Anda di halaman 1dari 12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Keadaan Darurat

Kecelakaan dapat terjadi pada kapal-kapal baik dalam pelayaran, sedang


berlabuh atau sedang melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan
terminal meskipun sudah dilakukan usaha yang kuat untuk menghindarinya
managemen harus memperhatikan ketentuan yang diatur untuk melindungi
pelaut dan mencegah resiko dalam melakukan suatu aktivitas di atas kapal
terutama menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja, baik dalam keadaan
normal maupun darurat. Keadaan darurat adalah keadaan yang lain dari
keadaan normal yang mempunyai kecenderungan ataupun potensi tingkat
yang membahayakan baik bagi keselamatan manusia, harta benda maupun
lingkungan.

1. Prosedur Keadaan Darurat


Prosedur keadaan darurat adalah tata cara pedoman kerja dalam
menanggulangi suatu keadaan darurat, dengan maksud untuk mencegah atau
mengurangi kerugian lebih lanjut atau semakin besar.

Jenis-jenis prosedur keadaan darurat:


a. Prodesur Intern (Lokal)
Ini merupakan pedoman pelaksanaan untuk masing-masing bagian atau
departemen, dengan pengertian keadaan darurat yang terjadi masih dapat
diatasi oleh bagian-bagian yang bersangkutan, tanpa melibatkan kapal atau
usaha pelabuhan setempat.

b. Prosedur Umum (Utama)


Merupakan pedoman perusahaan secara keseluruhan dan telah
menyangkut keadaan darurat yang cukup besar atau paling tidak dapat
membahayakan kapal–kapal lain atau dermaga terminal. Dari segi
penanggulangannya di perlakukan pengarahan tenaga yang banyak
atau melibatkan kapal-kapal penguasa pelabuhan setempat.
1
2.Jenis –jenis Keadaan Darurat
Kapal laut sebagai bangunan terapung yang bergerak dengan gaya
dorong pada kecepatan bervariasi melintasi berbagai daerah pelayaran
dalam kurun waktu tertentu, akan mengalami berbagai problematika yang
dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti cuaca, keadaan alur
pelayaran, manusia, kapal dan lain-lain yang belum dapat diduga oleh
kemampuan manusia dan pada akhirnya menimbulkan gangguan pelayaran
dari kapal.

a. Tubrukan

Keadaan darurat karena tubrukan kapal dengan kapal atau kapal


dermaga maupun dengan benda tertentu akan mungkin terdapat situasi
kerusakan pada kapal, korban manusia, tumpahan minyak ke laut kapal
tangki pencemaran dan kebakaran situasi lainnya adalah kepanikan atau
ketakutan petugas di kapal yang justru memperlambat tindakan
pengamanan penyelamatan dan penanggulangan keadaan darurat tersebut.

a. Kebakaran /Ledakan
Kebakaran dikapal dapat terjadi di berbagai lokasi yang rawan terhadap
kebakaran, misalnya dikamar mesin, gudang penyimpanan perlengkapan
kapal, instalasi listrik dan tempat akomodasi Nahkoda dan anak buah
kapal.

b. Kandas

Kapal kandas pada umumnya didahului dengan tanda tanda putaran


baling-baling terasa berat, asap di cerobong mendadak menghitam, badan
kapal bergetar dan kecepatan kapal berubah kemudian berhenti mendadak.
Kapal kandas sifatnya dapat permanen dan dapat pula bersifat sementara
tergantung pada posisi permukaan dasar laut atau sungai, ataupun cara
mengatasinya sehingga keadaan darurat seperti ini akan membuat situasi
di lingkungan kapal akan terjadi rumit.

c. Kebocoran /Tenggelam
Kebocoran pada kapal dapat terjadi karena kapal kandas, tetapi dapat
2
juga terjadi karena tubrukan maupun kebakaran serta kerusakan kulit pelat
kapal karena korosi sehingga kalau tidak segera diatasi keadaan darurat ini
akan menjadi rumit apabila pengambilan keputusan dan pelaksanaanya
tidak didukung sepenuhnya oleh seluruh anak buah kapal karena upaya
untuk mengatasi keadaan tidak didasarkan pada azas keselamatan dan
kebersamaan.

d. Orang Jatuh Kelaut (Man Over Board)


Orang jatuh ke laut merupakan salah satu bentuk kecelakaan yang
membuat situasi menjadi darurat dalam upaya melakukan penyelamatan.
Pertolongan yang diberikan tidak mudah dilakukan karena sangat
tergantung pada keadaan cuaca saat itu serta kemampuan yang akan
memberi pertolongan maupun fasilitas yang tersedia.

e. Pencemaran
Pencemaran laut dapat terjadi karena buangan sampah dan tumpahan
minyak saat bunkering buangan limbah muatan kapal tangki, buangan
limbah kamar mesin yang melebihi ambang 15 ppm.

