Anda di halaman 1dari 120

-0-

BAB I
TEKNIK PERTAHANAN DIRI

1. Keadaan darurat diatas kapal.


Keadaan DARURAT
Keadaan darurat adalah situasi/kondisi/kejadian yang tidak normal dan terjadi tiba-tiba
serta mengganggu kegiatan/organisasi/kumunitas
Perlu segera ditanggulangi/ditangani
Keadaan darurat dapat berubah menjadi bencana (disaster) yang mengakibatkan banyak
korban atau kerusakan

JENIS KEADAAN DARURAT


TUBRUKAN :
keadaan darurat karena adanya tubrukan kapal dengan kapal atau kapal dengan
dermaga maupun dengan benda tertentu yang dapat menimbulkan kerusakan pada
kapal.
KANDAS :
keadaan darurat pada umumnya didahului dengan tanda-tanda putaran baling-baling
terasa berat, asap cerobong menghitam, kecepatan kapal menurun dan kemudian
berhenti.
KEBOCORAN :
kerusakan pada kapal akibat kandas, tubrukan atau plat kapal mengalami korosi.
KEBAKARAN/LEDAKAN :
situasi kebakaran dapat terjadi diberbagai lokasi, seperti di kamar mesin,ruang muat,
gudang penyimpanan perlengkapan dll. Sedangkan ledakan dapat terjadi karena kondisi
ruangan yang sangat panas.
PENCEMARAN :
pencemaran laut dapat terjadi karena membuang sampah, adanya tumpahan minyak saat
bunker, membuang limbah dll
ORANG JATUH DILAUT :
merupakan salah satu bentuk kecelakaan yang membuat situasi menjadi darurat dalam
upaya melakukan penyelamatan

Bahaya tersebut di atas dapat setiap saat menimpa para pelaut yang sedang berlayar.
Di dalam proses penyelamatan ini, baik para penolong maupun yang ditolong haruslah tahu
dan paham benar :

- Cara bagaimana manggunakan alat-alat penolong yang ada di kapal dan tehnik
pelaksanaannya

-1-
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
- Persiapan-persiapan dan tindakan-tindakan yang harus diambil sebelum dan sesudah
terjun dari kapal ke Iaut.
- tindakan-tindakan selama terapung dan bertahan di laut
- tindakan-tindakan pada waktu naik sekoci/rakit penolong

Semua tindakan ini dimaksudkan agar setiap orang yang dalam keadaan bahaya / darurat
dapat :
- menolong dirinya sendiri maupun orang Iain secara cepat dan tepat, baik pada waktu
terjun ke Iaut maupun pada waktu bertahan / terapung di Iaut.
- menolong orang Iain pada waktu naik ke sekoci atau rakit penolong sebelum
pertolongan datang.
- Penyelamatan jiwa manusia di laut menyangkut berbagai aspek, antara lain yang
terpenting adalah kewajiban dan tanggung jawab untuk memberi pertolongan kepada
orang-orang yang dalam keadaan bahaya. Sebagai dasar dari tanggung jawab tersebut
termuat dalam Konvensi International yang telah diberlakukan di Indonesia mengenai
keselamatan jiwa manusia di laut 1974 (SOLAS 74) bab V. peraturan 10, tentang
berita-berita bahaya, kewajiban dan prosedurnya.

TINDAKAN-TINDAKAN PENCEGAHAN KEADAAN DARURAT


a. Badan kapal dan mesin harus kuat dan mamenuhi syarat.
b. Peralatan dan perlangkapan harus yang baik dan terpelihara sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.
c. Berita cuaca harus dipantau dengan baik setiap saat.
d. Anak buah kapal harus mempunyai kemampuan fisik dan mental yang kuat, terdidik
dan terampil dalam menjalankan tugasnya, juga mampunyai dedikasi yang tinggi.
e. Anak buah kapal harus mempunyai disiplin yang tinggi dan mampu bekerja sama antar
meraka, sehingga dapat menangani setiap keadaan dengan cepat dan tepat.

INSTRUKSI-INSTRUKSI BAGI ANAK BUAH KAPAL DALAM MENGHADAPI


KEADAAN DARURAT

Suatu organisasi keadaan darurat harus disusun untuk operasi keadaan darurat.
Maksud dan tujuan organisasi bagi setiap situasi adalah untuk :
- Menghidupkan tanda bahaya
- Menaksirkan besarnya kejadian serta kemungkinan bahayanya.
- Mengorganisasi tenaga dan peralatan untuk menanggulangi keadaan darurat.
- Denah peralatan pemadam kebakaran. Denah peralatan ini harus dipasang tetap
pada tempat yang mudah dilihat
ISYARAT DARURAT
 Kebakaran dan keadaan darurat : 1 tiup pendek diikuti 1 tiup panjang dengan
suling atau alarm terus menerus dengan jangka waktu ± 10 detik
 Meninggalkan kapal 7 tiup pendek diikuti 1 tiup panjang dengan suling

-2-
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
atau alarm secara terus menerus.
 Orang jatuh kelaut Berteriak dan katakan orang jatuh ke Iaut orang jatuh ke
laut ` arah anjungan.
 Pembatalan Dari situasi kebakaran dan keadaan darurat 3 tiup pendek pada
suling kapal dan 3 bunyi pendak pada alarm umum.

SIJIL KEADAAN DARURAT


 Dalam keadaan darurat crew wajib bertindak sesuai ketentuan sijil darurat,
oleh sebab itu sijil senantiasa dibuat dan diinformasikan kepada seluruh crew.
 Arti dari pada sijil adalah : pembagian tugas untuk menanggulangi keadaan
darurat .
 Diatas kapal sijil biasanya sudah dibuat dan dipasang /ditempelkan ditempat
yang mudah untuk dibaca. Didalm sijil darurat terdapat :
 Jabatan / nama
 Posisi
Tugas-tugas yang harus dilaksakan
Ada empat petunjuk perencanaan yang perlu diikuti :
1) Pusat komando (Bridge Team)
yang mengontrol kegiatan dibawah pimpinan Nakhoda atau perwira senior serta
dilengkapi perangkat komunikasi intern dan extern.
2) Satuan keadaan darurat. ( Emergency Team )
Kelompok pendukung ini dibawah seorang perwira harus siap membantu
kelompok induk dengan perintah pusat komando, menyarankan tindakan apa
yang harus diambil, jenis apa dan dari mana bantuan dibutuhkan.
3) Satuan pendukung. ( Back Up Team )
Kelompok pendukung ini dibawah seorang pervvira harus membantu kelompok
induk dengan perintah pusat komando dan menyediakan bantuan pendukung
seperti peralatan, perbekalan, bantuan medis, termasuk alat bantu pernapasan,
dan lain-Iain.
4) Kelompok ahli mesin. ( ENR Team )
Kelompok dibawah satuan pendukung engineer atau senior engineer
menyediakan bantuan atas perintah pusat komando. Tanggung jawab utamanya
diruang kamar mesin, dan bisa memberi bantuan bila diperlukan.

PERSIAPAN - PESRSIAPAN DALAM MENGHADAPI KEADAAN DARURAT

a. Persiapan
Perencanaan dan persiapan adalah syarat utama untuk mencapai keberhasilan
pelaksanaan keadaan darurat di kapal. Nakhoda dan para perwira harus menyadari apa
yang harus mereka lakukan pada keadaan darurat yang bermacam-macam, misalnya :

-3-
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
kebakaran ditangki muatan, kamar mesin, kamar ABK, kapal Iepas dari dermaga dan
hanyut, cara Iepas dari dermaga dan Iain-lain. Harus dapat secara cepat dan tepat
mengambil keputusan apa yang harus dilakukan mengatasi segala keadaan darurat.

b. Tindakan pandahuluan.
Seorang yang menemukan keadaan darurat harus membunyikan tanda bahaya, Iaporan
kepada perwira jaga yang kemudian menyiapkan organisasi, sementara itu yang berada
di Iokasi segera mengambil tindakan untuk mengendalikan keadaan sampai diambil
alih oleh organisasi keadaan darurat. Setiap orang harus tahu dimana ternpatnya dan
apa tugasnya, termasuk kelompok pendukung harus stand by menunggu perintah
selanjutnya.

c. Alarm kebakaran kapal.


Pada saat berada di terminal, alarm ini harus diikuti dengan beberapa tiupan panjang
dengan waktu antara tidak kurang dari sepuluh detik. Anak buah kapal yang
menemukan kebakaran harus segera membunyikan alarm dan melaporkan lokasinya,
setelah itu segera menyiapkan regu pemadam kebakaran.

d. Peralatan pemadam kebakaran.


Karena peralatan pemadam kebakaran harus selalu siap untuk dipergunakan setiap saat,
maka perlu adanya pengecekan secara periodik dan dilaksanakan oleh perwira yang
bertanggung jawab akan pemeliharaan/perbaikan atau pengisian tabung tepat
waktu.Perwira yang bertanggung jawab adalah Mualim 3.

Stasiun berkumpul/Muster Station harus berada didekat stasiun embarkasi. Masing-masing


stasiun berkumpul harus memiliki ruang yang cukup untuk menampung semua orang yang
ditunjuk untuk berkumpul di stasiun itu.

Harus ada sejumlah yang cukup awak kapal, bila mungkin adalah perwira dek atau Orang-
orang yang telah memiliki sertifikat, yang akan mengoperasikan pesawat luput maut dan
peralatan-peralatan peluncuran yang dipersyaratkan untuk digunakan meninggalkan kapal
oleh seluruh orang di kapal.

1.1. Peralatan keselamatan diri.


Jenis alat penyelamat :
A. Alat penyelamat perorangan (personal life saving)
 Pelampung Penolong (Life buoy)
 Rompi penyelamat (Life jacket)
 Pakain rendam (Immersion suit)
 Pembantu pelindung panas (Thermal protective aids)
B. Alat-alat isyarat visual (Visual signals)

-4-
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
 Rocket obor tangan (Rocket parachute flare)
 Obor tangan (Red hand flare)
 Isyarat asap apung (Buoyant Smoke signal)
C. Rakit penyelamat (Survival craft)
 Rakit penyelamat kembung (inflatable life raft)
 Sekoci luncur ( Free Fall )
 Sekoci penyelamat (Totally enclose Life boat)
D. 4. Sekoci penolong (Rescue boat)
E. 5. Alat-alat pelempar tali (other life saving appliances)
 Alat pelempar tali (Line thrwing appliances)
 Sistem darurat umum (General emergency system)
Life Buoy
 Diameter luar 800 mm dan diameter dalam 400 mm
 Dibuat dari bahan apung menyatu
 Dapat mengapung 24 jam di air tawar dengan beban besi 14,5 kg
 Tidak terbakar / meleleh setelah terkurung api selama 2 detik
 Mampu dilempar dari ketinggian 30 meter
 Dilengkapi tali pegangan (9,5 mm dengan panjang tali 4 X luar)
 Dilengkapi dengan lampu yang dapat menyala sendiri
 Mempunyai berat tidak lebih dari 2,5 kg
 Dilengkapi dengan alat pemantul cahaya
 Tidak rusak oleh pengaruh minyak
 Harus diberi warna yang menyolok / orange
 Harus diberi nama kapal dan pelabuhan induk dengan huruf balok

Paling sedikit ditiap lambung ada satu life buoy yang dilengkapi dengan tali penyelamat
sepanjang minimal 27,5 meter (15 depa)
Pada kapal penumpang dan barang tidak kurang dari ½ dari jumlah life buoy harus
dilengkapi dengan lampu yang bisa menyala sendiri (self igniting light) yang efisien paling
sedikit 6 buah. Lampu tersebut tidak bolehmati karena air, harus bisa menyala paling
sedikit 120 menit
Dua life buoy disamping dilengkapi dengan lampu yang dapat menyala sendiri juga harus
dilengkapi dengan semboyan asap siang hari (smoke signal) warna menyolok/orange,
menyala paling sedikit 15 menit
Semua life buoy tidak boleh diikat kuat ke badan kapal tapi harus dengan mudah bisa
dipakai

-5-
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
PELAMPUNG
 Pelampung2 harus terpasang pada tempat2 yang sesuai dengan “safety plan”.
 Dua pelampung tambahan harus disediakan, satu dengan tali apung dan lampu yang
menyala sendiri untuk disiapkan pada tangga pandu/gangway dan yang kedua sebagai
cadangan.
 Pelampung2 asap dan tali2 apung harus diperiksa dan dirawat dalam jangka waktu yang
diperinci di dalam “safety book”.
 UNTUK KAPAL BARANG
a) jika jumlah abk termasuk nakhoda 16 orang atau lebih maka jumlah baju penolong
yang harus ada di kapal = 16 + 22 = 38 buah.
i. 22 buah didasarkan pada :
ii. 2 buah untuk petugas jaga di anjungan
iii. 2 buah untuk petugas jaga di kamar mesin.
iv. 2 buah dekat rakit penolong di depan atau yang lokasinya terpencil.
v. 8 buah untuk “emergency team”.
vi. 8 buah untuk “supernumeries”.
vii. jika jumlah awak kapal 15 orang atau kurang, maka jumlah baju pelampung
yang harus ada di kapal adalah : 15 + 14 = 29 buah.
viii. 14 buah didasarkan pada :
ix. 2 buah untuk petugas jaga di anjungan
x. 2 buah untuk petugas jaga di kamar mesin.
xi. 2 buah dekat rakit penolong di depan atau yang lokasinya terpencil
(bila perlu).
xii. 4 buah untuk “emergency team”.
xiii. 4 buah untuk “supernumeries”.
xiv. baju2 pelampung tambahan untuk emergency team dan anggota2 petugas
jaga harus disimpan di tempat yang layak atau di dalam kotak yang diberi
tanda “baju pelampung” atau berupa sticker.
xv. harus ada sekurangnya 3 buah pelampung spesial untuk anak2
 UNTUK KAPAL PENUMPANG
i. satu buah untuk setiap penumpang ditambah minimum 10% dari jumlah ini.

-6-
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
ii. harus tersedia juga dengan jumlah yang cukup untuk regu jaga.
iii. sedikitnya 10% dari jumlah penumpang harus tersedia untuk anak2.
iv. harus disimpan dalam lemari2 yang terpisah atau dalam lemari yang bagian
dalam ada kotak/ruang2 terpisah.

IMMERSION SUITS
 Harus dibuat dari bahan tahan air
 Dapat dilepas dari kemasan dan dikenakan tanpa bantuan dalam waktu 2 menit
 Dapat menutup seluruh tubuh kecuali muka
 Bagian tangan harus dilindungi sarung tangan secara khusus
 Dilengkapi perangkat untuk mengurangi udara yang terperangkap di bagian kaki
 Dapat digunakan untuk melompat dari ketinggian minimal 4,5 meter tanpa dapat
dimasuki air

-7-
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
THERMAL PROTECTIVE AIDS
 Dibuat dari bahan tahan air, dan mempunyai daya serap panas tidak lebih dari 0,25
W/mk, dibuat sedemikian rupa sehingga mengurangi panas karena kedinginan
 Menutup seluruh badan pemakai kecuali mata
 Mudah dipakai
 Dapat dibuka di dalam air dalam waktu 2 menit
 Harus berfungsi dengan baik pada suhu air laut antara 30°C s/d 20°C

PERALATAN ISYARAT DAN PIROTEKNIK


Isyarat kasat mata yang harus di bawa pada sekoci penolong maupun pada rakit penolong
kembung adalah :
 6 buah obor tangan ( red handflare )
 4 buah obor parasut ( parasut signal )
 2 buah isyarat asap apung ( smoke signal )

PARACHUTE SIGNAL
 Persyaratan :
1. Harus ditempatkan dalam tabung yang tahan air
2. Harus dilengkapi dengan cara penggunaan yang jelas baik dengan tulisan ataupun
gambar ilustrasi yang dicetak diluar tabung
3. Harus mempunyai alat penyalaan yang menyatu
4. Harus dibuat tanpa pengganggu pemakai/pengguna pada saat dipakai dengan
instruksi cara penggunaannya

-8-
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Pada saat ditembakkan roket harus vertikal mencapai ketinggian minimal 300 meter. Pada
sekitar ketinggian tersebut harus dapat memberikan obor payung sedemikian rupa, yaitu :
1. Menyala dengan warna merah terang
2. Menyala seragam (uniform) dengan kekuatan cahaya tidak kurang dari 30.000 lilin
3. Mempunyai waktu nyala tidak kurang dari 5 meter/detik
4. Parasut tidak rusak selama obor menyala

RED HAND FLARE

• Persyaratan :
1. Harus ditempatkan dalam tabung yang tahan air
2. Harus dilengkapi cara penggunaan yang jelas baik dengan tulisan atau gambar illustrasi
yang dicetak di luar tabung
3. Harus mempunyai alat penyalaan yang menyatu
4. Harus dibuat tanpa mengganggu pengguna yang memegang tabung dan tidak
membahayakan pesawat mempertahankan hidup dengan nyala obornya ataupun bekasnya
bilamana digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan
• Obor tangan harus :
1. Menyala dengan warna merah terang
2. Menyala seragam dengan kekuatan cahaya rata-rata tidak kurang dari 15.000 an,
3. Mempunyai waktu menyala tidak kurang dari 1 menit
4. Harus menyala setelah terendam air dalam waktu 10 detik pada kedalaman 100 meter

-9-
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
SMOKE SIGNAL
• Persyaratan :
1. Harus ditempatkan dalam tabung yang tahan air
2. Tidak menyala dengan ledakan bila dipakai sesuai dengan petunjuk penggunaan
3. Harus dilengkapi dengan cara penggunaan yang jelas baik dengan tulisan atau gambar
illustrasi yang cetak di luar tabung
• Syarat asap apung :
1. Harus mengeluarkan asap dengan warna yang sangat mudah terlihat dengan rate yang
seragam dengan waktu tidak kurang dari 3 menit bila terapung di air tenang.
2. Tidak mengeluarkan api selama waktu penyalaan
3. Tidak tergenang api selama waktu penyalaan
4. Terus-menerus mengeluarkan asap bila masuk ke air dalam waktu tidak lebih dari 10 detik
dengan kedalaman 100 mm,

- 10 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
LIFE CRAFT
Persyaratan Rakit Penolong Kembung :

- Harus mampu bertahan terapung selama 30 hari.


- Harus mampu dilemparkan dari ketinggian 18 meter.
- Dilengkapi dengan sarana pelindung.
- Kapasitas min. 6 orang.
- Dilengkapi dengan 4 parasut signal.
- 6 buah rad hand flare, 2 isyarat smoke signal
- Jalan masuk ke rakit min. 1 buah
- Terbuat dari karet
- Harus dilengkapi dengan repair kit.
- Pompa udara.
- Harus mempunyai stabilitas yang baik ketika terapung dengan isinya sudah terbuka.
- Kalau dijatuhkan dari katinggian 18 meter (60 kaki), isinya tidak rusak.
- Tutup rakit secara otomatis terbuka pada tempatnya ketika rakit mengembang. Tutup ini
harus berfungsi juga sebagai pelindung terhadap orang - orang yang cidera dan
mampunyai alat yang menampung air hujan.
- Diatasnya dapat dilengkapi dengan penerangan dan warna tutup ini harus menyolok.
- Rakit panolong kembung harus dilengkapi dengan painter diikat bagian Iuar life line dan
harus tersimpan dibagian dalam.
- Harus bisa ditegakkan oleh satu orang, jika pada waktu terkembang terbalik.
- Harus dilengkapi dengan pintu masuk yang dilengkapi dengan alat untuk naik dari air ke
dalam rakit.
- Alasnya harus kedap air dan harus cukup melindungi terhadap dingin.
- Pengembangan rakit kapsul dengan gas yang tidak mempengaruhi orang cedera
(kompres gas), harus secara otomatis dengan menarik tali atau yang Iainnya.
- Harus sanggup dalam keadaan tidak terlindung selama 30 hari terapung dilaut dalam
segala macam cuaca.
- Kapasitas antara 6 s.d. 25 orang.
- Harus bisa dioperasikan pada temperatur antara 30°C, ± 66°C atau 22°F, ± 150°F.
- Dalam keadaan darurat harus mudah dilepaskan dari kapal. Disimpan sedemikian rupa
sehingga memungkinkan terapung bebas dari penyimpanannya, mengembang dan

- 11 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
terputus ikatannya dari kapal ketika tenggelam. Kalau dilasing harus dilengkapi
dengan alat pelepas otomatik.
- Harus dilengkapi alat untuk memudahkan ditarik.

- 12 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Sekoci luncur ( Free Fall )

Sekoci penyelamat (Totally enclose Life boat)


• Setiap sekoci penolong yang tertutup penuh harus dilengkapi dengan penutupan yang
kuat kedap air secara menyeluruh.
Setiap sekoci yang tertutup sebagian harus dilengkapi dengan penutup kuat yang secara
permanen terpasang tidak kurang dari 20% dari panjang sekoci dihitung dari depan dan
belakang.
Bagian-bagian yang terbuka harus dilengkapi dengan kanopi permanen yang dapat
dilipat dengan pengaturan :
Yang dilengkapi dengan bagian yang kuat untuk rangka kanopi
Dapat dikembangkan tidak lebih dengan dua orang pada waktu tidak lebih dari 2 menit.
Sekoci tertutup yang terdiri dari penutup kaku dan kanopi harus dilengkapi dengan :
Yang melindungi penumpang terhadap panas dan dingin
Untuk dapat diluncurkan dan dinaikkan tanpa perlu penumpang meninggalkan sekoci
Bahwa penutup yang kaku termasuk panel tembus cahaya pada kedua sisinya yang dapat
memberikan cahaya yang cukup ke dalam sekoci dengan pintu masuk tertutup.
Dimungkinkan untuk dapat mendayung sekoci
Mempunyai sarana untuk mengumpulkan air hujan

- 13 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Penampilan luarnya adalah dengan warna yang mencolok darinteriornya mempunyai
warna yang tidak mengganggu penumpang
Penutup rakit harus mempunyai pagar untuk pegangan bagi orang yang akan menuju ke
dalam sekoci dan sebagai bantuan untuk menaiki dan menurunkan penumpang
Jarak tegak antara lantai darinterior dari penutup dan kanopi melebihi 50% area lantai harus
Tidak kurang 1,3 m untuk sekoci, dapat mengakomodasi sembilan orang atau kurang.
Tidak kurang dari 1,7 m untuk sekoci yang dapat mengakomodasikan 24 orang atau lebih

Sekoci penolong (Rescue boat)

- 14 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Alat pelempar tali (Line thrwing appliances)

Sistem darurat umum (General emergency system)


SART ( Search And Rescue Radar Transponder )
• SART digunakan sebagai alat untuk menunjukkan lokasi dimana sekoci / lifecraft kapal
yang mengalami mara bahaya.
• Sinyal SART dapat diterima oleh RADAR kapal maupun pesawat terbang.
• SART tersebut bekerja pada frekwensi 9 Ghz

- 15 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
RAMBU RADIO DARURAT PETUNJUK POSISI (EPIRB)
• Rambu radio darurat patunjuk posisi ( EPlRB ) adalah suatu sistem/sarana yang disiapkan
untuk pemancaran signal marabahaya yang cepat biasanya 2 menit dengan tenaga pancar
out put dari suatu EPIRB sebesar 1 watt.
• Daerah Iingkup EPIRB sampai + lintang 70°, 20 pancaran tanda marabahaya secara terus
menerus dalam jangka waktu 10 menit.

PERALATAN RADIO DARURAT


• lnstalasi radio untuk pesawat luput maut harus ada pada salah satu pesawat luput maut yang
ada di atas kapal.
• Perangkat radio VHF GMDSS itu harus disimpan diposisi yang terlindung dan mudah
dicapai, siap untuk dipindahkan ke pesawat Iuput maut yang manapun dalam keadaan
darurat. Kecuali kapal dengan sekoci - sekoci penolong yang ditempatkan pada posisi -
posisi yang salah satu dengan Iainnya terpisah jauh didepan dan dibelakang, perangkat
radio VHF GMDSS harus ditempatkan disekitar sekoci

- 16 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
1.1 Perlengkapan dalam sekoci penolong.

