http://www.indonesia-
climbing-expedition.org
Sumber :
http://www.indonesia-climbing-expedition.org/daily_news/vertical-rescue-3
Water Rescue
Kegawatdaruratan air merupakan salah satu penyebab kamatian dalam konteks kecelakaan atau
bencana alam. Sebagai contoh tenggelamnya kapal, banyak korban akibat kecelakaan tersebut.
Bencana:peristiwa yang disebabkan oleh alam atau ulah manusia secara tiba-tiba atau perlahan-
lahan sehingga menyebabkan hilangnya jiwa manusia, harta benda, dan kerusakan lingkungan
kejadian ini diluar kemampuan manusia dan sumberdayanya
Banjir, bencana alam yang diakibatkan meluapnya air sungai diakibatkan curah hujan yang tinggi
sehingga volume air yang masuk ke sungai meluap dan merendam lingkungan sekitarnya dan
diperparah oleh rusaknya lingkungan,
Banjir bandang, bencana alam yang diakibatkan meluapna air sungai diakibatkan curah hujan
yang tinggi sehingga volume air yang masuk ke sungai meluap dan merendam lingkungan dengan
disertai ikutnya material-material seperti kaya besar dan bongkahan batu.
Water rescue merupakan suatu teknik pertolongan/evakuasi yang dilakukan di air. Atau suatu
tindakan penyelamatan secara efektif dan efisien, jiwa manusia dan segala sesuatu yang berharga
yang berada dalam keadaan mengkhawatirkan di air.
Kemampuan Seorang Water Rescue
1. Perhitungan/pertimbangan; kemampuan penolong untuk memilih dan menentukan
kemampuan dan keterampilan yang dimiliki, serta metode yang harus dilakukan. Penolong
akan mudah memilih prosedur pertolongan yang paling cepat dengan resiko yang kecil
2. Pengetahuan; banyak bahaya di air, pengetahuan ini sangat perlu karena dapat
diterapkansetiap langkah usaha pertolongan
3. Keahlian; harus mempunyai keahlian pada semua aspek pertolongan
4. Kesiapan fisik; kesiapan fisik juga harus benar-benar siap karena si penolong juga bisa
kena bahaya
Perlengkapan dalam water rescue
Perahu; harus tahan dari benturan dan abrasi serta mudah dikendalikan
Pompa; berfungsi untuk memasukan udara kedalam perahu
Repair kit; terdiri dari lem, benag, nylon, jarum jahit, dan bahan penambal
Tali penyelamat; berfungsi untuk menolong anggota tim yang terjatuh ke sungai dan dapat
berguna juga dalam linning saat scouting. Tali terbuat dari bahan nylon dengan warna mencolok
agar mudah terlihar, dam mempunyai daya apung tinggi
Kamtung kedp air; kantong ini berfungsi untuk menyimpan kamera, obat-obatan, makanan, dan
benda-benda lain agar tidak basah,
Carabiner; berguna untuk menghubungkan satu alat dengan alat lainya
Dayung;berguna dalam manuver, mengatur gerakan perahu dan menambah serta mengurangi
keceparan perahu
Helm
Jaket/pelampung; untuk mengapungkan tubuh dan melindungi bagian tubuh penting dari benturan
keras
P3K; obat-obatan dan perlengkapan perawatan harus disesuaikan dengan medan
Peluit; sebagai alat komunikasi, dengan menggunakan kode
Rescue sled inflatable rescue litter; untuk mengevakuasi korban
Flotation collar; alat tambahan yang digunakan untuk evakuasi korban dengan basket stretcher
agar dapat mengapung
Ring buoy; alat yang digunakan untuk penyelamatan korban tenggelam yang penggunaannya
dengan cara dilemparkan kearah korban
Peralatan selam
Sea view underwater viewer; alat untuk melihat keadaan bawah air
Personal Flotation Device (PFD)
Adalah jaket pelampung yang merupakan perlengkapan utama yang harus digunakan oleh
penolong di air. Ada dua tipe PFD, yaitu:
Pelampung udara; memiliki daya apung tinggi namun tidak tahan benturan
Pelampung padat; tahan benturan namun bila lama terendam air daya apungnya berkurang.
Jenis-jenis perahu
Perahu karet; perahu yang terbentuk dari tabung udara terbuat dari karet. Dalm tabung terdapat
sekat-sekatyang berbentuk sel, sehingga bila ada bagian yang bocor bagian yang lain tidak ikut
bocor. Jenis ini dibagi menjadi dua tipe: LCR yang mempunyai bentuk seperti tapak kuda dan river
boat yang dapat digunkan pada arus deras,
Perahu lesung; contohnya kayak dan kano
Dorry (sampan); perahu berbentuk lancip, terbuka dan lebih besar dari kano
Cataraft; perahu yang terbuat dari lebih dari satu tabung karet berisi udara, disatukan dengan
frame kayu dan aluminium
Inflatable; perahu rakit yang dapat di pompa, dapat digunakan dengan tenaga manusia atau
dengan tenaga mesin, digunakan untuk perairan laut atau danau.