2.2 Contigency Plan


Dalam mengembangkan rencana keadaan darurat (Contigency Plan)
perusahaan dapat membaginya menjadi dua bagian besar yaitu pengembangan
rencana keadaan darurat di darat (Shore Based) dan dikapal (Ship Board).

1. Shipboard Contigency Plan (Rencana keadaan darurat di kapal) yang harus di


pertimbangkan:

a. Alokasi tugas dan tanggung jawab di atas kapal


b. Tindakan yang diambil untuk mengontrol situasi
c. Metode komunikasi yang digunakan diatas kapal
d. Prosedur untuk meminta bantuan dari pihak ketiga
e. Prosedur untuk memberi impormasi kepada perusahaan dan melaporkan
kepada pihak yang berwenang

f. Menjaga komunikasi antara kapal dan darat

3
g. Prosedur untuk menghadapi yang harus di media atau pihak ketiga
2. Shore Based Contigency Plan (Rencana pengembangan keadaan darurat di
darat) yang harus di pertimbangkan:

a. Komposisi dan tugas personil-personil yang terlibat dengan rencana


keadaan darurat.

b. Prosedur untuk menangani jenis yang berbeda dari setiap kecelakaan atau
bahaya.

c. Prosedur untuk mengadakan dan menjaga kontak antara kapal dan


managemen darat.

d. Tersedianya denah kapal, rencana impormasi stabilitas dan peralatan


keselamtan dan pencegahan pencemaran di atas kapal.

e. Tersedianya Chek List yang tepat untuk setiap kondisi didaerah untuk
membantu dalam menghadapi kondisi darurat yang terjadi diatas kapal

f. Daftar nomor telepon yang harus dihubungi pada saat kondisi darurat
g. Metode pelaporan dari kapal kemanagenen darat
h. Prosedur untuk memberitahukan keluarga Crew di kapal
3. Prosedur Darurat (Emergency)
Prosedur emergency yang dikembangkan oleh perusahaan disesuaikan
dengan identifikasi resiko yang ada di perusahaan prosedur kondisi darurat
untuk kapal penumpang tentunya akan berbeda dengan log carier, begitu pula
untuk kapal Tanker.

4. Pelaporan

Jika terjadi kecelakaan dalam situasi keadaan darurat di kapal harus


melaporkan kepada dinas penjaga pantai atau penguasa pelabuhan (Harbour
Autority) dan kepada perusahaan segera mungkin untuk memanfaatkan waktu
yang ada dan memberikan informasi sebanyak mungkin hal-hal buruk
dilaporkan:

a. Nama kapal.
b. Posisi kapal (Lintang, Bujur).

4
c. Dari pelabuhan mana mau kemana (Jadwal Pelayaran).
d. Sifat/bentuk kecelakaan yang terjadi (Tubrukan, Kandas, dll).
e. Sifat dan perkembangan kerusakan.
f. Daftar nama orang yang harus di hubungi bila terjadi keadaan darurat.
g. Nama kebangsaan/bendera, tipe dan keadaan terakhir kapal lain yang
terlibat dalam kejadian tersebut.

h. Korban-korban dan tingkat kefatalan yang ada.


i. Bentuk-bentuk perbaikan yang dibutuhkan (Helikopter, Sekoci Penyelamat,
dll).

j. Jasa pertolongan yang telah didapat atau dipanggil.


k. Agen perwakilan Nasional, lokal atau pihak-pihak pemerintah yang telah
di informasikan.

l. Cuaca dan kondisi laut, sekarang yang di ramaikan.


m. Keterangan yang lain.
n. Tanggal dan waktu kejadian.
5. Bila terjadi tumpahan dari bungker harus ditambahkan:
a. Tife dari tumpahan minyak dari cargo atau dari bunker.
b. Sebab-sebab insiden jika diketahui misalnya overflow, pipa yang rusak dan
kerusakan-kerusakan pada lambung.

c. Perkiraan jumlah tumpahan.


d. Perkiraan arus dari tumpahan.
e. Apakah pembersihannya telah dilaksanakan oleh kapal atau dari pihak
lainnya.