Perlengkapan Sekoci :
 1 set dayung apung dengan 2 cadangan.
 Dayung kemudi.
 1,5 set keliti dengan rantai pengikatnya.
 Ganco ( Boat hook).
 Dua prop ( sumbat ) untuk setiap Iubang beserta rantai pengikatnya.Bagi sekoci yang
dilengkapi dengan sumbat otomatik, tidak perlu dilengkapi dengan sumbat biasa.
 Dua buah ember dari bahan metal.
 Kemudi dengan tangkainya ( Celaga )
 Dua buah kapak, satu pada masing-masing ujungnya.
 Lampu beserta minyaknya cukup untuk 12 jam
 Dua kotak korek api yang disimpan dalam kemasan anti air.
 Hang dengan Iabrang dari kawat tahan karat beserta Iayar warna orange.
 Kompas beserta penerangannya.
 Tali keselamatan terikat sekeliling Iuar sekoci.
 Jangkar apung.
 Dua buah painter, dimuka di ikat dengan cakil, di belakang di ikat kuat.

- 17 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
 4,5 liter minyak anti ombak.
 Makanan yang disimpan dalam kemasan anti air.
 Air tawar 3 liter untuk tiap orang.
 4 buah cerawat / parasut merah.
 6 buah red hand flare / suar tangan.
 Dua semboyan asap orange untuk siang hari.
 Obat-obatan pada kemasan anti air.
 Senter yang bisa dipakai untuk mengirimkan semboyan Morse dengan cadangan batu
senter beserta Iampunya.
 Cermin semboyan siang hari.
 Pisau Iipat / jack knife beserta pembuka kaleng yang selalu terikat pada badan sekoci
dengan rantai
 Dua tali buangan yang bisa terapung.
 Pompa tangan.
 Satu suling semboyan.
 Satu set pancing kail.
 Terpal pelindung orang yang cedera, warna orange.
 Khusus motor boat harus ada pemadam api untuk jenis kebakaran minyak.
 Radio VHF / lifeboat radio pada salah satu sekoci.

Perlengkapan Rakit Penolong Kembung ( Inflatable Life Craft)


 Alat penolong yang berbentuk gelang dan bisa terapung dilengkapi dengan tali terapung
sepanjang 30 meter.
 Kapasitas kurang dari 12 orang, satu pisau dangan satu ember.
 Kapasitas lebih dari 12 orang, dua pisau dengan dua ember.
 Dua sponge.
 Dua jangkar apung, satu terikat tetap satu lagi cadangan.
 Dua buah dayung.
 Satu set alat-alat reparasi untuk kebocoran di ruang daya apung.
 Tiga pembuka kaleng.
 Obat-obatan pada kemasan anti air
 Alat pembagi air anti karat.
 Senter tahan air yang bisa dipakai untuk mengirim semboyan Morse dengan cadangan

- 18 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
satu set batu senter dan satu Iampu.
 Satu cermin semboyan dan satu suling semboyan.
 4 parasut merah.
 6 red hand flare.
 2 semboyan asap.
 Satu set pancing.
 Makanan.
 Airtawar 1,5 Iiter untuk setiap orang.
 Pil anti mabok Iaut 6 buah untuk tiap orang.
 Petunjuk cara menyelamatkan diri di dalarr rakit penolong kembung
 Perlengkapan pesawat Iuput maut harus ditempatkan dikontainer pada masing-masing
pesawat Iuput maut. Setiap penggunaan perlengkapan tersebut harus diketahui oleh
komandan yang telah ditunjuk.

Prinsip – prinsip metode bertahan hidup di laut.

1. Berusaha untuk tetap hangat, jika mungkin untuk tetap kering


2. Jangan berenang kecuali sangat diperlukan
3. Gunakan peralatan survival yang anda temukan.
4. Gunakan perlengkapan survival sesuai dengan petunjuk
5. Jangan makan dan minum bahan-bahan yang mengandung alkohol
6. Jangan minum urin atau air Iaut karena akan menambah kebutuhan akan air.
7. Untuk mencapai suatu keberhasilan yang maksimal didalam proses penyelamatan di Iaut,
selain diperlukan peraturan-peraturan seperti yang telah disebutkan diatas, juga diperlukan
kesiap siagaan baik personil maupun awak kapal yang dalam keadaan bahaya, serta
perlengkapan dan aIat-aIat penolong diatas kapal. Mencakup kesiap siagaan para awak
kapal, Konvensi International STCW “78 di dalam resolusi No. 19, telah memberikan
rekomendasi mengenai porsi latihan bagi para pelaut dalam tehnik penyelamatan manusia
dilaut.
8. Resolusi tersebut mangharuskan semua pelaut untuk memahami bahwa sebelum
ditempakan di atas kapal harus diberi latihan yang sungguh-sungguh mengenai tehnik
penyelamatan manusia di Iaut.
9. Apabila personil maupun awak kapal yang berada diatas kapal mendengar alarm

- 19 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
meninggalkan kapal dibunyikan, maka semua orang tersebut harus mengetahui tindakan-
tindakan yang harus dilakukan, meliputi :
10. Kapan mereka dipanggil untuk berkumpul di stasiun pesawat Iuput maupun maut
11. Kapan perlunya meninggalkan kapal
12. Kapan harus berada diatas kapal
13. Kapan harus barada diatas air
14. Kapan personil dan awak kapal naik keatas sekoci atau pesawat Iuput maut.
15. Penyelamatan diri di Iaut akan memerlukan beberapa hari atau mungkin beberapa minggu
dimana kita harus berusaha untuk tetap hidup dalam keadaan darurat. Oleh sebab itu
pengetahuan tentang bahaya yang utama terhadap penyelamatan diri harus diketahui

PERSIAPAN PERORANGAN SEBELUM MENINGGALKAN KAPAL DAN TINDAKAN


PERTAMA APABILA MENDENGAR ISYARAT TANDA BAHAYA
- Gunakan seluruh pakaian sebagai pelindung
- Bila anda harus meninggalkan kapal pakailah seluruh pakaian sebagai pelindung.
- Pakaian akan melindungi diri anda dari dinginnya air Iaut, teriknya sinar matahari dan ikan-
ikan buas di Iaut.
- Pakaian sabagai palindung mamperpanjang waktu hidup anda INGAT HAL INI.
- Tanpa pakaian sebagai pelindung anda akan kehilangan panas tubuh dengan cepat dan dapat
menyababkan kematian.

- Pakailah pakaian hangat sabanyak mungkin


- Kenakan baju panolong (Iife jacket) anda
- Pergilah segera ketempat berkumpul yang telah ditentukan.

- 20 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
BAB II
PEMADAMAN KEBAKARAN
2.1 Meminimalkan resiko kebakaran
PENCEGAHAN DAN PEMADAMAN KEBAKARAN (FIRE PREVENTION AND
FIRE FIGHTING)
• Oleh karenanya tujuan utama training ini adalah diharapkan para peserta akan :
a. Memahami pengetahuan pencegahan kebakaran.
b. Mampu memerintah mengorganisasi dan mengendalikan operasional
pemadamankebakaran di kapal bila hal itu terjadi
c. Mampu melaksanakan pemeriksaan dan merawat peralatan pemadam yang ada di kapal.
Apabila reaksi kimia ini berjalan begitu tiba – tiba / sangat mendadak dan di ruangan
tertutup hal ini akan berakibat terjadinya ledakan.
 PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN
PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN
Pada saat kejadian kebakaran, tindakan awal sangat menentukan karena saat itu api
masih kecil dan mudah dikendalikan. Tindakan awal yang harus dilakukan bertindak
secara cepat dan tepat, dan mengetahui tentang api serta sifat dan cara penaggulangan
yang tepat, mengetahui jenis pemadam yang digunakan. Dalam hal tersebut apabila
terjadi kebakaran jangan mudah panik, akan tetapi umumnya dalam menghadapi
bahaya api orang akan mudah panik yang akan menyebabkan kesalahan yang fatal.
Ancaman bahaya kebakaran sangat tergantung dari kendali / tidak adanya api yang
menyala, karena nyala api yang tidak terkendali dapat mengancam keselamatan jiwa
maupun harta benda. Berdasarkan hal tersebut, maka pencegahan bahaya kebakaran
berarti segala usaha yang dilakukan agar tidak terjadi api yang tidak terkendali
Kalimat tersebut mengandung dua pengertian pertama bagi api yang belum menyala, dan
diusahakan agar tidak terjadi penyalaan api. Hal ini khususnya dilakukan pada tempat
tertentu yang dianggap penting, misalnya di tempat pembelian bensin, digudang bahan
yang mudah terbakar, kedua penyalaan api sudah ada karena memang digunakan untuk
suatu keperluan, diusahakan jangan sampai api tersebut berkembang menjadi tidak
terkendali. Tindakan pencegahan dilakukan yaitu menjauhkan bahan yang mudah
terbakar dari tempat tersebut, menyiapkan alat pemadam api
PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN
Penaggulangan bahaya kebakaran mengandung arti yang luas. Dalam hal ini peristiwa
kebakaran sudah sering terjadi sehingga menimbulkan bahaya terhadap keselamatan
jiwa maupun harta benda. Maka selain diperlukan tindakan pengendalian / pemadaman
api. Misalnya menyelamatkan korban yang terancam bahaya, mengamankan harta
benda, pertolongan pertama pada korban.
TINDAKAN AWAL
Pada saat kejadian kebakaran, tindakan awal sangat menentukan karena saat itu api
masih kecil dan mudah dikendalikan. Tindakan awal yang harus dilakukan bertindak
secara cepat dan tepat, dan mengetahui tentang api serta sifat dan cara penaggulangan

- 21 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
yang tepat, mengetahui jenis pemadam yang digunakan. Dalam hal tersebut apabila
terjadi kebakaran jangan mudah panik, akan tetapi umumnya dalam menghadapi
bahaya api orang akan mudah panik yang akan menyebabkan kesalahan yang fatal.
APAKAH KEBAKARAN ITU ?
KEBAKARAN adalah
API YANG TAK TERKENDALIKAN
TEORI API

BAHAN-BAHAN YANG MUDAH TERBAKAR


. Bahan-bahan:
- PADAT
- CAIR
- GAS
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Bahan Mudah Terbakar
Adalah suhu terendah dimana suatu zat (bahanbakar) cukup mengeluarkan uap dan
menyala sekejap bila diberi sumber panas yang cukup.
VOLATILE (mudah menguap) LIQ. : ZAT CAIR YANG MEMPUNYAI FP < 60 C.

- 22 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
SUHU PENYALAAN SENDIRI (AUTO IGNITION TEMPERATURE)
Adalah suhu dimana suatu zat dapat menyala dengan sendirinya tanpa adanya sumber panas
dari luar.
CONTOH:
BENSIN = 253 °C ASETILIN = 229 °C
KEROSIN = 228,9 °C PROPANA = 467,8 °C
PARAFIN = 316 °C BUTANA = 405 °C
TITIK BAKAR (FIRE POINT)
Adalah suhu terendah dimana suatu zat (bahan bakar) cukup mengeluarkan uap dan
terbakar (menyala terus menerus) bila diberi sumber panas.

DAERAH BISA TERBAKAR (FLAMMABLE RANGE)


Adalah batas campuran antara uap bahan bakar dengan udara KONSENTRASI yang dapat
terbakar / menyala bila dikenai atau diberi sumber panas KONSENTRASI : Perbandingan
volume antara uap bahan bakar dengan udara.
CONTOH :
MINYAK MENTAH: 1 % - 10 %
ASETON : 2,15 % - 13 %
BENSIN : 1,4 % - 7,6 %
BENZENA : 1,40 % - 8 %
KEROSIN : 0,7 % - 5,0 %
TOLUENA : 1,20 % - 7 %
BUTANA : 1,9 % - 8,5 %
ASETILIN : 2,50 % - 82 %
PROPANA : 2,3 % - 9,5 %

SUMBER-SUMBER PANAS
Adalah Berbagai Bentuk Tenaga Yang Dapat Menjadi Sumber
Penyalaan Dalam Segitiga Api :
– Api Terbuka ( Open Flame ) – Listrik Statis
– Gesekan ( Friction ) – Petir
– Bunga Api Listrik & Busur Listrik – Pemadatan
– Aliran Listrik – Sinar Matahari
– Pembakaran Spontan – Nuklir

PEMBAKARAN SPONTAN
Adalah kebakaran atau peledakan yang disebabkan oleh panas akibat
kimia dan hadirnya udara serta campuran uap bahan bakar

- 23 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
PRINSIP-PRINSlP PEMADAMAN KEBAKARAN

Prinsip utama untuk memadamkan kebakaran adalah merusak keseimbangan (proporsi) campuran
ketiga unsur segitiga api (panas, bahan bakar, oksigen) atau menghentikan proses reaksi
pembakarannya (reaksi kimia api).
Prinsip di atas dicapai dengan cara :
a. Pendinginan (Cooling)
Yaitu mengurangi panas sampai dibawah panas minimum untuk penyalaan.
b. Penyelimutan (Smothering)
Yaitu memisahkan atau membatasi udara dengan uap bahan bakarnya sampai dibawah batas
mudah menyala.
c. Pemutusan catu /aliran bahan bakar (Starvation)
Yaitu menghentikan supply, memisahkan atau memutuskan bahan bakarnya.
d. Pemutusan rantai reaksi api (Breaking chain reaction),

- 24 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
AREAS OF FIRE HAZARD (Daerah-daerah bahaya kebakaran)
a. Machinery Space(Ruangan mesin)
Adanya minyak dan uapnya yang menetes saat mesin berputar (running), terutama minyak asli
(flammable), akan berpotensi dalam waktu singkat menimbulkan kebakaran/ledakan di ruangan
mesin.
Keberhasilan dalam pencegahan kebakaran di kamar mesin, sangat tergantung pada:
- Kesadaran akan keselamatan bagi setiap orang bekerja di ruang mesin.
- Kebersihan (menyimpan barang pada tempatnya).
- Mengerti daerah beresiko tinggi dimana perhatian ekstra harus diambil, misalnya dilarang
keras merokok ditempat-tempat tertentu (Purifier Room), dsb.
- Merawat yang benar peralatan mekanik, listrik dan peralatan pemadam di kamar mesin.
- Menjaga saluran got (bilge) bebas dari minyak dan atau air.
- Menjaga ruangan berventilasi baik dan bebas dari gas hydrocarbon setiap saat.
C/E harus yakin bahwa semua perhatian-perhatian di atas ditaati,
Hal-hal Iain yang perlu diperhatikan :

- Frekuensi pemeriksaan untuk meyakinkan perawatan yang benar terhadap keselamatan dan
peralatan pemadam kebakaran.
- Semua peralatan pemadam harus bebas halangan dan dirawat dengan baik. Yakinkan crew
memahami dimana peralatan tersebut ditempatkan dan tahu cara
penggunaannya.
- Jaga ruangan mesin bebas dari material-materiaI yang mudah menyala, buang sampah atau
majun pada tempat sampah yang terbuat dari bahan metal dan selalu secara reguler
dikosongkan.
- Ngepel tumpahan minyak secepatnya dan jika ada sambungan pipa bahan bakar yang bocor
(netes) harus segera ditangani.
- Jaga saluran air got bersih dari kotoran dan benda-benda yang menyumbat harus segera
diangkat.
- Curahkan perhatian yang besar apabila sedang mengisi atau mentransfer bahan bakar agar
tidak tumpah (over flow).
- Apabila roda as yang sedang jalan panas, penutupnya jangan dibuka tanpa ijin terlebih dahulu
dari masinis jaganya.

- 25 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Selalu diingat
Ketahui dimana ditempatkan peralatan pemadam
Perhatikan peringatan "DILARANG MEROKOK"
Jaga ruang mesin bebas dari sampah - sampah yang mudah menyala
Jaga saluran air got bebas dari sampah-sampah

b. Accomodation Room (Ruang Akomodasi )


Umumnya kebakaran ruangan akomodasi dari bahan bakar kelas A. Kebanyakan penyebab
kebakaran di ruang akomodasi disebabkan antara lain :
- Kecerobohan merokok , lupa mematikan putung rokok.
- Penggunaan peralatan Iistrik yang salah
- Pembakaran spontan.
Yakinkan bahwa crew mentaati peraturan perusahaan dalam merokok. Setiap kamar seharusnya
disediakan asbak dan jenis yang dapat mematikan sendiri puntung rokok. Kebiasaan merokok
sambil tiduran diatas kapal adalan kebiasaan yang jelek dan berpotensi untuk menimbulkan
kebakaran. Oleh karenanya jangan merokok sambil tiduran.
Jangan menggunakan fitting yang kendor atau bertumpuk-tumpuk dan jangan menggantung
pakaian pada stop kontaknya.
Pelayan yang bertugas harus bertanggung jawab meyakinkan "dapur bersih" dengan peralatan
Iistriknya sudah dimatikan bila tidak digunakan dan memeriksa setiap malamnya.
Semua lampu Iistrik dan peralatan Iistrik Iainnya bila tidak digunakan atau meninggalkan ruang
tersebut narus dimatikan
c Kegiatan Pengelasan
Izin harus diberikan dari Perwira yang bertanggung jawab sebelum memulai pembakaran atau
pengelasan. Sebelum pengelasan atau pemotongan, yakinkan tidak ada material yang mudah
menyala disekitarnya. Siapkan karung basah atau gabus (instansi) dibawah atau disamping
kegiatan tersebut dan yakinkan botol pemadam berada disekitarnya dan siap digunakan. Cegah
jangan sampai bunga apinya (sparks) jatuh kelubang hold atau ventilator.
FIRE PRECAUTION (TINDAKAN PENCEGAHAN KEBAKARAN)
a. Kelengkapan konstruksi kapal
Sistim keselamatan didesain dibangun berdasarkan pada pengalaman dari kasus yang terjadi
dikapal sehingga mengakibatkan kehilangan jiwa dan harta benda. Oleh karena itu dibuatkan
paraturan lntenasional maupun Nasional yang memenuhi standar minimum persyaratan bagi
konstruksi kapal-kapal.
Peraturan - peraturan dan standar kesalamatan yang ada selalu di"Up grade" berdasar tambahan

- 26 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
pengalaman yang terjadi. Salah satu peraturan Internasional yang mengatur masalah ini adalah
SOLAS ‘74 (Konvensi Safety 0f Life at Sea tahun
1974) yang telah menetapkan tingkat pencegahan terhadap bahaya kebakaran berdasarkan jenis
kapal dan potensi bahaya kebakaran yang ada.
Untuk mencegah dan mengendalikan bahaya-bahaya kebakaran, maka susunan dan kelengkapan
konstruksi kapal diatur, sebagai berikut :
1. Konstruksi kapal dibagi kedalam daerah vertikal pada batas suhu tertentu dan struktur
bahannya yang tahan api.
2. Perlindungan ruang akomodasi dari bagian kapal Iainnya dengan menggunakan sekat yang
tahan panas dan penataannya sedemikian rupa sehingga jauh dari sumber panas (kamar
mesin).
3. Pembatasan dalam penggunaan bahan-bahan yang mudah menyala.
4. Penempatan deteksi kebakaran pada tempat-tempat tertentu yang potensi sebagai sumber
kebakaran.
5. Pernasangan sistim pemadam api tetap yang sesuai dengan kelas kebakaran setempat untuk
pengendalian kebakaran.
6. Perlindungan terhadap jalur penyelamatan (Escape Route) atau jalan untuk memadamkan
kebakaran.
7. Menempatkan alat pemadam api ringan (APAR) sesuai kelas kebakarannya dan siap pakai,
8. Mengendalikan dan mengurangi kemungkinan uap muatan yang mudah menyala
mengancam keselamatan.
b. Pembagian konstruksi kapal
Konstruksi kapal yang dibuat dari baja atau bahan sejenisnya, dibagi kedalam sub division-sub
division, sesuai ketentuan SOLAS 1974, sebagai berikut :
Pembagian kelas A
Adalah pembagian-pembagian yang dibentuk oleh sekat (dinding) dan geladak-geladak yang
memenuhi haI-haI tersebut dibawah ini ;
 Harus dibuat dari baja atau Iogam sejenis.
 Harus diperkuat secara baik
 Harus dikonstruksikan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah bau asap dan Iidah api
sampai akhir pengujian kebakaran selama satu jam.
 Harus diberi Iapisan isolasi yang disetujui dan bahan yang tidak mudah manyala dan pada
bagian yang terbakar tidak akan naik Iabih dan 139 ºC di atas suhu semula, dan juga pada
setiap sambungan suhu tidak akan naik sampai 180 ºC di atas suhu semula dalam jangka waktu
seperti daftar bankut :
 Contoh
* Klas A - 60 menit
* Klas A - 30 menlt
* Klas A - 15 menit
* Klas A – 0 menit

- 27 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Pemerintah yang bersangkutan dapat menetapkan pengujian suatu prototip atau galadak untuk
manjamin penyesuaian dengan ketentuan diatas dalam hal integritas dan kenaikan suhu.
Pembagian Kelas B
Ialah pembagian-pembagian yang dibentuk oleh sekat, galadak, Iangit-|angit atau Iapisan-lapisan
yang sesuai dengan hal-hal sebagai berikut :
 Harus dikonstruksikan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah lewatnya lidah api sampai
setengah jam pertama dan pengujian kebakaran .
 Harus memiliki kemampuan isolasi sedemikian rupa, sehingga suhu rata-rata di sisi yang tidak
terbuka tidak akan meningkat Iebih dari 139 ºC di atas suhu semula, demikian juga suhu tidak
akan meningkat pada titik manapun, termasuk sambungan yang ada lebih dari 225 ºC di atas
suhu semula dalam jangka waktu seperti daftar berikut :
* Klas B - 15 menit
* Klas B - O menit
 Harus dibuat dari bahan-bahan yang tidak mudah terbakar yang disetujui dan semua bahan-
bahan yang masuk kedalam pembuatan dan pembangunan dari pembagian klas "B" harus dari
jenis yang tidak mudah menyala, kecuali dimana sesuai dengan bagian C dan. D dalam bab ini
penggunaan bahan tak mudah terbakar tidak diharuskan, dalam hal ini ia memenuhi batas suhu
yang ditetapkan dalam ayat (ii).
Pemerintah yang bersangkutan dapat menentukan suatu pengujian atas prototip sekat atau geladak
guna menjamin bahwa ketentuan-ketentuan di atas dalam hal integritas dan peningkatan suhu
terpenuhi.
Langit-Iangit atau iapisan-Iapisan yang menyambung klas B adalah langit-langit / lapisan kelas B
yang hanya berahkir pada pemisahan kelas A atau kelas B
Pembagian Kelas C
Harus dibuat dari bahan-bahan yang tidak mudah terbakar yang disetujui. Kelas C ini tidak harus
memenuhi ketentuan-ketentuan yang perkaitan dengan Iewatnya asap dan Iidah api atau
pembatasan peningkatan suhu.

2.2 Menjaga kondisi kesiapan untuk merespon situasi darurat terkait kebakaran.
Fire Alarm
Fire Alarm dipasang untuk mendeteksi kebakaran seawal mungkin, sehingga tindakan
pengamanan yang diperlukan dapat segera dilakukan
Alarm kebakaran akan berbunyi bilamana:
• Ada aktivasi manual alarm (manual break glass atau manual call point)
• Ada aktivasi dari detektor panas maupun asap
• Ada aktivasi dari panel/control room
Peringatan Tahap Pertama
• Peringatan (alarm) tahap I merupakan tanda bekerjanya sistem dan nampak pada:
– Panel alarm gang way,
– Panel alarm (anjungan)

- 28 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
• Pemberitahuan untuk siaga bagi seluruh karyawan/umum (public address) dengan dua
tahap teks:
– Pengecekan ke lokasi
– Pemberitahuan hasil: terjadi alarm palsu atau kebakaran
Peringatan Tahap Kedua
Merupakan tanda dimulainya tindakan evakuasi, setelah memperoleh konfirmasi akan kondisi
kebakaran yang terjadi.
Perberlakuan evakuasi harus melalui sistem pemberitahuan umum
SAAT MELIHAT API
TETAP TENANG JANGAN PANIK !
• Bunyikan alarm dengan menekan tombol manual call point, atau dengan memecahkan
manual break glass dan menekan tombol alarm, sambil teriak kebakaran-kebakaran.
• Jika tidak terdapat tombol tersebut atau tidak berfungsi, orang tersebut harus berteriak
kebakaran kebakaran………..untuk menarik perhatian yang lainnya.
• Beritahu Safety Representative melalui telepon darurat atau lewat HP, Pager, dan
sampaikan informasi berikut :identitas pelapor, ukuran /besarnya kebakaran, lokasi
kejadian, adanya / jumlah orang terluka, jika ada, tindakan yang telah dilakukan
• Bila memungkinkan (jangan mengambil resiko) padamkan api dengan menggunakan alat
pemadam api ringan (APAR) yang terdekat.
• Jika api /kebakaran tidak dapat dikuasai atau dipadamkan lakukan evakuasi segera melalui
pintu keluar (EXIT)
• A. Break Glass (memecahkan kaca)
Salah satu penghantar didalam kotak tombol tekan dilapisi dengan gelas kaca sehingga
tidak ada hubungan dan aliran terputus.Jika gelas dipecahkan maka tidak ada yang
menekan ujung penghantar arus tadi dan arus listrik dapat mengalir sehingga berbunyi,
untuk menghentikan bunyi, pasanglah kembali kaca/gelas yang sudah siap disediakan di
belakang tombol – tomboI tersebut. .
Tempat tombol adalah pada pintu keluar ruangan yang dilindungi dengan tinggi 4 kaki
(120 cm) diatas lantai.
• B. MenggeserTuas (Pillar Box)
Tiap Pillar Box mempunyai kode nomor-nomor sewaktu tuas digeser, diruang kontrol
terbaca nomor – nomor tersebut pada pesawat penerimanya dan segera dapat diketahui
disekitar daerah mana yang terjadi kebakaran.

