PROSEDUR
Suatu tata cara atau pedoman kerja yang harus diikuti dalam
melaksanakan suatu kegiatan agar mendapat hasil yang baik.
KEADAAN DARURAT
Keadaan yang lain dari keadaan normal yang mempunyai
kecenderungan atau potensi tingkat yang membahayakan baik bagi
keselamatan manusia, harta benda maupun lingkungan.
Jenis-jenis Prosedur
Keadaan Darurat
PROSEDUR INTERN (LOKAL)
Ini merupakan pedoman pelaksanaan untuk masing-masing departemen,
dengan pengertian keadaan darurat yang terjadi masih dapat di atasi oleh
departemen yang bersangkutan, tanpa melibatkan kapal-kapal atau penguasa
pelabuhan setempat.
Harus dapat secara cepat dan tepat mengambil keputusan apa yang harus
dilakukan untuk mengatasi segala macam keadaan darurat.
Data/info yang selalu harus siap :
Jenis jumlah dan pengaturan muatan.
Apakah ada cairan kimia yang berbahaya
General arrangement dan stabilitas info, serta rencana peralatan pemadam
kebakaran
ORGANISASI KEADAAN DARURAT
Keselamatan :
Istilah umum untuk menyatakan suatu tingkat resiko dari kerugian-kerugian
relatif bebas dari kerugian kemungkinan kerugianyang rendah.
Keselamatan kerja :
Suatu usaha atau kegiatan untuk menciptakan lingkungan kerja
yang aman, mencegah semua bentuk kecelakaan.
Kesehatan kerja :
Suatu usaha tentang cara-cara peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan tenaga kerja pada tahap yang setinggi-tingginya, baik
jasmani, rohani maupun sosial.
Bahaya :
Suatu atau perubahan lingkungan yang mengandung potensi unutk
menyebabkan cedera, penyakit, kerusakan harta benda (menurut
ASSE).
Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerjaterdiri dari 11 Bab dan 18
pasal, walaupun UU ini disebut UU
keselamatan kerja, namun materi yang
diaturnya mencakup juga kesehatan kerja
Undang-undang ini mempunyai sasaran dan
tujuan sebagai berikut :
Menurut I.L.O dan W.H.O Joint Commitee on
Occupational Health 1950 dikatakan usaha
kesehatan kerja haruslah untuk :
Meningkatkan dan memelihara kesehatan
karyawan laut pada kondisi yang sebaik-baiknya.
Menghindarkan para karyawan dari gangguan
kesehatan yang mungkin timbul akibat kerja.
Melindungi karyawan laut dari pekerjaan-
pekerjaan yang mungkin dapat mempengaruhi
kesehatan.
Menempatkan karyawan laut pada tempat yang
sesuai dengan kondisi sosiologis masing-masing.
FAKTOR kelelahan adalah menjadi perhatian,
untuk itu IMO membuat petunjuk yang berkenaan
dengan pencegahan kelelahan agar siap untuk
melaksanakan tugas (fitness duty), antara lain :
Maksimum jam kerja rata-rata tidak lebih 12 jam
per hari. Setiap perwira dan rating yang akan diberi
tugas jaga harus minimal 10 jam istirahat dalam
periode 24 jam.
Jumlah jam istirahat boleh dibagi tidak lebih dari 2
periode yang salah satu periodenya paling sedikit 6
jam lamanya.
Pengecualian dari kondisi butir 1 dan 2 di atas, 10
jam minimal istirahat boleh dikurangi, akan tetapi
tidak boleh kurang dari 6 jam secara terus menerus
dan pengurangan tersebut tidak melebihi dari 2
hari dan tidak kurang dari 70 jam istirahat untuk
periode 7 hari. Kecelakaan dengan segala bentuk
dan akibatnya dapat merugikan pengusaha dan
masyarakat, karena kecelakaan akan menimbulkan
penderitaan lahir batin dan atau kerugian yang
bersifat ekonomis.
Sebaliknya, dengan terselenggaranya K3
dengan baik dan tepat akan memberikan
ketenangan dan kegairahan kerja yang
menunjang pertumbuhan dan perkembangan
produksi dan produktifitas serta memberikan
iklim yang baik dalam menimbulkan stabilitas
sosial terutama dikalangan masyarakat
ketenagakerjaan.