6. Pelatihan
Latihan penanganan keadaan darurat dan cara penyelamatan harus
dilaksanakan sesuai dengan persyaratan dari perusahaan yaitu dengan
mengaktifkan respon team dikantor pusat dan berkoordinasi dengan pihak
kapal dalm menanggulangi keadaan darurat dan latihan tersebut harus dicatat
di log book dan dilaporkan kekantor pusat. Nahkoda harus menjamin bahwa
latihan tersebut dilaksanakan untuk mengidentifikasi keadaan darurat, tujuan
dari latihan tersebut:
5
a. Meningkatkan kesadaran pada awak kapal terhadap bahaya-bahaya yang
potensial yang dapat terjadi dikapal

b. Meningkatkan standar pada kecepatan respon awak kapal terhadap keadaan


darurat yang telah diidentifikasi

c. Melancarkan koordinasi dengan team emergency dikantor pusat serta


kecepatan beroperasinya sistem tersebut.

7. Cara yang harus ditangani untuk mengidentifikasikan secara hal yang


berpotensi dalam keadaan darurat.

Setiap rencana berisikan:


a. Alokasikan tugas dan tanggung jawab dikapal.
b. Aksi yang diambil untuk mengontrol situasi.
c. Metode komunikasi yang di gunakan dikapal yaitu antara kapal dan di
darat.

d. Prosedur untuk meminta bantuan pihak ketiga, jika dibutuhkan.


e. Prosedur untuk memberitahu perusahaan dan otoritas yang relavan.
f. Chek list untuk pertolongan, monitoring dan reporting.
Semua latihan yang telah dilaksnakan harus dicatat di Log Book dan
dilaporkan kekantor pusat, catatan ini meliputi personil yang terlibat
peralatan yang digunakan dan detail dari problem yang ada jenis latihan
yang ada dilaksanakan dan ditanda tangani oleh Nahkoda keefektifan dari
latihan harus diulang dalam pertemuan saran-saran yang ada untuk
perbaikan harus segera dilaporkan kepusat untuk di setujui dan segera di
praktekan dalam latihan berikutnya.

8. Emergency Responce Team


Emergency Responce Team ada suatu Tim penanganan keadaan yang
ada dikantor pusat, tujuan dari Emergency Responce Team ini adalah:

a. Menghubungi pihak-pihak eksternal perusahaan yang terkait terhadap


operasi penanganan suatu keadaan darurat misalnya Syahbandar
perusahaan Asuransi Emergency Service Agen dll.

b. Menyediakan jalur komunikasi antara perusahaan dengan keluarga dari


6
awak kapal.

c. Menjadi pusat impormasi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan


kecelakaan yang terjadi.

d. Memberikan masukan dan petunjuk terhadap Nahkoda.


e. Memberikan semua informasi kepada Direktur Utama untuk menghadapi
media massa dan keluarga korban.

9. Faktor Penyebab Keadaan Darurat Di Kapal


Faktor penyebab keadaan darurat yang terjadi di atas kapal ada tiga faktor
yaitu:

a. Faktor alam
Yaitu keadaan darurat yang menyebabkan karena adanya cuaca buruk dan
keadaan yang lainnya yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya.

b. Faktor manusia
Yaitu misalnya kelalaian manusia yang dapat mengakibatkan kebakaran
atau ledakan yang disertai kebakaran dan sebagainya.

c. Faktor tekhnis
Yaitu keadaan darurat yang mengakibatkan misalnya yang ada kaitannya
tehnik yang ada dikapal, sehingga kapal tidak mampu meneruskan
pelayaran dengan aman akibat yang di timbulkan kapal bocor terbalik atau
mesin rusak.

2.3 Penanggulangan Keadaan Darurat


1. pola penanggulangan keadaan darurat
Penanggulangan keadaan darurat didasarkan pada suatu pola terpadu
yang menginteraksikan aktivitas atau upaya. Penanggulangan keadaan

darurat tersebut secara cepat, tepat dan terkendali atas dukungan dari instansi
dan sember daya manusia serta fasilitas yang tersedia.

a. Pendataan
Dalam menghadapi setiap keadaan darurat selalu diputuskan tindakan yang
akan dilakukan untuk mengatasi peristiwa tersebut maka perlu dilakukan

7
pendataan sejauh mana keadaan darurat tersebut dapat membahayakan manusia
(Pelaut), kapal dan lingkungannya serta bagaimana cara mengatasinya di
sesuaikan dengan sarana dan prasarana yang tersedia.