Kegawatdaruratan di Air
Kondisi-kondisi Hipotermia
1 Cedera dingin dapat terlokalisasi di daerah perifer atau lebih dikenal dengan frostbite
2 Sengatan dingin
a Gejalanya meliputi kebas, kesemutan, nyeri, dan rasa terbakar yang sangat nyata ketika
dihangatkan kembali
b Pada pemeriksaan fisik ditemukan perubahan warna yang akhirnya timbul lepuh pada kasus
yang berat
c Terapinya berupa penghangatan secara cepat dalam bak air hangat pada suhu 40-42
o
C
d Kejadian pembekuan kembali harus dihindari
e Luka harus ditangani secara terbuka, dengan debridement awal hanya pada lepuh-lepuh yang
sudah pecah. Masase merupakan kontradiksi. Jari kaki dan tangan yang mengalami sengatan
dingin harus saling dipisahkan dengan kapas steril secara hati-hati
f Profilaksis tetanus harus diberika jika ada indikasi
3 Hipotermia
a Menggigil progresif, kehilangan control motorik halus, pikiran kacau dan koma
b Perdisposisi: hipotiroidisme, hipoglikemia, sepsis, cedera kepala dan medulla spinalis, serta
intoksikasi alcohol akut
c Komplikasi dapatberupa disritma, gangguan elektrolit, edema paru, serta vasodilatasi
paradoksal dan ssyok pada saat penghangatan
d Terapinya terdiri dari penghangatan kembali suhu inti tubuh secara terkendali
Penyakit Dekompresi
1 Penurunaan cepet tekanan atmosfer atau tekanan air dapat menimbulkan gas-gas inert
(nitrogen) menguap keluar dari larutan tubuh
2 Penurunan tekanan ambang dapat menyebabkan penyakit dekompresi
3 Kerusakan dapat terjadi pada berbagai organ
a Gelembung-gelembung nitrogen dapat terbentuk di dalam darah dan menyebabkan
penyumbatan terhadap pembuluh darah
b Nitrogen yang mengembang dari bentuk larutan menjadi gas dapat menegangkan sel cukup
besar hingga terjadi pecah sel
c Sel lemak sangat rentan terhadap kerusakan sehinga peredaran lemak berjalan tidak teratur
4 Terapinya adalah peningkatan tekanan kembali di dalam ruang hiperbarik
Cedera tenggelam atau hamper tenggelam
1 Hipoksia adalah resiko dini, dan paling besar akibat aspirasi air
a Respon terhadap aspirasi adalah laringospsme yang diikuti menelan air ke dalam lambung
b Bila air yang tertelan banyak maka akan terjadi hipoksia dan hiperkapnia yang berujung
kematian
2 Air garam bersifat hipertonik (konsentrasinya lebih tinggi)disbanding darah sehingga terjadi
pergeseran cairan yang mengganggu pertukaran gas
3 Air tawar bersifat hipotonik (konsentrasinya lebih kecil) dan cepat diserap oleh alveoli
sehingga terjadi kolaps alveolus
4 Akibat dari aspirasi air garam atau air tawar adalah gangguan oksigenasi
5 Terapi dengan memberikabn oksigen
Resiko-resiko lain
Mati lemas; akibat keapungan negative atau penyakit seperti serangan jantung, sinkope sinus
carotid
Dampak negative dalam air; perbedaan suhu yang mengejutkan (menyebabkan denyut jantung
berhenti), eksostosis pada saluran telinga (jangka panjang)
Bahaya kimia yang terlarut dalam air
Infeksi
Human eror; kecederaan dan hiperventilasi yang mengakibatkan kehilangan kesadaran
Cuaca, arus, angin kencang, dan sinar matahari
Benda-benda dalam air yang dapat berakibat tumbukan dan benturan
Ancaman dari hewan dan tumbuhan air
Teknik pembacaan riam atau arus
Main flow; aliran utama dimana arus paling cepat yang berada dipermukaan air. Arus ini aman
untuk dilalui tapi perlu diingat main flow dapat kuat akibat dari jumlah air
Gelombang tegak (standing wave), karena adanya penurunan permukaan dasar tanpa adanya
rintangan/tonjolan batu yang menyembul di permukaan
Lidah air terjadi karena dua buah rintangan berupa batu atau lubang, aman untuk dilalui
Gelombang balik (reseval); ini terjadi karena adanya penurunan di dasar air secara ekstrim. Arus
yang harus dihindari
Banjir merupakan bencana yang memiliki tingkat bahaya yang tinggi karena besarnya volume air
yan mengalir dan rintangan yang ada di dalamnya, arus air akan terjadi bila:
Turunan jalan
Air yang mengalir dari lorong-lorong dapat merubah arus air
Sampah-sampah yang hanyut
Cara masuk ke air
1 Slide in entry; digunakan jika kedalaman dan kondisi perairan tidak diketahui,
a Buat posisi seaman mungkin di tepi air dan masukan salah satu kaki
b Rasakan pijakan kaki apakah berbahaya atu tidak
c Jatuhkan badan dan tahan berat badan dengan tangan