- 29 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
• C. Detector Relay
Salah satu ujungnya oleh magnet unit Fire Detector yang mempunyai aliran arus listrik
tertutup. Jika fuse detector putus dikarenakan panas/api, maka aliran arus Iistrik terputus
dan metal yang mudah lumer pada unit Fire Detector kehilangan kemagnetannya sehingga
akan melepaskan ujung relay dari Fire Alarm maka terjadi aliran listrik dan bel berbunyi,
Biasanya Fire Alarm diberi warna merah Fire Alarm merupakan unit yang berdiri sendiri
terlepas dan hubungan - hubungan dengan aliran penerangan yang ada atau power supplay
umum, sehingga hal itu diisyaratkan harus mampu untuk sewaktu – sewaktu dengan segera
dijalankan.
Alarm - alarm kebakaran yang digunakan secara manual harus dipasang diseluruh ruangan
- ruangan akomodasi dan dikeseluruhan ruangan-ruangan khusus dan satu harus
ditempatkan didekat tiap jalan keluar dan ruangan - ruangan tersebut. Hal ini untuk
memungkinkan dinas jaga dapat segera mengaktifkan alarm ke ruang kontrol.
Harus ada petugas-petugas khusus dan secara teratur memeriksa atas kesempurnaan dan
pada unit – unit tersebut.

SIJIL KEADAAN DARURAT

Emergency Organization
 Command Team
 Emergency Team
 Engine Room Team
 Back Up Team

Command Team ( In The Bridge )

 Master
 3rd/Officer
 One Rating
 Chief Engineer

Emergency Team ( Emergency Headquarter )

 Chief Officer
 2nd Engineer
 Satu Engineer Officer lainnya
 Empat Rating (jika jumlah memungkinkan)

- 30 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Engine Room Team ( Engine Room )

 Satu Senior Engineer Officer


 Electrician
 Junior Engineer Officer
 Satu orang Senior Rating
 Satu Rating lainnya

Back Up Team ( On Boat Deck )

 2nd Officer
 Crew lainnya yang belum termasuk dalam
team sebelumnya

2.3 Pemadaman kebakaran dan penggunaan perlengkapan.

I. Selang Kebakaran dan Penyemprot (Fire Hoses & Nozzles )


PERSYARATAN SOLAS 1974
- Tiap selang kebakaran harus dilengkapi pipa penyemprot (nozzle) & penghubung-nya
(coupling) yang ditempatkan dekat dengan kran-kran kebakaran dan harus selalu siap
pakai
- Jumlah yang dibawa :
“Kapal penumpang paling sedikit 1 buah untuk tiap hydrant yang khusus digunakan
untuk pemadaman kebakaran. Kapal penumpang mengangkut > 36 orang, selang
kebakaran harus setiap saat dihubungkan dengan kran kebakaran”
“Kapal barang > 1000 grt jumlah yang disediakan 1 buah + cadangan setiap panjang
kapal 30 m, tetapi jumlah keseluruhan tidak kurang dari 5 buah dan tidak termasuk
jumlah yang disyaratkan di kamar mesin”
2. Selang kebakaran (FIRE HOSE)
Fungsi :
Untuk menyalukan air dari sumbernya ke ujung nozzle
Jenis fungsi :
- Isap (suction hose) untuk bagian isap dari pompa
- Tekan (discharge hose) untuk bagian tekan dari
pompa.
Macam: 1. Rembes 3. Hose Reel
2. Tidak Rembes
Ukuran : - panjang : bervariasi dari 50, 60, 75, 100 ft
- diameter : bervariasi, namun biasa digunakan
1,5 & 2,5 inci.

- 31 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
3. ALAT PENYAMBUNG SELANG (COUPLING)
Fungsi : untuk menyambung 2 selang
Macam : - ulir - Hermaphrodite
- Instantenous - Stroz
- Machino
4. PENYEMPROT (NOZZLE)
Fungsi : - Mempercepat aliran air yang keluar dari ujung selang serta membentuk pancaran
air tertentu.
Macam : 1. Penyemprotan monitor : - Dapat dipindah 2 kan
- Terpasang tetap
2. Penyemprotan tangan : - Pancaran utuh (jet)
- Pancaran tiray (spray)
- Pancaran khusus
Pipa penyemprot (nozzle)
 Ukuran standar harus 12 mm (1/8 “), 16 mm & 19 mm ( 3/4 “ )
 untuk ruang akomodasi dan ruang kerja, tidak perlu digunakan ukuran yang > 12 mm
 Untuk ruang mesin dan ruang luar tidak perlu digunakan ukuran > 19 mm.
 Pancaran airnya harus dapat dibuat pancaran utuh dan mengabut (spray).

JENIS ALAT PEMADAM KELAS API

- 32 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
1) Portable & Semi Portable Fire Extinguishers
Kebakaran kecil yang terjadi diatas kapal haruslah segera dipadamkan dan biasanya dapat
dipadamkan dengan mudah memakai Portable Fire Extinguisher (Alat Pemadam Api
Ringan/APAR).
Semi portable Fire Extinguisher (APAR beroda) dipakai bila diperlukan media pemadam
dengan jumlah yang lebih banyak untuk pemadaman.
Kedua alat pemadam ini dapat efektif bila digunakan dengan cara yang benar. APAR
biasanya digunakan untuk api yang mulai terjadi (kecil), karena keterbatasan isi dan waktu
penggunaannya yang singkat, maka akan berhasil apabila dapat menguasai kebakaran
dalam waktu satu menit atau kurang.
Untuk alasan itu, penting untuk mem"back up" penggunaan APAR dengan selang
kebakaran (pancaran tirai), kemudian jika APAR tidak cukup kapasitasnya untuk
menyudahi kebakaran yang terjadi, maka selang kebakaran dapat digunakan untuk
menyelesaikan pemadaman tersebut.

2) Fixed Fire Extinguisner System (Sistem pemadaman api tetap / APAT)

Tujuan utama pemadaman adalah cepat mengontrol kebakaran dan menyelesaikan pemadaman
tersebut. Hal ini hanya dapat dilaksanakan jika media pemadamnya dibawa ketempat kebakaran
dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak.

Dengan menggunakan sistem pemadam api tetap, maka pekerjaan itu dapat dilakukan dengan
akurat tanpa melibatkan crew kapal.

Untuk perlindungan bahaya kebakaran di atas kapal maka, SOLAS 1974 mengatur tentang APAT
ini sebagai berikut :

a) Penggunaan media pemadam yang dapat menimbuikan gas - gas dalam jumlah banyak
sehingga membahayakan orang tidak boleh diijinkan
b) Dilengkapi kontrol valve, petunjuk operasi, diagram yang menunjukkan kompartement mana
pipa-pipa disalurkan dan kontruksinya sedemikian rupa sehingga dapat dicegah gas yang
ditimbulkan masuk ke kompartemen lain tanpa sengaja
c) Bilamana digunakan media pemadam CO2

- Di ruang muatan, kapasitasnya harus cukup untuk mengisi minimum 30% vol dari pada
kompartemen muatan yang terbesar yang ditutup rapat.

- 33 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
- Di kamar mesin kelas A kapasitasnya harus mampu untuk mengisi minimum 40% dan isi
kotor ruang terbesar kapal barang <2000 GRT minimum kapasitas 30 %.

d) Pelepasan media CO2, 85 % nya harus dapat dilakukan dalam waktu 2 menit.
e) Dilengkapi sarana peringatan (alarm) kesemua ruangan sebelum digunakan.
f) Ruangan penyimpanan botol CO2 harus diletakkan ditempat yang aman, mudah dimasuki dan
diberi ventilasi yang baik.
g) Semua pelepasan media gas tidak boleh dioperasikan secara otomatis.
h) Perintah mengoperasikan sistem ini hanya diberikan oleh Nakhoda

- 34 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Co 2

DRY POWDER

- 35 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
FOAM / BUSA

SMOKE DETECTOR

- 36 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
SPLINKER

SELANG DAN NOZZLE

- 37 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
FIRE BLANKEETS

Fireman’s Out Fitt (Perlengkapan regu pemadam kebakaran) Fire man’s Out Fitt terdiri
dari

• Sepatu (Boots)
• Sarung tangan (Gloves)
• Topi (Helmet)
• Pakaian pelindung (outer protektive clouthing)
• Breathing apparatus yang berdiri sendiri (SCBA)
• Tali penyelamat (Life line)
• Senter (approved flash light) atau lampu keselamatan (Flame safety lamp)
• Kampak kebakaran (Fire Axe).

- 38 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
BAJU TAHAN API
Baju tahan panas (Proximit Suit) Baju tahan panas terdiri dari :

- Baju yang menutupi selurun tubuh

- Pelindung kepala sampai bahu dan bagian depan dada atas.

- Pelindung kepala dilengkapi kaca mata transparan yang tahan terhadap refleksi panas.

- Sarung tangan tebal.

- Sepatu boot khusus.

- 39 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
- 40 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
ALAT-ALAT PERNAPASAN
Breathing Apparatus
Harus dipakai jika menggunakan baju jika tidak akibat panas yang tinggi akan merusak saluran
parnafasan si pamakai.
Baju tahan panas ini digunakan daIam pamadaman cairan yang mudah menyala dan kebakaran
LPG yang cenderung mengeluarkan panas yang tinggi.

• ukuran kapal : 1600 grt atau lebih harus ada sedikitnya 4 set alat pernapasan (scba).
• ukuran kapal : kurang dari 1600 grt harus ada sedikitnya 2 set scba.
• setiap kali latihan harus pakai scba yang berbeda.
• tidak boleh digunakan untuk pekerjaan di bawah air.
• periksa isi tabung scba setiap minggu.
• tabung2 yang kosong harus diberi tanda dan disimpan terpisah dari tabung2 yang penuh.
• tabung2 kosong harus segera diisi kembali oleh perusahaan service atau kompressor di
kapal (jika ada).
• semua tabung alat pernapasan harus diuji secara hydrolic sekali dalam 4 tahun.
• setiap tabung harus diberi nomor urut yang ditulis pada tabung itu.
alat pernapasan tidak boleh digunakan untuk latihan kecuali bila diawasi oleh perwira yang
bertanggung jawab

- 41 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
METODE PEMADAMAN KEBAKARAN
PELATIHAN PEMADAMAN KEBAKARAN BAGI PARA PELAUT
Tujuan Instruksi Khusus :
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat dapat menjelaskan tentang teknik dan taktik
dalam penanggulangan kebakaran serta operasi rescue di kapal sehingga dapat mencegah kerugian
yang Iebih besar.

PENDAHULUAN
Kebakaran adalah diantara banyak jenis keadaan darurat yang sulit di kontrol di kapal. Jenis
produk yang diangkut, material - material yang terbakar, bentuk kapal, kelengkapan peralatan
pemadam, kesiapan peralatan dan regunya sangat mempunyai andil dalam keberhasilan
pengendalian kebakaran.
Untuk itu semua crew yang "sign On" di atas kapal haruslah diberi instruksi sesuai prosedur
emergensi yang telah ditetapkan dan dilatih dalam penggunaan perlengkapan dan peralatan
pemadam yang ada di kapal.
Dasar - dasar pelatihan peranan kebakaran (Basic Fire Fighting Training) haruslah sudah dipahami
sebelum crew bertugas di atas kapal yang sesuai ketentuan.

Untuk dapat bertindak cepat dan tepat, diperlukan pengetahuan cara - cara pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran yang cukup. Dengan mengenal teori api dan Iingkungannya
serta memahami cara penggunaan peralatan pemadam, maka akan tahu cara - cara pengendalian
kebakaran sehingga dapat mengatasi rasa panik dan dapat melakukan pemadaman api dengan
tepat. Tidak semua situasi dan kondisi kebakaran yang terjadi sama untuk setiap kapal, pelaut
haruslah tahu cara dan strategi menghadapi setiap instalasi maupun Iokasi yang terbakar, untuk itu
perlu dijaga dan ditingkatkan latihan pemadaman pada setiap tempat yang berbeda dan mendekati
simulasi yang sebenarnya

TEKNIK DAN TAKTIK PEMADAMAN


Setiap usaha pemadaman kebakaran bertujuan agar nyala api kebakaran dapat dipadamkan dengan
cepat, sehingga korban maupun kerugian yang labih besar dapat dlhindarkan. Untuk mencapai
tujuan tersebut, maka usaha pemadaman kebakaran dilakukan dengan teknik dan taktik yang tepat.
Teknik pemadaman kebakaran :

Adalah kemampuan untuk mempergunakan alat dan perlengkapan pemadaman kebakaran dengan
sebaik-baiknya.

- 42 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Taktik pemadaman kebakaran :
Adalah kemampuan untuk menganalisa situasi sehingga dapat rnelakukan tindakan dengan cepat
dan tepat, tanpa menimbulkan korban maupun kerugian yang Iebih besar.
Untuk dapat menguasai teknik pemadaman secara baik, diperlukan syarat - syarat sebagai berikut
:

a. Menguasai dengan baik pengatahuan tentang penanganan dan penanggulangan bahaya


kebakaran.
b. Dapat mempergunakan peralatan dan perlengkapan pemadaman dengan cepat dan benar.

c. Sudah terlatih untuk menghadapi situasi bahaya kebakaran.


Sedangkan untuk taktik pemadaman, disamping syarat-syarat di atas diperlukan pengalaman yang
sebenarnya dalam usaha pemadaman kebakaran.

Khususnya untuk regu pemadam kebakaran, hal-haI penting yang diperlukan untuk melaksanakan
taktik pemadaman yang baik adalah
a. Dapat bekerja dengan tenang dan tabah.

Ketenangan dan ketabahan sangat diperlukan, karena udara yang panas dan asap tebal yang
ditimbulkan kebakaran pada umumnya mengakibatkan rasa panik, apalagi pada kebakaran
yang paling besar.

b. Harus berani mengambil tindakan-tindakan yang dipandang perlu.


Keberanian sangat diperlukan, namun harus tetap memparhatikan keamanan dan
kesalamatannya. Pada pemadaman tampat-tempat yang berbahaya atau untuk menyelamatkan
korban, paling sedikit harus ada dua orang petugas. Salah satu bertindak sebagai penolong,
satunya bertugas melindungi temannya terhadap bahaya api. Dengan demikian bila terjadi hal-
hal yang membahayakan dapat saling menolong.
c. Harus dapat bekerja dalam Tim yang kompak. Selain dapat menimbulkan rasa panik, udara
panas juga menyababkan orang dapat mengalami kelelahan. Untuk

menghemat tenaga, penggunaan alat-alat harus diatur sacara bergiliran. Dalam hal ini, peranan
pemimpin pemadaman dan wakilnya sangat penting. Usaha pemadaman harus berjalan secara
terpimpin, sehingga pelaksanaannya dapat mencapai hasil yang cepat dan maksimal.

Selain tiga hal yang disebutkan diatas, khususnya untuk komandan regu pemadam dan vvakilnya
harus pandai-pandai menilai situasi kebakaran. Hal ini dilakukan dengan memperhitungkan faktor-
faktor lain yang mempangaruhi berhasil tidaknya usaha pemadaman.

- 43 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan adalah :
a. Pangaruh angin

Kekuatan angin dan arah berhembusnya dapat dipakai sebagai pedoman dalam menentukan
arah menjalarnya api. Dan usaha pemadaman tidak dibenarkan melawan arah angin. Hal ini
dapat berbahaya, pertama karena akan terhalang oleh asap dan kedua, dapat menjadi korban
jilatan api.
Oleh karena itu pemadaman harus dilakukan searah dengan angin, atau dari samping sebalah
kiri/kanannya

b. Warna asap kebakaran


Benda-benda yang terbakar kadang-kadang tidak dapat dikenali karena terhalang oleh asap
tebal yang ditimbulkan, namun dengan melihat warna asapnya, dapat diperkirakan jenis benda
yang terbakar.
Misalnya bilamana warna asap adalah hitam dan tebal, maka kemungkinan bendanya : Aspal,
karat, plastik, minyak, atau benda-benda Iain yang mengandung minyak. Bila warna asap
coklat kekuning-kuningan, kemungkinan banda yang terbakar adalah : Film, bahan film dan
benda-benda Iain yang mengandung asam sulfat. Sedangkan bila warna asap putih kebiru-
biruan, biasanya berasal dari benda yang mangandung phospor.

Disamping warna asap, bau dari asap juga dapat dipakai sebagai pedoman untuk menganal
bendanya yang terbakar. Setelah tahu bendanya, maka dapat ditentukan sistem dan aIat-alat
pemadamnya yang tepat serta tindakan-tindakan Iain yang mungkin diperlukan.
c. Lokasi kebakaran
Usaha pemadaman harus memparhatikan Iokasinya, apakah kebakaran tersebut terjadi di kapal
atau perahu motor, harus dijaga agar usaha pemadaman jangan sampai mangakibatkan
kerugian yang Iebih besar. Misalnya pemadaman dengan cara menyemprotkan air, jangan
sampai berlabih-Iebihan karena dapat merusak muatan, atau dapat merusak kestabilan kapal
sehingga dapat menyababkan bahaya tanggelam.
d. Bahaya-bahaya Iain yang mungkin terjadi ,
Setiap usaha pemadaman kebakaran harus tetap memperhatikan faktor keselamatan. Baik
keselamatan petugas pemadam sendiri, maupun keselamatan korban, terutama dikapal
penumpang anak-anak, wanita, atau mungkin orang yang berusia Ianjut perlu diutamakan.
Bila ada korban yang terkurung bahaya api, harus segera ditolong misalnya dengan cara
merusak dinding ruangan, merusak langit-langit, dan sebagainya. Oleh karena itu peralatan
yang berupa kampak, ganco, linggis, perlu dipersiapkan sebelumnya. Harus diperhitungkan
pula bahaya-bahaya yang mungkin dapat menimbulkan jatuhnya korban. Misalnya apakah ada
barang atau bahan yang dapat menimbulkan gas-gas beracun. Bila ada, bahan-bahan berbahaya

- 44 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
tersebut harus segera diselamatkan lebih dulu.

LATIHAN MEMADAMKAN KEBAKARAN


TATA CARA MEMADAMKAN KEBAKARAN .

PENGETAHUAN TENTANG PENYUSUNAN KESELAMATAN KEBAKARAN


Alarm kebakaran harus di pasang di seluruh ruang akomodasi penumpang dan awak kapal guna
memungkinkan penjaga memberitahu anjungan atau stasiun pengawas keadaan darurat bila terjadi
kebakaran di atas kapal. Selanjutnya stasiun pengawas keadaan darurat akan membunyikan alarm
ke seluruh kapal untuk memberitahukan kepada seluruh crew bahwa sudah terjadi kebakaran. Alat-
alat pemadam kebakaran tetap akan bekerja dengan sendirinya bila alat deteksi kebakaran
menemukan adanya kebakaran di suatu tempat. Begitu juga pintu-pintu kedap air dapat di tutup
sesuai dengan kebutuhan yang semuanya ini diatur pada stasiun pengawas keadaan darurat.
Pada kebakaran yang terjadi, semua orang harus mengerti akan potensi bahaya kebakaran, seperti
radiasi panas dari kebakaran, gas beracun yang dihasilkan dan terperangkap di dalam lokasi
kebakaran. Untuk itu semua pelajar harus berhati-hati dalam menghadapi, kebakaran yang terjadi
dan mengerti prosedur dalam menangani kebakaran.

ALARM-ALARM KEBAKARAN DAN TINDAKAN AWAL


Bila seorang crew menemukan adanya kebakaran maka tindakan awal yang dilakukan adalah
membunyikan alarm yang ada paling dekat dengan tempat kebakaran. Kotak alarm kebakaran ada
yang harus dipecahkan kacanya atau hanya membuka tutupnya saja. Selanjutnya tekan tombol atau
menarik tuas yang ada di kotak alarm.
Harus diperhitungkan pula tentang membesanya api, dan ingat bahwa bila kebakaran membesar
berarti ada kemungkinan terjebak dalam asap dan panas. Bila hal ini terjadi maka crew harus
menyelamatkan diri ke tempat yang aman sambil menunggu bantuan datang untuk memadamkan
kebakaran. Hal yang penting juga adalah bila memungkinkan menutup sistem peranginan.
Tujuannya adalah agar kebakaran tidak meluas ke bagian lain yang dikarenakan berkurangnya
oksigen pada ruang yang terbakar.

PEMADAMAN KEBAKARAN
Dalam memadamkan kebakaran yang terjadi di kapal, para crew harus mengetahui cara
memadamkan kebakaran secara cepat dan tepat, dengan menggunakan tehnik dan taktik yang tepat
pula sesuai dengan jenis dan tempat kebakaran. Hal ini adalah karena konstruksi kapal yang
khusus, yang sangat berpengaruh terhadap usaha pemadaman kebakaran. Belum lagi akibat
kebakaran dan akibat pemadaman yang dapat bereaksi dengan muatan yang diangkut.
Untuk mencegah keadaan yang tidak diinginkan, maka pimpinan pemadam kebakaran harus
mengontrol stabilitas kapal, karena konstruksi bangunan kapal yang khusus, maka petugas

- 45 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
pemadam kebakaran tidak dapat bertindak dengan leluasa. Perlu diperhatikan orang-orang yang
tidak bertugas memadamkan kebakaran, menjauh dari lokasi kebakaran dan tidak diperkenankan
masuk ke lokasi kebakaran tanpa perintah dari petugas pemadam kebakaran.
Sangat berbeda dengan kejadian kebakaran di darat, dimana orang yang terancam bahaya dapat
cepat menyingkir ke tempat yang aman. Pada kebakaran di kapal yang terjadi di tengah laut,
korban tidak dapat berlindung selain di dalam kapal. apalagi bila cuaca/ombak cukup besar. Oleh
karena itu pimpinan pemadam kebakaran harus dapat rnemutuskan dengan cepat, dan apabila
situasinya memang sudah tidak dapat diatasi, agar sekoci dan alat-alat penolong segera
diselamatkan, supaya dapat digunakan untuk tindakan penyelarnatan lebih lanjut.
Bila kebakaran sudah dapat dipadamkan, masih perlu diadakan pengawasan tentang kemungkinan
terjadinya penyalaan kembali yang disebabkan masih adanya sumber penyalaan yang tersisa atau
bertambahnya kekuatan angin sehingga menambah kadar oksigen. Yang sangat menunjang
terjadinya penyalaan. Dari sifat-sifat khusus kebakaran kapal yang di bahas di atas dapat diketahui.
Bahwa penanggulangan bahaya kebakaran di kapal adalah lebih sulit, dan ancaman bahaya
khususnya terhadap jiwa manusia adalah lebih besar. Oleh sebab itu usaha pencegahan bahaya
kebakaran harus dilakukan secara ketat, dan tindakan keamanan di masing-masing ruangan kapal
yang di duga dapat menimbulkan sumber api, harus benar - benar di tegakkan.

