Anda di halaman 1dari 56

Mata Kuliah : Kegawatdaruratan Maritim

Dosen Pengampu : Diah Indriastuti, S.Kep.,Ners.,M.Kep

RESUME

Oleh

Klompok 3 :

1. RAMLA SARI NIM S.0020.P2.122


2. MINARNI NIM S.0020.P2.108
3. YUYUN SUHAENI NIM S.0020.P2.140
4. MARIANA R NIM S.0020.P2.102
5. HENNY INDRAWATY S NIM S.0020.P2.090
6. AMRIYANI AMIR NIM S.0020.P2.073
7. YUSUF KARIM NIM S.0020.P2.139
8. MEGAWATI NIM S.0020.P2.106
9. MARWANA NIM S.0020.P2.105
10. IMRAN NIM S.0020.P2.091

SEKOLAH TINGGI ILMU KSESHATAN

KARYA KESEHATAN KENDARI

PRODI S1 KEPERAWATN

KENDARI

2022
KECELAKAAN LAUT

A. Konsep dasar keselamatan pelayaran


Keselamatan Pelayaran didefinisikan sebagai suatu keadaan terpenuhinya persyaratan
keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan dan
kepelabuhanan.Terdapat banyak penyebab kecelakaan kapal laut; karena tidak
diindahkannya keharusan tiap kendaraan yang berada di atas kapal untuk diikat (lashing),
hingga pada persoalan penempatan barang yang tidak memperhitungkan titik berat kapal dan
gaya lengan stabil. Dengan demikian penyebab kecelakaan sebuah kapal tidak dapat
disebutkan secara pasti, melainkan perlu dilakukan pengkajian.

B. Kekuatan Kapal
Sejak kapal dipesan untuk dibangun hingga kapal beroperasi, selalu ada aturan yang
harus dipatuhi, dan di dalam semua proses pelaksanaannya selalu ada badan independen
yang menjadi pengawasnya. Pada saat kapal dirancang kemudian pemilihan bahan, dan
selama proses pembangunannya, selain pemilik kapal, pihak galangan kapal, dan pihak
pemerintah selaku administrator ada pihak Klasifikasi dalam hal ini di Indonesia oleh Biro
Klasifikasi Indonesia yang akan melakukan pengawasan dan pemberian kelas bagi kapal
yang telah selesai dibuat, hingga nanti setelah kapal beroperasi mereka juga akan melakukan
survey dan audit atas pelaksanaan semua aturan keselamatan yang harus dipenuhi.
C. Factor penyebab kecelakaan di laut
Kecelakaan angkutan laut yang menelan banyak korban jiwa dan harta benda terjadi silih
berganti dalam beberapa tahun belakangan ini diantaranya Kecelakaan KM Digoel. Ada
beberapa penyebab yaitu
1. Faktor manusia
Faktor manusia merupakan faktor yang paling besar yang antara lain meliputi:
Kecerobohan di dalam menjalankan kapal, kekurang mampuan awak kapal dalam
menguasai berbagai permasalahan yang mungkin timbul dalam operasional kapal, secara
sadar memuat kapal secara berlebihan
2. Faktor Teknis
Faktor teknis biasanya terkait dengan kekurang cermatan di dalam desain kapal,
penelantaran perawatan kapal sehingga mengakibatkan kerusakan kapal atau bagian-

2
bagian kapal yang menyebabkan kapal mengalami kecelakaan, terbakarnya kapal seperti
yang dialami Kapal Tampomas diperairan Masalembo, Kapal Livina.
3. Faktor alam
Faktor cuaca buruk merupakan permasalahan yang sering kali dianggap sebagai
penyebab utama dalam kecelakaan laut. Permasalahan yang biasanya dialami adalah
badai, gelombang yang tinggi yang dipengaruhi oleh musim/badai, arus yang besar,
kabut yang mengakibatkan jarak pandang yang terbatas

D. Aturan international keselamatan pelayaran

Untuk mengendalikan keselamatan pelayaran secara internasional diatur dengan


ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. International Convention for the Safety of Life at Sea (SOLAS), 1974, sebagaimana telah
disempurnakan: Aturan internasional ini menyangkut ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
a. Konstruksi (struktur, stabilitas, permesinan dan instalasi listrik, perlindungan api,
detoktor api dan pemadam kebakaran);
b. Komunikasi radio, keselamatan navigasi
c. Perangkat penolong, seperti pelampung, keselamatan navigasi.
d. Penerapan ketentuan-ketentuan untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan
pelayaran termasuk di dalamnya penerapan of the International Safety Management
(ISM) Code dan International Ship and Port Facility Security (ISPS) Code).
2. International Convention on Standards of Training, Certification dan Watchkeeping for
Seafarers, tahun 1978 dan terakhir diubah pada tahun 1995.
3. International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979.
4. International Aeronautical and Maritime Search and Rescue Manual (IAMSAR) dalam 3
jilid

E. Perangkat keselamatan kapal

1. Sekoci

3
Perangkat keselamatan yang yang digunakan dalam evakuasi kapal dalam hal terjadi
kebakaran ataupun kapal tenggelam berupa:

a. Baju pelampung
b. Perahu sekoci
c. Rakit penolong

2. Perangkat komunikasi

Perangkat yang penting dalam komunikasi adalah sistem komunikasi yang meliputi:

a. Radio komunikasi antar kapal, kapal dengan pelabuhan, kapal dengan radio pantai
b. Telepon satelit

F. Jenis kecelakaan

1. Bocor
2. Hanyut
3. Kandas
4. Kerusakan Konstruksi
5. Kerusakan Mesin
6. Meledak
7. Menabrak Dermaga
8. Menabrak Tiang Jembatan
9. Miring
10. Orang Jatuh ke Laut
11. Tenggelam
12. Terbakar
13. Terbalik
14. Tubrukan

G. Upaya Mencegah Terjadinya Kecelakaan Kapal Laut


Kecelakaan di laut yang terjadi dan diperlakukan sebagai sebuah rahasia dengan beberapa
alasan. Untuk itu perlu diperhatikan upaya pencegahan kecelakaan kapal dengan

4
memperoleh masukan dari berbagai pihak antaralain akademisi, para ahli analisis kecelakaan
dan pertolongan.Untuk mencapai tujuan keselamatan, di perlukan upaya sebagai berikut:

1. menyediakan praktek yang aman dalam operasional kapal dan lingkungan kerja,
2. membangun perlindungan terhadap semua resiko yang di identifkasi,
3. terus–menerus meningkatkan keterampilan manajemen keselamatan personal darat dan
Onboard/ di kapal.
Setiap perusahaan sangatlah penting untuk mengembangkan, menerapkan dan
mempertahankan Sistem Manajemen Keselamatan yang meliputi:

1. kebijakan keselamatan dan perlindungan lingkungan,


2. prosedur pelaporan kecelakaan kapal dan penyimpangan dari ketentuan kode,
3. petunjuk dan prosedur untuk memastikan keselamatan operasi kapal dan perlindungan
lingkungan, perkerja di atas kapal benar-benar menaati peraturan Internasional maupun
perundang-undang Negara Bendera kapal yang bersangkutan,
4. menentukan tingkat Otoritas garis komunikasi antar personil darat (DPA) dan di atas
kapal,
5. prosedur untuk siap dan tanggap dalam keadaan darurat,
6. prosedur untuk internal Audit dan ditinjau ulang manajemen
Kecelakaan kapal susah diprediksi dan dapat terjadi dimana saja. Oleh sebab itu untuk
menghadapi musibah di tengah laut sebelum kapal meninggalkan pelabuhan, Kapal wajib
melaksanakan persiapan-persiapan dan persyaratan sebagai berikut:

1. mengikuti peraturan International Manajemen code (ISM code),


2. pengetesan cara operasinya kemudi darurat, (emergency Rudder),
3. pengecekan beroperasinya GPS (Global Potitioning System),
4. cek kelayakan sekoci (David) penolong diturunkan dan dinaikan,
5. cek Jangkar dan rantai jangkar dalam keadaan baik,
6. persiapan penerimaan Pilot (pandu),dan menurunkan Pilot,
7. cek smoke detector di anjungan untuk mengantisipasi kebakaran di palka-palka,
8. sebelum berlayar Peta-peta mulai dari tempat tolak sampai ketempat tujuan sudah
dikoreksi dan up date,
9. pemeriksaan generator, tes running atau tidak,
10. pengecek lampu-lampu jalan dan lampu-lampu darurat,

5
11. mengetes darurat mesin Induk,
12. hasil Internal audit dan Manajemen review,
13. pengopersian Oil Water sparator (OWS),
14. menengecek tutup palka dan peralatan bongkar muat juga alat elektronik

H. Kecelakaan Kapal (Ship Accident) / Kecelakaan Laut (Marine Casualty)

Adalah suatu kejadian atau peristiwa yang mengakibatkan terjadinya hal-hal berikut:

1. Kematian/hilangnya bnyawa seseorang, cedera/luka berat atas seseorang yang disebabkan


karena atau berkaitan dengan kegiatan pelayaran atau operasional kapal
2. Hilangnya seseorang dari kapal atau sarana apung lainnya yang disebabkan karena atau
berkaitan dengan kegiatan pelayaran atau pengoperasian kapal; atau
3. Hilangnya, atau menghilangnya sebuah kapal atau lebih
4. Kerusakan material pada sebuah kapal atau lebih
5. Kandasnya atau tidak mampunya sebuah kapal atau lebih, atau keterlibatan sebuah kapal
dalam kejadian tabrakan
6. Kerusakan material/barang yang disebabkan karena atau berkaitan dengan, pengoperasian
kapal
7. Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh rusaknya sebuah kapal atau lebih, atau
berkaitan dengan pengoperasian kapal.