2 Step in; dapat digunakan jika air jernih, kedalaman diketahui, dan tidak ada yang
membahayakan dalam air,
a Lihat atah tujuan air
b Melangkah hati-hati pada tepian air
c Ketika telah masuk di air, pastikan lutu dan kaki menekuk/fleksi atau menyentuh bokong
3 Compact jump; digunakan untuk mencapai kedalaman lebih dari satu meter
a Letakan kedua tangan menyilang pada dada
b Melangkah pada tepian air dengan satu kaki, dan kaki yang lain mengikuti dengan bentuk
lurus
c Tubuh vertical dan memakai pelindung
d Setelah di dalam air, pengereman dapat dilakukan dengan tangan atau kaki
4 Straddle entry; untuk masuk ke air yang dalam dari ketinggian yang rendah dan dapat
melihat korban, tidak digunakan pada ketinggian diatas satu meter atau perairan dangkal
a Ambil jarak yang cukup dari tepian
b Lakukan loncatan dengan satu kaki lurus dan lainya sedikit menekuk
c Angan lurus kesamping dan kedepan
d Pandangan lurus ke depan
e Setelah di air, tekan tangan kebawah dan kaki seperti gunting, jaga agar kepala tetap diatas
5 Shallow dive; diguakan pada air jernih, keadaan dibawah air dapat dilihat dan kedalamannya
diketahui
a Berdiri di tepian lihat kebawah dan ke depan untuk menentukan lompatan
b Tekukan lutut dan gunakan tangan untuk membantu mrnambah momentum ke depan
c Lakukan lompatan sejauh mungkin ke air
d Masuk dengan hamper horizontal dengan permuaan air
e Kaki dan tangan di luruskan
f Jaga kepala diantara kedua tangan dan mata melihat ke air
g Mulailah berenang dengan menaikan kepala ke permukaan
Penanganan/tindakan trehadap korban
1 Korban panik
2 Korban tidak bisa berenang
Keadaan korban:
a Gerakan tidak teratur, vertical dengan permukaan air
b Pandangan tidak tertuju pada daratan
c Konsentrasi tertuju agar bisa nafas
d Ekspresi wajah panic, mata terbuka lebar
e Tidak mengikuti perintah
Penyelamatan:
a Kemungkinan membahayakan penolong
b Tidak kooperatif
c Penolong harus berpengalaman
d Tetap beri semangat
3 Korban kelelahan (perenang kelelahan)
Keadaan korban:
a Posisi membentuk sudut dengan permukaan air
b Pandangan melihat kearah daratan
c Kepala timbul tenggelam
d Gerakan tangan dan tungkai masih bisa berenang
e Ekspresi wajah cemas
Penyelamatan:
a Masih kooperatif
b Didampingi tanpa terjadi kontak dengan korban, beri semangat
4 Korban terluka
Keadaan korban:
a Posisi memegang bagian yang cidera
b ekspresi wajah cemas, panic, mengeluh sakit
Penyelamatan:
a Bawa ke tepi sambil memperhatikan cidera korban
b Beri perawatan dan penanganan segera
5 Korban pasif
Keadaan korban:
a Posisi tengkurap,
b Posisi korban bisa dimanapun,
c tidak kooperatif,
d korban bisa jadi aktif bila diberi rangsangan
Penyelamatan:
a Beri rangsangan baik suara ataupun sentuhan.
b Bawa korban ke tepi sambil memperhatikan ABC-nya
Prioritas:
Keselamatan penolong adalah yang utama
Hindari kontak dengan korban, gunakan alat bantu untuk menambah jangkauan, selalu
jaga jarak dengan korban
Kontak dengan korban merupakan pilihan terakhir jika tidak ada alternative lain
Penolong wajib memakai pelampung
Prioritas penyelamatan berdasarkan resiko terhadap keselamatan penolong
Hal yang perlu diperhatikan, bila memutuskan untuk melakukan penyebrangan:
Perhatikan keadaan tempat penyebrangan sebanyak meungkin sebelum melakukan penyebrangan
Jangan mencoba kuatnya arus anpa pengalaman dari tepi sungai
Jangan membelakangi arus
Pastikan kaki yang melangkah lebih dulu mendapati pijakan yang baik sebelum kaki yang satunya
menginjak
Pada sungai berarus deras dan dalam, sangat menolong jika pinggang membentuk sudut
45
o
dengan arah arus
Jangan menyebrang dengan cara melompat dari satu batu ke batu yang lain karena resiko
tergelincir sangat besar
Ransel ditempatkan setinggi-tingginya di punggung
Jangan melepas sepatu, sekalipun menyebrang sungai kecil
Hati-hati dalam penyebrangan
Self Rescue
Teknik Rescue sangat sulit dan kompleks. Ini memerlukan banyak latihan, banyak
belajar dan mencoba banyak Teknik Rescue. Mahir melakukan teknik rescue pada saat
latihan bukan menjadi jaminan anda akan mampu melakukan rascue pada kondisi
yang sebenarnya. Factor mental sangat berpengaruh. Persiapkanlah diri anda
mengahadapi kondisi ini. Perbanyaklah teknik rescue yang anda miliki dan rajinlah
berlatih dengan mengulang ulang teknik yang anda telah kuasai.