BERLINDUNG AGAR TIDAK TERKENA API

- 46 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
- 47 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Latihan Pemadaman Api
Latihan pemadaman api sangat penting dan sebaiknya dihubungkan dengan penugasan regular,
khususnya awak kapal baru seperti dalam peraturan. Intensitasnya tidak disediakan untuk
kebakaran sesungguhnya tetapi lebih pada merangsang kondisi, khususnya asap. Sebagai contoh
dalam penggunaan bom asap yang prosedur pengasapan tidak membahayakan awak kapal.
Sebaiknya dihitungkan pada konsekwensi yang mungkin dari kebakaran yang mempengaruhi
bagian kapal lainnya, yang diilustrasikan dengan baik, seperti motor pengganti yang terbakar dan
asap hitam yang dikeluarkan oleh material dasar, melindungi fire-fighting di dalam administrasi.
Asap hitam juga menyebabkan ruang radio di evakuasi sehingga peralatan utama radio tidak
tergangu penggunaannya untuk mengirim berita keluar. Untuk setiap jenis kebakaran, rencana
yang harus dipersiapkan.

1. Pintu kedap air, fire door atau seharusnya ditutup dan kipas ventilasi dihentikan
2. Pemadam kebakaran sebaiknya digunakan seperti portable hidran dan jika diperlukan
3. Awak kapal harus ditetapkan pada tugas-tugas yang berbeda,

4. Bagaimana api dipadamkan

- 48 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
5. Pintu keran harus ditutup
6. Mesin-mesin sebaiknya dimatikan

7. Akses dan escape digunakan


8. Dimana perlengkapan pakaian pemadam kebakaran terdekat disimpan
9. Emergency generator dan emergency pompa kebakaran dinyalakan

10. Pemeriksaan dibuat untuk mengumpulkan oil vapour dan bagaimana ia disebar secara aman.
Fire Drill diatasi sebaiknya secara luas di konfirmasi untuk berbagai spesifikasi. Kegunaan dari
fire drill dalam kebakaran diasumsikan terjadi di beberapa bagian kapal dan sebaiknya dibuat
peniruan. Kelengkapan dan kerjasama dari seluruh personil dan seluruh departement dalam fire
fighting sangat penting diawasi. Officer yang mengenal lokasi yang ditunjuk untuk pelatihan
sebaiknya in charge pada setiap operasi.

Tipe dan posisi dari supposed-fire sebaiknya bervariasi dari waktu ke waktu, misalnya:
1. Kargo fires yang dipertahankan atau lokasi lain
2. Api yang berdekatan dengan ruang muatan minyak

3. Api yang berada di mesin dan ruang pemanas


4. Api di ruang awak kapal atau ruang penumpang
5. Api di dapur yang membakar minyak

Ketika signal kebakaran diberikan anggota awak kapal harus melaksanakan tugas yang diberikan
kepada mereka tanpa menunggu perintah lebih lanjut. Anggota pemadam kebakaran yang
dikonsentrasikan dengan pemadam api sebaiknya di pasang pada stasiun yang ditunjuk untuk
menunggu perintah. Staff ruang mesin harus meyakinkan bahwa fire pump di ruang mesin siap
operasi dan water-pressure dinyalakan, termasuk fire-pump darurat dilokasikan di luar ruang
mesin.
Pemadam kebakaran sebaiknya dikirim untuk memperkirakan kebakaran. Selang di sekitarnya
seharusnya diletakkan dan air dialirkan, dengan disuplai pertama kali dari pompa ruang mesin,
kemudian hanya pompa emergency, selanjutnya isolating valve ruang mesin ditutup. Sejumlah
pemadam api (portable fire) harus siap sedia, dan awak kapal diinstruksikan untuk menggunakan
berbagai tipe pemadam kebakaran sesuai dengan jenis kebakaran yang terjadi. Misalnya
discharging water, foam, dry powder dan CO2. Dalam satu atau lebih kejadian dari pemadam
kebakaran sebaiknya dilaksanakan oleh anggota awak dari kapal yang berbeda. Awak kapal
sebaiknya juga dilatih menutup pembukaan seperti side seuttler, deadlights, doors, ventilating
shafts, tire doors, ruang anular sekeliling panel, menurunkan supply udara ke api dan
mengisolasinya dari bagian lain pada kapal, khususnya tangga-tangga lift.

- 49 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Officer seharusnya juga diperkenalkan dengan posisi remote control untuk kipas ventilasi, pompa
minyak (oil fuel pumps) dan keran tangki minyak dan diinstruksikan cara pengoperasiannya

- 50 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
BAB III
DASAR-DASAR PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
3.1 Mengevaluasi tanda vital korban.
PENILAIAN TANDA KEHIDUPAN
• Kesadaran
• Pernapasan
• Nadi/ sirkulasi
• Tekanan darah
• Suhu tubuh
• Refleks pupil
DEFINISI, TUJUAN & PRINSIP P3K
• Definisi: Pemberian perawatan darurat bagi korban, sblm mendpt pertolongan yg lbh
mantap oleh dokter/ petugas kesehatan lainnya.
• Tujuan: Menyelamatkan jiwa, mencegah & membatasi cacat, meringankan penderitaan
korban.
• Prinsip tindakan:
– Jangan panik, bertindaklah cekatan
– Perhatikan napas & denyut jantung, bila perlu CPR
– Hentikan perdarahan, bila ada
– Perhatikan tanda2 syok
– Jgn buru2 pindahkan korban, kecuali kebakaran
– Cegah aspirasi muntahan dgn memiringkan kepala

3.2 Pengetahuan dasar susunan dan fungsi tubuh.


Body structure and Function
 Sistem Kerangka dan Otot
 Sistem Jantung dan Pembuluh darah
 Sistem Pernapasan
 Sistem Saluran Kencing
 Sistem Saraf
 Sistem Endokrin
 Sistem Reproduksi
 Panca Indera

Sistem Kerangka
SISTEM TULANG KERANGKA…bagian-bagian

• Tl tengkorak (Cranium)
• Tl belakang (Vertebra)
• Tl selangka (Clavicula)
• Tl belikat (Scapula)
• Tl dada (Sternum)

- 51 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
• Tl iga (Costa)
• Tl lengan atas (Humerus)
• Tl lengan bawah
 Tl pengumpil (Radius)
 Tl hasta (Ulna)
• Tl telapak tangan (Carpal & Metacarpal)
• Tl jari tangan (Phalanx)
• Tl panggul (Coxae)
• Tl tungkai atas/paha (Femur)
• Tl tempurung lutut (Patella)
• Tl tungkai bawah
 Tl kering (Tibia)
 Tl betis (Fibula)
• Tl telapak kaki (Tarsal & Metatarsal)
• Tl jari kaki (phalanx)

Sistem Otot
• Otot Polos
Kerja secara otonom (diluar kemauan kita), kontraksinya tdk kuat namun teratur. Tdp pd
saluran napas, saluran cerna, pembuluh darah.
• Otot Seran Lintang
Kerja di bwh kemauan kita, kontraksinya kuat dan cepat lelah. Tdp pd otot rangka.
• Otot Jantung
Kerja secara otonom. Tdp pd jantung.

- 52 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Sistem Jantung dan Pembuluh darah
• Jantung tdd bag kanan & kiri, dgn 4 ruangan yakni serambi kanan, bilik kanan, serambi
kiri, bilik kiri. Jantung bag kanan berfungsi memompa darah kotor dari seluruh tubuh ke
paru. Jantung bag kiri berfungsi memompa darah bersih ke seluruh tubuh.
• Jantung berukuran sebesar kepalan tangan manusia, dibungkus selaput (Pericardium).
• Pembuluh darah ada 3 macam:
– Pembuluh nadi (Arteri), membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Warna
darah merah terang krn banyak mengandung O2 (kec arteri pulmonalis). Aliran
darah cepat & memancar.
– Pembuluh kapiler, merupakan anyaman pembuluh halus di kulit. Warna darah
merah segar. Perdarahan sifatnya merembes.
Pembuluh balik (Vena), membawa darah dari seluruh tubuh ke jantung. Warna darah kehitaman
krn banyak mengandung C

- 53 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Sistem Pembuluh darah

Sistem Pernapasan
• Paru tdd 2 bag
– Bag kanan tdd 3 lobus (atas, tengah, bawah)
– Bag kiri tdd 2 lobus (atas, bawah)
• Paru dibungkus selaput (Pleura).
• Pd sist pernapasan, udara masuk mulai dari hidung  faring  laring  trakea  bronkus
 bronkiolus  alveolus
• Dlm alveolus tjd pertukaran zat O2 dan CO2 (oksigenisasi). O2 masuk ke dlm darah, CO2
keluar melalui udara pernapasan (ekspirasi).
• Frekuensi napas normal pd manusia : 16-24 x/menit. Pd bayi dan org pasca aktivitas,
frekuensi dpt di atas normal.

Susunan Pencernaan
• Pencernaan adalah suatu proses biokimia utk mengolah makanan mjd zat2 yg mudah
diserap oleh selaput lendir usus halus.

- 54 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
• Organ pencernaan meliputi pipa makanan, lambung, usus halus, usus besar, hati, empedu,
pankreas.
• Beberapa proses pencernaan:
 Pengunyahan : Gigi
 Penelanan : Lidah & air liur
 Pencairan & pencernaan : Lambung
 Penyerapan : Usus halus

Sistem Saluran Kencing


• Tdd ginjal, ureter, kandung kemih, uretra.
• Ginjal ada 2 buah (kanan & kiri), terletak di belakang rongga perut. Ginjal kiri lebih tinggi
± 1-2 cm dari ginjal kanan.
• Ginjal tdd banyak glomerulus, utk mensekresikan zat2 tertentu. Zat yg berguna diserap
kembali, zat yg tdk berguna keluar ke tubulus  pyelum  ureter  kandung kemih (utk
dikumpulkan)  keluar melalui uretra.

Sistem Saraf
 Sistem saraf manusia terdiri dari:

- 55 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
 Sistem Saraf Pusat
 Sistem Saraf Perifer
 Sistem Saraf Pusat:
 Otak, sumsum tulang belakang
 Sistem Saraf Perifer:
 Saraf sensorik
 Saraf motorik

Sistem Endokrin
 Sistem yang berfungsi menghasilkan hormon untuk metabolisme tubuh
 Contoh:
 Hipofisis
 Tiroid (kelenjar gondok)
 Paratiroid
 Pankreas
 Kelenjar sex (testis dan ovarium)

Sistem Reproduksi Pria dan Sistem Reproduksi Wanita

• Laki-laki, tdd:
– Scrotum, yg berisi 2 buah testis
– Saluran sperma (Vas deferens)
– Vesica seminalis
– Penis
• Perempuan, tdd
– Genitalia interna, tdd indung telur (Ovarium), saluran telur (Tuba falopii), rahim
(Uterus), vagina.
– Genitalia externa, tdd Mons pubis, bibir besar (Labia mayora), bibir kecil (Labia
minora), vulva, introitus vagina.

3.3 Meletakkan posisi korban.


ASPEK PERAWATAN

- 56 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Pengertian.
1. Perawatan adalah suatu pengabdian yang Iuhur berdasarkan kasih dalam memberikan
pelayanan kesahatan jasmaniah dan rohaniah kepada sesama manusia tanpa memandang
bangsa, golongan dan agama, baik yang sakit maupun yang sehat dangan me-mpergunakan
segala ilmu dan seni,
2. Dalam merawat orang sakit, perlu di ketahui sepuluh pedoman perawatan sebagai berikut
a. Mengutamakan keperluan pasien
b. Menunjukkan kemauan bekerja dan perasaan bertanggung jawab.
c. Berfikir sebelum dan sesudah bekerja.
d. Menjaga kebersihan Iingkungan pasien dan ruangan.
e. Menahan emosi didalam ruangan pasien, menolong pasien dengan wajah berseri.
f. Tidak bertindak menyimpang dan peraturan dan perintah dokter.
g. Jangan keliru memberi obat.
h. Selalu memegang rahasia jabatan.
i. Mengusahakan agar tidak menambah penderitaan pasien.
j. Merawat semua pasien seperti merawat kaluarga sendiri dengan tidak menyimpang
dari peraturan perawatan.
3. Tujuan Pelayanan Perawatan :
a. Menolong pasien supaya selekas mungkin bebas dan segala penderitaan.
b. Mencegah penyakit dengan manghindarkan penularan.
c. Membantu meringankan penderitaan dan menenangkan pasien dalam menghadapi
kematian. `
d. Memajukan kesejahteraan dan mendidik masyarakat serta membangkitkan usaha
sendlri dalam mempertinggi kesehatan.
4. Petunjuk Umum Merawat pasien :
a. Sebelum mengerjakan setiap peraturan perawat diwajibkan menerangkan kepada
pasien yang akan dikerjakannya sehingga pasien sendiri pasien akan siap mental
menghadapi segala sesuatu yang akan dialami terutama pada efek yang dapat
menimbulkan rasa sakit pada pasien.
b. Usahakanlah menerangkan setiap langkah yang dikerjakan dengan kata-kata yang
sederhana mungkin. Jelaskan pada Pasien bahwa perawatan yang akan dilaksanakan
penting untuk pasien agar ia lekas pulih sehingga dapat dengan cepat berkumpul
kembali dengan keluarganya
c. Dalam hal tertentu pasien membutuhkan bimbingan sesuai dengan agama yang
dianutnya.
5. Perawatan Dasar
Mamandikan Pasien
1) Tujuan
- Membersihkan kulit dari kotoran dan bau.
- Menyegarkan Pasien.

- 57 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
- Merangsang peredaran darah, urat syaraf dan pengendoran otot
2) Waktu :
- Dilakukan pada pagi dan sore hari dan sewaktu-waktu bilamana diperlukan.
3) Pelaksanaan :
- Dilakukan pada pasien yang tidak dapat dan tidak diijinkan mandi sendiri.
- Pada pasien baru yang dalam keadaan kotor.
- Sewaktu-waktu bila diperlukan.
4) Persiapan alat - alat
- Dua baskom berisi air dingin/hangat kuku.
- Dua waslap pasien.
- Sabun mandi dalam tempatnya.
- Dua handuk Ukuran sedang untuk muka dan Ukuran basar untuk badan
- Selimut mandi.
- Pakaian pasien yang bersih.
- Tempat untuk pakaian kotor.
- Pot / urinal
- Botol berisi air untuk cebok,
- Kapas.

3.4 Teknik pertolongan pernapasan.


PERNAPASAN BUATAN
RESUSITASI JANTUNG PARU
• Metode utk mengembalikan fungsi pernapasan & sirkulasi pd pasien yg mengalami henti
napas & henti jantung
• Tahap-tahap RJP:
– Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support)
– Bantuan Hidup Lanjut (Advanced Life Support)
– Bantuan Hidup Jangka Panjang (Prolonged Life Support)
• Tahap II & III dilakukan di RS
• Pd awal RJP tahap I (BHD) dilakukan penilaian respon (kesadaran) & minta pertolongan
• RJP tahap I (BHD) tdd 3 fase:
• A (Airway) : Pembebasan jalan napas
• B (Breathing) : Ventilasi & oksigenasi paru secara darurat
• C (Circulation) : Bantuan sirkulasi

- 58 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Tindakan Pertolongan

Bila menemukan korban dengan jantung yang berhenti dan pernafasan yang berhenti pula, maka
pertolongan yang dianjurkan adalah tindakan RESUSITASI JANTUNG DAN PARU (RJP).
RESUSITASI JANTUNG DAN PARU adalah tindakan pertolongan kombinasi antara pertolongan
pengembalian fungsi jantung dan pernafasan, terhadap seseorang dimana kedua fungsi tersebut
mengalami kegagalan total oleh suatu sebab yang datangnya secara tiba-tiba, dan orang-orang
dengan kondisi tubuh yang memungkinkan untuk hidup normal yang selanjutnya bila kedua fungsi
tersebut bekerja kembali.

Cara Memberi Bantuan Pemafasan Dengan Sistem Mulut Ke Mulut

Cara Memberi Bantuan Pernafasan Dengan Sistem Mulut Ke Hidung

Mouth - to – nose - respiration


Untuk mengembalikan aliran darah pada seseorang yang jantungnya berhenti berdenyut, harus

- 59 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
digunakan tehnik yang disebut KOMPRESI DADA LUAR.
Tindakan ini terdiri dari pemberian tekanan yang berirama, teratur, diatas tulang dada (sternum)
korban. Setiap penekanan pada dada mengakibatkan darah didorong keluar dari jantung, sehingga
mengalir melalui pembuIuh - pembuIuh darah didalam tubuh, dan terciptalah apa yang disebut
SIRKULASI BUATAN. Akan tetapi kompresi dada ini memerlukan Iebih dari sekedar menolong
secara sembarangan pada dada saja, akan tetapi agar aman dan efektif Kompresi dada Iuar harus
diberikan tempat yang tepat dengan irama yang tepat dan harus dikombinasikan dengan pemberian
pernafasan buatan.
Adapun keberhasilan Resusitasi Jantung Paru ini sangat ditentukan oleh beberapa hal yaitu :
- Mengetahui saat terjadinya Respiratory Arrest dan cardiac arrestnya.
- Tindakan pertolongan segera tanpa menunggu ini dan itu.
- Ketrampilan penanganan terhadap korban dengan tepat.
- Pengatahuan yang diterapkan.
- Saat korban masih dalam keadaan antara mati klinis dan mati biologis.

Tehnik Kompresi Dada Luar


Untuk melakukan Komprasi dada luar, partama - tama harus diperhatikan bahwa korban terbaring
terlentang datar pada permukaan yang keras, bila korban terbaring pada permukaan yang Iunak

- 60 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
seperti tilam yang empuk (soft), tempat tidur yang menggunakan per (spring bad), permukaan yang
terletak di bawahnya akan ikut bergerak setiap kali dilakukan penekanan pada dada, dan anda tidak
akan berhasil menekan dada itu sandiri. Bila anda menemukan korban yang terduduk di kursi atau
terbaring di tempat tidur, maka korban harus cepat dipindahkan ke Iantai dan berbaring terlentang.
Segera setelah korban diletakkan pada posisi yang benar, penolong terus barlutut disamping dada
si korban, dan tentukan Ietak titik yang benar untuk kompresi dada. Untuk menggunakan itu
digunakan jari telunjuk dan jari tengah tangan anda yang paling dekat dengan kaki korban untuk
menemukan batas bawah tulang rusuk yang terdekat, guna mencari tulang taju padang korban.
Sekarang geserkan jari - jari anda ke atas sepanjang sisi tulang iga menuju tonjolan tulang taju
pada korban yang terletak dipertengahan tulang dada korban bagian korban kemudian Ietakkan
jari - jari tangan anda 2 jari di atas tulang taju pada korban.
Seterusnya Ietakkan pangkal pergelangan tangan anda yang sebelahnya disebalah atas ujung jari
telunjuk anda. Kemudian jauhkan jari telunjuk tangan anda dan taruhkan pangkal pergelangan
tangan anda yang lain, di atas pangkal pergalangan tangan anda yang telah berada di atas tulang
dada korban tersebut.

3.5 Mengontrol pendarahan.


Pengertian Luka

Luka adalah keadaan dimana terputusnya jaringan bawah kulit / lapisan bahwa kulit yang

- 61 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
diakibatkan karena suatu luka paksa.
Macam - macam Iuka
a. Luka memar (Haematoom)
b. Luka sayat / iris (Vulnus Scisum)
c. Luka robek (Vulnus Laceratum)
d. Luka tusuk (Vulnus Punctum)
e. Luka tembak (Vulnus Sclopectorum)
f. Luka bakar (Combustio).

Dasar Pertolongan
a. Menghentikan pendarahan
b. Mencegah terjadinya infeksi
c. Mencegah kerusakan jaringan Iebih parah
d. Mempergunakan cara - cara pertolongan agar penyembuhan Iebih cepat.
Alat - alat yang diperlukan
Berupa sebuah tas P 3 K yang berisi antara lain
a. Obat desinfeksi : - Mercurochrcom
-Yudium tinctura 3,5 %.
b. Kapas dan kain kasa.
c. Kain segitiga (Mittle).
d. Pembalut cepat.
e. Obat-obatan panghilang rasa sakit.
f. Odo Cologne atau cairan amoniak.
g. Spalk/bidai/alastik verband.
h. Piaister / band aid / tensoplast / lsufratull.
i. Gunting peniti.
j. Obat untuk memar - Thrombophob.
- Lasonil.
PERDARAHAN
• Definisi: Keluarnya darah dari pembuluh darah
• Penyebab:

- 62 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
– Robeknya dinding pemb drh (trauma,operasi)
– Kelainan dinding pemb drh (infeksi,keganasan)
– Kelainan pembekuan drh (hemofilia)

Macam Pendarahan
1) Pendarahan Iuar
Ada tiga macam pendarahan antara Iain :
a) Perdarahan dan pembuluh rambut (Capiler) Tanda-tandanya sebagai berikut :
b) Pendarahan dan pembuluh darah balik (Vena)
c) Pendarahan dan pembuluh nadi (Arteri).
2) Pendarahan dalam
Pendaraha dalam adalah pendarahan yang terjadi di dalam tubuh antara lain pecahnya pembuluh
darah, robeknya pembuluh darah.

PENANGGULANGAN PERDARAHAN
• Perdarahan dalam hrs ditangani di RS
• Secara alamiah:
– Pembekuan
– Pembuluh darah mengempis
– Penurunan tekanan darah shg aliran berkurang
• Menolong perdarahan luar:
– Menekan lgs pd luka dgn tangan/balut tekan
– Menekan pembuluh drh sumber perdarahan
– Tekanan dgn torniket
Cara Menggunakan Tourniquet Dengan Aman Dan Benar
Menggunakan dan mengencangkan Torniquet
Catatan :
1) Tidak boleh menutupi tourniquet dengan pakaian atau perban atau
menyembunyikannya
Tidak boleh mengendorkan tourniquet, tanpa seijin petugas

- 63 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
3.6 Dasar penanganan shock
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, peserta Diklat mampu :
- Menjelaskan jenis-jenis shock.
- Menangani berbagai jenis shock

Pemeriksaan Vital Sign :


Dilihat apakah penderita sadar atau tidak.
Untuk mengetes kesadarannya diberikan pertanyaan-pertanyaan yang bisa ia jawab. Kalau
seandainya penderita itu ditegur baru bisa menjawab berarti kesadarannya menurun. Bila
seandainya ditegur dan itu kemudian dirangsang tapi tidak menjawab tidak ada respon, penderita
dalam keadaan koma. Kemungkinan Iain dalam keadaan tidur yang dalam sekali. Kemudian
penderita diraba apakah penderita panas atau tidak. Secara objektif mengukur panas ialah dengan
thermometer.
Temperatur normai yaitu :
36°C - 37 °C
> 37 °C - 38°C disebut demam

- 64 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
> 38 °C - disebut panas.
Kadang-kadang penderita bisa dingin sekali yang disebut Hypothermi, dan hypothermi ini
berbahaya bila < 32 °C.
Temperatur yang tinggi disebut Hyperthermi (Hyperpyrexia) yang segera diturunkan dengan obat-
obat anti pyrexia.
Pemeriksaan tekanan darah, perlu untuk mengetahui apakah penderita dalam keadaan shock atau
hipertensi.
Shock berarti keadaan systole < 70 mm Hg dan nadi meninggi.
Hypertensi bila systule > 160_ mm Hg.
Hypertensif krisis adalah hypertensi berat menunjukkan kompiikasi
seperti :
- Perdarahan otak (cerebral haemorhagic)
- Encephaiophaty
- Kejang-kejang
Biasanya nadi berkisar antara 60-90/menit (normal)
< 60 disebut bradycardi .
> 100 disebut tachycardi
> 160 disebut paroysmal tachycardi ,
> 200 (tidak dapat dihitung lagi, harus dengan monitor).
Biasanya pada shock, nadi jadi Iemah dan cepat, volume berkurang sampai tidak teraba lagi.
Bila penderita dalam keadaan shock kita segera bertindak, dengan Iebih dahulu mengetahui
penyebab dari shock tersebut. Ada baiknya segera memasang infus, dan cairan yang digunakan
Dextrose in water U NaCl 0,9% Hemacel.
Pada pemeriksaaan pernafasan kita melihat apakah penderita bernafas dari dada atau perut, cepat
atau lambat.
Pernafasan normal yaitu antara 16 - 24/ menlt.
Menarik nafas disebut inspirasi dan mengeluarkan nafas disebut expirasi.
Penderlta dengan pernafasan Iambat yaitu < 16 / menit dan dalam keadaan shock perlu tindakan
segera yaitu dengan memberikan 02 dan calran / infus.
Pada panderita dengan kesadaran menurun umpamanya dalam keadaan koma, kesadaran penderita
dalam kesadaran IV, bila digoyang tidak ada respons, tidak ada respons pupil terhadap cahaya.