Kecelakaan kapal di kategorikan menjadi 2 yaitu :

1. Kecelakaan Sangat Berat (Very Serious Casualty)

adalah suatu kecelakaan yang dialami satu kapal yang berakibat hilangnya kapal tersebut
atau sama sekali tidak dapat diselamatkan (total loss), menimbulkan korban jiwa atau
pencemaran berat;

2. Kecelakaan Berat (Serious Casualty)

6
adalah sebuah kecelakaan yang tidak dikategorikan sebagai kecelakaan sangat berat tetapi
terkait dengan hal-hal sebagai berikut:

a. Terjadinya kebakaran di kapal, ledakan, kandas, senggolan (contact), kerusakan


akibat cuaca buruk, keretakan badan kapal (hull cracking) atau dugaan cacat pada
badan kapal (suspected hull defect) dll;
b. Kerusakan konstruksi yang menjadikan kapal tidak laik laut, misalnya ada
kebocoran pada badan kapal di bawah garis air, tidak berfungsinya mesin induk
kapal, kerusakan besar pada akomodasi dsbnya
c. Pencemaran laut, tidak peduli jumlah atau besarnya tumpahan; atau
d. Ketidak berdayaan kapal sehingga memerlukan ‘penundaan’ (towage) atau
bantuan dari darat; dan/atau
e. Setiap kejadian berikut yang dengan memperhitungkan keadaan sekelilingnya
dapat memungkinkan menjadi penyebab cedera serius atau gangguan kesehatan
sese-orang dikarenakan kejadian atau peristiwa dibawah ini:
1) meledaknya (bursting) atau lumpuhnya (collapse) suatu bejana tekan, saluran
pipa atau katup
2) lumpuhnya (collapse) atau tidak bekerjanya dari suatu alat angkat, atau
peralatan untuk memasuki ruangan (access equipment), atau penutup palka,
peranca (staging)

3) jatuhnya muatan (cargo), pergeseran muatan yang tidak dikehendaki atau


tolak bara kapal (ballast) yang menjadi sebab kemiringan kapal yang
membahayakan atau jatuhnya muatan kelaut;

4) terjadinya kontak seseorang dengan serat asbes (asbestos fibre) yang terlepas,
kecuali yang bersangkutan mengenakan pakaian pelindung lengkap;dan/ atau

5) tersebarnya bahan berbahaya atau unsur yang dapat mencederai seseorang.

7
Kapal laut merupakan sarana angkutan atau moda transportasi laut yang dibutuhkan
untuk memuat atau membongkar berbagai macam barang-barang keperluan ekonomi baik
dari daerah Utara sampai ke Timur di seluruh pelabuhan di Indonesia. Kegiatan ini untuk
meningkatkan dan mensejahterakan masyarakat provinsi, kota, kecamatan dan daerah
terpencil. Untuk melaksanakan semua kebijakan di bidangkeselamatan, Perusahaan harus
memiliki Sistem Manajemen Keselamatan (Safety Manajemen System) yang merupakan
fasilitas bagi seluruh personel di darat
Di Indonesia yang melakukan penyelidikan tentang kecelakaan kapal laut adalah
KNKT(Komie Nasional Keselamatan Transportasi). Tentang data-data kapal dalam
kecelakaan dan penyebabnya. Dalam hal melakukan penyelidikan dengan cara
menggunakan PSC sangat berhati-hati apabila telah menentukan penyebabnya harus dikaji
ulang oleh para penyelidik yang lainnya untuk dipastikan bahwa penyebab inilah yang
ditemukan dengan kesepakatan dan secara ilmiah serta pengamatan yang pasti barulah
dengan keputusan dari pimpinan. Hasilnya di informasikan kepada masyarakat,
Pemerintahan, Owner, dan kepada penegak hukum apakah di mahkamah pelayaran atau jika
ada unsur-unsur tindak pidananya maka seorang PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil)
membuat berita acara pemeriksaan (BAP) dditeruskan ke Polisi Republik Indonesia (Polri)
selaku KORWAS untuk ditindak lanjuti.

Insiden paling banyak terjadi pada negara berkembang, terutama pada Anak - anak
berumur kurang dari 5 tahun. Selain umur, faktor resiko lain yang berkontribusi
meningkatkan terjadinya kasus tenggelam diantaranya jenis kelamin terutama laki-laki yang
memiliki angka kematian dua kali lipat terhadap perempuan, penggunaan alkohol atau
penyalahgunaan obat pada 50% kasus yang melibatkan remaja maupun dewasa, anak-anak
tanpa pengawasan saat berada di air, perburukan dari kondisi medis sebelumnya (kejang,
sakit jantung, pingsan),dan percobaan bunuh diri.Kasus tenggelam lebih banyak terjadi di air
tawar (danau, sungai, kolam) sebesar 90% dan sisanya 10% terjadi di air laut.

8
MULTI TRAUMA DI PERAIRAN

• Multipel trauma adalah istilah medis yang menggambarkan kondisi seseorang yang
telah mengalami beberapa luka traumatis, seperti cedera kepala serius selain luka
bakar yang serius.

• Multipel trauma atau politrauma adalah apabila terdapat 2 atau lebih kecederaan
secara fisikal pada regio atau organ tertentu, dimana salah satunya bisa menyebabkan
kematian dan memberi dampak pada fisik, kognitif, psikologik atau kelainan
psikososial dan disabilitas fungsional (Lamichhane P, et al., 2011).

Trauma adalah penyebab paling umum kematian pada orang


usia 16-44 tahun di seluruh dunia(WHO,2004).Proporsi terbesar dari kematian(1,2
jutapertahun)kecelakaan di jalan raya. Organisasi Kesehatan Dunia(WHO) memprediksi
bahwa pada tahun 2020, cedera lalu lintas menduduki peringkat ketiga dalam penyebab
kematian dini dan kecacatan.

Keseluruhan angka kematian termasuk pra-rumah sakit dan -di rumah sakit adalah
35% di negara-negara berpenghasilan tinggi namun meningkat menjadi 55% di negara
berpenghasilan menengah dan 63% di negara berpenghasilan rendah. Lebih serius pasien
cedera(ISS 15-24) mencapai rumah sakit menunjukkan peningkatan enam kali lipat
dalam mortalitas pada pasien berpenghasilan ekonomi rendah.

Kematian yang disebabkan oleh trauma itu secara klasik memiliki 3 penyebaran,
yang berhubungan antara waktu kejadian dengan penanganan efektif yang dilakukan
untuk mengatasi mortalitas :

• Immediate deaths ( kematian yang segera )

Dimana pasien meninggal oleh karena trauma sebelum sampai ke rumah sakit. Misalnya cedera
kepala berat, atau trauma spinal cordHanya sedikit dari pasien ini yang dapat hidup sampai ke
rumah sakit, karena hampir 60% dari kasus ini pasien meninggal bersamaan dengan saat kejadian

• Early deaths

Dimana pasien meninggal beberapa jam pertama setelah trauma. Sebagian disebabkan oleh
perdarahan organ dalam dan sebagian lagi disebabkan oleh cedera sistem saraf pusat. Hampir
semua kasus pada trauma ini potensial dapat ditangani. Bagaimanapun, pada umumnya setiap
kasus membutuhkan pertolongan dan perawatan definitif yang sesuai di pusat-pusat trauma.

9
Khususnya pada institusi yang dapat melakukan resusitasi segera, identifikasi trauma, dan sarana
pelayanan operasi selama 24 jam

• Late deaths

Dimana pasien meninggal beberapa hari atau minggu setelah trauma. Sepuluh sampai dua puluh
persen (10%20%) dari seluruh kematian kasus trauma terjadi pada periode ini. Kematian pada
periode ini mayoritas disebabkan oleh karena infeksi dan kegagalan multipel organ. Trauma
kepala paling banyak dicatat pada pasien multipel trauma dengan kombinasi dari kondisi yang
cacat seperti amputasi, kelainan pendengaran dan penglihatan, post-traumatic stress syndrome
dan kondisi kelainan jiwa yang lain (David et al, 2008).

PATOFISIOLOGY TRAUMA
- Trauma
- Kerusakan jaringan
- Infeksi dan inflamasi
- Endotel dan leukosit
- Mediator inflamasi (sitokin,complement, hystamin dan bradikinin)
- Menghancurkan mikroorganisme dan menghasilkan jaringan bari
- SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome)

SIRS (Systemic Inflammatory Response Syndrome)

SIRS kemudian akan menyebabkan gangguan terhadap metabolisme sel dan


microcirculatory perfusion Bila respon inflamasi yang terjadi cukup berat maka akan
menyebabkan perburukan klinis pada pasien dengan manifestasi berupa disfungsi beberapa
organ tubuh

1. 1. Disfungsi otak : delirium

2. 2. Disfungsi paru-paru : hipoksia

3.Disfungsi jantung dan pembuluh darah : syok dan edema

4.Disfungsi ginjal : oligouria

5.Disfungsi saluran pencernaan : ileus

6.Disfungsi liver : hiperbilirubinemia

7.Disfungsi hematologi : koagulopati dan anemia

Selain disfungsi beberapa organ tubuh, juga terjadi gangguan terhadap sistem imunitas tubuh
pasien berupa supresi imun. Sindrom tersebut dikenal dengan multiple organ dysfunction

10
syndrome(MODS). MODS kemudian akan menyebabkan terjadinya multiple organ
failure(MOF) yang kemudian berakhir dengan kematian

Selain MODS, respon inflamasi yang berlebihan juga dapat meyebabkan terjadinya acute
respiratory distress syndrome (ARDS). Hal tersebut disebabkan oleh karena pada respon
inflamasi yang berlebihan akan terjadi kerusakan pada permukaan alveolar-capillary
sehingga menyebabkan kebocoran cairan kaya protein ke rongga alveoli yang akan
menimbulkan manifestasi klinis ARDS

PENANGANAN AWAL PENDERITA TRAUMA

- Menangani penderita trauma berbeda dengan menangani penderita penyakit


kronis seperti TBC,DM, dan lain-lain
- Anamnesis tetntang keluhan utama, penyakit terdahulu, dan seterusnya,
pemeriksaan fisik yang teliti, untuk pemeriksan laboratorium tidak diperlukan
untuk menangani Trauma

PRINSIP PENANGANAN TRAUMA

- Tangani lebih dahulu yang mengancam jiwa


- Diagnosis definitive pada menit-menit pertama tidak diperlukan karena waktu
sangat berbahaya

PRINSIP PENANGANAN TRAUMA

Survey primer (Primary Survey)

- A = Airway
- B = Breathing
- C = Circulation ang Bleeding Control
- D= Dissability
- E = Exposure / Environment

11
DEKOMPRESI
A. Pengertian dan Bahaya Dekompresi

Dekompresi adalah suatu trauma yang timbul akibat penurunan tekanan lingkungan yang
12
mendadak. (Simanungkalit, Susan H. Perpustakaan UI).

Penyakit dekompresi adalah suatu penyakit atau kelainan yang disebabkan oleh pelepasan

dan pengembangan gelembung-gelembung gas dari fase terlarut dalam darah atau jaringan-

jaringan akibat penurunan tekanan disekitarnya. (Tjahjadi. 1995 dalam Analisis Kesehatan

Dan Keselamatan Lingkungan Kerja Penyelam Tradisional (Safety Health Environment

Analysis For Traditional Divers).