Self Rescue
Pada dasarnya seseorang yang mulai memasuki gua gua vertical tanpa mengetahui
teknik rescue bisa dikatakan orang itu adalah caver yang tidak bertanggung
jawab. Bekali juga diri anda dengan pengetahuan medical practice karena juga akan
sangat berguna. Terutama bagaimana mengenali kondisi korban dan cara pemberian
pertolongan pertama. Sebelum melakukan tindakan, buatlahlah keputusan tentang
teknik apa yang akan anda gunakan.
dibawah ini ada beberapa kemungkinan tindakan atau teknik bisa anda lakukan antara
lain :

MENDEKATI KORBAN
langkah inilah yang pertama harus dilakukan. Untuk kondisi korban yang tergantung di
tali kita harus melakukan Rappelling untuk mendekati korban. Ini akan mudah apabila
ada tali cadangan yang tersedia. Tetapi kalau tidak anda terpaksa harus menggunakan
tali yang digunakan korban. Dengan kondisi tali yang tegang tentunya akan susah untuk
meniti tali. Teknik yang lebih mudah adalah turun dengan memanfaatkan peralatan
untuk naik dengan cara menggeser kebawah secara bergantian Jammer dan
Croll. Kelemahan teknik ini adalah lambat dalam meniti tali kebawah.