- 65 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Yang penting kite tentukan dahulu apakah koma tersebut karena kelainan interne. Kalau pada
kelainan neurblogik kita melihat tanda-tanda trauma, pandarahan hidung, mulut dan telinga.
Besarnya pupil apakah sama atau tidak, reaksinya apakah sama atau tidak, melebar atau mengecil.
Biasanya pada keadaan neurologik tidak ada reaksi dan anisocori.
Kalau penderita dalam keadaan hypoglicaemi, berikan glukose 50% dalam air 40 cc.
Bila dalam keadaan hipertensi, pemberlan anti hypertensi seperti apresolin 10 mg tiap % jam dan
membuat tensi 160-170 (sytole).Tentu hal-hal Iain seperi pemberian 02, pemasangan intubasi dan
NTG telah dibicarakan dalam Critical Care Medicine dan juga pemberian seperti pemberian
enema.
Usahakan untuk tidak memberikan sedative. Jika penderita disangka mengalami cerebral cedama
yaitu menunjukkan gejala-gejala kejang dan lain-Iain, dapat diberikan manitol 300 cc dalam 30
menit dan juga Dexametazon 10 mg, kemudian 5 mg Dexametazon tiap 6 jam,
Bila fasilitas memungkinkan dapat dilengkapi dengan pemeriksaan laboratorium seperti
pemeriksaan electrolyt dan astrup.
Untuk pengukuran pulmonary wedgt pressure, secepat mungkin mengambil riwayat mengenai
sebab-sebab shock
PENANGGULANGAN SYOK
• Perhatikan tanda vital, bila perlu CPR
• Bila tanda vital masih ada, longgarkan pakaian, O2 bila perlu
• Stop perdarahan jika ada
• Bila sadar, beri minum sedikit2
• Atasi rasa sakit jika ada

3.7 Penanganan luka bakar dan sengatan listrik.


Tujuan Instruksional Khusus
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, peserta Diklat mampu menjelaskan berbagai Iuka bakar
dan cara mengatasinya.
Biasanya kita berpikir tentang Iuka bakar dikulit sebagai suatu sebab Iuka yang disebabkan panas.
Namun Iuka bakar bisa mencakup jaringan dan kulit. Luka itu disebabkan bukan hanya oIeh panas,
tetapi juga oIeh :
- Zat kimia
- Arus Iistrik
- Radial sinar X

- 66 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
- Reaktor nuklir
- Bom atom
Dalam Iuka bakar yang parah, nyawa pasien terancam karena ;
- Shock-kehilangan cairan dengan gangguan dalam keseimbangan elektrolit.
- Infeksi
Luka bakar biasa karena panas :
Parahnya Iuka bakar, begitu juga caranya pengobatan, tergantung pada dalamnya Iuka itu.
Luka bakar dibagi atas 3 tingkat yaitu ;
a. Tingkat pertama
b. Tingkat kadua
c. Tingkat ketiga.
Luka bakar tingkat pertama
- Pada tingkat ini hanya kulit Iapisan Iuar (epidermis) saja yang rusak
Tanda - tandanya :
- Kulitnya terasa nyeri
- Warnanya merah
- Mungkin sampai membengkak tetapi tidak Iuka
Contohnya;
- Terbakarnya kerana panas matahari
- Uap air panas (bukan yang mandidih)
- Prognasenya :
Kalau sudah sembuh tidak meninggalkan bekas.

Tindakan:
Mengobati Iuka bakar tingkat pertama ialah menghilangkan rasa sakit, yaitu dengan cara :
a. Merendam atau diguyur dengan air dingin (10°).
b. Kulit diolesi dengan salep yang tidak barlemak, yang mengandung obat bius.
c. Atau kita buat pasta, yaitu dengan mengaduk soda bakar dalam air.

Luka bakar tingkat kedua : `


Pada tingkat kedua, bukan hanya Iapisan kulit yang rusak tetapi Iapisan-lapisan dibawahnya

- 67 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
(dermis).
Tanda - tandanya :
- Cairan-cairan menerobos bagian yang cedera sehingga menimbulkan Iepuh- Iepuh yang
mudah pecah .
- Karena Iapisan Iuar kulit sudah pecah maka infeksi mungkin akan berkembang
- Rasa nyeri pada pin prick tes (test tusuk jarum)
- Bengkak
- Akar-akar rambut masih ada
- Warna kulit luar hitam.
Contohnya:
- Terbakar mahari yang Iebat.
- Tersiram air panas mendidih dan tersentuh benda panas dll
Prognosa :
Pada Iuka bakar tingkat kedua terbagi 2 kriteria yaitu:
- Tingkat dua ringan - superficial
- Tingkat dua - dalam.
Jadi hanya tingkat kedua superficial kulit muka mudah disembuhkan tanpa bekas yang terlalu
menyolok, tapi bila terjadi tingkat dua dalam, hal ini akan manggangu tingkat kosmetik, dan
banyak sekali menyebabkan parutan (Scar) ataupun kontaktur.
Tindakan P3K:
- Rasa sakit dapat dihilangkan dengan mencuci bagian yang terbakar didalam air dingin, kalau
mungkin masukkan es batu kedalam air supaya dingin. KaIau tak mungkin kompreslah dengan
air dingin.
- Jangan gunakan salep atau minyak,
- Pakaian harus dibuka pada bagian-bagian yang terbakar.
- Kalau Iuka itu parah, atau sisa-sisa kain itu masih melekat pada Iuka, balutlah Iuka itu tanpa
membuang sisa – sisa kain sampai si korban tiba di Rumah Sakit.
- Apabila daerah Iuka itu kecil saja dan apabila penolong dapat membersihkan Iuka, dia dapat
melakukannya, yaitu ;
- Membersihkan Iuka itu dengan air hangat dan sabun
- Jagalah jangan sampai Iuka itu tercuci

- 68 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
- Gunakanlah pembalut yang steril atau kain tipis yang bersih dan yang baru disetrika
- Disamping menjaga kebersihan Iuka, gunakanlah antibiotika untuk mencegah infeksi
(dibawah pengawasan dokter).
Kalau kebanyakan bagian tubuh yang terbakar, korban itu harus segara diopname. Luka bakar
yang hebat dapat menimbulkan komplikasi shock dan infeksi, untuk menangani hal ini maka
tindakan harus dititik beratkan pada :
a. Mencegah shock
b. Menghilangkan rasa sakit
c. Mengatasi infeksi
d. Merawat Iuka dengan baik.

Untuk mengurangi shock, pasien harus dibaringkan serta bersandar, dan kakinya diangkat sedikit.
Dia harus dijaga agar tetap hangat, tetapi jangan sampai kepanasan.
- Untuk menjaga kemungkinan terjadi pembengkakan, maka cincin, gelang, atau benda-benda
serupa harus dilepaskan biarpun bagian tersebut tidak terbakar.
- Si korban harus diberi minum secukupnya setiap lima belas atau dua puluh menit. ini akan
mengganti cairan tubuh yang hilang dari daerah yang terbakar, dan juga meringankan beban
ginjal dalam menangani beban tambahan yaitu racun-racun. Air garam saline, sesendok teh
dicampur pada seliter air, dapat diberikan sebagai minuman, apalagi kalau urusan angkutan ke
Rumah Sakit terlambat. ini mencagah agar korban itu tidak muntah.
Luka bakar tingkat ketiga:
Luka bakar tingkat tiga ini mencakup kerusakan kulit seluruhnya yang ada di daerah terbakar.
Yang lebih parah yaitu jaringan-jaringan yang Iebih dalam seperti otot yang turut terbakar, Oleh
karena kulit itu sudah rusak, maka dianjurkan supaya diadakan pencangkokan kulit (Skin Graft)
sedini mungkin.
Tanda-tandanya :
- Kulit berwarna hitam, kering, atau bila kulitnya sudah terkelupas akan berwarna pucat
kuning/putih.
- Pada test tusuk jarum tak terasa sakit.
- Tampak pambuluh darah yang mati.
Contohnya :

- 69 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
- Tarbakar.
- Tersenggol benda panas yang agak lama.
- Terbakar listrik.
Prognose:
Bila tidak secara serius ditangani, maka akan barakibat fatal.
Tindakan:
- Sama saja dengan menangani kasus Iuka bakar tingkat II.
- Tidak banyak yang dapat dilakukan terhadap bagian-bagian yang terbakar, kecuali
membarsihkannya dan membalutnya dengan kain yang bersih.
- Secepatnya dikirim ke Rumah Sakit.
LUKA BAKAR…persentase
• Pembagian luas luka bakar berdasarkan rumus 9 (Rule of Nine):
– Kepala dan Leher : 9%
– Batang tubuh : 2x18% = 36%
– Lengan : 2x 9% = 18%
– Tungkai : 2x18% = 36%
– Kemaluan : 1%
---------
100%

- 70 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
3.8 Pertolongan dan pemindahan korban.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, paserta mampu .
- Menjelaskan tentang alat-alat transportasi bagi pendarita persyaratannya,alat- alat medis yang
diperlukan serta cara-cara menolong penderita.
- Melakukan/memparagakan cara - cara menolong penderita.
Syarat-Syarat Transportasi Penderita
Bahwa kejadian yang menimpa seseorang sehingga mengakibatkan jiwanya terancam tidaklah
pada tempat dan waktu yang telah ditentukan, akan tetapi kejadiannya berlangsung secara tiba-
tiba dengan tidak mengenal tempat dan waktu, maka dalam pergaulannya banyak tergantung pada:
- Masyarakat yang berada disekitarnya, apakah masyarakat tersebut mampu melaksanakan
pertolongan ataukah tidak mampu melaksanakan pertolongan.
- Sistem komunikasi yang tersedia separti telepon, radio, dan Iain-Iain.
- Alat transportasi yang ada.
Pergaulan harus dilaksanakan secara cepat dan tepat.
Cepat, segera memberikan pertolongan begitu peristiwanya terjadinya Jarak waktu antara
memberikan pertolongan dan kejadian harus pendek Maka hal ini transportasi dan
komunikasi memegang peranan penting.
Tepat, pemberian tawaran pertolongan yang tepat sesuai dengan apa yang dibutuhkan, baik
oleh yang memberikan pertolongan maupun peralatan ataupun obat - obatan yang
digunakan.

Seseorang penderita dapat ditransportasikan bila penderita tersebut telah siap untuk
ditransportasikan, yaitu :
» gangguan pernafasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi
» pendarahan dihentikan
» Iuka telah dibersihkan dan ditutup
» tulang - tulang yang patah telah difixasi/dipasang bidai.
Selama transportasi, penderita harus diawasi (monitor) keadaan :
» kesadaran
» pernafasan (terutama jalan nafas harus bebas)
» tekanan darah dan denyut nadi (jantung)
Syarat Alat Transportasi dan sistem alat transportasi yang menyangkut hal-hal :
» tenaga pelaksana/personil
» kendaraan
» alat-alal medis.

Personil, harus mempunyai pengetahuan yang baik mengenai keterampilan kemampuan tehnik-
tehnik penanggulangan penderita gawat darurat, dan juga dapat mengemudi kendaraan serta telah
mendapat pendidikan tambahan dalam perawatan khusus.
Jumlah personil harus satu, dua, tiga atau empat orang.

- 71 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Kendaraan dapat berupa kendaraan :
» darat, misalnya ambulans, pick up, truck, dll
» Iaut, misalnya kapal
» udara, yaitu pesawat terbang, helikopter.

Kendaraan tersebut harus memungkinkan :


» penderita dapat telentang, yang memudahkan jalan nafas bebas.
» ruang cukup luas sehingga petugas dapat bergerak leluasa dan memungkinkan dapat membawa
penderita lebih dari satu
» ruang cukup tinggi sehingga infus dapat digantung diatas.
» dapat melakukan komunikasi ke sentral komunikasi dan rumah sakit
» Alat angkut mempunyai identitas yang jelas misalnya untuk kapal laut dengan mengibarkan
bendera-bendera khusus untuk klasifikasi penderita yang sedang diangkut, atau pada
kendaraan-kendaraan ambulans untuk membedakannya dengan kendaraan Iain.

Alat-alat medis yang diperlukan adalah:


» Resuscitator, Airviva , Ambu bag, dan sebagainya untuk pernafasan buatan.
» Oxygen (zat asam)
» Alat hisap (suction dengan pedal atau vacum atau listrik)
» Obat-obatan dan cairan infus
» Pembalut, bidai, torniquet, alat suntik
» Tandu atau vacum matras
» Peralatan inkubasi (Iaryngoskop, tube, xylocain, spray)
» Cardiac monitor atau ECG transmitter atau defidrilator bagi mereka yang telah mendapatkan
pendidikan khusus.

3. Cara Transportasi
Transportasi dilaksanakan setelah syarat terpenuhi, sehingga tujuan transportasi untuk
memindahkan penderita dengan tanpa memperburuk keadaan penderita dapat tercapai. Sebelum
mencapai kendaraan, maka transportasi dilaksanakan oleh
tenaga manusia (parsonil).

- 72 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
- 73 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
- 74 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
- 75 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
- 76 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
- 77 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
- 78 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
- 79 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
- 80 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
- 81 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
- 82 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
3.9 Penggunaan pembalut dan peralatan P3K.

- 83 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
- 84 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
- 85 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
- 86 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
- 87 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
- 88 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
- 89 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
- 90 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
BAB IV
PERSONNAL SAFETY SOCIAL RESPONSIBILITY

4.1 Prosedur keadaan darurat.


PENGERTIAN
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dalam bahasa Inggris disebut Occupational
Health and Safety merupakan suatu keilmuan multidisiplin yang menerapkan upaya pemeliharaan
dan peningkatan kondisi lingkungan kerja, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, melindungi
tenaga kerja terhadap risiko bahaya dalam melakukan pekerjaan, serta mencegah terjadinya
kerugian akibat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan, atau pencemaran
lingkungan kerja.
K3 bertujuan agar lingkungan kerja higienis, aman dan nyaman, yang dikelola oleh tenaga
kerja sehat, selamat, dan produktif. Hal tersebut akan mendukung tercapainya peningkatan
produksi dan produktivitas suatu industri sehingga mampu bersaing dalam proses perubahan
global.
Kesehatan kerja secara khusus merupakan ilmu yang bertujuan agar tenaga kerja
memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial, dengan usaha
preventif ataupun kuratif terhadap penyakit/ gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor
pekerjaan dan lingkungan kerja. Keselamatan kerja merupakan ilmu yang ditujukan untuk
mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja,
penerapannya berkaitan dengan mesin, alat, bahan, dan proses kerja.

PROSEDUR- PROSEDUR DARURAT


Tujuan lnstruksional Khusus:
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini peserta diklat mampu menjelaskan dengan Iancar
tindakan-tindakan yang harus dilakukan apabila terjadi keadaan darurat di kapal.
PENDAHULUAN
Kecelakaan dapat terjadi pada kapal - kapal baik dalam pelayaran, sedang berlabuh atau sedang
melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan/terminal meskipun sudah dilakukan usaha supaya
yang kuat untuk menghindarinya.
Manajemen harus memperhatikan ketentuan yang diatur dalam Health and Safety work Act, 1974
untuk melindungi pelaut pelayar dan mencegah resiko-resiko dalam melakukan suatu aktivitas di
atas kapal terutama menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja, baik dalam keadaan normal
maupun darurat.

- 91 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Suatu keadaan darurat biasanya terjadi sebagai akibat tidak bekerja normalnya suatu sistem secara
prosedural ataupun karena gangguan alam.

Definisi
Prosedure :
Suatu tata cara atau pedoman kerja yang harus diikuti dalam melaksanakan suatu kegiatan agar
mendapat hasil yang baik .

Keadaan darurat :
Keadaan yang lain dan keadaan normal yang mempunyai kecenderungan atau potensi tingkat yang
membahayakan baik bagi keselamatan manusia, harta benda maupun lingkungan.
Prosedur keadaan darurat :
Tata cara/pedoman kerja dalam menanggulangi suatu keadaan darurat, dengan maksud untuk
mencegah atau mengurangi kerugian Iebih lanjut atau semakin besar.
Jenis - jenis Prosedur Keadaan Darurat :
- Prosedur intern (lokal)
Ini merupakan pedoman pelaksanaan untuk masing-masing bagian departemen, dengan
pengertian keadaan darurat yang terjadi masih dapat di atasi olah bagian-bagian yang
bersangkutan, tanpa melibatkan kapal - kapal atau pengusaha pelabuhan setempat.
- Prosedur umum (utama)
Merupakan pedoman perusahaan secara keseluruhan dan telah menyangkut keadaan darurat
yang cukup besar atau paling tidak dapat membahayakan kapal - kapaI Iain, dermaga/terminal.
Dari segi penanggulangannya diperlukan pengarahan tenaga yang banyak atau melibatkan
kapal-kapal/penguasa pelabuhan setempat.
JENIS-JENIS KEADAAN DARURAT
Kapal Iaut sebagai bangunan terapung yang bergerak dengan daya dorong pada kecepatan
bervariasi melintasi berbagai dearah pelayaran dalam kurun waktu tertentu, akan mengalami
berbagai problematika yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor separti cuaca, keadaan alur
pelayaran, manusia, kapal dan Iain-lain yang tidak dapat diduga oleh kemampuan manusia dan
pada akhirnya menimbulkan gangguan pelayaran.
Gangguan pelayaran pada dasarnya dapat berupa gangguan yang dapat Iangsung diatasi, bahkan
perlu mendapat bantuan Iangsung dari pihak tertentu, atau gangguan yang mengakibatkan
Nakhoda dan seluruh anak buah kapal harus terlibat baik untuk mengatasi gangguan tersebut atau

- 92 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
harus meninggalkan kapal.
Keadaan gangguan pelayaran tersebut sesuai situasi dapat dikelompokkan menjadi keadaan
darurat yang didasarkan pada jenis kejadian itu sendiri, sehingga keadaan darurat ini dapat disusun
sebagai berikut :

a. Tubrukan
b. Kebakaran/Iedakan
c. Kandas
d. Kebocoran/tenggelam
e. Orang jatuh ke Iaut
f. Pencemaran.
Keadaan darurat di kapal dapat merugikan Nakhoda dan anak buah kapal serta pemilik kapal
maupun Iingkungan Iaut bahkan juga dapat menyebabkan terganggunya ekosistem dasar laut,
sehingga perlu untuk memahami kondisi keadaan darurat itu sebaik mungkin guna memiliki
kemampuan dasar untuk dapat mengindentifikasi tanda-tanda keadaan darurat agar situasi tersabut
dapat diatasi oleh Nakhoda dan anak buah kapal maupun kerjasama dengan pihak yang terkait.
1) Tubrukan
Keadaan darurat karena tubrukan kapal dengan kapal atau kapal dengan dermaga maupun dengan
benda tertentu akan mungkin terdapat situasi kerusakan pada kapal, korban manusia, tumpahan
minyak ke Iaut (kapal tangki), pencemaran dan kebakaran. Situasi Iainnya adalah kepanikan atau
ketakutan petugas di kapal yang justru memperlambat tindakan, pengamanan, penyelamatan dan
penanggulangan keadaan darurat tersebut.
2) Kebakaran/Iedakan
Kebakaran di kapal dapat terjadi di berbagai Iokasi yang rawan terhadap kebakaran, misalnya di
kamar mesin, ruang muatan, gudang penyimpanan perlengkapan kapal, instalasi listrik dan tempat
akomodasi Nakhoda dan anak buah kapal.
Sedangkan Iedakan dapat terjadi karena kebakaran atau sebaliknya kebakaran terjadi karena
Iedakan, yang pasti kedua-duanya dapat menimbulkan situasi darurat serta perlu untuk diatasi.
Keadaan darurat pada situasi kebakaran dan Iedakan tentu sangat berbeda dengan keadaan darurat
karena tubrukan, sebab pada situasi yang demikian terdapat kondisi yang panas dan ruang gerak
terbatas dan kadang - kadang kepanikan atau ketidaksiapan petugas untuk bertindak mengatasi
keadaan maupun peralatan yang digunakan sudah tidak Iayak atau tempat penyimpanan telah
berubah.
3) K a n d a s
Kapal kandas pada umumnya didahului dengan tanda-tanda putaran baling-baling terasa berat,
asap di cerobong mendadak menghitam, badan kapal bergetar dan kecepatan kapal berubah
kemudian berhenti mendadak. Pada saat kapal kandas tidak bergerak, posisi kapal akan sangat

- 93 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
tergantung pada permukaan dasar laut atau sungai dan situasi didalam kapal tentu akan tergantung
juga pada keadaan kapal tersebut.
Pada kapal kandas terdapat kemungkinan kapai bocor dan menimbulkan pencemaran atau bahaya
tenggelam kalau air yang masuk ke dalam kapal tidak dapat diatasi sedangkan bahaya kebakaran
tentu akan dapat saja terjadi apabila bahan bakar atau minyak terkondisi dengan jaringan Iistrik
yang rusak menimbulkan
nyala api dan tidak terdeteksi sehingga menimbulkan kebakaran.
Kemungkinan kecelakaan manusia akibat kapal kandas dapat saja terjadi karena situasi yang tidak
terduga atau terjatuh saat terjadi perubahan posisi kapal.
Kapal kandas sifatnya dapat permanen dan dapat pula bersifat sementara tergantung pada posisi
permukaan dasar Iaut atau sungai, ataupun cara mengatasinya sehingga keadaan darurat seperti ini
akan membuat situasi di Iingkungan kapal akan terjadi rumit.
4) Kebocoran/Tenggelam
Kebocoran pada kapal dapat terjadi karena kapal kandas, tetapi dapat juga terjadi karena tubrukan
maupun kebakaran serta kerusakan kulit pelat kapal karena korosi, sehingga kalau tidak segera
diatasi kapal akan segera tenggelam.
Air yang masuk dengan cepat sementara kemampuan mengatasi keboccran terbatas, bahkan kapal
menjadi miring membuat situasi sulit diatasi. Keadaan darurat ini akan menjadi rumit apabila
pengambilan keputusan dan pelaksanaannya tidak didukung sepenuhnya dan seluruh anak buah
kapal, karena upaya untuk mengatasi keadaaan tidak didasarkan pada azas keselamatan dan
kebersamaan.
5) Orang jatuh ke Iaut
Orang jatuh ke Iaut merupakan salah satu bentuk kecelakaan yang membuat situasi menjadi darurat
dalam upaya melakukan penyalamatan.
Pertolongan yang diberikan tidak dengan mudah dilakukan karena akan sangat tergantung pada
keadaan cuaca saat itu serta kemampuan yang akan memberi pertolongan, maupun fasilitas yang
tarsedia.
6) Pencemaran
Pencemaran Iaut dapat terjadi karena buangan sampah dan tumpahan minyak saat bunkering,
buangan limbah muatan kapal tangki, buangan Iimbah kamar mesin yang melebihi ambang 15
ppm dan karena muatan kapal tangki yang tertumpah akibat tubrukan atau kebocoran.
Upaya untuk mengatasi pencemaran yang terjadi merupakan hal yang sulit karena untuk mengatasi
pencemaran yang terjadi memerlukan peralatan, tenaga manusia yang terlatih dan kemungkinan-
kemungkinan resiko yang harus ditanggung dan pihak yang melanggar ketentuan tentang
pencegahan pancemaran.