Caisson disease (CD) atau decompression sickness adalah suatu penyakit atau kelainan-

kelainan yang diakibatkan oleh penurunan tekanan dengan cepat disekitarnya sehingga

memicu pelepasan dan pengembangan gelembung- gelembung gas dari fase larut dalam

darah atau jaringan. Ekspansi gas dari paru- paru dapat mengakibatkan ruptur alveolus yang

biasa disebut dengan “Pulmonary Overinflation Syndrome”. (Bennet, 2004). Penurunan

tekanan yang tiba-tiba tadi dapat mengakibatkan adanya emboli udara di arteri.

B. Presentase Kejadian

Data dari berbagai sumber melaporkan kematian akibat penyelaman pada wisata

penyelam sebanyak 1 kematian per 6.250 penyelam tiap tahun, olah raga menyelam 1

kematian per 5.000 penyelam tiap tahun. Sedangkan yang mengalami penyakit

dekompresi di Amerika untuk penyelam militer 1 kasus per 3.770 penyelam, wisata

menyelam 1 kasus per 2.900 penyelam dan penyelam komersial 1 kasus per 280

penyelam tiap tahunnya.

Di Amerika Serikat kasus kecelakaan akibat penyelaman diperkirakan 3 sampai 4

kasus setiap 10.000 penyelam, rata-rata setiap tahunnya adalah 1.000 kasus. Sedangkan di

regional Asia-Pacific berkisar antara 500-600 kasus tidak termasuk Jepang. Depkes

(2004) dalam penelitiannya di 10 propinsi terhadap gangguan kesehatan akibat

13
penyelaman, memberikan gambaran tentang penyakit yang dialami penyelam. Dari 204

responden, yang menderita penyakit tuli sebesar 39,7%, kelumpuhan kaki 13,2%,

kehilangan kesadaran 3,9% dan berkurangnya penglihatan 14,7%.

Data Kesehatan Penyelam Tradisional Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2017,

menggambarkan bahwa terdapat 285 orang penyelam yang mengalami gangguan

kesehatan diantaranya 83 orang mengalami nyeri sendi, nyeri otot, 58 orang

mengalami sakit kepala, 8 orang mengalami lumpuh, 4 orang mengalami pendarahan

hidung dan terdapat 1 orang yang meninggal, faktor resiko utama decompression

sickness adalah kedalaman menyelam, durasi, tingkat pendakian, dan menyelam

berulang, faktor risiko lain melibatkan suhu rendah, paparan ketinggian, jenis

kelamin perempuan, usia tua, obesitas,konsumsi alkohol, dehidrasi, dan olahraga

berat

C. Korban Kejadian Kasus decompression sickness

The Divers Alert Network (DAN) melaporkan sejak tahun 1980 ratarata setiap tahun

terjadi kematian 90 penyelam dan antara 900 sampai 1.000 penyelam melakukan terapi

rekompresi. Kematian per 6250 penyelam setiap tahunya, Olahraga meyelam 1 per 5.000

Penyelam Setiap Tahun. Sedangkan yang mengalami Penyakit dekompresi di Amerika

untuk menyelam Militer 1 Kasus per 3.770 Penyelam dan penyelam komersial 1 Kasus

Per 280 Penyelam Setiap Tahun, Sedangkan menurut Perhimpunan Kesehatan Hiperbarik

Indonesia (PKHI, 2000) didunia 5-6 orang dari tiap 100.000 orang mati akibat tenggelam

setiap tahunnya.

D. Penatalaksanaan

Untuk penatalaksanaan pada pasien Caisson Disease, pertama-tama yang harus

14
dilakukan adalah mempertahankan jalan napas dengan menjamin ventilasi dan mencapai

sirkulasi. Pasien harus ditempatkan dalam posisi terlentang. Langkah-langkah

penatalaksanaan lainnya meliputi :

1. Intervensi Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif
1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas.
2) Monitor adanya produksi sputum
3) Auskultasi bunyi napas
4) Monitor saturasi oksigen
5) Gunakan bantal untuk membantu pengaturan posisi.
6) Ajarkan cara melakukan batuk efektif.
7) Ajarkan teknik napas dalam.
8) Kolaborasi dengan dokter dalam pterapi yang digunakan.
b. Perfusi perifer tidak efektif
1) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen.
2) Periksa sirkulasi perifer (nadi perifer, edema, warna, suhu).
3) Monitor tanda-tanda infeksi.
4) Monitor status cairan.
5) Periksa tingkat kesadaran
6) Berikan posisi syok.
7) Kolaborasi dengan dokter dalam terapi yang dijalankan.
2. Keperawatan kritis atau kegawatan

Tempat kejadian

a. Baringkan penderita dan biarkan tetap dalam posisi horizontal. Hal ini untuk
mencegah berpindahnya gelembung-gelembung udara ke otak dan menyebabkan
perburukan kondisi pasien.
b. Berikan oksigen 100% (dengan masker tight fitting).
c. Buat pasien nyaman.
d. Lindungi pasien dari hipotermia. Tutup dengan selimut atau thermal shields.

15
e. Terapi gejala simtomatik pasien seperti mual, muntah, nyeri, dan sakit kepala.
f. Hubungi fasilitas hiperbarik terdekat untuk merujuk.
Penanganan lanjutan:
a. Pemberian oksigen 100% 15 liter / menit dengan menggunakan masker reservoir.
Namun perlu diperhatikan pemberian oksigen 100% hanya dapat ditoleransi hingga
12 jam karena dapat menyebabkan toksisitas oksigen paru.

b. Pemberian cairan untuk mempertahankan output urin yang baik. Cairan yang
diberikan lebih dari 0.5ml/kg/hari. Hemokonsentrasi yang terkait dengan Caisson
Disease adalah hasil dari peningkatan permeabilitas pembuluh darah yang
dimediasi oleh kerusakan endotel. Cairan dapat diberikan secara oral atau diberikan
secara intravena berupa NaCl 0.9% atau kristaloid / koloid untuk mengatasi
dehidrasi yang mungkin timbul setelah penyelaman (diuresis perendaman
menyebabkan penyelam kehilangan 250- 500 cc cairan per jam) atau pergeseran
cairan yang dihasilkan dari DCS.
c. Pemberian steroid deksametason 10 sampai 20 mg secara intravena,
kemudian dilanjutkan 4 mg setiap 6 jam.
d. Diazepam (5-10 mg ) jika pasien mengalami pusing, ketidakstabilan dan
gangguan visual terkait dengan kerusakan labirin (vestibular) pada telinga bagian
dalam.
e. Dilantin (Fenitoin) diberikan IV 50 mg / menit selama 10 menit untuk 500
mg pertama dan kemudian 100 mg setiap 30 menit setelahnya untuk memantau
konsentrasi darah yang dipertahankan 10 sampai 20 mcg / mL. Jika lebih dari 25
mcg / mL beracun. Beberapa orang memberikan aspirin 600 mg sebagai anti-
platelet.
f. DCS dapat meningkatkan kemungkinan perdarahan dalam jaringan sehingga
antikoagulan tidak boleh digunakan secara rutin dalam pengobatan DCS. Satu
pengecualian untuk aturan ini adalah kasus kelemahan ekstremitas bawah. Heparin
molekul berat rendah (LMWH) harus digunakan untuk semua pasien dengan
ketidakmampuan berjalan pada setiap tingkat kelumpuhan ekstremitas bawah yang
disebabkan oleh DCS neurologis. Enoxaparin 30 mg atau setara diberikan secara
subkutan setiap 12 jam, dimana harus dimulai sesegera mungkin setelah cedera
untuk mengurangi

16
risiko trombosis vena dalam (DVT) dan emboli paru pada pasien lumpuh.
g. Terapi in-air recompression dalam ruang hiperbarik. (Rijadi, R.M. Kesehatan
Kelautan TNI AL. P: 89-103).

BAROTRAUMA

A. Pengertian
1. Gambaran Umum Barotrauma Telinga

17
Barotrauma adalah kerusakan jaringan yang terjadi akibat kegagalan untuk
menyamakan tekanan udara antara ruang berudara pada tubuh (seperti telinga tengah)
dan tekanan pada lingkungan sewaktu melakukan perjalanan dengan pesawat terbang
atau pada saat menyelam. Barotrauma dapat terjadi pada telinga, wajah (sinus), dan
paru, dalam hal ini bagian tubuh yang memiliki udara di dalamnya

Barotrauma umumnya terjadi di telinga. Kondisi ini ditandai dengan kuping yang
terasa pengang akibat perbedaan tekanan udara di dalam dan di luar telinga. Barotrauma
tidak hanya dapat terjadi di telinga, namun juga di organ paru-paru maupun saluran
pencernaan..

2. Gambaran Klinis Barotrauma Telinga.


Hukum Boyle menyatakan bahwa suatu penurunan atau peningkatan pada tekanan
lingkungan akan memperbesar atau menekan (secara berurutan) suatu volume gas
dalam ruang tertutup. Bila gas terdapat dalam struktur yang lentur, maka struktur
tersebut dapat rusak karena ekspansi ataupun konpersi. Barotrauma telinga dapat terjadi
bilamana ruang-ruang berisi gas dalam telinga menjadi ruang tertutup. Barotrauma
paling sering terjadi pada telinga tengah, hal ini terutama karena rumitnya fungsi tuba
eustachius. dapat rnenyebabkan ruptur membran.nterjadi pada kegiatan penyelaman.
Barotrauma telinga lebih sering dikenal dua jenis Barotrauma telinga, yaitu:

a. Barotrauma telinga waktu turun (descent)


1) Barotrauma Telinga Luar (Barotrauma auris eksterna)
Telinga luar berhubungan langsung dengan dunia luar, sehingga pada
waktu turun air dapat masuk secara langsung ke dalam meatus acusticus
externus. Jika meatus acusticus externus tertutup, air tak dapat masuk dan
terdapat rongga udara yang terperangkap dalam canalis acusticus
externus.Pada saat turun ke kedalaman tekanan semakin bertambah sehingga
membuat kolap canalis acusticus externus yang mengakibatkan kongesti,
perdarahan dalam canalis acusticus externus dan tertarikya membrane timpani
kearah lateral. Peristiwa ini terjadi pada tekanan air dan udara dalam canalis
acusticus externus sebesar ±150 mmHg atau lebih pada kedalaman 1,5–2
meter, sebaliknya ketika pada waktu naik sesuai dengan hukum Boyle akan
terjadi pengembangan volume udara dalam rongga-rongga tubuh. secara
fisiologis pengembangan udara dalam kavum timpani dapat disalurkan ke
nasofaring lewat tuba eustachius. Tekanan positif dalam kavum timpani akan
membuka tuba eustachius tanpa kesulitan. Bila mana pada waktu naik tuba
eustachius tidak mau membuka, udara yang mengembang dalam kavum
timpani akan terperangkap dan meningkatkan tekanan dalam kavum timpani.
Hal ini disebabkan tersumbatnya telinga luar oleh serumen atau corpus

18
alienum, Gejala klinis, rasa nyeri tidak terlalu hebat dan tampak ada
perdarahan dari telinga ear plug dan penutup kepala.