Teknik lain yang bisa lebih cepat yaitu Rappelling tali tegang dengan menggunakan
simple atau autostop dengan cara tertentu. Yaitu tali dimasukkan kedalam Descender
tidak melewati dua bulatan kumparan Descender (seperti pemasangan normal)
melainkan dimasukkan diantara sela dua bulatan. Teknik yang menggunakan simple
dimana lubang cantolan carabiner pada simple dipasang dua carabiner tidak bisa
dilakukan untuk simple yang buatan sekarang karena lubangnya kecil hanya bisa masuk
satu carabiner (Untuk Simple jenis ini ikuti teknik menggunakan Auto Stop).
Lihat gambar dibawah ini :


MELEPASKAN KORBAN DARI TALI DAN MEMBAWA TURUN
Ada beberapa macam teknik mengenai hal ini. Yaitu :

METODE FOOT LOOP DAN CROLL
caranya :
1. Bergeraklah ke posisi korban
2. Cantolkan Cowstail Pendek ke bagian bawah Maillon Rapide (MR) korban
sebagai pengaman.
3. Lepaskan Ascender penolong dari tali .
4. Lepaskan Footloop dan Carabinernya dari Jammer lalu masukkan bagian
tengah Footloop ke Carabiner Jammer korban, lalu Carabiner Footloop
dicantolkan pada lubang atas Croll dan bagian sisi Footloop dekat Loop
dimasukkan kedalam Croll penolong. Sisakan jarak antara Carabiner Footloop
dengan Carabiner Jammer korban sepanjang 10 cm.
5. Injak Footloop korban, berdiri sambil menarik Footloop untuk menaikkan
posisi Croll lebih keatas hingga pada posisi yang diinginkan
6. Dorong pantat korban keatas. Dorongan tangan akan membantu Footloop
menarik korban keatas hingga Croll korban mulai tidak terbebani. Pasang
Descender, kencangkan talinya, lalu kunci.
7. Lepaskan Croll korban dan buka kunci descender. Kemudian kencangkan
descender lalu kunci kembali . Injak footloop korban, berdiri sambil
melepaskan Croll penolong, Footloop dari Carabiner Jammer korban dan Croll
korban.
8. Setelah itu pasang dua carabiner dikaitkan ke maillon rapide penolong
dan maillon rapide korban yang fungsinya sebagai tempat menggantung
penolong dari korban.
9. Lepaskan Jammer, lepaskan kunci Descender lalu bawa korban turun.




METODE COUNTERWEIGHT DENGAN COWSTAIL PANJANG
Caranya yaitu :
1. Mendekatlah keposisi korban.
2. Cantolkan Carabiner ke bagian bawah Maillon Rapide korban
3. Lepaskan Jammer penolong dari tali, lalu lepaskan Cowstail Panjang dari
Jammer.
4. Pasang Carabiner Cowstail Panjang pada lubang bagian atas Croll. Berdiri
dengan menggunakan Footloop korban lalu kaitkan bagian tengah Cowstail
panjang ke Carabiner Jammer korban. Sisakan jarak 10 cm antara carabiner
cowstail dengan carabiner jammer.
5. Lepaskan Croll penolong. Selanjutnya beban penolong bepindah ke
cowstail panjang.
6. Dorong pantat korban keatas, dorongan tangan akan membantu tarikan
Cowstail Panjang menarik korban keatas, hingga Croll korban kendur atau tidak
terbebani.
7. Pasang Descender lalu kunci. Lepaskan Croll korban. Buka kunci
Descender kencangkan talinya lalu kunci kembali.
8. Berdiri dengan menginjak Foot Loop korban, lepaskan Carabiner Cowstail
panjang dari lubang bagian atas Croll korban, lepaskan bagian tangah Cowstail
panjang dari Carabiner Jammer Korban.
9. Pasang dua buah Carabiner lalu kaitkan ke Maillon Rapide penolong
kemudian kaitkan lagi ke Maillon Rapide korban (berfungsi tempat menggantung
penolong dari korban).
10. Lepaskan Jammer, lalu bawa turun korban.




MEMOTONG TALI
caranya yaitu :
1. Mendekatlah keposisi korban lalu cantolkan Cowstail pendek penolong ke
Maillon Rapide korban.
2. Lepaskan Cowstail panjang korban dari Jammer. Biarkan Footloop korban
tetap pada tempatnya.
3. Jika penolong bergerak dari bawah sebaiknya membawa ujung tali
keatas pada saat naik dan ujung tali tersebut yang di cantolkan ke jammer
setelah dibuat simpul delapan. Tetapi jika penolong bergerak dari atas
kebawah pada saat mendekati korban buatlah loop sekitar dua meter lalu buat
simpul delapan dan cantolkan ke carabiner jammer.
4. Perhatikan jarak antara Jammer dan Croll korban, yaitu minimal 30 cm.
5. Pasanglah Descender pada tali yang baru terpasang tadi lalu dikunci.
6. Doronglah Descender korban keatas apabila akan mengencangkan tali
antara Jammer dan Descender.
7. Pasang kembali Jammer penolong untuk mendapatkan posisi yang sejajar
dengan korban. hal ini dilakukan untuk memudahkan kita memotong tali.
8. Ambil pisau dan potonglah tali tepat diatas Croll korban.
9. Injak Foot Loop korban untuk melepaskan Jammer penolong.
10. Pasang dua Carabiner lalu kaitkan ke Maillon Rapide penolong dan
Maillon Rapide korban yang fungsinya sebagai tempat menggantung penolong
dari korban.
11. Beban akan berpindah ke descender korban. Selanjutnya penolong
melepaskan kunci descender lalu membawa korban kebawah.