Langkah-langkah pendataan antara lain:


1) Tingkat kerusakan kapal
2) Gangguan keselamatan kapal
3) Keselamatan manusia
4) Kondisi muatan
5) Pengaruh kerusakan pada lingkungsn
6) Kemungkinan membahayakan terhadap dermaga atau kapal lain
b. Peralatan
Sarana dan prasarana yang digunakan disesuaikan dengan keadaan
darurat yang dialami dengan memperhatikan kemampuan kapal dan manusia
untuk melepaskan diri dari keadaan darurat tersebut hingga kondisi normal
kembali. Petugas dan anak buah kapal terlibat dalam operasi mengatasi
keadaan darurat ini seharusnya mampu untuk bekerjasama dengan pihak lain
bila mana diperlukan (Dermaga, kapal lain team SAR).

Secara keseluruhan peralatan yang di pergunakan dalam keadaan darurat


adalah:

1) Breathing Apparatus
2) Alarm
3) Fireman Out Fit
4) Tandu
5) Kotak First Aid
6) Alat Komunikasi dan lain-lain disesuaikan dengan keadaan daruratnya.
2. Tata cara dan tindakan yang akan diambil antara lain:
Persiapan yaitu langkah-langkah persiapan yang di perlukan dalam
menangani keadaan darurat tersebut berdasarkan jenis dan kejadiannya.
Prosedur praktis dari penanganan kejadian yang harus diikuti dari beberapa
kegiatan bagian secara terpadu. Organisasi yang solid dengan garis-garis
kounikasi dan tanggung jawabnya. Prosedur diatas harus meliputi segala

8
macam keadaan darurat yang ditemui baik menghadapi kebakaran, kandas,
pencemaran dan harus dipahami benar benar oleh pelaksana yang secara
teratur dilatih sehingga dapat dilaksanakan dengan baik.

2.4 Pengenalan Isyarat Bahaya


Tanda untuk mengingatkan anak buah kapal tentang adanya suatu
keadaan darurat atau bahaya adalah dengan kode bahaya.

1. Sesuai peratura Internasional isyarat-isyarat bahaya dapat digunakan


secara umum untuk kapal laut adalah sebagai berikut:

a. Suatu isyarat letusan yang diperdengarkan dengan sedang waktu kira-


kira 1(Satu) menit.

b. Bunyi yang diperdengarkan secara terus-menerus oleh pesawat


pemberi isyarat kabut (Smoke Signal).

c. Peluru-peluru cahaya memancarkan bintang-bintang memerah yang


ditambahkan satu demi satu dengan selang waktu yang pendek

d. Isyarat yang dibuat oleh radio telegrafi atau sistem pengisyaratan lain
yang terdiri atas kelompok SOS (Save 0ur Soul) dari kode morse.

e. Isyarat yang dipancarkan dengan menggunakan pesawat radio


telepon yang terdiri atas kata yang diucapkan (Mayday).

f. Kode isyarat bahaya Internasional yang ditujukan dengan bendera


NC (November, Charlie).

g. Isyarat bahaya yang terdiri atas sehelai bendera segi empat yang
diatas atau sesuatu yang menyerupai bola.

h. Cerawat payung atau cerawat tangan yang memencarkan cahaya


merah.

i. Isyarat asap yang menyebabkan sejumlah asap jingga (Orange).


j. Menaik turunkan lengan-lengan yang terentang kesamping secara
perlahan-lahan dan berulang-ulang.

k. Isyarat alarm radio telegrafi.


9
l. Isyarat alarm radio telefoni.
m. Isyarat yang di pancarkan oleh rambu-rambu radio petunjuk posisi
darurat.