2) Barotrauma Telinga Tengah (Barotrauma auris media).


Barotrauma ini paling sering terjadi pada penyelam pemula, dan umumnya
terjadi di kedalaman 10 meter pertama, sesuai dengan hukum Boyle dimana
pada daerah penyelaman tersebut terjadi perubahan tekanan udara paling
tinggi. Kavum timpani dipisahkan dari auris eksterna oleh membran timpani.
Kavum timpani mempunyai hubungan dengan dunia luar (nasofaring) lewat
tuba eustachius. Tuba eustachius merupakan satu-satunya saluran untuk
fungsi ekualisasi tekanan udara dalam kavum timpani dengan tekanan udara
disekelilingnya. Barotrauma telinga tengah tidak jarang menimbulkan
kerusakan telinga dalam yang merupakan masalah serius dan mungkin
memerlukan pembedahan untuk mencegah kehilangan pendengaran yang
menetap. Semua orang yang mengeluh kehilangan pendengaran dengan
barotrauma harus menjalani uji pendengaran dengan rangkaian penala untuk
memastikan bahwa gangguan pendengaran konduktif dan bukannya
sensorineural.

Gejala klinis nyeri, rasa penuh dan berkurangnya pendengaran. Diagnosis


dipastikan dengan otoskop. Gendang telinga tampak mengalami injeksi
dengan pembentukan bleb hemoragik atau adanya darah di belakang
gendang telinga. Kadang-kadang membrana timpani akan mengalami
perforasi.

3) Barotrauma Telinga Dalam (Barotrauma auris interna). Barotrauma telinga


dalam di sebabkan komplikasi barotrauma telinga tengah pada waktu
penyelam turun ke kedalaman melakukan maneuver valsava yang dipaksakan.
Tekanan meningkat secara mendadak ketika turun mengakibatkan membrane
timpani terdorong ke cavum timpani, hal ini menyebabkan footplate dari
stapes terdorong ke dalam sehingga menekan perylimph yang mengakibatkan
membrane foramen rotundun terdorong ke luar
b. Barotrauma Telinga Waktu Naik (ascent)
Udara yang mengembang dalam cavum timpani disalurkan ke
nasopharyng melalui tuba eusthacius. Tuba eusthacius akan terbuka dengan
mudah jika dalam cavum timpoani terdapat tekanan positif. Apabila penyelam
naik ke permukaan tekanan positip dalam cavum timpani tidak bisa membuka
tuba eusthacius maka udara terperangkap dan meningkatkan tekanan dalam

19
cavum timpani. Tuba eusthacius dapat mengalami obstruksi oleh polip, jaringan
mukosa tuba oedema, gejala klinis yang timbul antara lain: sakit telinga saat naik,
vertigo, gangguan pendengaran, tinnitus dan pada pemeriksaan otoskopi bisa
didapatkan injeksi membrane timpani perdarahan sampai rupture.
3. Berdasarkan kelainan gendang telinga pada pemeriksaan otoskopi, barotrauma auris
media waktu turun (descent) di bagi :

a) Derajat 0 : hanya keluhan tanpa gejala (kerusakan) pada membran timpani


b) Derajat I : injeksi dan perdarahan sedikit pada membran timpani
c) Derajat II : perdarahan sedang pada membran timpani
d) Derajat III : perdarahan yang luas pada membran timpani
e) Derajat IV : membran timpani bombans, tampak biru gelap karena adanya
darah dalam cavum timpani
f) Derajat V : perforasi membran timpani dan perdarahan bebas pada cavum
timpani
Kelainan gendang telinga dapat dilihat apabila gendang telinga tampak mengalami
injeksi dengan pembentukan bleb hemoragic atau adanya darah di belakang gendang
telinga, ada cairan, pembengkakkan dan kadang-kadang gendang telinga akan
mengalami perforasi

B. Penyebab
Barotrauma disebabkan oleh perbedaan tekanan udara di dalam dan di luar telinga.
Barotrauma sering terjadi ketika pesawat lepas landas dan mendarat. Dalam kondisi ini,
tekanan udara di dalam kabin pesawat berubah secara cepat. Jika telinga tidak cepat
beradaptasi untuk menyeimbangkan tekanan udara di dalam telinga, maka terjadilah
barotrauma.
Barotrauma juga dapat terjadi ketika melakukan aktivitas menyelam (scuba diving).
Makin dalam seseorang menyelam, maka tekanan akan makin tinggi. Jika belum mahir
dalam menyeimbangkan tekanan di dalam telinga dan tetap dipaksakan untuk menyelam,
tekanan ini dapat membuat gendang telinga pecah.
Selain karena aktivitas penerbangan dan menyelam, barotrauma juga dapat terjadi karena
pengaruh beberapa kondisi berikut:

20
1. Mengalami cedera telinga akibat ledakan
2. Menjalani terapi pengobatan oksigen hiperbarik
3. Melakukan pendakian ke puncak gunung
4. Mengendarai kendaraan di perbukitan atau pegunungan
5. Naik atau turun lift dari atau menuju lantai yang tinggi

Tekanan di dalam telinga akan menyesuaikan dengan tekanan di dunia luar melalui
saluran yang terhubung dengan hidung (tuba Eeustachius). Bila tuba Eustachius tersumbat,
misalnya ketika sedang pilek atau mengalami otitis media, risiko terjadinya barotrauma
akan meningkat. Barotrauma juga lebih berisiko terjadi pada seseorang yang memiliki
keluarga yang pernah terkena barotrauma.

Selain menyerang telinga, barotrauma juga dapat menyerang paru-paru dan saluran
pencernaan. Barotrauma paru dapat terjadi saat kegiatan menyelam atau ketika seseorang
naik pesawat.

C. Gejala Barotrauma
Gejala awal barotrauma bersifat ringan dan dapat diatasi dengan cara sederhana, yaitu
dengan menelan atau mengunyah. Gejala awal barotrauma adalah:
1. Rasa penuh dan tidak nyaman pada satu atau kedua telinga.
2. Nyeri telinga.
3. Pendengaran berkurang.
4. Pusing.

Jika dibiarkan dan perubahan tekanan terus terjadi, maka gejala barotrauma yang lebih
serius dapat muncul. Gejala yang dimaksud adalah:\

1. Nyeri hebat di telinga.


2. Telinga berdengung.
3. Vertigo.
4. Muntah.
5. Perdarahan atau keluar cairan dari telinga.
6. Hilangnya pendengaran.

21
Berbeda dengan barotrauma di telinga, barotrauma di paru-paru ditandai dengan beberapa
gejala, seperti suara serak, nyeri dada, dan sesak napas. Sementara, gejala barotrauma yang
terjadi di saluran pencernaan, meliputi nyeri dan kram perut, serta perut kembung. Udara
tersebut mempunyai massa, dan berat lapisan udara ini akan menimbulkan suatu tekanan
yang disebut tekanan udara. Makin tinggi lokasi semakin renggang udaranya, berarti
semakin kecil tekanan udaranya. Sehingga pinggiran Atmosfer Bumi tersebut akan berakhir
dengan suatu keadaan hampaudara. Lihat Tabel 1. Ukuran tekanan gas : mm Hg, mm H 2O ,
Atmosfir (Atm) ,PSI (Pound per Square Inch), Torr ,Barr dsb

KETINGGIAN TEKANAN UDARA


0 km 1 atm

16 km 0,1 atm

31 km 0,01 atm

48 km 0,001 atm

64 km 0,0001 atm

Table 1. Tekanan Udara pada ketinggian tertentu

PTH PRESSURE GAS VOL. DENSITY


0 1 atm 1 1x
33 2 atm ½ 2x
66 3 atm 1/3 3x
99 4 atm ¼ 4x

Table 2. Tekanan Udara & volume gas pada kedalaman tertentu di Bawah air

D. Diagnosis Barotrauma

22
Barotrauma telinga dapat dirasakan sendiri oleh penderitanya ketika menyelam atau
bepergian dengan pesawat terbang. Apabila gejala tidak membaik selama beberapa hari,
maka diperlukan pemeriksaan oleh dokter.

Dokter akan menanyakan gejala yang muncul dan riwayat kesehatan penderita. Dokter
juga akan memeriksa telinga penderita dengan menggunakan alat yang disebut otoskop
untuk melihat kondisi di dalam liang telinga.

Jika diperlukan, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnosis
dan akibat yang ditimbulkan. Jenis pemeriksaan lanjutan yang dilakukan adalah:

1. Tes pendengaran, untuk memeriksa fungsi pendengaran dan mendeteksi kerusakan pada
telinga.
2. Foto Rontgen, untuk mendeteksi tumpukan cairan atau udara di bagian tubuh, seperti
sinus atau rongga perut.
3. CT scan atau MRI, untuk memeriksa kondisi organ yang dicurigai mengalami
barotrauma, misalnya paru-paru atau saluran pencernaan.

E. Pengobatan Barotrauma

Sebagian besar barotrauma dapat sembuh dengan sendirinya tanpa penanganan khusus
dari dokter. Untuk meredakan sakit atau rasa tidak nyaman pada telinga selama penerbangan,
Anda dapat melakukan langkah sederhana berikut ini:

1. Mengonsumsi permen atau mengunyah permen karet.


2. Jika tidak memiliki permen, cobalah untuk menguap atau menelan ludah.
3. Jika cara tersebut tidak efektif, maka jepit hidung Anda, tarik napas dari mulut, dan
cobalah untuk tetap menghembuskan napas melalui hidung secara perlahan.