MEMBAWA TURUN KORBAN MELEWATI INTERMEDIETE
Caranya :
1. Turunlah dengan membawa korban dan berhenti ketika Descender
sejajar dengan Anchor, lalu kuncilah Descender.
2. Pasang satu lagi Descender kemaillon rapide korban bersebelahan
dengan descender yang pertama. Ambil tali yang dibawah anchor pasang ke
descender yang kedua lalu kunci.
3. Lepaskan kunci descender yang pertama, ulurkan talinya hingga beban
berpindah ke descender yang kedua. Lepaskan tali dari descender yang pertama
dan turunlah dengan descender kedua.



MELEWATI SAMBUNGAN TALI
Caranya :
1. Berhenti dua meter diatas simpul dan kunci Descender. Buat Simpul
Delapan dekat simpul sambungan tali lalu loopnya masukkan ke Carabiner
Jammer.
2. Pasang Jammer yang telah disambungkan dengan Loop simpul tadi ke tali
diatas Descender.
3. Ambil Descender yang kedua lalu pasang ke Maillon Rapide korban
bersebelahan dengan Descender yang pertama. Pasang Descender kedua ketali
dibawah simpul yang tercantol pada Jammer dan kunci.
4. Dorong Jammer keatas untuk mengencangkan tali antara Descender
dengan Jammer.
5. Lepaskan kunci Descender yang pertama, kendurkan talinya sampai
beban berpindah ke descender yang kedua.
6. buka kunci descender pertama dan lepaskan dari tali. Buka kunci
descender kedua dan rappelling dengan membawa korban kebawah.



By Indra Wahyudi
http://mapala-gms-artikel.blogspot.com/2012/03/self-rescue.html
DIKLATSAR GUNUNG HUTAN MAKASSAR RESCUE part
II

Menjadi Anggota SAR, Perlu Pelatihan Dasar
Pengetahuan dan keahlian dasar Search and Rescue (SAR) mutlak harus dimiliki oleh setiap
Calon Anggota Muda Makassar Rescue. Sebab, nantinya pengetahuan dan keahlian ini sangat
diperlukan saat mereka melaksanakan tugas-tugas SAR yang sesungguhnya.
Bagi para CAM SAR MARSC, pengetahuan dan keahlian dasar SAR diberikan melalui kegiatan
Pendidikan dan Pelatihan Dasar Search and Rescue Angkatan Muda. Kegiatan pelatihan ini
dilaksanakan di basecamp SAR MARSC (materi indoor/karantina) dan Kab. Maros
(outdoor/aplikasi hutan dan tebing), mulai tanggal 05 juli hingga 21 Juli 2013. Pelatihan Dasar
ini diikuti oleh 7 orang peserta yang berasal dari kalangan pengiat alam bebas.
Selama 17 hari menjalani masa pelatihan, para peserta mendapatkan materi-materi SAR beserta
aplikasinya di lapangan. Materi tersebut, meliputi medical first responder (MFR) atau yang lebih
popular dengan istilah P3K (Pertolongan Pertama Pada Korban Kecelakaan), Explore Search and
Rescue (E-SAR), prusiking atau tali-temali, lifting and lowering, helly rapeling,helly free
jump, water rescue, vertical rescue, jungle rescue, dan survival.
Para peserta CAM SAR MARSC menjalani satu minggu pertama masa pelatihan fisik dan mental
di lapangan, Sedangkan satu minggu berikutnya, para peserta menjalani aplikasi
lapangan untuk mengaplikasikan materi navigasi darat, E-SAR,survival, dan MFR.
http://makassar-rescue.blogspot.com/2013/08/diklatsar-gunung-hutan-makassar-rescue.html
Rescue and Evacuation Equipment
Rescue & evacuation equipment merupakan peralatan pendukung penyelamatan, evakuasi,
atau pertolongan darurat. Peralatan-peralatan ini berguna untuk menghadapi bencana atau
keadaan darurat. Dengan tersedianya peralatan bantuan pendukung upaya penyelamatan ini,
keadaan darurat paling tidak sudah terantisipasi dengan cukup baik. Upaya tanggap darurat
semacam ini mutlak dilakukan oleh setiap perusahaan/ industri, bahkan personal. PT. Multi
Global Safetindo menyediakan peralatan pendukung penyelamatan, evakuasi, atau
pertolongan darurat, antara lain:
A. Escape chute
Escape chute atau peluncur penyelamat merupakan alat untuk menyelamatkan/ mengevakuasi
orang dalam keadaan darurat, misalnya kebakaran di sebuah bangunan. Escape chute berguna
untuk mengevakuasi/ menyelamatkan korban yang sedang berada di bangunan yang tinggi
atau gedung bertingkat dalam waktu sesingkat mungkin. Escape chute berbentuk vertical,
karena itu disebut juga sebagai penyelamatan vertical. Para korban yang akan dievakuasi di
bangunan atas tinggal masuk ke dalam escape chute lalu meluncur ke bawah untuk
menyelamatkan diri. Escape chut ini dapat dipergunakan kembali untuk penyelamatan atau
evakuasi lainnya.
B. Tripod rescue system
Tripod rescue system merupakan alat untuk menaikkan atau menurunkan korban dalam
upaya penyelamatan. Upaya penyelamatan dapat menggunakan tripod rescue system apabila
mengalami kesulitan akses. Misalnya jalan masuk atau akses untuk penyelamatan tidak dapat
menggunakan tangga, di situlah fungsi tripod rescue system.
Tripod rescue system ini didesain untuk mengevakuasi korban dalam kondisi menaikkan atau
menurunkan secara darurat dengan sistim pencegah jatuh. Alat ini bukan untuk digunakan
sebagai alat bekerja (menaik-turunkan pekerja), melainkan khusus untuk menaik-turunkan
korban dalam upaya penyelamatan.
C. Evac chair
Evac chair atau lengkapnya evacuation chair merupakan kursi penyelamat yang dapat
meluncur menuruni anak tangga dalam keadaan darurat. Evac chair berguna
untuk mengevakuasi orang-orang yang dalam keadaan sakit, cacat, terluka atau keterbatasan
lainnya yang tidak memungkinkannya untuk menuruni tangga dalam keadaan darurat. Evac
chair ini merupakan kursi yang ringan sehingga dapat dengan mudah meluncur dalam proses
evakuasi secara darurat. Evac chair dapat dilipat dan digantung di dinding, penggunaannya
pun cukup praktis, dan pastinya dapat menjadi solusi yang sempurna.
D. Survivor kit (atau Survival Kit)
Survival kit merupakan perlengkapan atau peralatan penting yang disimpan dalam satu kotak
atau tas yang berguna untuk bertahan hidup atau survive. Survival kit dapat digunakan di
semua jenis daerah seperti hutan, gunung, laut, dan sebagainya. Fungsi survival kit sangat
penting untuk mengantisipasi terjadinya keadaan darurat. Survival kit wajib dibawa dalam
setiap perjalanan, apalagi perjalanan yang beresiko seperti melakukan penjelajahan ke
pelosok, naik gunung, dan lain sebagainya. Dengan satu set survival kit, anda telah
melengkapi diri dengan peralatan pendukung dalam situasi darurat.
E. Helicopter crash kit
Helicopter crash kit juga merupakan alat pendukung keselamatan. Helicopter crash kit
berguna apabila terjadi pendaratan darurat. Helicopter crash kit ini berisi peralatan atau
benda-benda yang dapat mengantisipasi keadaan darurat tersebut, seperti; seperangkat
perkakas (obeng, kunci inggris, dsb.), pisau khusus, gergaji, selimut anti api, masker, dan
peralatan penting pendukung lainnya.
F. Rescue & extrication equipment: tools, knife, cutter, spreaders, lifter
Rescue & extrication equipment merupakan perangkat pendukung upaya penyelamatan yang
berisi peralatan seperti; pisau, cutter (pisau cutter), spreader (pengangkut barang), lifter
(pengangkat barang), serta peralatan pendukung lainnya. Peralatan-peralatan tersebut akan
berguna dalam proses penyelamatan, karenanya peralatan tersebut wajib dimiliki setiap
perusahaan/ industri atau juga perorangan sebagai salah satu persiapan dalam menghadapi
keadaan darurat.