2. Sesuai kemungkinan yang terjadinya situasi darurat diatas kapal, baik di


pelabuhan maupun dilaut lepas isyarat bahaya yang umumnya dapat terjadi
adalah:

a. Isyarat kebakaran
Apabila terjadi kebakaran diatas kapal maka setiap orang diatas kapal
yang pertama kali melihat adanya kebakaran wajib melaporkan kejadian
tersebut pada mualim jaga di anjungan.

b. Isyarat sekoci/meninggalkan kapal


Dalam keadaan darurat yang menghendaki Nahkoda dan seluruh anak
buah kapal harus meninggalkan kapal maka kode isyarat yang dibunyikan
adalah melalui bel atau suling kapal sebanyak tujuh pendek dan satu panjang
secara terus menerus.

c. Isyarat Orang Jatuh Kelaut (Man Over Board)


Dalam pelayaran sebuah kapal dapat saja terjadi orang jatuh kelaut bila
seorang awak kapal melihat orang jatuh kelaut, maka tindakan yang harus
dilakukan adalah:

1. Berteriak ‘’Orang jatuh kelaut’’.


2. Melempar pelampung penolong (Lifebouy).
3. Melapor ke mualim jaga.
Selanjutnya mualim jaga yang menerima laporan adanya orang jatuk kelaut
dapat melakukan monouver kapal untuk berputar mengikuti ketentuan
‘’Williamson Turn’’ untuk melakukan pertolongan setelah mengetahui ada

orang jatuh kelaut maka kapal yang berangkutan wajib menaikkan bendera
isyarat Internasional huruf ‘’O’’.

d. Isyarat Bahaya Lainnya


Dalam hal-hal tertentu bila terjadi kecelakaan atau keadaan darurat yang
sangat mendesak dengan pertimbangan bahwa bantuan dari pertolongan
10
pihak lain sangat dibutuhkan maka setiap awak kapal wajib segera
memberikan tanda perhatian dengan membunyikan bel atau benda lainnya
maupun berteriak untuk meminta pertolongan, tindakan ini dimaksud agar
mendapat bantuan secepatnya sehingga korban dapat segera ditolong dan
untuk mencegah timbulnya korban yang lain atau kecelakaan maupun
bahaya yang sedang terjadi tidak meluas.

Adapun mesin-mesin atau pesawat-pesawat yang dapat beroperasi pada


kondisi darurat terdiri dari:

1) Emergency steering gear.


2) Emergency generator.
3) Emergency radio comunication.
4) Emergency fire pump.
5) Emergency ladder.
2.5 Tindakan Dalam Keadaan Darurat
1. Sijil bahaya atau darurat
Dalam keadaan darurat atau bahaya seorang awak kapal wajib
bertindak sesuai dengan ketentuan sijil darurat, oleh sebab itu sijil darurat
senangtiasa dibuat dan di inpormasikan pada seluruh awak kapal. Sijil
darurat dikapal perlu digantungkan pada tempat sesuai mudah dicapai,
mudah dilihat dan mudah dibaca oleh seluruh pelayar dan memberikan
perincian prosedur dalam keadaan darurat seperti:

a. Tugas-tugas khusus yang harus ditanggulangi di dalam keadaan


darurat oleh setiap anak buah kapal.

b. Sijil darurat selain menunjukkan tugas-tugas khusus, juga tempat


berkumpul.

c. Sijil darurat bagi setiap penumpang harus dibuat dalam bentuk


yang ditetapkan oleh pemerintah.

d. Sebelum kapal berangkat, sijil darurat harus sudah dibuat dan


salinanya digantungkan dibeberapa tempat yang strategis di kapal.

e. Didalam sijil darurat juga diberikan pembagian tugas yang berkaitan


11
bagi setiap ABK.

2. Tugas–tugas dalam sijil


Selain itu didalam sijil darurat disebutkan tugas-tugas khusus yang
dikerjakan oleh anak buah kapal bagian CD (Catering Departmen), koki,
pelayan dll, seperti:

a. Memberikan peringatan kepada penumpang.


b. Memperhatikan apakah mereka memakai rompi renang mereka secara
semestinya atau tidak.

c. Mengumpulkan para penumpang ditempat berkumpul darurat.


d. Mengawasi gerakan dari para penumpang dan memberikan petunjuk di
gang-gang atau tangga.

e. Memastikan bahwa persediaan selimut telah dibawa sekoci atau rakit


penolong.

Dalam hal yang menyangkut pemadam kebakaran sijil darurat


memberikan petunjuk cara-cara yang biasanya dikerjakan dalam tejadi
kebakaran, serta tugas-tugas khusus yang harus dilaksanakan alam hubungan
dengan operasi pemadaman.

12

Anda mungkin juga menyukai