Barotrauma telinga yang terjadi ketika menyelam juga dapat diatasi dengan teknik
khusus. Pastikan Anda sudah mendapat pelatihan dan sertifikat sebelum melakukan kegiatan
menyelam.

23
1. Obat-obatan

Jika langkah sederhana di atas tidak efektif dan gejala tidak kunjung menghilang,
maka pengobatan secara medis perlu dilakukan. Salah satunya adalah dengan obat.
Beberapa jenis obat yang dokter dapat berikan, antara lain:

 Dekongestan
 Antihistamin
 Obat pereda nyeri

2. Operasi

Operasi dapat dilakukan pada barotrauma yang parah. Tindakan ini dilakukan
dengan menanamkan alat khusus seperti tabung di gendang telinga. Tabung silinder ini
berfungsi untuk mengalirkan udara ke telinga bagian dalam agar tekanan di dalam telinga
sama dengan tekanan di dunia luar.

Metode operasi lain yang dapat dilakukan oleh dokter THT adalah membuat sayatan kecil
di gendang telinga (myringotomy).

3. Penanganan barotrauma pada bayi dan anak

Jika Anda membawa bayi dalam penerbangan dan bayi Anda menunjukkan gejala
barotrauma, cobalah untuk memberinya makan atau minum untuk meredakan gejala yang
muncul. Dot juga dapat digunakan untuk mengatasi rasa nyeri dan gelisah yang
dialaminya. Bila gejala tidak membaik, dokter akan meresepkan obat tetes telinga untuk
membantu menghilangkan rasa sakit pada telinga anak.

F. Komplikasi Barotrauma

Barotrauma, khususnya telinga, biasanya bersifat sementara dan jarang sekali


menimbulkan komplikasi. Namun, komplikasi tetap dapat terjadi terutama pada barotrauma
yang parah. Komplikasi yang dapat muncul, antara lain:

24
1. Infeksi telinga
2. Gendang telinga pecah
3. Gangguan pendengaran hingga hilangnya pendengaran secara permanen
4. Vertigo
5. Perdarahan dari telinga dan hidung

Barotrauma paru juga dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya, terutama pada
penderita yang sudah menderita gangguan fungsi paru sebelumnya. Beberapa komplikasi
yang dapat muncul adalah:

1. Tamponade jantung.
2. Emboli paru.
3. Pneumothorax.
4. Pneumomediastinum, yaitu penumpukan udara di bagian tengah dada sehingga memicu
nyeri dada, sulit menelan, dan perubahan suara.

G. Pencegahan Barotrauma

Langkah utama untuk mencegah barotrauma telinga adalah dengan menjaga tuba
Eustachius tetap terbuka. Langkah ini dapat dilakukan dengan cara:

1. Minum obat
Jika sedang pilek, gunakan dekongestan sekitar satu jam sebelum penerbangan. Selain
itu, antihistamin juga dapat digunakan. Konsultasikan hal ini terlebih dahulu dengn
dokter.
2. Menggunakan penyumbat telinga (earplugs)
Penyumbat telinga khusus untuk perjalanan udara dapat digunakan untuk
memperlambat perubahan tekanan dan memberi waktu bagi telinga untuk menyesuaikan
diri.

25
3. Pencegahan barotrauma saat penerbangan

Jika telinga Anda terasa sakit selama penerbangan, cobalah cara berikut ini untuk
meredakan rasa sakit dan mencegah barotrauma:

 Jangan tidur saat pesawat akan mendarat. Cobalah untuk menguap atau menelan
ludah untuk meredakan telinga yang pengang.
 Konsumsi permen atau kunyahlah permen karet. Gerakan mengunyah dan menelan
dapat membantu mengendalikan tekanan udara di dalam telinga.
 Minum selama penerbangan. Tindakan ini dapat menjaga tuba Eustachius tetap
terbuka dan membantu mengencerkan lendir di saluran pernapasan.
 Tarik napas, lalu jepit hidung dengan jari dan tutup mulut, kemudian hembuskan
napas secara perlahan melalui hidung yang tertutup.

Apabila Anda membawa bayi saat penerbangan, pastikan bayi Anda tidak tertidur
ketika pesawat akan mendarat. Anda dapat menggunakan dot untuk membantu bayi tetap
terjaga. Pencegahan barotrauma terbaik saat menyelam adalah menerapkan teknik
menyelam yang baik. Teknik menyelam yang benar bisa Anda pelajari melalui pelatihan
bersertifikat

Kelompok masyarakat yang bisa dikategorikan sebagai masyarakat maritim antara lain
adalah kelompok nelayan beserta kelompok lain yang terkait, serta kelompok orang-orang
yang meskipun tidak berdomisili di wilayah pantai atau pesisir tetapi menggantungkan
kehidupannya kepada aktivitas kemaritiman, seperti misalnya kelompok marinir, kelompok
buruh bongkar muat kapal/perahu di pelabuhan, para pelaku ekspedisi muatan kapal laut,
para pelaku wisata bahari, para pelaku industri dan jasa maritim (misal industri perkapalan
yang meliputi indusrti galangan kapal, penunjang galangan kapal, bangunan lepas pantai),
dan sebagainya.
Barotrauma telinga tengah merupakan cedera terbanyak yang dialami saat menyelam,
terjadi sekitar 30% pada saat menyelam pertama kali dan 10 % pada penyelam yang telah
sering melakukan penyelaman. b. Patofisiologi Barotrauma dapat terjadi pada waktu seorang
penyelam turun (descent) maupun naik (ascent).

26
Mengutip data hasil penelitian Kementerian Kesehatan (2006) mengenai penyakit dan
kecelakaan yang terjadi pada nelayan dan penyelam tradisional, menyebutkan bahwa
sejumlah nelayan di Pulau Bungin, Nusa Tenggara Barat menderita nyeri persendian
(57,5%) dan gangguan pendengaran ringan sampai ketulian (11,3%). Sedangkan, nelayan di
Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, mengalami kasus barotrauma (41,37%) dan kelainan
dekompresi (6,91%).

27
ENVENOMASI HEWAN LAUT
DEFINISI
Menurut arti bahasa, envenomasi adalah keracunan akibat bisa. Kasus
envenomasi ini merupakan kasus kegawatdaruratan yang perlu penanganan secara cepat
dan tepat. Envenomasi adalah proses dimana racun disuntikkan dengan gigitan (atau
sengatan) dari hewan berbisa. Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam
tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Kebanyakan racun
ditransmisikan melalui gigitan pada kulit korban, tetapi beberapa racun ada yang
diterapkan secara eksternal, terutama untuk jaringan yang sensitif seperti jaringan yang
mengelilingi mata.
Serangan binatang laut berbahaya merupakan salah satu resiko yang dihadapi oleh
para wisatawan dan orang yang berada/bekerja diair laut. Disamping itu resiko karena
sifat alamiah laut seperti arus, pasang surut, ombak, suhu air laut, kondisi didasar laut dan
jenis pekerjaan/kegiatan yang dilaukan dilaut juga menimbulkan resiko trauma diair laut.
Binatang laut berbahaya dapat dibagi jadi dua kelompok yaitu binatang laut yang
menggigit dan binatang laut yang menyengat.
Binatang laut yang menggigit misalnya hiu, barakuda, paus pembunuh, belut laut
dan sebagainya. Bila binatang tersebut menyerang manusia akan menyebabkan luka
dengan perdarahan yang masif,sehingga sering menyebabkan kematian akibat kehilangan
darah. Tindakan bedah/operatif, atau ligasi (pasang torniquet diproximal luka ) untuk
menghentikan perdarahan perlu segera dilakukan guna mencegah kematian.
Trauma karena serangan binatang laut yang menyengat biasanya tidak berat/
hebat, namun binatang ini mengeluarkan toksin saat dia menyengat yang menyebabkan
terjadinya reaksi antigenantibody, bila reaksinya hebat bisa menyebabkan kematian .
Kematian bisa karena efek langsung dari reaksi antigen-antibody, maupun akibat tidak
langsung misalnya korban kesakitan, kejang atau pingsan kemudian tenggelam. Anti
dotum yang tepat sangat diperlukan untuk memutus rantai reaksi antigen-antibody,
sehingga idetifikasi jenis binatang yang menyerang sangat penting untuk menentukan
terapi.

28
Untuk mencegah terjadinya serangan binatang laut berbahaya kita harus
mengetahui jenis binatang laut berbahaya diperairan tersebut, pola hidupnya, pola
perilakunya saat mau menyerang manusia, serta jenis alat pelindung diri yang tepat.
Pertolongan pertama yang tepat serta terapi definitif sedini mungkin dan mengatasi
kedaruratan akibat trauma (perdarahaan, syok, reaksi antigen-antibody) dan kecepatan
evakuasi kefasilitas medis terdekat sangat menentukan kehidupan korban.
Hewan Laut Yang Menyengat Dan Berbahaya

Banyak hewan laut menggigit atau menyengat. Beberapa memberikan racun melalui
mereka gigi, tentakel, duri, atau kulit. Lainnya, seperti hiu, tidak berbisa tetapi dapat
menimbulkan gigitan serius dengan besar, gigi yang tajam. Kebanyakan makhluk yang
menyengat atau menggigit telah mengembangkan perilaku ini sebagai mekanisme
pertahanan atau untuk membantu mereka berburu makanan. Kebanyakan sengatan hewan
laut dan gigitan disebabkan oleh kontak tidak disengaja. Misalnya, Anda bisa menginjak
ikan pari terkubur di pasir atau sikat terhadap ubur-ubur saat berenang. Penyelam dan
nelayan sangat beresiko karena sering dan lama kontak mereka dengan kehidupan laut.
Berikut ini adalah hewan laut yang dapat membahayakan: a. Ikan Pari
Ikan Pari memiliki duri berbisa di ekornya. Jika tanpa sengaja menginjak ikan pari, itu
akan merespon dengan menyodorkan ekornya ke kaki atau kaki. Venom dan tulang
belakang fragmen dapat menyebabkan luka menjadi terinfeksi.Sengatan ikan pari
biasanya menyebabkan rasa sakit, mual, kelemahan, dan pingsan. Dalam kasus yang
jarang terjadi, korban mungkin akan kesulitan bernapas atau bahkan mati.
b. Tentakel laut
Ubur-ubur, anemon, dan karang semua memiliki tentakel. Setiap tentakel ditutupi dengan
sengatan individu yang disebut nematocysts. Kebanyakan sengatan dari ubur-ubur,
anemon, dan karang menyebabkan ruam dan kadang-kadang lecet. Anda juga mungkin
mengalami sakit kepala, nyeri dada, nyeri otot, berkeringat, atau hidung meler.
c. Gurita Cincin Biru
Gurita cincin biru dari Australia adalah salah satu hewan laut paling berbahaya. Air
liurnya berbisa mengandung neurotoxin yang menyebabkan kegagalan pernapasan dan
kelumpuhan. Ketika gelisah, cincin biru berdenyut, menandakan bahwa gigitan akan datang.