Cari produk kami
Search

http://multiglobalsafetindo.co.id/produk/rescue-and-evacuation-equipment/Materi
Peralatan Dan Keselamatan
Diterbitkan Juli 4, 2008 Home , Materi 2 Comments
Tag:Artikel, Citaka, Materi
A. Peralatan
Tujuan
Setelah mempelajari hal ini, peserta diharapkan akan mampu :
1. Mengetahui semua jenis peralatan vertical rescue.
2. Mengetahui fungsi peralatan vertical recue.
3. Menggunakan peralatan vertical rescue.
4. Mendemontrasikan mengamankan diri di lingkungan vertical.

Jenis peralatan Evakuasi / vertical rescue.
1. Harness
Harness berfungsi sebagai dudukan/tambatan tubuh, atau alat yang digunakan sebagai
pendukung keselamatan saat bekerja/beraktifitas di ketinggian. Untuk itu harness yang
digunakan harus memenuhi persyaratan :
a. Nyaman saat digunakan sehingga rescuer dapat bekerja dengan leluasa.
b. Dilengkapi dengan tempat menambat/atau pengaman utama tubuh..
c. Disisi sabuk pinggang dilengkapi loop untuk tempat cantolan peralatan.
d. Mampu menahan hentakan, minimal 16 KN.
Type
Secara umum harness dibedakan berdasarkan bentuknya.
a. Sit harness.
Free style, sit harness yang besar kecilnya dapat di atur sesuai dengan tubuh penggunannya.
Fixe style, sit harness yang besarnya sudah ditentukan dari pabrikan, sesuai dengan ukuran
masingg-masing (XS,S,M,XL).
b. Full body harness.
Fullbody harness berfungsi sama seperti harness, akan tetapi berbeda dalam ukuran dan
bentuk, fullbody harness digunakan pada seluruh tubuh dan memiliki tempat untuk
pengaman/tambatan yang terletak di dada dan ada juga fullbody yang memiliki tempat
pengaman/tambatan yang terletak di punggung. Fullbody harness biasa digunakan oleh
pekerja yang melakukan pekerjaan di medan-medan sulit/ketinggian, akan tetapi dapat juga
digunakan untuk high angle rescue technique, baik digunakan oleh rescuer maupun oleh
koban.
c. Chest harness (Harness Dada).
Chest harness berfungsi sebagai pengaman dada, biasanya chest harness digunakan pada
ascending mechanical system sebagai penghubung croll (chest ascender). Akan tetapi skarang
dipasaran banyak beredar chest harness fabrikasi yang dapat digunakan sesuai kebutuhan.
Selain itu chest harness dapat dibuat dengan menggunakan modifikasi webbing dan
dihubungkan dengan simpul pita.
Selain harness yang dibuat fabrikasi, di kenal juga improvisasi harness yang terbuat dari
webbing, berikut ini beberapa cara yang sering digunakan untuk membuat improvisasi
harness.
2. Carabiner
Carabiner / cincin kait adalah metal pengunci yang berfungsi sebagai penghubung antar
peralatan. Bentuknya oval, delta, atau modified delta, mempunyai per pembuka yang
terpasang pada bagian memanjang.
Spesifikasi :
a. Gates.
Gate/pintu digunakan untuk memasukkan tali atau sling, terbuat dari steel atau alloy,
dilengkapi pembuka gate,screw/ pengunci, dan non screw.
b. Kekuatan.
Setiap fabrikasi carabiner mencantumkan nilai kekuatan, dan ditempatkan pada sisi
memanjang dari carabiner. Kekuatan minimum carabiner 2000 Kg.
c. Perawatan.
Setiap peralatan yang terbuat dari steel dan alloy, perawatannya adalah tidak boleh
menjatuhkannya atau memukulkan pada permukaan yang keras.
Yang direkomendasikan untuk vertical rescue adalah carabiner screw gate.
Carabiner screw gate.
Selama menggunakan dua carabiner dengan dibuat dengan posisi berlawanan adalah aman,
ini dapat diganti dengan sebuah carabiner screw gate. Design khusus sangat bervariasi
tergantung pembuatnya.
Safety dan pemakaian carabiner.
Carabiner di design dengan pembebanan memanjang.
Bagian terlemah dari carabiner adalah gate, kekuatan carabiner akan berkurang dan
kemungkinan akan menyebabkan rusak/patahnya carabiner tersebut.
Getaran dapat menyebabkan sleve pengunci dapat terbuka. Apapun type carabiner yang
digunakan Rescuer, harus tetap dimonitor setiap saat.
3. Mallion rapide.
Mallions di sebut juga quiklinks atau screwlinks. Ukuran dan bentuk ada beberapa macam
(oval,delta dan halfmoon), rate strange mencapai 6000 kg. Mallions diproduksi dari bahan
steel dan alloy khusus, cocok untuk berbagai teknik. Delta mallion menguntungkan
digunakan beban dari tiga arah, seperti sebagai gantungan tandu.
4. Descender
Descender adalah alat bantu yang digunakan untuk menuruni medan vertical dan tali sebagai
jalur.
Jenis descender :
* Figure of eight
Bentuknya menyerupai angka 8, ukuran dan bentuknya bermacam-macam, rate strange 3000
kg.
Kelemahan alat saat digunakan, menggunakan alat ini menyebabkan puntiran pada tali,
keausan akibat gesekan, tidak dilengkapai sistem penguncian, hanya direkomendasikan untuk
bidang vertical kurang dari 50 m. Dapat digunakan untuk tali diameter 8 13 mm, akan tetapi
untuk tali diameter 8 mm, direkomendasikan menggunakan teknik double rope.
* Grigri.
Grigri berfungsi sebagai alat belay dan descender. Dilengkapi dengan handle release untuk
mengontrol kecepatan belaying maupun descending. Dilengkapi dengan handel agar
pengguna dapat mengontrol kecepatan saat descending, dan mengunci automatis saat handel
dilepaskan. Sebagai belay device grigri dapat dengan mudah digunakan, karena pengguna
dapat dengan cepat merelease ataupun menarik apabila dibutuhkan. Selain itu alat ini dapat
juga digunakan untuk ascending dengan tambahan kombinasi ascender. Dapat digunakan
untuk tali diameter 10 11 mm.
Beberapa contoh penggunaan grigri
* Autostop
Autostop berfungsi sebagai desender dan ini didesign untuk pengereman automatis, system
kerja pengereman automatis akan bekerja ketika handle kita lepaskan. Selain itu alat ini dapat
juga digunakan sebagai alat belay (belay device) untuk menurunkan korban dari ketinggian,
atau dapat juga kita gunakan untuk ascending dengan tambahan kombinasi ascender. Dapat
digunakan untuk tali diameter 10 11 mm. Direkomendasikan untuk medan vertical
sepanjang kurang dari 100 m.
* Simple.
Konstruksi alat ini kurang lebih sama dengan auto stop, akan tetapi tidak dilengkapai dengan
system handle pengereman automatis, jadi kecepatan descending disesuaikan kecepatan
release pengguna. Dapat digunakan untuk tali diameter 9 11 mm, dengan modifikasi