Organisasi keadaan darurat

- 94 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Suatu organisasi keadaan darurat harus disusun untuk operasi keadaan darurat.
Maksud dan tujuan organisasi bagi setiap situasi adalah untuk :
- Menghidupkan tanda bahaya.
- Menemukan dan menaksir besarnya kejadian dan kemungkinan bahayanya.
- Mengorganisasi tenaga dan peralatan.
Ada empat petunjuk perencanaan yang perlu diikuti :
Pusat komando.
Kelompok yang mengontrol kegiatan di bawah pimpinan Nahkoda atau perwira senior serta
dilengkapi perangkap komunikasi intern dan extern.
Satuan keadaan darurat.
Kelompok di bawah perwira senior yang dapat menaksir keadaan, melapor kepusat komando
menyarankan tindakan apa yang harus diambil apa dan mana bantuan dibutuhkan.
Satuan pendukung.
Kelompok pendukung ini di bawah seorang perwira harus selalu siap membantu kelompok induk
dengan perintah pusat komando dan menyediakan bantuan pendukung seperti peralatan,
perbekalan, bantuan medis, termasuk alat bantuan penapasan dan Iain-Iain.
Kelompok ahli mesin.
Kelompok di bawah satuan pendukung Engineer atau Senior Engineer menyediakan bantuan atas
perintah pusat komando. Tanggung jawab utamanya di ruang kamar mesin, dan bisa memberi
bantuan bila diperlukan.
KASUS-KASUS K3 DAN KERUGIAN AKIBAT KECELAKAAN KERJA
Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan/ yang
merugikan manusia, yang terjadi dikarenakan pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.
Kecelakaan kerja tersebut dapat menyebabkan 5 jenis kerugian, yakni kerusakan, kekacauan
organisasi, keluhan dan kesedihan, kelainan/ cacat, serta kematian. Bagian mesin, pesawat, alat
kerja, bahan, proses, tempat dan lingkungan kerja mungkin rusak oleh kecelakaan. Akibat dari itu,
terjadilah kekacauan organisasi dalam proses produksi. Orang yang ditimpa kecelakaan mengeluh
dan menderita, sedangkan keluarga dan kawan-kawan sekerja akan bersedih hati. Kecelakaan juga
tidak jarang berakibat luka-luka, terjadinya kelainan tubuh/ cacat, bahkan tidak jarang merenggut
nyawa sehingga berakibat kematian.
Kerugian-kerugian tersebut dapat diukur dengan besarnya biaya yang dikeluarkan bagi
terjadinya kecelakaan. Biaya tersebut dibagi menjadi:
 Biaya langsung
Tercakup disini biaya pemberian pertolongan pertama bagi kecelakaan, pengobatan/
perawatan di rumah sakit, biaya angkutan, upah selama tak mampu bekerja, kompensasi
cacat, dan biaya perbaikan alat-alat mesin serta biaya atas kerusakan bahan-bahan.

- 95 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
 Biaya tersembunyi
Biaya ini meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah
kecelakaan terjadi, mencakup berhentinya proses produksi oleh karena pekerja lainnya
menolong atau tertarik oleh peristiwa kecelakaan itu, biaya yang harus diperhitungkan untuk
mengganti orang yang sedang menderita karena kecelakaan dengan orang baru yang belum
biasa bekerja di tempat itu, dan sebagainya.
Gambaran besarnya kerugian akibat kecelakaan kerja dapat dilihat dari perbandingan antara
jumlah korban akibat perang dengan jumlah korban kecelakaan kerja pada periode yang sama saat
PD II (1939-1944).
Di Inggris, jumlah korban perang setiap bulannya sebanyak 8.126 orang, sementara korban
kecelakan kerja setiap bulannya sebanyak 22.109 orang. Di Amerika Serikat, jumlah korban
perang setiap bulannya sebanyak 22.088 orang, sementara akibat kecelakaan kerja berjumlah
160.747 orang.
Jumlah diatas sudah mencakup korban meninggal dunia, cacat keseluruhan yang menetap, cacat
sebagian yang menetap, dan cacat sementara.
Dewasa ini Jepang dan AS melaporkan lebih dari 2 juta kecelakaan kerja setiap tahunnya,
sedangkan Perancis, Jerman, dan Italia melaporkan lebih dari 1 juta kecelakaan setiap tahunnya.
Diduga, terjadi lebih dari 15 juta kecelakaan kerja di seluruh dunia setiap tahunnya.
Di Indonesia sendiri, kasus yang pernah dilaporkan berasal dari Jawa Timur dan sekitarnya. Di
wilayah Kanwil VI PT Jamsostek yang mencakup propinsi Jatim, NTB, dan NTT, ditunjukkan
bahwa selama tahun 2002 terjadi 22.946 kasus kecelakaan kerja. Angka kecelakaan kerja di Jatim
22.142 kasus, atau 96,5% dari seluruh kecelakaan di Kanwil VI. Artinya, dalam 1 bulan terjadi
1.845 kasus kecelakaan kerja. Dengan asumsi bahwa dalam sebulan ada 25 hari kerja, dalam sehari
rata-rata terjadi 73 kecelakaan kerja di Jatim. Sebagai tambahan, jumlah kecelakaan kerja di Jatim
dari tahun ke tahun justru bertambah. Dari 16.995 kasus kecelakaan kerja yang tercatat di tahun
1998, membengkak menjadi 22.142 kasus pada tahun 2002. Artinya, dalam empat tahun terakhir
rata-rata terjadi peningkatan angka kecelakaan kerja di Jatim sebanyak 6,8% per tahun. Angka-
angka di daerah lain di Indonesia mungkin relatif rendah, tetapi tidak berarti keadaan lebih baik,
melainkan pelaporan masih perlu ditingkatkan.
Beberapa kecelakaan kerja besar yang sempat terekspos media massa adalah meledaknya
cerobong di Pabrik Gula Semboro, Jember, dan yang terakhir ambruknya container crane di
Terminal Peti Kemas Surabaya.
DASAR HUKUM NASIONAL DAN INTERNASIONAL TENTANG K3
Berbagai konvensi standar pedoman dari ILO maupun standar teknis lainnya merupakan
acuan dalam penyelenggaraan K3. Di Indonesia berbagai peraturan perundangan yang berkaitan
dengan K3 telah banyak diterbitkan, baik dalam bentuk Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,
Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, serta Surat Edaran, antara lain:
1. UU Ketenagakerjaan No. 13/2003 yang menyebutkan bahwa pembangunan ketenagakerjaan
diselenggarakan atas azas keterpaduan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat
dan daerah.
2. UU Keselamatan Kerja No. 1/1970.
3. UU tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120, No. 3/1969.
4. Rekomendasi ILO No. 69/1944.

- 96 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
5. Konvensi ILO No. 102/1952.
6. Deklarasi Universal PBB 1948 Pasal 22/25.
7. UU tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja No. 3/1992.
8. PP tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom No.
25/2000.
9. PP tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja No. 14/1993.
10. Keppres tentang Penyakit yang Timbul karena Hubungan Kerja No. 22/1993.
11. Peraturan Menteri Perburuhan tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan, serta Penerangan
dalam Tempat Kerja No. 7/1964.
12. Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Kewajiban Latihan Hiperkes bagi Dokter
Perusahaan No. 1/1976, Paramedis Perusahaan No. 1/1979.
13. Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja No. 2/1980.
14. Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Kewajiban Melaporkan Penyakit Akibat Kerja No.
1/1981.
15. Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Pelayanan Kesehatan Kerja No. 3/1982.
16. Keputusan Menteri Tenaga Kerja tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Fisika No.
51/1999.
17. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja tentang NAB Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja
No. 1/1997.
18. Berbagai peraturan perundangan lainnya.

DAMPAK PERKEMBANGAN TEKNOLOGI TERHADAP K3


Perkembangan teknologi yang pesat di era global sekarang ini membawa dampak positif
maupun negatif dalam bidang K3, dimana segi positifnya adalah:
 Terjadinya penyebaran/ pertukaran informasi ilmu pengetahuan dan teknologi secara global
sehingga kita dapat mengakses informasi di bidang K3 secara mudah dan cepat.
 Masuknya investasi asing melalui pendirian perusahaan multinasional di Indonesia akan
mentransfer praktek/ manajemen K3 dengan standar yang lebih canggih.
Sedangkan segi negatifnya adalah:
 Perkembangan kemajuan IPTEK akan cepat memasuki setiap negara. Penggunaan IPTEK
yang canggih dapat menambah risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja jika kita tidak
siap mengadaptasi penerapan K3 berkaitan dengan transfer IPTEK tersebut.
 Adanya kesepakatan atau perjanjian regional atau multilateral yang mau tidak mau harus
diikuti.
 Tuntutan akan persyaratan standar Internasional yang semakin meningkat dimana
pengelolaan K3 harus memenuhi standar global, seperti ISO 9001 mengenai standar mutu,
dan ISO 14001 mengenai lingkungan.
 Komunikasi dan informasi antar negara yang semakin cepat dan mudah menyebabkan
mobilitas tenaga kerja meningkat, sehingga tenaga kerja yang profesional akan memperoleh
peluang lebih besar untuk mendapat pekerjaan. Demikian pula dengan semakin besarnya
tuntutan penerapan K3 di setiap industri maka hanya praktisi K3 yang mempunyai
kemampuan dan ketrampilan yang tinggi yang akan mampu berkompetisi.

- 97 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Untuk mengantisipasi era global serta perkembangan teknologi yang sangat pesat itu,
pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan penerapan K3, yakni:
 Pemerintah perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya penerapan K3 di setiap tempat
kerja sebagai sarana mencapai produktivitas dan daya saing yang dibutuhkan untuk dapat
bertahan di era global. Upaya ini dilakukan melalui pelatihan, penyuluhan, maupun seminar
di berbagai kesempatan.
 Seiring dengan meningkatnya transfer teknologi dan penggunaan bahan impor yang berasal
dari berbagai negara, maka pengawasan terhadap dipatuhinya peraturan perundangan di
bidang K3 perlu diperketat, terutama terhadap kemungkinan kasus kecelakaan dan penyakit
akibat kerja yang diakibatkannya.
 Pengkajian dalam rangka penyesuaian dan pembuatan ketentuan dan standar K3 perlu
dilakukan sesuai dengan perkembangan standar internasional.
 Menyadari akan keterbatasan pemerintah baik dari segi dana dan sarana lainnya, maka dunia
usaha didorong untuk melakukan program penerapan K3 secara mandiri. Demikian pula
perlu upaya kemitraan, khususnya agar industri besar dapat membimbing dan membantu
pelaksanaan penerapan K3 di industri kecil.
 Pemerintah akan terus berusaha meningkatkan kualitas maupun kuantitas SDM berkeahlian
K3 dengan mendorong tumbuhnya lembaga pendidikan di bidang K3.
 Koordinasi yang lebih intensif dalam bidang K3 perlu dilakukan dengan instansi terkait baik
pemerintah maupun swasta.

PENYEBAB KECELAKAAN KERJA


Kecelakaan kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan/ yang
merugikan manusia, yang terjadi dikarenakan pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.
Kecelakaan kerja dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
 Kecelakaan industri (industrial accident), yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja karena
adanya sumber bahaya atau bahaya kerja.
 Kecelakaan dalam perjalanan (community accident), yaitu kecelakaan yang terjadi di luar
tempat kerja yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja.
Secara umum ada dua penyebab terjadinya kecelakaan kerja, yakni:

1) Penyebab langsung (immediate causes), yang terdiri dari:


a) Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts/ substandard acts/ substandard practices),
antara lain mengoperasikan alat tanpa wewenang, gagal memberi peringatan, gagal
mengamankan, bekerja dengan kecepatan yang salah, menyebabkan alat-alat keselamatan
tidak berfungsi, memindahkan alat-alat keselamatan, menggunakan alat yang rusak,
menggunakan alat dengan cara yang salah, kegagalan memakai alat pelindung diri secara
benar, membongkar secara salah, menempatkan/ menyusun secara salah, mengangkat
secara salah, mengambil posisi yang salah, memperbaiki alat yang sedang beroperasi,
bersenda-gurau di tempat kerja, mabuk karena minuman beralkohol atau obat terlarang.
b) Kondisi-kondisi tidak aman (unsafe conditions/ substandard conditions), antara lain
peralatan pengaman/ pelindung yang tidak memadai/ tidak memenuhi syarat, bahan dan
peralatan yang rusak, terlalu sesak/ sempit, sistem-sistem tanda peringatan yang kurang

- 98 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
memadai, bahaya-bahaya peledakan dan kebakaran, tata letak dan kerapian (housekeeping)
yang jelek, lingkungan berbahaya/ beracun, bising, paparan radiasi, ventilasi dan
penerangan yang kurang.
2) Penyebab dasar (basic causes), yang terdiri dari:
a) Faktor manusia/ pribadi (personal factors), antara lain karena kurangnya kemampuan fisik,
mental, dan psikologi, kurangnya/ lemahnya pengetahuan dan keterampilan/ keahlian,
stres, motivasi yang tidak cukup/ salah.
b) Faktor kerja/ lingkungan kerja (job/ work environment factors), antara lain karena
kurangnya kepemimpinan/ pengawasan, kurangnya rekayasa (engineering), kurangnya
pembelian/ pengadaan barang dan bahan-bahan, kurangnya perawatan (maintenance), serta
kurangnya standar-standar kerja.
Yang sangat mendasar adalah bahwa penyebab langsung hanyalah merupakan gejala-gejala,
sehingga bila kita hanya menganalisis dan memperbaiki gejala ini, maka kecelakaan akan terjadi
lagi. Yang penting diselidiki adalah penyebab di baliknya, yakni penyebab dasar.

4.2 Pencegahan polusi.


PRINSIP-PRINSIP PENCEGAHAN PENCEMARAN.
Menyadari akan besamya bahaya pencemaran minyak di Iaut serta peningkatan kualitas
pencemaran yang sejalan/sebanding dengan meningkatnya kebutuhan minyak sebagai sumber
energi, maka timbulah, upaya-upaya untuk pencegahan dan penanggulangan bahaya tersebut oleh
negara-negara didunia yang selanjutnya dikeluarkanlah ketentuan-ketentuan Iokal atau
internasional oleh IMCO dengan konvonsl 1973 dan yang disempurnakan dengan protokol 1978
atau disebut MARPOL protocol 1978.
Dimana dalam ketentuan konvensi 73/78 diantaranya disebutkan bahwa pada dasarnya tldak
dibenarkan membuang minyak ke Iaut.

a. Sehingga untuk pelaksanannya timbullah ketentuan - ketentuan pencegahan :


1) Pengadaan tangki ballast terpisah (SBT) pada ukuran kapaI - kapaI tanker tertentu ditambah
dengan peralatan - peralatan tertentu.
2) Batasan-batasan jumlah minyak yang dapat dibuang dilaut.
3) Daerah-daerah pembuangan minyak.
4) Keharusan pelabuhan-pelabuhan, khususnya pelabuhan muat untuk menyediakan tangki
penampungan slop (ballast kotor).

b. Disamping itu juga timbul usaha-usaha penanggulangan misalnya:


1) Membuat contigency plant regional dan lokal.
2) Ditentukan atau dibuatnya peralatan penanggulangan,
misalnya oil boom, oil skimmer, cairan-cairan sebagai dispersant agent, dan lain-Iain.

c. Contingency plant adalah tata cara penanggulangan pencemaran dengan prioritas pada
pelaksanaan serta jenis alat yang digunakan dalam :
1) Memperkecil meminimalkan sumber pencemaran.
2) Melokalisasi dan mengumpulkan material pencemaran.
3) Menetralisasi pencemaran.
Oil boom alat pengumpul material pencemaran yang terapung, chemical dispersant (sinking

- 99 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
agent), sorbent dan bahan-bahan/zat penetral. Menetralisasi atau mencerai beraikan/dispersal
material pencemar tergantung dari :
1) Jenis minyak dan kerapatan (density)
2) Kepekatan (viscosity)
3) Pour point (titik endap)
4) Kadar lilin dan aspalnya.

CARA PEMBERSIHAN TUMPAHAN MINYAK


Pengalaman-pengalaman menunjukkan bahwa pembersihan minyak tidak selalu sama, tergantung
situasinya. Tumpahan dalam daerah yang kecil dan dapat diisolir adalah lebih mudah dibanding
dengan daerah yang luas.

Dispersant
Dispersant adalah untuk menenggelamkan minyak dari permukaan air, cara ini untuk mempercepat
hilangnya minyak dari permukaan air laut dan mempercepat proses penghancuran mikrobiologi.
Dispersant tidak akan berguna pada daerah pesisir karena adanya unsur timbel yang terlarut. Perlu
ditambahkan bahwa dispersant yang makin baik, selalu menggunakan pelarut yang lebih beracun
untuk kehidupan Iaut. Guna mangurangi daya racunnya, mau tak mau, dispersant yang didapat
kurang efektif.

Pembakaran
Membakar minyak diatas air laut umumnya sedikit sekali dapat berhasil, karena minyak ringan
yang terkandung telah menguap secara cepat. Panas yang dibutuhkan untuk pembakaran, cepat
sekali diserap oleh air sehingga panas tidak cukup untuk mendukung pembakaran tersebut. Banyak
yang dikembangkan adalah menaburkan zat-zat ringan di atas lapisan minyak tersebut yang
nantinya berfungsi untuk menambahkan api dengan air.
Tehnik pembakaran ini akan mengaibatkan polusi udara.
Dasar Pertimbangan :
Kapal tangki harus mendapat perhatian khusus dalam usaha untuk mencegah pencemaran
lingkungan, karena kapal tangki mudah menjadi sumber pencemaran pelabuhan, perairan atau
pantai dan asapnyapun dapat menyebabkan pencamaran udara.

Tumpahan Minyak di Pelabuhan


a) Jika terjadi tumpahan minyak digeladak supaya tumpahan itu dibersihkan dengan segera dan
diusahakan agar tidak ada yang mengalir ke Iaut.
b) Jika terjadi tumpahan minyak dari kapal ke Iaut, supaya segera dihilangkan dengan dispersant
yang tersedia, Kalau tumpahan minyak terlalu banyak dan sulit dihilangkan, maka Mualim
jaga harus segera melaporkan kepada petugas darat.

Larangan-Iarangan didalam Daerah Pelabuhan


a) Tidak dibenarkan membuang air got didalam daerah pelabuhan.
b) Tidak dibenarkan membuang sisa-sisa dapur dan sampah yang lain didalam daerah pelabuhan
c) Tidak dibenarkan mengeluarkan jelaga dari cerobong kapal didalam daerah pelabuhan

- 100 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Monitoring dan kontrol Pembuangan Minyak
Peraturan MARPOL 73/78 Annex l Reg. 1.6. menyebut-kan bahwa :
Kapal ukuran 400 GT atau Iebih tetapi Iebih kecil dari 1.000 GT harus dilengkapi dengan Oily
Water Separating Equipment yang dapat menjamin pembuangan minyak ke Iaut setelah melalui
sistem tersebut dengan kandungan minyak kurang dari 100 ppm.
Kapal ukuran 10.000 GT atau Iebih harus dilengkapi dengan:
Kombinasi antara Oily Water Separating Equipment dengan Oil Discharge Monitoring and
Control Systems, atau dilengkapi dengan Oil Filtering Equipment yang dapat mengatur buangan
campuran minyak ke Iaut tidak Iebih dari 15 ppm, alarm akan berbunyi bila melebihi ukuran
tersebut.

Pengumpulan sisa minyak .


Dalam melakukan usaha mencegah sekecil mungkin minyak mencemari Iaut, maka sesuai
MARPOL 73/78 sisa-sisa dari campuran minyak diatas kapal terutama di kamar mesin yang tidak
mungkin untuk diatasi seperti halnya hasil purifikasi minyak pelumas dan bocoran dari sistem
bahan bakar minyak, dikumpulkan dalam tangki penampungan seperti slop tanks yang daya
tampungnya mencukupi, kemudian dibuang ke tangki darat. Peraturan ini berlaku untuk kapal
ukuran 400 GT atau Iebih.
EVALUASI BAHAYA
GESAMP (Group of Experts on the Scientific Aspects of Marine Pollution atau kelompok ahli
dibidang aspek ilmu pencemaran lingkungan laut) diminta untuk membuat sistem evaluasi
penilaian bahaya.

Sistim evaluasi bahan - bahan ini didasarkan atas pengaruh pada :.


» Kehidupan bila terakumulasi
» Kerusakan pada sumber daya
» Bahaya pada kesehatan manusia (tertelan)
» Bahaya pada kesehatan manusia (kena kulit)
» Degredasi kehidupan.

Atas dasar di atas GESAMP mendefinisikan bahan-bahan cairan yang merugikan dan membagi
kedalam kategori di bawah ini :
Kategori A : Bahan-bahan yang menimbulkan bahaya besar bagi sumber daya laut dan kesehatan
manusia serta kerugian serius bagi lingkungan.
Kategori B : Bahan-bahan yang akan mendatangkan bahaya menengah kategori B termasuk
Acrylonitrile, butyraldehyde, carbon tetrachloide, epichlorohydrin, ethylene
dichloride, Phenol dan trichlorocthylene.
Kategori C : Bahan-bahan yang akan mendatangkan bahaya kecil, kategori C termasuk
Acetaldehyde, Bunlene, Cyclohexane, Ethylbenzene, Monoisopro - pilamine,
Pentane, Styrene, Topcene, Venylacetate dan xylene.
Ketegorl D: Bahan-bahan yang akan mendatangkan bahaya yang tidak dapat dikenal. Kategori
D termasuk Acetone, Butylacrylate, Isopentene, Phosporic Acid dan Yallow.
Annex ini juga berisi daftar bahan-bahan yang diketahui tidak mendatangkan bahaya bagi
kesehatan manusia, sumber daya laut, degradasi atau hal yang lainnya dilaut. Produk yang tidak
termasuk definisi dari cairan yang merugikan adalah Acetonitute, Cthylene, Glycol, Ethyl Alcohol,
Methyl Betone, Propylene Glycol, Propylene Oxide, Water dan Wine.

- 101 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Fasilitas Penampungan
Marpol 73 annex ll persyaratan Pemerintah anggota untuk menyediakan fasilitas penampungan di
pelabuhan muat, pelabuhan bongkar maupun pelabuhan untuk perbaikan kapal sesuai kepentingan
kapal.
Penyediaan fasilitas ini untuk mengontrol pencemaran dari kapal. Dekat sekitar pengadaan fasilitas
penampungan, kecuali penyediaannya dibayar adalah ilustrasi baik antara para technokrat dan
politisi. Bagaimanapun juga kebanyakan terminal sekarang melengkapi dan menyediakan fasilitas
penampungan terutama menerima polusi dari kategori A & B jenis residu.