29
Menurut University of Sydney, satu gurita cincin biru memiliki cukup racun untuk
melumpuhkan 10 manusia dewasa.
d. Bulu Babi
Bulu babi yang tercakup dalam duri tajam dilapisi dengan racun. Jika Anda menginjak
sebuah landak, duri mungkin akan pecah dan menancap di kaki ,menghasilkan luka yang
menyakitkan. Jika duri tidak dihapus sepenuhnya, luka dapat menjadi meradang,
menyebabkan ruam dan nyeri otot dan sendi.
e. Ikan besar yang berbahaya

Ikan besar, seperti hiu dan barakuda, dapat menimbulkan luka gigitan yang cukup besar
atau bahkan memotong-motong atau membunuh manusia.
f. Ular laut
Serangan dari ular laut sesungguhnya jarang terjadi. Sesuai sifat hewan itu, pada
umumnya tidak akan menyerang kalau mereka tidak merasa terganggu atau terprovokasi.
Namun jika digigit oleh ular laut, akan mengalami gejala berupa kekakuan anggota tubuh,
rasa sakit dan kontraksi otot yang disertai kelemahan.Kelumpuhan otot bisa menjalar ke
badan dan mengakibatkan kesukaran bernafas, akibatnya korban sering panik dan bertindak
kurang wajar.
g. Stonefish
Ikan yang menyamar dengan koral atau lingkungan sekitarnya dapat menyuntikan bisa
melalui tulang belakangnya yang keras sehingga menembus kulit korban.
h. Cone shell ( kerang laut )

Di laut juga terdapat kerang berwarna warni. Semuanya harus diperlakukan dengan hati
hati dan tidak memegang dengan tangan telanjang. Bagian penyengat dari hewan yang hidup
dalam kerang dapat mencapai setiap permukaan badannya.

2. Ciri-Ciri dari Pasien yang Terkena Sengatan Hewan Laut


a. Ular laut
Gejala utama dari envenomisasi (keracunan akibat patukan ular) bisa muncul dalam
hitungan menit sampai berjam-jam setelah terkena gigitan. Gejala envenomisasi biasanya
lemahnya otototot karena paralisis, termasuk paralisis otot pernafasan sehingga
menimbulkan sesak nafas dan akhirnya henti jantung.

30
b. Tentakel Laut
Sengatan ubur-ubur dapat menyebabkan:
1. Sensasi terbakar
Menyakitkan tanda atau garis merah yang berkembang setelah beberapa menit sampai
beberapa jam seperti gatal,kesemutan dan mati rasa,melepuh,cekot yang dapat
memancarkan sebuah kaki atau lengan ke dada
2. Iritasi ringan hingga sedang di kulit biasanya membaik dalam waktu satu hingga dua
minggu.
Dalam beberapa kasus, tanda-tanda pada kulit mungkin makan waktu satu sampai dua
bulan.

3. Sengatan ubur-ubur yang parah dapat mempengaruhi seluruh tubuh (reaksi sistemik).
4. Tanda dan gejala sengatan ubur-ubur yang parah seperti
a.Mual

b.Muntah

c.Sakit kepala

d.Kejang otot

e.Kelemahan
f.Kesulitan mengendalikan gerakan otot

g.Pusing

h.Demam

c. Gurita Cincin Biru


Bisa (racun) yang terinjeksi dapat menyebabkan paralisis otot dalam hitungan menit,
sehingga menyebabkan terjadinya gagal nafas. Korban biasanya tetap sadar akan tetapi tidak
dapat berkomunikasi dikarenakan paralysis otot. Kematian bisa terjadi karena diakibatkan
oleh gagal nafas, kecuali penanganan pertama diberikan sesegera mungkin. d. Bulu Babi
Terkena duri-duri Bulu Babi dapat menimbulkan luka apabila menusuk bagian tubuh.
Efek yang ditimbulkan dapat berupa nyeri dan rasa panas disekitar daerah yang tertusuk duri.
e. Ular laut
Digigit oleh ular laut, akan mengalami gejala berupa ada bekas gigitam ular,kekakuan
anggota tubuh, rasa sakit dan kontraksi otot yang disertai kelemahan.Kelumpuhan otot

31
bisa menjalar ke badan dan mengakibatkan kesukaran bernafas, akibatnya korban sering
panik dan bertindak kurang wajar.
f. Stones fish

Bisa yang diinjeksikan oleh stone fish ke kulit korban akan mengakibatkan gejala berupa
rasa nyeri yang hebat dengan adanya peradangan pada jaringan yang berdekatan, dan kadang
kadang bisa terjadi gejala yang lebih hebat berupa shock, gangguan pernafasan, dan koma. g.
Cone shell ( kerang laut )
Apabila tersengat kerang laut akan terjadi perasaan tebal dan tertusuk tusuk yang
menyebar dari daerah sengatan. Ini juga dapat mengakibatkan kelumpuhan pernafasan,
yang berakibat kegagalan jantung atau berhentinya pernafasan.

3. Pertolongan Pertama Pada Sengatan Hewan Laut

Perawatan pada sengatan hewa laut bervariasi tergantung pada jenis gigitan atau
sengatan.

Tapi, beberapa aturan umum yang berlaku untuk penanganan sengatan hewan laut:

a. Jangan biarkan korban latihan, karena hal ini dapat menyebarkan racun,kecuali
dokter
memerintahkan

b. Jangan memberi obat apapun.


c. Air tawar sering memperburuk racun, sehingga bilas luka hanya dengan air laut.
d. Jika Anda menghapus sebuah stinger, pakailah sarung tangan.
e. Gunakan handuk untuk menyeka tentakel liar atau sengatan.
Beberapa sengatan dan gigitan merespon dengan baik terhadap pengobatan pertolongan
pertama. Sebuah lifeguard dapat memberikan pertolongan pertama, harus
membutuhkannya.
Pertolongan pertama dari sengatan beberapa hewan laut
a. Stingrays
Jika Anda dapat melihat fragmen dari stinger hanya di bawah kulit Anda, tuangkan air
garam di atas luka untuk flush mereka keluar. Jika tulang belakang tertanam di dada, leher,
atau perut, biarkan penghapusan untuk para profesional medis. Terapkan tekanan langsung

32
jika luka pendarahan berat. Anda mungkin perlu suntikan tetanus, antibiotik, dan / atau
jahitan. Seorang dokter mungkin juga merekomendasikan mengangkat bagian tubuh yang
terkena selama beberapa hari.
b. Ubur-ubur
Setelah disiram sengatan dengan air garam, menghilangkan potongan tentakel dengan
pinset atau jari bersarung. Cuka akan menghentikan pelepasan racun dari tentakel ubur-ubur
kotak, tapi akan membuat sengatan buruk. Jika Anda tidak yakin apa yang
menyengat ,carilahpengobatan medis profesional bukannya mengobati luka sendiri.
c. Sea Urchins(Landak laut)
Cuka juga berguna untuk cedera landak laut karena larut duri mereka. Jika duri telah
menembus jauh ke dalam kulit Anda, dokter mungkin perlu untuk menghapusnya.
Perendaman bagian tubuh yang terkena dalam air panas membantu untuk menghilangkan rasa
sakit.
d. Ular laut
Metode pertolongan yang dilakukan adalah menenangkan korban yang cemas;
imobilisasi (membuat tidak bergerak) bagian tubuh yang tergigit dengan cara mengikat atau
menyangga dengan kayu agar tidak terjadi kontraksi otot, karena pergerakan atau kontraksi
otot dapat meningkatkan penyerapan bisa ke dalam aliran darah dan getah bening;
pertimbangkan pressureimmobilisation pada gigitan hindari gangguan terhadap luka gigitan
karena dapat meningkatkan penyerapan bisa dan menimbulkan pendarahan lokal. Korban
harus segera dibawa ke rumah sakit secepatnya, dengan cara yang aman dan senyaman
mungkin. Hindari pergerakan atau kontraksi otot untuk mencegah peningkatan penyerapan
bisa.
Sementara beberapa gigitan hewan laut dan sengatan dapat mematikan ,terutama dari
gurita cincin biru atau ubur-ubur kotak.Sebagian besar cedera dari hewan laut tidak
mengancam nyawa. Semakin cepat mendapatkan perawatan medis, semakin cepat sengatan
dan gigitan hewan laut untuk disembuhkan.

33
INTOKSIKASI ALKOHOL
1.1 Latar Belakang

Kasus keracunan merupakan masalah masyarakat modern dan kejadiannya terus


meningkat dari tahun ke tahun, sehingga sering disebut sebagai epidemicmodern. Keracunan
adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan fungsi organ tubuh karena kontak dengan bahan
kimia. Berdasarkan gejala klinis yang timbul, keracunan dibedakan atas keracunan akut,
keracunan subklinis dan keracunan samar, yang secara proporsional digambarkan sebagai
pyramid dengan keracunan akut (KA) sebagai puncaknya.

Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol; dan
kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol
yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol
lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia famasi. Alkohol yang
dimaksudkan adalah etanol.