penggunaan dapat digunakan untuk menuruni tali dalam kondisi terbebani (tegang).
Direkomendasikan untuk medan vertical kurang dari 100 m.
5. Ascender.
Ascender adalah alat bantu yang digunakan untuk meniti medan vertical/kemiringan dan tali
digunakan sebagai jalur.
Sistem kerja alat ini mencengkram pada tali saat terbebani, sehingga dapat menahan beban,
dan bergerak saat didorong keatas tanpa terbebani. Kekuatannya terletak pada gerigi yang
menahan cengkraman saat kontak dengan tali.
Jenis ascender :
a. Ascender handle.
Ascender jenis ini dilengkapi handle sebagai pegangan yang dilengkapi dengan plastik
maupun karet agar pengguna merasa nyaman saat menggunakannya. Dengan modifikasi
pulley, ascender jenis ini dapat digunakan untuk membuat hauling set saat menarik korban
atau membuat tarikan 1 arah pada vertical rescue. Dapat digunakan untuk tali diameter 8 13
mm.
b. Ascender non handle.
Fungsi dan kegunaan sama dengan ascender with handle, akan tetapi ascender jenis ini tidak
dilengkapi dengan handle sebagai pegangan, ascender jenis ini biasa digunakan sebagai chest
ascender, rope grab, maupun self belay. Dapat digunakan untuk tali diameter 8 13 mm.
Perawatan :
- Jangan menjatuhkan, membenturkan ascender pada benda yang keras.
- Lakukan perawatan, cuci dengan air bersih, keringkan dan lumasi bagian-bagian yang
terdapat pegas, bersihkan dari karat.
- Gunakan sesuai dengan kekuatan yang direkomendasikan dari pabrik.
6. Pulley.
Pulley biasa juga di sebut katrol. Alat ini di design untuk menggurangi friksi tali atau
pengganti arah kerja tali.
Beberapa jenis pulley dibuat khusus untuk pekerjaan di bidang vertical/ketinggian dan
memiliki fungsi antara lain :
Dapat dilewati oleh tali yang memiliki sambungan simpul,
Memiliki lubang/hole yang dapat ditempati oleh 2 atau lebih pengaman.
Memiliki peralatan pendukung yang dapat membantu memudahkan pekerjaan
(pulley+ascender).
Perlu diperhatikan bahwa pulley yang digunakan meyakinkan bahwa kondisinya baik dan
tidak merusak tali.
Rate strength lebih dari 1500 kg.
7. Peralatan Tambahan
Peralatan tambahan merupakan peralatan yang digunakan untuk membantu/memudahkan
kegiatan Rigging (Lintasan Untuk Vertical Rescue).
* Rigger Plate
Rigger plate berfungsi sebagai plat conector/penghubung dari anchor point ke lintasan,
karena dalam beberapa kasus dibutuhkan beberapa lintasan dalam satu (1) anchor point fix.
Rigger plate terdiri dari sebuah plat yang memiliki beberapa lubang, yang dapat ditempati
oleh lebih dari 2 pengaman.
Gambar Rigger Plate .
* Swivel
Swivel merupakan peralatan tambahan yang berfungsi unuk mencegah terjadinya puntiran
pada tali.
8. Rope protector.
Kegunaannya memberi perlindungan pada tali dari gesekan benda tajam, seperti gesekan tali
dengan sudut tebing, dinding,dll.
Beberapa jenis rope protector dibuat untuk penggunaan pada lingkungan/kondisi yang
berbeda.
Jenis rope protector :
* Padding.
Terbuat dari bahan terpal, canvas, Matras, karet tebal yang tahan terhadap gesekan. Rope
protector jenis inilah yang dapat di modifikasi dengan menggunakan Canvas Fire Hose .
* Edge Rollers.
Merupakan rope protector buatan fabrikasi yang telah didesign untuk mencegah terjadinya
friksi antara tali dan sudut bidang, dinding, dll.
B. Keselamatan.
Keselamatan adalah segala tindakan yang harus dilakukan untuk menghindari
kejadian/kecelakaan yang fatal, hal ini adalah kebutuhan setiap orang/rescuer yang
melakukan pekerjaan. Prioritas utama dalam pertolongan di medan vertical adalah rescuer,
kemudian orang disekitar dan korban.
1) Langkah penolong untuk keselamatan.
* Selalu berlatih.
* Peralatan selalu terpelihara dan siap pakai.
* Berfikir logis terhadap tugas yang harus dilakukan.
* Selalu penuh perhatian dan konsentrasi.
* Kerjasama tim.
* Kejelasan tugas yang harus dikerjakan setiap personil.
Memonitor/mewaspadai.
* Memonitor untuk mengadakan pengecekan ke seluruh bagian, (seperti, system anchor,
simpul-simpul, tali).
* Mewaspadai bagian sudut yang tajam.,peralatan yang belum terkunci.
* Mengatakan stop jika melihat hal hal yang membahayakan .
Penunjukan safety officer / pengawas keselamatan.
Bertugas mengawasi semua aspek keselamatn sebelum, selama dan sesudah kegiatan.
Safety officer ditunjuk orang yang berpengalaman.
Pemilihan personil.
Pemilihan personil didasarkan pada :
Kemampuan.
Tangkas,tidak memiliki phobi (penyakit ketinggian)
Mampu menghargai peran masing masing.
Peralatan perorangan.
Kebutuhan peralatan yang perlu dipertimbangkan sebagai kebutuhan keselamatan minimum
untuk vertikal rescue.
1 Safety helmet.
2 Safety Glasses.
3 Gloves.
4 Sepatu.
5 Pakaian.
6 Harness.
7 Whitsel/pluit.
8 Rescue Rope.
9 Self rescue equipment ascending dan descending.
10 Kotak pertolongan pertama.
2) Kekuatan peralatan.
Nilai kekuatan atau memenuhi standar yang ditentukan, ini dapat dilihat pada alat itu
sendiri atau pada petunjuk yang dikeluarkan pabrik.
Penggunaan beban keseluruhan harus dibawah nilai kekuatan peralatan yang digunakan.
Final cek
Cheking personil. Setiap personil harus dilakukan pengecekan akhir oleh pengawas
keselamatan (safety officer) segala sesuatu yang dibutuhkan selama operasi, personal gear
maupun peralatan team.
Cheking system, pengecekan terhadap system anchor, tali, peralatan, termasuk belayer.
3) Prosedur keselamatan.
Setiap personil diijunkankan untuk bekerja setelah area dinyatakan clear dari bahaya :
Area aman.
Penggunaan Alat pelindung diri.
Penentuan pimpinan lapangan.
Pemasangan safety line.
Mencari dan menentukan anchor.
Membuat dan mengontrol simpul.
Memproteksi tali.
Menghindari pergesekan antar tali.
Menyimpan peralatan yang belum terpakai.
Tidak melempar peralatan.
4) Operasi malam hari.
Bila melakukan pertolongan pada malam hari, yang harus dipertimbangkan :
1 Menggunakan lampu helm pada masing-masing rescuer.
2 Menyiapkan lampu cadangan.
3 Memberi penerangan di area kerja.
http://korpcitaka.wordpress.com/2008/07/04/materi-peralatan-dan-keselamatan/

Anda mungkin juga menyukai