BIAYA-BIAYA NYATA
Kecelakaan dapat menimbulkan kerugian, baik
bagi karyawan, perusahaan maupun
masyarakat. Kerugian-kerugian ini dapat
berbentuk :
Bagi karyawan
$ sampai $ 50
Biaya-biaya kerusakan BIAYA YANG TAK DI ASURANSIKAN
Harta benda yang Kerusakkan bangunan
Kerusakkan alat dan peralatan
Masuk dalam buku besar Kerusakkan bahan dan hasil produksi
(biaya-biaya yang tidak Kelambatan dan terhentinya produksi
diasuransikan)
HAL-HAL SEPERTI PENGGAJIAN DAN
LATIHAN, PENGENDALIAN, WAKTU
$1-$3 INVESTIGASI, DLL.
Gaji yang dibayarkan para korban
Biaya-biaya lagi yang sewaktu tidak bekerja, upah yang
Tidak diasuransikan diberikan pada korban selain banti rugi,
biaya lembur, waktu ekstra dari
pengawas, penurunan hasil produksi dsb.
UNSUR-UNSUR PENYEBAB
Manusia ; tidak ada suatu kegiatan apapun yang lepas sama
sekali dari unsur manusia. Mesin-mesin otomat pun masih
memerlukan pengawasan manusia.
Peralatan ; baik berbentuk mesin maupun alat-alat lain
yang dipergunakan oleh manusia dalam kegiatan operasi
perusahaan.
Bahan-bahan ; merupakan bahan baku maupun bahan
tambahan yang digunakan selama proses produksi, guna
menghasilkan barang akhir.
Lingkungan kerja ; yaitu lingkungan alam dimana manusia
bekerja, antara lain : bangunan, keadaan udara,
penerangan, kebisingan, kelembaban, dan lain-lain.
Manajemen (sebagai proses) ; yaitu suatu proses koordinasi
terhadap keempat sub sistim yang lain, sedemikian rupa
agar dapat dicapai tujuan organisasi (perusahaan).
LINGKUNGAN LUAR
MANUSIA
LINGKUNGAN PERALATAN
KERJA MANAGEMEN
BAHAN BAKU
Sampai saat ini, telah banyak pendekatan yang dilakukan
guna mengetahui kecelakaan itu. Mula-mula pendekatan
berdasarkan pada sub sistim peralatan, bahan-bahan dan
lingkungan kerja. Pendekatan ini terkenal dengan sebutan
pendekatan ”kondisi tak aman” (unsafe condition approach)
atau pendekatan keteknikan (enginering approach).
Menurut pendekatan ini, sebab terjadinya
kecelakaan/insiden adalah kesalahan pada peralatan,
bahan dan lingkungan phisik yang tersirat dalam bentuk
kondisi tak aman. Oleh karenanya, pencegahan kecelakaan
juga diarahkan pada perbaikan pada tiga sub sistim ini.
Walaupun hasil pendekatan ini adalah baik, tetapi
pendekatan ini tidak memberikan hasil yang maksimal,
karena melupakan sub sistim manusia dan manajemen.
PROSES TERJADINYA KECELAKAAN
Dari hasil penyelidikan ternyata faktor manusia dalam
menimbulkan kesalahan sehingga kecelakaan sangat
dominan. Menurut data statistik bahwa 80 -85 %
kecelakaan disebabkan oleh kesalahan manusia,
sehingga ada suatu pendapat, bahwa akhirnya langsung
atau tidak langsung semua adalah karena faktor
manusia. Kalau dibatasi pada lingkup perusahaan (segi
mikro), tampak bahwa terjadinya kecelakaan
dikarenakan adanya ketimpangan diantara ketiga unsur
utam produksi (sub sistim manusia, lingkungan phisik dan
manajemen) sehingga mengakibatkan terjadinya
kecelakaan di tempat kerja dapat dikelompokkan secara
garis-garis besar menjadi dua penyebab, yaitu :
Bekerja tanpa wewenang.
Gagal untuk memberi peringatan.
Bekerja dengan kecepatan yang salah.
Menyebabkan alat pelindung tidak berfungsi.
Menggunakan alat yang rusak.
Bekerja tanpa prosedur yang benar.
Tidak memakai alat keselamatan kerja.
Menggunakan alat secara salah.
Melanggar peraturan keselamtan kerja.
Bergurau di tempat kerja.
Mabuk, ngantuk, dll.
KETIDAKTAHUAN
Yang bersangkutan tidak mengetahui bagaimana melakukan
pekerjaan dengan aman dan tidak tahu bahaya-bahayanya
sehingga kecelakaan.
KETIDAKMAMPUAN
Yang bersangkutan telah mengetahui cara yang aman, bahaya-
bahaynya, tetapi karena belum mampu/ kurang terampil atau
kurang ahli, akhirnya melakukan kesalahan dan gagal.