WHO menyebutkan, penyalahgunaan alkohol merupakan salah satu pembunuh utama kaum
muda India. Penelitian yang dilakukan oleh pemerintah India pada tahun 2004 didapatkan bahwa
62,5 juta orang bergantung pada minuman keras. Pada Juli 2009, 43 orang meninggal akibat
miras lokal Gujarat India Barat. Pada Mei 2008 lebih dari 168 orang meninggal di dua bagian
India Selatan, Karnataka dan Tamil Nadu, karena kasus serupa. Di Amerika Serikat pada tahun
2012 terjadi 1612 kasus keracunan methanol. Kejadian keracunan alkohol oplosan ini pun telah
terjadi di kalangan masyarakat Indonesia, diantaranya terdapat kejadian luar biasa miras oplosan
hingga Desember 2014 di Sumedang Jawa Barat mencapai 127 orang. Sementara di Garut
terdapat korban meninggal mencapai 16 orang. Pada Agustus 2013 di Cicalengka, Bandung
terdapat 33 kasus keracunan miras yang 12 diantaranya meninggal. Di Yogyakarta antara Januari
2013-2014 terdapat sedikitnya 19 korban jiwa akibat minuman keras oplosan, di Mojokerto pada
Desember 2013 terdapat 17 orang meninggal. Dari hasil uji laboraturium terungkap semua miras
yang diminum mengandung methanol dengan kadar 38-84% (Suaramerdeka, 2014). Di Bali
sendiri telah terjadi kasus keracunan di beberapa kabupaten yang diantaranya Kabupaten
Buleleng dan Bangli. Di Buleleng pada awal Januari 2014 telah terjadi kasus keracunan arak
methanol sebanyak 55 orang yang 3 orang diantaranya meninggal dunia. Di Kabupaten Bangli
sendiri, menurut informasi yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali pada bulan
34
September 2012 terdapat 41 kasus keracunan dan belum lagi kasus –kasus yang belum terekspos
(Pemerintah Provinsi Bali, 2012)

2. 1 Pengertian Alkohol

Alkohol adalah senyawa-senyawa dimana satu atau lebih atom hidrogen dalam sebuah
alkana digantikan oleh sebuah gugus -OH. Alkohol mempunyai rumus umum R-OH. Strukturnya
serupa dengan air, tetapi satu hidrogennya diganti dengan satu gugus alkil. Gugus fungsi alkohol
adalah gugus hidroksil, -O. Alkohol tersusun dari unsur C, H, dan O. Struktur alkohol : R-OH
primer, sekunder dan tersier.
Alkohol adalah golongan senyawa kimia alifatik yang mempunyai 1 gugusan OH.
Keracunan alkohol dapat mengakibatkan gangguan sistim saraf pusat yang berat, gangguan
abdomen dan ginjal bahkan kematian.Golongan alkohol banyak digunakan sebagai pelarut dan
yang paling sering kita jumpai adalah methanol, etanol, dan esopropanol. Senyawa yang sering
kita kenal sebagai alkohol adalah etanol. Sedangkan glikol atau etilen glikol adalah senyawa
etan dengan 2 gugusan – OH.

Seseorang dikatakan mengalami keracunan alkohol apabila jumlah alkohol yang


dikonsumsi melebihi toleransi individu dan menimbulkan gangguan fisik dan mental. Takaran
alkohol untuk menimbulkan gejala keracunan bervariasi begantung dari kebiasaan minum dan
sensitifitas genetic perorangan. Umumnya 35 gram alkohol menyebabkan penurunan kemapuan
untuk menduga jarak dan kecepatan serta menimbulkan euphoria. Alkohol sebanyak 75-80
gram akan menimbulkan gejala keracunan akut dan 250-500 gram alkohol dapat merupakan
takaran fatal. Sebagai gambaran dapat dikemukan di sini kadar alkohol darah dari konsumsi 35
gram alkohol dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

A=CxPxR

A = Jumlah alkohol yang diminum

C = Kadar alkohol dalam darah (mg%)

P = Berat badan (kg)

R = Konstanta (0,007)

35
2. 2 Golongan atau Jenis Alkohol

1.2.1 Berdasarkan kadarnya, minuman berakohol dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Golongan A : Kadar alkohol rendah yaitu 1-5%

Contohnya : Bir, Vibe, Vodka Mix-Max

2. Golongan B : kadar alkohol sedang yaitu 5-20%

Contohnya : Wine, Anggur, Vermouth

3. Golongan C : kadar alkohol tinggi yaitu mencapai 20-55%

Contohnya : Gin, Arak, Vodka, Brandy, Scotch, Johny Walker

1.2.2 Berdasarkan gugusan kimianya, yaitu :

1. Alkohol Primer

Jika gugus fungsi hidroksi terikat pada atom karbon yang hanya mengikat satu
atom atom karbon yang lain, maka senyawa tersebut dinamakan alkohol primer.
Contoh yang paling sederhana adalah etanol. Metanol bukan alkohol primer karena
atom karbon yang mengikat gugus –OH tidak mengikat karbon lain.

2. Alkohol Sekunder

Jika gugus fungsi hidroksi terikat pada atom karbon yang mengikat dua atom
karbon yang lain, maka senyawa tersebut dinamakan alkohol sekunder. Contoh
alkohol sekunder adalah 2-propanol.

3. Alkohol Tersier

Jika gugus fungsi hidroksi terikat pada atom karbon yang mengikat tiga atom
karbon yang lain, maka senyawa tersebut dinamakan alkoholtersier. Contohnya : 2-
metil-2-propanol.

4. Vinil Alkohol

36
Vinil alkohol adalah senyawa yang mempunyai gugus hidroksi yang terikat pada
atom karbon berikatan rangkap dua. Contoh: 2-propenol.

5. Benzil Alkohol

Benzil alkohol adalah senyawa yang mempunyai gugus hidroksi yang terikat pada
gugus benzil. Gugus benzil mempunyai rumus C6H5-CH2.

6. Alkohol Dihidrat

Alkohol dihidrat adalah senyawa yang mengandung dua gugus hidroksi. Contoh
alkohol dihidrat adalah etilen glikol.

7. Alkohol Trihidrat

Alkohol triidrat adalah senyawa yang mengandung tiga gugus hidroksi.Contoh


alkohol trihidrat adalah gliserol.

1.3 Mekanisme Kerja Alkohol

1. Absorbsi

Absorbsi alkohol bermula pada lambung dalam waktu 5 sampai 10 menit setelah alkohol
dikonsumsi, tetapi alkohol terutama diabsorpsi di duodenum. Konsentrasi puncak dalam
plasma dicapai 30 sampai 90 setelah alkohol terakhir diminum.

2. Distribusi

Berlangsung cepat, alkohol tersebar secara merata keseluruh jaringan dan cairan tubuh.
Volume of distribution (Vd) alkohol kira-kira sama dengan total cairan tubuh (0,5-0,7
L/kg). Pada sistem SSP, kadar alkohol meningkat secara cepat sebab otak menerima aliran
darah yang banyak dan alkohol dapat menembus sawar uri dan msuk ke janin.

3. Metabolisme

37
Alkohol dimetabolisme oleh alkohol dehidrogenase (merupakan proses orde nol, kecuali
pada konsentrasi yang sangat tinggi dan sangat rendah) menjadi asetaldehid, dimana
dimetabolisme menjadi karbondioksida dan air oleh aldehid dehidrogenase. Dalam proses
ini juga terlibat proses katalisis dan sistem oksidasi alkohol mikrosomal.

4. Ekskresi

Ekskresi alkohol lewat paru-paru dan urin. Hanya ± 2 – 10% yang diekskresikan dalam
bentuk utuh.

1.4 Konsentrasi Alkohol dalam darah (BAC)

BAC (%) Efek


0,02 – 0,03Tidak kehilangan koordinasi fungsi tubuh, sedikit mengalami
euforia, dan kehilangan rasa malu. Efek depresan tidak nampak.
0,04 – 0,06 Merasa segar, santai, kontrol diri yang rendah, tubuh merasakan
sensasi hangat, euforia. Teradi sedikit gangguan pada ingatan dan
memberikan alasan, kewaspadaan menurun.
0,07 – 0,09 Sedikit gangguan pada keseimbangan, berbicara, penglihatan,
waktu bereaksi dan pendengaran. Euforia, berkurangnya
pengendalian diri dan pengambilan keputusan. Kewaspadaan dan
ingatan terganggu. Di beberapa negara, jika seseorang telah berada
pada tingkat ini, tidak diperbolehkan mengoperasikan kendaraan
bermotor.
0,10– 0,125 Gangguan secraa signifikan koordinasi motorik, dan kehilangan
kemampuan ntuk mengambil keputusan dengan baik. Berbicara
kacau, terjadi penurunan keseimbangan, waktu bereaksi dan
pendengaran. Euforia. Jika seseorang telah berada di tingkat ini,
tidak diperbolehkan mengoperasikan kendaraan bermotor.
1.5 Dampak Pemakaian Alkohol

Alkohol merupakan obat yang dapat menekan sistem syaraf pusat. Bila diminum secara
terus- menerus atau berlebihan, minuman beralkohol seperti bir, arak, anggur akan menyebabkan
kemampuan mental dan fisik terganggu. Keracunan alkohol sangat berbahaya karena dapat
melumpuhkan alat-alat pernafasan sehingga kematian dan kebutaan. (Damono,2005)

Selama ini, stigma yang berkembang di masyarakat adalah alkohol dapat merusak tubuh.
Agaknya, pandangan seperti ini perlu diluruskan. Pasalnya, pada dosis yang rendah (tidak
memabukkan), alkohol justru menguntungkan bagi tubuh. Beberapa hasil studi melaporkan studi

38
menyatakan bahwa konsumsi alkohol mampu menurunkan serangan jantung, stroke, dan
mencegah kemungkinan munculnya serangan alzheimer (Muchlis dan Dito,2013).

Kendati alkohol dalam dosis yang rendah bermanfaat bagi tubuh, namun alkohol juga
bersifat racun. Ada dua jenis alkohol yang bersifat racun yaitu etil alkohol atau etanol dan metil
alkohol atau metanol. Etil alkohol terdapat dalam minuman alkohol dan obat yang diolah (larutan
alkohol), keracunan ini ditandai dengan mabuk, perubahan emosi yang mendadak, mual, muntah,
tidak sadarkan diri bahkan meninggal akibat lumpuhnya alat pernapasan. Metil alkohol biasanya
digunakan sebagai campuran cat, bahan pengencer, penghancur, dan pemberi panas pada
makanan yang dikalengkan. Gejala yang ditimbulkan pada keracunan alkohol etil hampir sama
dengan keracunan etil alkohol. Hanya saja penderita biasanya mengalami kebutaan akibat adanya
pengrusakan saraf mata.

Pada umumnya, konsumsi alkohol merusak semua organ tubuh secara berangsur-angsur
akibat penggunaannya, dapat menyebabkan peradangan hati (liver chirrhosis), menyebabkan
pendarahan dalam perut (maag), penyakit jantung (cardiomyopathy), hormon seks, dan sistem
kekebalan tubuh. Pengaruhnya terhadap otak dapat secara akut (intoksisasi, delirium) atau kronis
(ataxia, pelupa, koordinasi motorik) (Aliah B).