CONTROL PEMBUANGAN MINYAK CAMPURAN DARI KAMAR MESIN


Pembuangan Air Got kamar mesin
1). Tindakan berjaga-jaga di kamar mesin.
a). Setiap kapal mempunyai sarana untuk mencegah bahan bakar minyak mengalir ke got
kamar mesin. lni dapat dipasang sarana got khusus, "gutter ways", dan penampungan
dibawah pompa, pamanas dan lain sebagainya. Penataan ini harus diperiksa teratur dan
penumpukan minyak harus ditransfer ke tangki penampungan sebelum kemungkinan
meluap ke got biasa. Penampungan dibawah pompa yang tidak didrain kedalam got
berminyak, harus dijaga tetap bersih sehingga sesuatu kebocoran akan segera terlihat dan
dapat diatasi sebelum hal ini meluap kedalam got biasa.
b). Perhatian harus juga diberikan untuk mencegah got kamar mesin biasa meluap kedalam got
berminyak dan "gutter ways".
c). Semua pipa tekanan minyak dan pipa minyak bahan bakar dan fitting harus diperiksa
dengan teratur untuk memastikan bahwa ke bocoran yang dapat mengakibatkan
kontaminasi terdeteksi pada tahap awal dan dapat dihadapi.
2). Pembuangan air dari got kamar mesin.
a). Air got yang terkontaminasi minyak tidak boleh dibuang keluar kapal kalau kapal berada
di dalam 12 mil Iaut dari pantai baik langsung atau melewati oil water separator, kecuali
kandungan minyak kurang dari 15 ppm dan memanuhi paraturan Iokal. Air yang
terkontaminasi minyak dalam got kamar mesin, sebelum tiba dan waktu kapal dipelabuhan
harus, jika mungkin, dibuang ke fasilitas darat sebelum kapal berlayar. Conection bongkar
– muat yang standard sesuai dengan ketentuan peraturan 19 dalam Annex I MARPOL
73/78 harus ada untuk memudahkan pembuangan ke fasilitas penerimaan pengumpulan air
got berminyak.
b). Jika tidak ada fasilitas penampungan darat, air got harus dipompa kedalam sludge tank
(tangki penyimpanan), untuk pembuangan berikutnya, melalui separator sesuai dengan
ketentuan.
c). Suatu pembuangan minyak atau air campuran minyak kelaut dari kapal kurang dari 400
GT, kecuali tanker minyak, dilarang bila berada di area khusus, kecuali bila kandungan
minyak dalam buangan tanpa penipisan tidak mencapai 15 ppm atau altematif Iain bila
semua kondisi berikut :
• kapal melaju pada haluannya
• kandungan minyak dalam air buangan kurang dari 100 ppm dan
• pembuangan dilakukan sejauh mungkin dari daratan, tetapi sama sekali tidak kurang dari
12 mil laut dari daratan terdekat.
d). Suatu pembuangan air got yang terkontaminasi minyak ke laut dari tanker minyak dan kapal
400 GT dan Iebih selain tanker minyak harus dilarang bila berada di dalam area khusus,

- 102 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
kecuali bila kondisi berikut ini :
• air got asalnya tidak dari got kamar pompa
• air got tidak tercampur dengan residu cargo minyak
• kapal melaju pada haluannya
• kandungan minyak dalam air buangan tanpa penipisan tidak mencapai 15 ppm dan
• kapal mengoperasikan oil water separator dilengkapi dengan alarm otomatis dan pesawat
penyetop yang akan menjamin bahwa pembuangan berhenti secara otomatis bila
kandungan minyak dari air buangan mencapai 15 ppm.
e). Diluar area khusus, pembuangan air got yang terkontaminasi minyak kelaut dilarang kecuali
semua kondisi berikut ini :
• kapal berada Iebih dari 12 mil laut dari daratan terdekat
• kapal melaju pada haluannya
• kandungan minyak dalam air buangannyatidak Iebih dari 100 ppm dan
• kapal mengoperasikan oil water separator minyak dan sebagai tambahan untuk kapal
ukuran 10.000 GRT dan Iebih dipasang ODM.
f). Sebagai alternatif air got bercampur minyak boleh dibuang ke laut melalui alat penyaring
minyak yang ditetapkan bahwa kandungan minyak dalam air buangan tanpa penipisan
tidak Iebih dari 15 ppm dan untuk kapal Iebih dari 10.000 GRT atau Iebih, mengoperasikan
alarm otomatis untuk memberitahukan bila batas itu tidak dapat dipertahankan.
g). Tanker minyak harus memenuhi ketentuan pada pembuangan air got kamar mesin yang
tidak berasal g dari kamar pompa muat dan tidak bercampur dengan residu minyak cargo.

DOKUMENTASI
Ketentuan mengenal pelaksanaan konvensi MARPOL adalah sebagai berikut :
Kapal ukuran dibawah dari 400 GT, tidak perlu diperiksa kelengkapannya dan tidak
bersertifikat, tetapi harus diawasi agar kapal tetap memenuhi peraturan sesuai Annex I
MARPOL ‘73/78 (Reg. 4.2.) dan kondisi kapal tetap terpelihara.
Tanker ukuran dibawah 150 GT tidak perlu pemeriksaan tidak A bersertifikat IOPP, tetapi
harus mengikuti peraturan dalam Annex I MARPOL ‘73/78 dan kondisi kapal serta
peralatan Iainnya dipelihara (Reg. 4.4.)
OiI Record Book tetap dibutuhkan diatas kapal dan diisi sesuai Reg. 15.4. Tanker ukuran
150 GT atau lebih harus memenuhi semua persyaratan sesual Reg. 4 Annex I dan kondisi
serta peralatan kapal harus dipelihara untuk menghindari pencemaran.
Sertifikat IOPP hanya untuk tanker yang berlayar intemasional, dan tidak dibutuhkan untuk
tanker domestik, tetapi ditentukan sendiri oleh Pemerintah yang ada hubungannya dengan
survey (Reg. 5).
Pencegahan dan penanggulangan pencemaran yang datangnya dari kapal tanker, perlu dikontrol
melalui pemeriksaan dokumen sebagai bukti bahwa pihak perusahaan pelayanan dan kapal sudah
melaksanakannya dengan semestinya. Untuk itu sesuai Annex I MARPOL ‘73/78 kelengkapan
dokumen yang harus dibawa berlayar bersama kapal adalah sebagai berikut :
Oil Record Book, Part I mengenai operasi di kamar mesin dan Part II, operasi bongkar
muat cargo dan air ballast. Reg. 20.
Loading and Damage Stability information Book. Reg. 25
Oil Discharge Monitoring Operation manual. Reg. 15.3
Crude Oil Washing Operation and Equipment Manual. Reg. 13 B
Clean Ballast Tank Operation Manual. Reg. 13A

- 103 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Instruction and Operation Manual of Oil Water Separating and Filtering Equipment. Reg.
16.
Shipboard Oil Pollution Emergency Plan. Reg. 26.
Dengan adanya dokumen dimaksud diharapkan pencemaran dapat dicegah dan kalau sampai
terjadi pencemaran, maka untuk A , kepentingan hukum dan klaim kompensasi yang timbul dapat
ditanggulangi berdasarkan data dokumen yang tersedia. Dokumen tersebut juga digunakan oleh
pihak pemeriksa atau pihak yang berwenang untuk menentukan apakah sebuah kapal masih layak
Iaut dipandang dari segi pencegahan pencemaran.

4.3 Keamanan dan keselamatan kerja.


PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA
Setelah mengetahui sebab dan proses terjadinya kecelakaan, maka dapat ditentukan cara
pencegahan kecelakaan, yang ditujukan pada:
 Lingkungan mikro (micro system), yang merupakan tugas masing-masing perusahaan beserta
sistem manajemennya. Pada tingkat ini, usaha pertama diarahkan pada manusia, dimana
dilakukan pengamatan terhadap pemilihan, penempatan, pembinaan pegawai yang benar, agar
dapat terwujud “The Right Man in The Right Job”, dengan kesadaran yang tinggi terhadap K3.
Usaha kedua dapat diarahkan pada lingkungan fisik, antara lain:
 Melalui perencanaan mesin/ peralatan dengan memperhatikan segi-segi K3-nya.
 Merancang peralatan/ lingkungan kerja yang sesuai dengan batas kemampuan pekerjaan
agar tercipta ”The Right Design for Humans”.
 Pada tingkat pembelian harus memperhatikan mutu dan syarat K3 dari barang yang dibeli.
 Pengelolaan bahan-bahan produksi harus secara benar.
 Cara pembuangan bahan buangan memperhitungkan kemungkinan bahayanya, baik bagi
masyarakat ataupun lingkungan.
Usaha ketiga diarahkan pada sistem manajemen dari perusahaan atau unit kerja yang
bersangkutan, yang meliputi:
 Penyebaran ”Health & Safety Policy Statement”, yang diikuti dengan pelaksanaan dan
pengawasannya.
 Penentuan struktur, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dalam segi K3 yang jelas
dan tegas, dan petugas operasi dinilai berdasar atas keberhasilannya dalam melaksanakan
”Safe Production”.
 Menentukan, melaksanakan, dan mengawasi sistem/ prosedur kerja yang benar.
 Membuat suatu sistem untuk menentukan dan mengatasi bahaya yang mungkin timbul di
tempat kerja.
 Menciptakan sistem pendidikan dan pelatihan dalam segi K3 yang terpadu.
 Penggunaan standar dan kode yang mutakhir (up to date) dan dapat diandalkan.
 Menciptakan sistem pengamat yang dapat menunjukkan adanya ketimpangan pada sistem
manajemen yang ada.
Jenis usaha yang akan dipergunakan tergantung dari keadaan dan kondisi setempat.
 Lingkungan makro (macro system), yang merupakan tugas pemerintah beserta aparat
pelaksananya. Perbaikan yang perlu dilakukan antara lain memasukkan materi manajemen K3
sebagai salah satu mata pelajaran di perguruan tinggi dan lembaga pembinaan manajemen

- 104 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
lainnya, mengawasi pelaksanaan UU Keselamatan Kerja beserta peraturan pelaksananya dan
menindak tegas setiap pelanggarnya, memasukkan segi K3 ke dalam program Litbang
Teknologi Tinggi, dan usaha lain yang ada kaitannya dengan unsur lingkungan makro.

BAHAN BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA DAN PENANGANANNYA


Bahan berbahaya khususnya bahan kimia adalah bahan-bahan yang pada suatu kondisi tertentu
dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan pada setiap tingkat pekerjaan yang dilakukan
(pembuatan, penyimpanan, pengangkutan, penggunaan, dan pembuangan). Pemahaman tentang
bahan-bahan berbahaya yang ada di tempat kerja sangat penting untuk memudahkan dalam
penanganannya, karena secara umum bahaya yang dikandung bahan kimia tersebut bergantung
pada sifat-sifat fisik, kimia, dan racun dari setiap bahan kimia yang bersangkutan.
Bahan berbahaya harus disimpan dengan cara yang tepat. Perlu pula dijamin agar bahan
tersebut tidak bereaksi dengan bahan lain yang disimpan di tempat yang sama. Bahan yang bersifat
eksplosif tidak boleh disimpan bersamaan dengan bahan kimia lainnya. Untuk pengamanan suatu
bahan kimia dengan bahaya lebih dari satu macam, segenap jenis bahayanya harus diperhatikan
dan diamankan. Fasilitas yang diperlukan dan prosedur penyimpanan harus menjamin keselamatan
dari seluruh kemungkinan bahaya.
Bahan-bahan berbahaya dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan. Berikut
pembagiannya beserta cara penyimpanannya:
 Bahan yang mudah meledak (eksplosif)
Adalah bahan kimia berupa padatan atau cairan atau campurannya, yang sebagai akibat suatu
perubahan (reaksi kimia, gesekan, tekanan, panas, atau perubahan lainnya) dapat menjadi
bentuk gas, yang berlangsung dalam proses yang relatif singkat disertai dengan tenaga
perusakan yang besar, pelepasan tekanan yang besar, serta suara yang keras. Bahan-bahan ini
meliputi bahan peledak, korek api, dan garam-garam metalik yang peka. Untuk
penyimpanannya, udara dalam ruangan harus baik dan bebas dari kelembaban, selain itu juga
harus terletak jauh dari bangunan lainnya dan jauh dari keramaian, untuk menghindarkan
banyaknya korban apabila terjadi ledakan. Ruangan harus terbuat dari bahan yang kokoh dan
tetap dikunci sekalipun tidak digunakan. Lantai harus terbuat dari bahan yang tidak
menimbulkan loncatan api. Penerangan harus terbuat dari penerangan alami atau listrik anti
ledakan.
 Bahan yang mudah terbakar
Adalah bahan kimia yang bila mengalami suatu reaksi oksidasi pada suatu kondisi tertentu,
akan menghasilkan nyala api. Suatu gas dikatakan mudah terbakar jika gas itu menyala dalam
udara atau oksigen. Tingkat bahaya dari bahan-bahan ini ditentukan oleh titik bakarnya, makin
rendah titik bakar bahan tersebut, semakin berbahaya. Hidrogen, propana, butana, etilen,
asetilen, hidrogen sulfida, gas arang batu, dan etena merupakan gas yang mudah terbakar.
Beberapa gas seperti asam sianida dan sianogen dapat terbakar dan beracun. Bahan kimia yang
mudah menyala harus disimpan di tempat yang cukup sejuk, dengan tujuan mencegah nyala
jika uapnya tercampur udara. Daerah penyimpanan juga harus terletak jauh dari sumber panas.

- 105 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Selain itu, bahan ini harus disimpan terpisah dari bahan oksidator kuat atau dari bahan yang
dapat terbakar sendiri (self conbustible). Instalasi listrik tempat penyimpanan harus
dihubungkan ke tanah dan diperiksa secara berkala.
 Bahan oksidator
Adalah bahan kimia yang kaya akan oksigen dan sangat reaktif untuk memberikan oksigen,
yang dapat membantu dan memperkuat proses pembakaran, misalnya klorat dan permanganat.
Jika wadah dari bahan ini rusak, isinya mungkin bercampur dengan bahan yang mudah
terbakar dan merupakan sumber terjadinya nyala api. Risiko ini dapat dicegah dengan
membuat tempat penyimpanan secara terpisah dan terisolasi.
 Bahan beracun
Merupakan bahan kimia yang dalam jumlah relatif sedikit dapat mempengaruhi kesehatan
manusia, bahkan menyebabkan kematian apabila terabsorbsi tubuh manusia melalui injeksi.
Gejala yang dialami dapat akut atau kronik dan sering bergantung pada jumlah bahan yang
masuk ke dalam tubuh. Kemasan bahan ini hendaknya dibuat sebaik mungkin untuk
meminimalisir terjadinya kebocoran-kebocoran, di samping itu tempat penyimpanannya harus
sejuk dengan pertukaran udara yang baik, tidak kena sinar matahari langsung, jauh dari sumber
panas, dan harus dipisahkan dari bahan kimia lainnya.
 Bahan korosif
Adalah bahan kimia meliputi senyawa asam-asam, alkali dan bahan-bahan kuat lainnya, yang
sering mengakibatkan kerusakan logam-logam bejana atau penyimpan. Senyawa-senyawa ini
dapat menyebabkan luka bakar pada tubuh, merusak mata, merangsang kulit dan sistem
pernapasan. Yang termasuk ke dalam bahan ini antara lain asam florida, asam klorida, asam
nitrat, asam semut, dan asam perklorat. Bahan kimia ini dapat merusak kemasannya dan bocor
keluar atau menguap ke udara. Bahan yang menguap ke udara dapat bereaksi dengan bahan
organik atau bahan kimia lainnya, yang bereaksi keras dengan uap air dan menimbulkan kabut
asam yang mengganggu kesehatan pekerja. Dalam penyimpanannya, bahan ini harus terpisah
dari bahan lainnya, selain itu dinding dan lantai harus terbuat dari bahan yang tahan korosi
serta dilengkapi fasilitas penyalur tumpahan.
 Bahan radioaktif
Adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk memancarkan sinar-sinar radioaktif
seperti sinar alfa, beta, gamma, sinar netron dan lain-lain, yang dapat membahayakan tubuh
manusia.
Mengingat banyaknya bahan kimia yang digunakan, maka kita tidak mungkin dapat mengenali
seluruh sifat bahan kimia, khususnya berkaitan dengan jenis bahaya yang dikandungnya. Data
bahan ini secara khusus harus dibuat oleh pembuat (produsen) atau pemasok, guna memudahkan
pengenalan dan penanggulangan risiko bahaya yang mungkin terjadi.
Data bahan kimia yang dimuat dalam suatu jenis bahan kimia secara umum meliputi nama
bahan, sifat bahan, penggunaan, uraian/ reaksi-reaksi bahaya, dan uraian penanganan. Kriteria
utama dalam pengenalan sifat bahan kimia adalah Nilai Ambang Batas (NAB), daerah konsentrasi
mudah terbakar, titik nyala, titik bakar, titik didih, dan tingkat bahaya dengan mengacu pada
standar National Fire Protection Agency (NFPA). Biasanya kriteria tersebut harus dicantumkan
dalam tabel-tabel informasi yang disediakan oleh produsen atau pemasok suatu bahan kimia,
meskipun informasi yang diberikan akan berbeda dengan berbagai sumber lain.

- 106 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Tanda dan label bahan kimia berbahaya diperlukan apabila bahan-bahan kimia berbahaya
dikemas dalam kemasan, atau diangkut menggunakan alat transportasi. Pemasangan label dan
tanda dengan memakai lambang atau peringatan tertulis pada kemasan ini berguna sebagai
tindakan pencegahan.
Selain penyimpanan, keamanan pengangkutan bahan berbahaya juga sangat penting. Dalam
kegiatan transportasi bahan berbahaya, bahaya utama adalah ledakan dan kebakaran, sehingga
perlu dipertimbangkan faktor-faktor antara lain pengaturan muatan secara keseluruhan, pengaruh
gerakan alat angkut dalam cuaca yang tidak baik, pengaruh perubahan suhu dan kelembaban
terhadap keamanan bahan yang diangkut, dan lain-lain. Dalam hal ini, pengemudi ataupun setiap
orang yang terlibat dalam proses pengangkutan harus diberitahu jika ada bahan berbahaya yang
akan dikerjakan, juga sebelumnya dibekali pengetahuan tentang bahaya bahan kimia yang
diangkut dan upaya pencegahannya, tindakan bila terjadi kebocoran, kebakaran, kecelakaan, dan
alamat untuk meminta pertolongan.
Beberapa hal lain yang perlu juga mendapat perhatian mengenai penanganan bahan-bahan
berbahaya adalah sebagai berikut:
 Penanganan bahan-bahan berbahaya harus diawasi oleh orang yang kompeten/ berwenang.
 Tenaga kerja dengan kelainan penglihatan, pendengaran, atau penciuman, dan mereka yang
berusia kurang dari 18 tahun tidak dibenarkan bekerja dengan bahan-bahan yang berbahaya.
 Dalam hal bahan peledak, yang berwenang mungkin mensyaratkan bahwa tenaga kerja yang
memasuki tempat penyimpanan bahan demikian harus memiliki ijin khusus.
 Mereka yang memasuki daerah penyimpanan bahan eksplosif tidak boleh membawa korek api
dan harus dilarang merokok.
 Jika perlu, pakaian pelindung yang tepat harus dipakai.
 Inspeksi periodik terhadap semua tempat penyimpanan bahan-bahan berbahaya harus
dilakukan oleh pengawas atau ahli keselamatan kerja atau orang-orang yang kompeten.
 Kebersihan dan tata rumah tangga yang sebaik-baiknya harus diperhatikan.
 Bila ada bahaya kebakaran, tanda bahaya harus dipasang di dalam dan di luar.
 Tenaga kerja tidak boleh bekerja sendiri.
 Jika menemui adanya pembungkus barang yang rusak/ pecah, harus dilaporkan kepada
supervisor. Jika terdapat barang yang rusak, harus disingkirkan/ dipindahkan ke tempat lain.
 Penggunaan alat bongkar muat di pelabuhan sesuai dengan ketentuan dan persyaratan untuk
jenis barang berbahaya (petunjuk yang disyaratkan IMO).

KETENTUAN-KETENTUAN PADA B/M CONTAINER


Memasukkan/ Mengeluarkan Barang ke/ dari Container (Stuffing/ Unstuffing)
 Sebelum diisi muatan, container harus bersih, kering, dan bebas dari bau, juga harus diperiksa
dari kerusakan.
 Berat muatan harus dibagi secara merata pada lantai container. Tidak dibenarkan mengisi
barang berat dalam satu sisi container dan barang ringan pada sisi yang lain.
 Dalam hal mengisi muatan ke dalam container, barang berat harus diletakkan di bagian bawah
dan barang ringan di atas, untuk menghindari bahaya pada waktu terjadi pergeseran muatan

- 107 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
terutama waktu container mengalami sentuhan. Juga tidak dibenarkan mencampur barang-
barang cair dan barang-barang kering dalam satu container.
 Muatan harus diikat baik di lantai, dinding samping dan dinding depan, teristimewa di sekitar
pintu, untuk menghindari kerusakan barang dan container itu sendiri.
 Ruangan kosong di antara dinding container dan muatan harus diisi ganjal.
 Barang-barang yang bersudut tajam harus dipisahkan dari barang lainnya dan digunakan ganjal
pemisah.
 Muatan karungan harus disusun secara silang untuk menghindari bergesernya muatan tersebut
saat kapal oleng.
 Container yang berisi barang berbahaya harus dipasang label sesuai ketentuan internasional.
 Tidak dibenarkan memuat barang melebihi kapasitas muatan container, untuk menghindari
kerusakan barang dan container tersebut jika terjatuh.
 Pada saat selesai mengisi barang dalam container, pintu container harus benar-benar terkunci
dengan baik.
 Tidak dibenarkan mengisi muatan yang memiliki bau yang tajam ke dalam container bersama-
sama muatan lain yang dapat dirusak oleh bau tajam tersebut.
 Dilarang merokok dalam container yang sedang mengadakan pengisian atau pengosongan
muatan.
 Pada saat suatu container akan dibuka untuk dikosongkan (stripping), sebaiknya hanya 1 pintu
yang dibuka untuk menghindarkan terjatuhnya barang-barang di sekitar pintu. Jika barang-
barang di sekitar pintu telah kosong, baru dibuka daun pintu yang satunya.
 Muatan-muatan yang pembungkusnya rusak terlebih dahulu diperbaiki.
 Pengemudi forklift yang akan bertugas melakukan stuffing/ unstuffing sudah benar-benar
terlatih dan terampil.
 Untuk barang khusus seperti mesin-mesin yang peka, bila perlu minta petunjuk tenaga ahli
menyangkut barang tersebut dari pemilik barang.
 Jika akan memuat container kosong, terlebih dulu diperiksa apakah benar container tersebut
kosong.

Penyusunan Container
 Container yang dibongkar atau yang akan dimuat harus ditimbun dengan rapi pada lapangan
yang keras, untuk menghindari terganggunya alat mekanik yang akan mangangkat/
memindahkan container. Lubang/ lekukan-lekukan yang terdapat pada tempat dimana
container dikerjakan harus senantiasa diratakan kembali.
 Orang-orang yang tidak berkepentingan tidak dibenarkan berada di daerah dimana diadakan
handling container.

PENCEGAHAN KECELAKAAN
a. Proses Terjadinya Kecelakaan
Dari hasil penyelidikan temyata faktor manusia dalam menimbulkan kesalahan sehingga
terjadinya kecelakaan sangat dominan. Menurut data statistik bahwa 80 - 85 % kecelakaan
disebabkan oleh kesalahan manusia, sehingga ada suatu pendapat, bahwa akhirnya langsung atau
tidak Iangsung semua adalah karena faktor manusia.

- 108 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Kalau dibatasi pada lingkup perusahaan (segi mikro), tampak bahwa terjadinya kecelakaan
dikarenakan adanya ketimpangan diantara ketiga unsur utama produksi (sub sistim manusia,
Iingkungan phisik dan manajemen) sehingga mengakibatkan terjadinya tindakan dan keadaan
tidak aman.
Tetapi secara Iangsung terjadinya kecelakaan di tempat kerja dapat dikelompokkan secara garis
besar menjadi dua penyebab, yaitu:
1. Tindakan tidak aman dari manusia (UNSAFE ACTS) misalnya:
Bekerja tanpa komando.
Gagal untuk memberi peringatan
Bekerja tanpa memperhitungkan bahaya
Alat pelindung tak berfungsi
Menggunakan alat yang rusak
Bekerja tanpa prosedur yang benar
Tidak memakai alat keselamatan kerja
Menggunakan alat tanpa prosedur
Melanggar peraturan keselamatan kerja
Bergurau di tempat kerja
Mabuk, ngantuk, dll.
Seseorang melakukan tindakan tidak aman atau kesalahan yang mengakibatkan kecelakaan
disebabkan karena :
Tidak tahu : yang bersangkutan tidak mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan dengan aman
dan tidak tahu bahaya - bahayanya sehingga terjadi kecelakaan.
Tidak mampu/tidak biasa : yang bersangkutan telah mengetahui cara yang aman,
bahaya-bahayanya, tetapi karena belum mampu/kurang terampil atau kurang ahli, akhirnya
melakukan kesalahan dan gagal
Tidak mau : walaupun telah mengetahui dengan jelas cara kerja/peraturan dan bahaya-bahaya
yang ada serta yang bersangkutan mampu/bisa melakukannya, tetapi karena kemauan tidak ada,
akhirnya melakukan kesalahan atau mengakibatkan kecelakaan.
2. Keadaan tidak aman (UNSAFE CONDITION) misalnya :
Peralatan pengamanan yang tidak memenuhi syarat.
Bahan/peralatan yang rusak atau tidak dapat dipakai.
Ventilasi dan penerangan kurang.
Lingkungan yang terlalu sesak, Iembab, bising.
Bahaya Iedakan/terbakar.
Kurang sarana pembari tanda/petunjuk.
Keadaan udara beracun : gas, debu, uap.
Tindakan tidak aman dan keadaan tidak aman inilah yang selanjutnya akan menimbulkan
insiden/kecelakaan dalam bentuk :
Terjatuh
Terbakar/terkena Iedaka
Tertimpa benda jatuh
Terkana sengatan Iistrik

- 109 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Kontak dengan benda berbahaya atau radiasi
Terjepit benda.
Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa proses terjadinya kecelakaan diawali dengan terjadinya
ketimpangan pada produksi dan diakhiri dengan kerugian.
Peralatan Keselamatan Kerja
Tenaga kerja diwajibkan :
- memahami alat - alat pelindung kerja
- Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja
Alat Keselamatan Kerja
Ada 2 macam alat - aIat pelindung/keselamatan.
1) Untuk mesin - mesin
Alat sudah disediakan oIeh pabrik-pabrik yang membuat dan mengeluarkan mesin-mesin itu,
misalnya kap-kap pelindung dari motor Iistrik, klep-klep keamanan dari keteI-ketel uap,
pompa-pompa dan sebagainya.
2) Untuk para pekerja (Safety Equipment)
Alat-alat pelindung/keselamatan untuk para pekerja (safety equipment) gunanya ialah untuk
melindungi pekerja dari bahaya-bahaya yang mungkin menimpanya sewaktu menjalankan
tugas.
Alat-alat pelindung/keselamatan tersebut adalah :
» Alat-alat pelindung kepala
» Alat-alat pelindung muka dan mata
» Alat-alat pelindung badan
» Alat-alat pelindung anggota badan (lengan dan kaki)
» Alat-alat pelindung pernafasan
» Alat-alat pelindung pendengaran
» Alat-alat pencegah tenggelam

Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh personil
apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya. Semua tempat yang dipergunakan untuk
menyimpan ,memproses, dan pembuangan limbah bahan kimia dapat dikategorikan sebagai
tempat kerja yang berbahaya.
1.Pelindung kepala

- 110 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Pelindung kepala dikenal sebagai safety helmet.pelindung kepala yang dikenal ada 4 jenis, yaitu
Hard hat kelas A, kelas B, kelas C dan bump cap klasifikasi masing–masing jenis adalah sebagai
berikut:

a. Kelas A
Hard hat kelas A dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh dan melindungi dari
arus listrik sampai 2.200 volt.

b. Kelas B
Hard hat kelas B dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh dan melindungi dari
arus listrik sampai 20.000 volt.

c. Kelas C
Hard hat kelas C melindungi kepala dari benda yang jatuh,tetapi tidak melindungi dari kejutan
listrik dan tidak melindungi dari bahan korosif.

d. .Bump cap
Bump cap dibuat dari plastic dengan berat yang ringan untuk melindungi kepala dari tabrakan
dengan benda yang menonjol .bump cap tidak menggunakan system suspensi, tidak melindungi
dari benda yang jatuh ,dan tidak melindungi dari kejutan listrik.karenanya bump cap tidak boleh
digunakan untuk menggantikan hard hat tipe apapun.

2. Pelindung mata

Pelindung mata disebut dengan Safety Glasses. Safety Glasses berbeda dengan kaca mata
biasa, baik normal maupun kir (Prescription glasses), karena pada bagian atas kanan dan kiri
frame terdapat pelindung dan jenis kacanya yang dapat menahan jenis sinar UV (Ultra Violet)
sampai persentase tertentu. Sinar ultaraviolet muncul karena lapisan ozon yang terbuka pada
lapisan atmosfer bumi, UV dapat mengakibatkan pembakaran kepada kulit dan bahkan Kanker
kulit.

3. Pelindung wajah
Pelindung wajah yang dikenal adalah ;
a. Goggles.
Goggles memberikan pelindungan lebih baik dari pada safety glasses karena goggles terpasang
dekat wajah.karena goggles mengitari area mata,maka goggles melindungi lebih baik pada
situasi yang mungkin tejadi percikan cairan, uap logam, uap,serbuk, debu, dan kabut.
b. Face shield.
Face shield memberikan perlindungan wajah menyeluruh dan sering digunakan pada operasi
peleburan logam,percikan bahan kimia, atau partikel yang melayang. Banyak Face shield yang
dapat digunakan bersamaan dengan pemakaian Hard Hat. Walaupun Facae Shield melindungi
wajah, tetapi Face Shield bukan pelindung mata yang memadai, sehingga pemakaian safety
glasses harus dilakukan dengan pemakaian Face Shield.

- 111 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
c. Welding Helmets
Jenis Pelindung Wajah yang lain adalah Welding Helmets (Topeng Las). Topeng las
memberikan perlindungan pada wajah danmata. Topeng las memakai lensa absorpsi khusus
yang menyaring cahaya yang terang dan energi radiasi yang dihasilkan selama operasi
pengelasan. Sebagaimana Face Shield, Safety Glasses atau Goggles harus dipakai saat
menggunakan Helm Las.
d. Masker wajah
Masker berfungsi untuk melindungi hidung dari zat zat berbau menyengat dan dari debu yang
merugikan.
4. Pelindung Tangan

Diperkirakan hampir 20% dari seluruh kecelakaan yang menyebabkan cacat adalah tangan.
Tanpa jari atau tangan, kemampuan bekerja akan sangat berkurang. Tangan manusia sangat
unik. Tidak ada bentuk lain di dunia yang dapat mencengkram, memegang, bergerak dan
memanipulasi benda seperti tangan manusia. Karenanya tangan harus dilindungi dan
disayangi. Kontak dengan bahan kimia Kaustik atau beracun, bahan-bahan biologis, sumber
listrik, atau benda dengan suhu yang sangat dingin atau sangat panas dapat menyebabkan iritasi
atau membakar tangan. Bahan beracun dapat terabsorbsi melalui kulit dan masuk ke badan.
APD tangan dikenal dengan Safety Glove dengan berbagai jenis penggunaanya. Berikut ini
adalah jenis-jenis sarung tangan dengan penggunaan yang tidak terbatas hanya untuk
melindungi dari bahan kimia.

4.3 Komunikasi efektif diatas kapal.


Dasar-Dasar Komunikasi
Komunikasi adalah penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak Iain. Hal ini
mengandung pengertian ia membentuk suatu sistem yang terdiri dari elemen-elemen yang
saling interaksi secara dinamis, dengan tujuan untuk mempengaruhi tingkah Iaku penerima
berita Iewat informasi yang disampaikan. Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa
komunikasi terdiri dari beberapa elemen :
1) Pengirim
Dia adalah sumber berita. Tugasnya ialah :
» Mengirim berita
» Memiiih penerima berita
» Memilih channel
» Memerlukan feedback

Kecuali itu perlu diketahui pula tentang:


» Memperhatikan penerima
» Perbedaan daya tangkap (differential perception)
» Feedback

2) Penerima

- 112 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Bila pengirim mengirimkan berita tetapi tidak ada
penerima, itu bukan komunikasi melainkan hanya
ekspresi. Kadang-kadang supervisor gagal
mengadakan komunikasi karena penerima yang dituju
tidak menerima berita sama sekali.

MODE
Secara singkat mode dapat diartikan sebagai cara bagaimana berita dikimkan dan diterima
Ada tiga ( 3 ) cara mengirim yaitu :
© Berbicara © Menulis © Bereaksi

Sebaliknya ada tiga ( 3 ) cara menerima yaitu :


© Mendengar © Membaca © Melihat

Gangguan
Yang disebut dengan gangguan yaitu semua faktor yang dapat merusak komunikasi
termasuk fisik dan psikologis. Gangguan dapat terjadi pada suatu ketika di dalam proses
atau berhubungan dengan salah satu elemen di dalam sistem. Misalnya, panerima tidak
dapat menerima berita dengan baik karena gangguan alat yang tidak
sempurna, atau disebabkan karena gangguan yang ditimbulkan pembicara dalam bentuk
tingkah laku yang tidak menarik, dsb.
Dengan mengadakan komunikasi suatu perusahaan menerima, mengirim informasi,
memberikan instruksi, saran-saran mempraktekkan motivasi, kontrol dan sebagainya.
Adapun komunikasi yang terjadi dalam kegiatan pekerjaan antara lain :
» Memberi perintah
» Melapor
» Menegur
» Memberi nasehat
» Mengeluh
» Menilai.

Dalam suatu perusahaan alur komunikasi dapat dibedakan :


* Komunikasi horizontal
Dalam komunikasi horizontal: interaksi/komunikasi berlangsung dalam suatu tingkatan
hirarki.
* Komunikasi vertikal
Dalam komunikasi vertikal interaksi/komunikasi berlangsung dari atas ke bawah Ditinjau
dan sifat komunikasi dapat bersifat formal dan informal. Saluran komunikasi yang formal
sifatnya diperlukan instruksi dan pengarahan-pengarahan yang dilakukan oleh tingkatan
perwira (manajamen). Komunikasi formal diperlukan untuk meyakinkan bahwa informasi
sampai pada tujuan khususnya dalam pelaksanaan, perencanaan, pengawasan dan untuk
memelihara integritas perusahaan.

Hambatan-hambatan Komunikasi
Telah kita ketahui sekarang bahwa komunikasi itu kompleks, bahwa bahasa yang
merupakan alat komunikasi vital belum merupakan penolong yang tepat. Pendeknya masih

- 113 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
selalu terbuka kesempatan bagi kita untuk berbuat kesalahan. Di bawah ini akan kita lihat
hambatan-hambatan yang menyebabkan komunikasi menjadi tidak efektif. Sebab-
sebabnya ditulis satu persatu, namun pada umumnya hal itu terjadi bersamaan. Di bawah
ini disebut beberapa hambatan-hambatan.

Media yang kurang sempurna/rusak


Ini disebabkan karena media komunikasi terhambat,rusak, tidak lengkap, tidak jelas, dsb.
Media komunikasi dapat dibedakan sebagai media yang verbal dan non verbal. Yang verbal
adalah buku, majalah, Iaporan, video tape, TV, dsb. Yang non verbal adalah photo, lukisan,
slide dsb. Radio atau telepon yang rusak tidak dapat menjadi media yang baik. Termasuk
disini adalah hambatan bahasa (verbal). Formulasi berita dengan kata-kata dapat
secepatnya melukiskan apa yang sebenarnya dikehendaki oleh pengirim, ini disebabkan
karena banyak kata mempunyai arti Iebih dari satu. Sebagian besar kata-kata hanyalah
merupakan perkiraan dan penyederhanaan buah pikiran yang akan kita cetuskan. Hambatan
lain, banyak orang mengira bahwa kata-kata mempunyai arti pasti, tetapi sebenarnya kata-
kata hanya merupakan simbol untuk benda yang mereka sebutkan kata itu sendiri bukanlah
benda. Sebab itu mempelajari bahasa dengan baik untuk berkomunikasi adalah mutlak.

Komunikasi yang efektif


Jelas
Berita yang kita kirim tidak logis selalu ada kemungkinan untuk disalah tafsirkan bila salah
satu kalimat berisikan banyak pikiran berita jadi kabur
Lengkap
Kejelasan tidak akan membantu orang Iain mengerti berita, bila kita menghilangkan atau
memotong informasi penting. Untuk pencegahan anggaplah kita menjadi penerima berita
itu. Apakah sekiranya sipenerima nanti tidak salah taksir. Berita yang tidak Iengkap dapat
menimbulkan bahaya.

Padat
Biasanya kita menggunakan banyak kata-kata dalam menyampaikan berita. Kalimat dapat
berbelit dan justru membingungkan. Sebab itu batasilah Iaporan dan gunakan kata-kata
terpilih.
Kongkrit
Bila orang ragu-ragu mengutarakan apa yang ingin disampaikan, ia manggunakan istilah-
istilah abstrak, umum dan menghindari fakta yang kongkrit.
Benar
Walaupun kata~kata terpilih dan kalimatnya padat, bila beritanya tidak benar, maka hal
tersebut salah. Di dalam berita yang salah kadang-kadang kita membesar-besarkan
masalah, menipu, atau menghilangkan informasi penting.

Keuntungan komunikasi yang baik


Saling mengerti diantara kedua belah pihak ini menghasilkan kerjasama dan hubungan
kerja yang baik, dan kerjasama manghasilkan :
- Pekerjaan lancar
- Tujuan tercapai dengan mudah
- Kesulitan-kesulitan kurang sekaii, dsbnya.

- 114 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
4.4 Hubungan antar manusia di atas kapal.
Aspek Umum Hubungan Antar Manusia
Perkembangan Perilaku Kelompok.
Hubungan antar manusia telah ada sejak jaman primitif, dimulai dengan membentuk
kelompok dengan alasan untuk melindungi diri dari serangan binatang atau keinginan
untuk alasan sosial, seperti pengumpulan makanan, berkawan dll. Bentuk kelompok
tersebut maju dan berkembang ke arah suatu susunan masyarakat yang Iebih baik dimana
anggota-anggotanya hidup Iebih akrab karena sikap budaya yang umum, kepercayaan
sosial, keagaman aspek politik dan keinginan untuk hidup serta bekerja dalam suatu
kerangka "Peraturan Hukum (Rule of Law).
Sistem sosial yang telah berkembang di dalam perjalanan sejarah mungkin banyak
perbedaan tergantung pada budaya dan Iingkungan, tetapi saat ini dirasakan pentingnya
suatu organisasi yang didasarkan philosopi "self Governing" (kekuasaan diri) secara adil
yang menghormati harga diri dan mengakui bahwa hubungan antar manusia adalah faktor
penting yang harus dipertimbangkan apabila manusia membentuk kelompok untuk hidup
bekerja bersama.
Kelompok-kelompok manusia Iambat Iaun berkembang membentuk suatu bangsa yang
memiliki pola tingkat Iaku yang unik pada individu masing-masing yang diperoleh dari
Iatar belakang kebudayaan masing-masing menggambarkan suatu campuran kepercayaan,
faktor kehidupan dan pengetahuan yang terbentuk dalam waktu yang berabad-abad.
Dengan kebudayaan mereka masing-masing orang umumnya hidup secara harmonis dan
seimbang, perubahan-perubahan apabila terjadi umumnya memerlukan periode waktu
yang panjang dan perubahan-perubahan secara bertahap tersebut tidak akan menimbulkan
banyak kesulitan bagi manusia yang bersangkutan. Walaupun begitu apabila perubahan
budaya terjadi secara tiba-tiba dan mendadak hal ini akan mengakibatkan suatu trauma
yang disebut
"Cultura Shock" dimana akibat ketidak keharmonisan dan ketidak bahagiaan pada manusia
yang bersangkutan.
Kelompok manusia yang terbentuk dari latar belakang yang berbeda yang kemudian
diharapkan untuk hidup dan bekerja di dalam hubungan yang erat dapat juga menimbulkan
trauma yang sama kecuali jika persiapan-persiapan yang efektif telah dilaksanakan oleh
manusia yang terlibat untuk menghadapi gaya baru yang multi kultur.

Aspek-Aspek Sosial
Orang dalam masyarakat kapal yang tidak tetap, tidak hanya harus bekerja sama, tetapi
juga hidup bersama. Dalam hal ini telah diketahui bahwa faktor-faktor yang menimbulkan
keharmonisan dan memotivasi pegawai Iaut di dalam pekerjaan mereka, memainkan
bagian yang terpenting.
Karena jika orang-orang bahagia dengan pekarjaannya mereka biasanya bahagia pada
periode istirahat.
Menghilangkan kendala- endaIa departemen tidak disangsikan Iagi telah menolong
mengintegrasikan pekerja dan hal ini telah diterapkan Iebih Ianjut, di kapal dimana daerah
rekreasi dan ruang makan mungkin disatukan. Orang-orang bekerja sebagai pelaut dengan
bermacam-macam alasan. Sebagian karena ini adalah kesempatan mereka terbaik untuk
memperoleh gaji yang relatif tinggi .

- 115 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Yang Iain karena masih adanya petualangan dan romantis di dalam karir. Sebagian tinggal
di Iaut sepanjang hidupnya, sementara yang Iain meninggalkan Iaut Iebih awal atau
separuh jalan dalam karir kerja mereka, tidak disangsikan Iagi kelanjutannya akan tetap
seperti itu. Tetapi tanpa memperhatikan alasan-alasan mereka, penting untuk diingat bahwa
kapal seperti orang yang bekerja didalamnya. Terpisah dari peraturan resmi mengenai
persyaratan ABK yang berkualitas, pemilik dan menegernya harus berusaha sebaik-
baiknya untuk meyakinkan bahwa ABK puas dengan kerja dan bukan tidak puas dengan
kondisi kerja mereka.
Tindakan yang diperlukan untuk menghindari perselisihan antara pengusaha dengan
pekerja haruslah mendapat prioritas utama dan pada akhirnya diadakan persetujuan utama
dan perundingan untuk menuntaskan hal yang dimaksud dan dibuat dokumen yang jelas
berhubungan dengan semua keadilan sosial dan Iingkungan kerja di kapal. Pelaut bekerja
sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan dalam perjanjian kerja Iaut (PKL). PKL adalah
persetujuan antara pengusaha kapal di satu pihak dan seorang pekerja di pihak Iain, dalam
mana si pelaut berjanji untuk bekerja di bawah pengusaha kapal dengan menerima upah
sebagai jabatan yang tertera dalam PKL dan hai ini harus tertulis, ditanda tangani oleh
kedua belah pihak dan dibuat dihadapan penguasa pelabuhan (Syahbandar). Masalah yang
diatur dalam PKL berkaitan dengan 4 kondisi mendasar : `
- Di dalam pekerjaan
- Di Iuar pekerjaan
- Berkaitan dengan pekerjaan
- Tidak berkaitan dengan pekerjaan.

Keharmonisan dan Motivasi


Setiap pelaut dari waktu sebelum tahun 1940 akan melihat suatu perubahan yang Iuar biasa
pada orang-orang di kapal-kapal saat ini, suasana umumnya Iebih santai, protokol kurang
dalam kenyataannya dan seragam jarang terlihat. Juga terdapat Iebih sedikit pelayar dari
negara-negara maritim yang Iebih tua dan lebih banyak dari negara baru, terutama meraka
yang dari timur jauh.
Beberapa sikap di kapal-kapal sebelum tahun 1940 an dianggap berasal dari jaman kapal
layar, dimana ketegasan dari para Perwira dan Bintara sangat penting untuk
mempertahankan disiplin di kapal, dimana kehidupan pada waktu dan setelah selesai tugas
sangat berat. Memperhatikan keramahan dan pengertian menunjukkan kelamahan dan
mempertimbangkan perasaan pegawai umumnya merupakan pantangan. Di negara-negara
maritim yang Iebih tua, kesantaian hidup, kondisi kerja di kapal, pendidikan, masalah
hubungan antar manusia dan perubahan sikap majikan terhadap pekarja merupakan semua
faktor yang membentuk perubahan.

Disiplin
Disiplin adalah keadaan tertib dan teratur dimana pelaut bekerja sesuai dengan standar
kerja dan bertingkah laku sejalan pula dengan ketentuan-ketentuan perusahaan agar tujuan
perusahaan dan pelaut itu sendiri dapat tercapai.
Keadaan disiplin tidak akan terjadi apabila pelaut itu sendiri tidak mempunyai kemampuan
untuk berdisiplin.
Dikatan berdisiplin tinggi apabila ia mau bekerja memenuhi atau justru melebihi ketentuan
dengan baik , melaksanakan perintah dan produktif.

- 116 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
Dikatakan berdisiplin rendah apabila ia gagal mengikuti standart menolak atau melanggar
peraturan dan untuk itu mereka perlu pengawasan.
Apabila pelaut menyadari/rela hati mengikuti/memenuhi peraturan demi tercapainya suatu
tujuan maka mereka dikatakan SELF DISCIPLINE (disiplin pribadi yang baik)
Cara seorang atasan atau pimpinan agar bawahannya yang tidak berdisiplin baik
menjadi pekerja yang berdisiplin baik antara Iain :
- mengetahui apa yang sebenarnya menyebabkan disiplin yang tidak baik itu.
- Jika disebabkan kesalahan pengawas (atau perusahaan) sendiri, maka harus diusahakan
untuk memperbaiki kesalahan tersebut serta memberi penerangan sebaik-baiknya dan
dengan hati-hati.
- Dalam hal ini jangan ragu dibicarakan dengan atasannya atau memintakan nasehat
sebelum memberi penerangan atau ambil tindakan.
- Jika karena kesalahan pekerja itu sendiri, maka tindakan terhadap pekerja itu harus
segera diambil dengan cara menegur, memberi anjuran dan kalau perlu hukumanyang
tepat oleh yang berwenang demi kepentingan bersama.

Seorang atasan dalam mengambil tindakan memperbaiki disiplin bawahannya harus :


- Mengetahui sebaik-baiknya persoalan disiplin tersebut (mengapa harus ambil tindakan,
apa sifat pelanggaran disiplin itu, dalam keadaan apa pelanggaran itu, berapa kali telah
terjadi pelanggaran itu).
- Kumpulkan keterangan - keterangan yang diperlukan sebanyak-banyaknya.
- Pilihlah tindakan apa yang harus diambil (termasuk tindakan sementara)
- Laksanakan tindakan itu.

4.5 Manajemen mengontrol kelelahan.


Pendahuluan
Sumber daya manusia merupakan aset utama perusahaan baik sektor formal maupun sektor
informal yang perlu diperhatikan, dengan tetap memperhatikan berbagai sumber daya yang
lain seperti modal, mesin, waktu, energi, dan informasi. Dalam beroperasi melakukan
kegiatan, setiap organisasi membutuhkan tenaga kerja yang berperan dalam meningkatkan
produk secara berkualitas.
1. Beban kerja yang terlalu berlebihan dapat berdampak menimbulkan kelelahan fisik,
mental, dan reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan mudah
marah.
2. Kondisi lelah yang dialami oleh pekerja secara berkepanjangan tersebut pada
gilirannya dapat berdampak pada penurunan tingkat produktivitas kerja . Komponen
yang memengaruhi produktivitas pekerja antara lain faktor individu meliputi usia
(25%), jenis kelamin (15%), dan masa kerja (10%). Selebihnya, sekitar 50%
dipengaruhi oleh beban kerja dan kelelahan.
3. Pekerja dengan beban kerja sedang mengalami kelelahan lebih banyak daripada pekerja
yang mempunyai beban kerja ringan.
4. Semakin besar beban kerja semakin besar risiko terjadi kelelahan yang berdampak pada
penurunan produktivitas kerja. Berbagai faktor berpengaruh membina semangat kerja
untuk meningkatkan produktivitas antara lain digunakan adalah dalam bentuk
kuesioner. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengambil data kelelahan

- 117 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
kerja adalah reaction timer.Metode analisis yang digunakan meliputi uji korelasi dan
regresi linier ganda untuk mendapatkan model kuantitatif manajemen kelelahan dan
beban kerja yang berguna untuk upaya peningkatan produktivitas kerja.
Berbagai faktor yang dikatehui memengaruhi produktivitas kerja meliputi :
stres kerja (23,5%), motivasi kerja (25,5%), status gizi (25,5%), dan beban kerja (25,5%).

Kelelahan
berkurangnya kemampuan fisik atau mental yang terjadi karena jerih payah fisik, mental,
atau emosional sehingga mempengaruhi hampir semua fungsi fisik termasuk kekuatan,
kecepatan, reflek, kordinasi, keseimbangan, atau kejiwaan
Regulasi
• setiap orang yang ditugaskan bertanggung jawab watch harus diberikan minimum 10 jam
istirahat dalam setiap periode 24 jam
• Jam istirahat dapat dibagi dua dimana salah satunya tidak boleh kurang dari 6 jam
Efek kelelahan
• gangguan persepsi visual
• gangguan ingatan dan pengambilan keputusan (aturan-aturan)
• gangguan aritmatika mental
• kelambatan reaksi
• gangguan terhadap kewaspadaan (misalnya antara jam 3 – 7)
• resiko terhadap diri karena kehilangan ukuran terhadap diri sendiri
Tanda-tanda kelelahan
• kealpaan, orang yang lelah sering ceroboh dan alpa
• kinerja menurun, produktivitas rendah
• moral dan motivasi menurun
• komunikasi terganggu
• tidur waktu bertugas (tidur biasa dan microsleep)
Penyebab kelelahan
• kurang tidur
• gangguan ritme harian
• stress yang terlalu tinggi
• dll.
Mengatasi kelelahan
• faktor biologis:
– waktu kerja terhadap jam biologis
– mengatasi kekurangan tidur
– kualitas tidur
– makanan
• faktor lingkungan:
– kekurangan cahaya matahari
– white noise dan getaran
– udara hangat

- 118 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER
– tidak ada interaksi dengan orang lain

- 119 -
BINA SENA – MARITIME TRAINING CENTER

Anda mungkin juga menyukai