Saat keadaan normal, di dalam otak terdapat kontrol inhibitorik, yang akan mencegah kita
untuk tidak melakukan hal yang memalukan atau hal yang keliru. Segala jenis obat-obatan
terlarang yang bersifat supresif, termasuk alkohol, akan menghambat jalan saraf otak dan
menghilangkan hambatan tersebut. Kemampuan untuk membuat penilaian, melindungi tubuh
atau kehormatan, kualitas kemanusiaan akan berada di bawah pengaruh obatobatan terlarang
(Aliah B).

Gangguan yang terjadi akibat penggunaan alkohol waktu lama : gangguan amnesia, lesi N,
abducen (N. VI) dan terjadi sindrom korsakoff, dengan gejala amnesia antrogarde dan amnesia
antrograde dan amnesia retro grade, gangguan dalam pengertian abstrak, gangguan pemahaman
visnospastial dan gangguan belajar. Alkohol merusak enzyme tranketolase, selanjutnya dapat
terjadi demensia konsumsi alkohol dalam tekanan besar dan jangka panjang dapat menyebabkan
gangguan mood, depresi dan kecemasan serupa serangan panik. Ketergantungan akan alkohol

39
harus dipertimbangkan dengan gangguan mental lainnya seperti : gangguan kepribadian, anti
sosial, gangguan skizofrenia, gangguan bipolar dan depresi (Soetjiningsih, 2004).

1.6 Komplikasi Keracunan Alkohol


Komplikasi berat dapat terjadi akibat keracunan alkohol, termasuk:
1. Tersedak : alkohol dapat menyebabkan muntah.Karena alkohol menekan refleks muntah
perut, hal ini meningkatkan risiko tersedak saat muntah jika seseorang sudah pingsan.
2. Menghentikan pernapasan : tidak sengaja menghirup muntahan ke dalam paru-paru dapat
menyebabkan gangguan berbahaya atau gangguan pernapasan fatal (sesak napas).
3. Dehidrasi berat : muntah dapat menyebabkan dehidrasi hebat, yang menyebabkan
tekanan darah sangat rendah dan denyut jantung cepat.
4. Kejang : tingkat gula darah kemungkinan akan menurun signifikan sehingga berpotensi
menyebabkan kejang.
5. Hipotermia : suhu tubuh bisa turun menjadi begitu rendah sehingga bisa menyebabkan
serangan jantung.
6. Kerusakan otak : minum berat dapat menyebabkan kerusakan otak yang bersifat
ireversibel.
7. Kematian : salah satu masalah di atas dapat menyebabkan kematian.

1.7 Pemeriksaan alkohol dalam tubuh


1. Gamma Glutamyltranferase (GGT)
Biasanya sensitif dengan efek-efek alkohol. Nilai diatas 24 U/L pada perempuan dan
diatas 37 U/L pada laki-laki dapat mengindikasikan penyalahgunaan alkohol.
Metode pemeriksaan untuk tes GGT adalah spektrofotometri atau fotometri, dengan
menggunakan spektrofotometer/fotometer atau alat kimia otomatis. Bahan pemeriksaan
yang digunakan berupa serum atau plasma heparin.
2. Mean Cospular Volume (MCV)
Rasio hitung sel darah merah (SDM) hematokrit, mengindikasikan ukuran SDM dan
membantu mendiagnosa anemia, akibat dari alkoholisme. Nilai MCV yang normal adalah 80
sampai 96 µm³.
3. Pemeriksaan Darah

40
Dapat mengindikasikan malabsorbsi folat,vitamin B, dan lemak (pada sekitar satu
setengah dari penyalahgunaan alkohol).
4. Test Alkohol Cepat
Penggunaan Tes-Alkohol-Cepat ini ditujukan sebagai metode cepat untuk mendeteksi
kadar alkohol dalam saliva sebagaimana jika blood alcohol concentration (BAC) melebihi
kadar 0.02%. Telah dipublikasikan/dipahami sebelumnya bahwa konsentrasi alkohol dalam
saliva hampir setara dengan konsentrasi alkohol dalam darah. Tes cepat ini ditujukan
sebagai semi-kwantisasi alkohol ethyl dalam saliva manusia.
Prinsip Tes-Alkohol-Cepat ini didasarkan pada spesifisitas tinggi dari alcohol oxidase
(ALOx) bagi alkohol ethyl dalam kehadiran peroxidase dan enzim substrasi seperti
tetramethylbenzidine (TMB). Warna yang berbeda pada pad reaktif dapat diobservasi
kurang dar 20 detik setelah ujungnya mengalami kontak dengan sampel saliva dengan
konsentrasi alkohol ethyl yang melebihi 0,02%. Harus diketahui bahwa jenis alkohol lain
seperti: methyl, propanyl dan allyl akan menghasilkan warna yang sama pada pad reaktif.
Walaupun demikian, alkohol-alkohol jenis ini biasanya tidak terdapat pada saliva.

1.8 Langkah-langkah Penatalaksanaan


1. Tindakan Emergensi
a. Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi
b. Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas spontan atau
pernapasan tidak adekuat.
c. Circulation : Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki perfusi jaringan.
2. Identifikasi Penyebab Keracunan
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha mencari
penyebab keracunan ini tidak sampai menunda usaha-usaha penyelamatan penderita yang
harus segera dilakukan.
3. Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan
pemberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak berhasil.
Katarsis, ( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus
halus dan besar. Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya

41
menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila kumbah lambung
dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.
Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun. Emesis,katarsis dan
kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam.
Pada koma derajat sedang hingga berat tindakankumbah lambung sebaiknya dukerjakan
dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon untuk mencegah aspirasi pnemonia.
4. Anti dotum (Penawar Racun)
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada tempat
penumpukan.
a. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b. Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menit sampai timbul gejala-gejala
atropinisasi ( muka merah,mulut kering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya setiap 2 – 4 –6 –
8 dan 12 jam.
d. Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam. Penghentian yang mendadak
dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan kegagalan pernafasan akut
yang sering fatal (Suzanne C. Brenda G.2011).

42
KERACUNAN MAKANAN LAUT

Racun adalah zat yang memiliki kemampuan untuk merusak sel dan sebagian

fungsi tubuh secara tidak normal untuk merusak sel dan sebagian funsi tubuh seccara

tidak normal ( Arisman , 2009 ). Junaidi ( 2011 ) menyatakan racun adalah suatu zat

atau makanan yang menyebabkan efek bahaya bagi tubuh.

Toksin adalah suatu substansi yang mempunyai gugus fungsional spesifik,

letaknya di dalam molekul dan menunjukkan aktivitas fisiologis kuat.Toksin atau

racun biasanya terdapat dalam tubuh hewan, tumbuhan bakteri dan makhluk hidup

lainnya, merupakan zat asing bagi korbannya atau bersifat anti-gen dan bersifat

merugikan bagi kesehatan korbannya.Pertolongan terhadap keracunan yang

ditimbulkan oleh zat apapun haruslah dipersiapkan dengan sebaik-baikanya.

Pertolongan yang keliru atau secara berlebihan justru mendatangkan bahaya baru.

Identifikasi racun merupakan usaha untuk mengetahui bahan zat atau obat yang diduga

sebagai penyebab terjadi keracunan, sehingga tindakan penganggulangannya dapat

dilakukan dengan tepat, cepat dan akurat. Dalam menghadapi peristiwa keracunan,

kita berhadapan dengan keadaan darurat yang dapat terjadi dimana dan kapan saja

serta memerlukan kecepatan untuk bertindak dengan segera dan juga mengamati efek

dan gejala keracunan yang timbul.

43
Oleh sebab itu,penanganan dini sangat diperlukan karena keracunan pada ikan

dan tumbuhan laut dapat menyebabkan kondisj yang dapat mengancam jiwa. Peran

perawat disini juga sangat diperlukan mengingat kebutuhan oksigenasi pada pasiein

toksis adalah kebutuhan dasar manusia,sehingga hal ini juga dapat mengganggu

kenyamanan dan nyawa pasien, maka dari itu asuhan keperawatan yang tepat dan

cepat kepada klien sangat diperlukan.

A. Definisi

Toksin adalah suatu substansi yang mempunyai gugus fungsional spesifik, letaknya

di dalam molekul dan menunjukkan aktivitas fisiologis kuat.

Racun adalah zat yang memiliki kemampuan untuk merusak sel dan sebagian

fungsi tubuh secara tidak normal untuk merusak sel dan sebagian funsi tubuh seccara tidak

normal ( Arisman , 2009 ). Junaidi ( 2011 ) menyatakan racun adalah suatu zat atau

makanan yang menyebabkan efek bahaya bagi tubuh.

Keracuanan adalah masuknya zat atau senyawa dalam tubuuh manusia yang

menimbulkan efek merugikan pada yag menggunakannya. Kontaminasi toksin alami

npada ikan ataupun organisme aquatik lainnya mengakibatkan keracunan bagi yang

mengkonsumsinya. Kebanyakan toksin ini diproduksi oleh alga ( fitoplankton ). Toksin

terakumulasi dalam tubuh ikan yang mengkonsumsi alga tersebut atau melalui rantai

makanan mengakibatkan toksin tersebut terakumulasi dalam tubuh ikan. Yang unik dari

toksin ini adalah tidak dapat dihilangkan atau tidak rusakproses pemasakan. Oleh karena

itu sangat penting pengetahuan terhadap jenis – jenis racun ini untuk menghindari

timbulnya bahaya keracunan akibat mengkomsumsi ikan dan kerang – kerangan. Selain

44
itu pengetahuan tentang struktur toksin ini akan membuka wawasan akan kemungkinan

pemanfaatannya sebagai obat.

B. Etiologi keracunan ikan dan tumbuhan laut

Penyebab keracunan ikan dan tumbuhan laut adalah :

1. Ciguatoxin

Sekitar 300 spesies ikan “ shellfish” yang hidup diperairan dangkal sekitar karang

dketahui sebagai penyebab keracunan ciguatoxin. Keracunana 7yang umumnya terjadi

akibat mengkonsumsi ikan karang herbivora dan karnivora yang beracun. Adanya

racun pada ikan dikaitkan dengan rantai makanan, dimana sebagai agen toksin adalah

Alga “blue green” ( Gambierdiscus toxicus) yang hidup berkelompok pada permukaan

sejulah rumput laut. Alga tersebut kemudian dimakan oleh ikan herbivora, ikan

herbivora dimakan oleh ikan karnivora.

Penyakit atau keracunan yang disebabkan Cigutoxin disebut Ciguatera ( bukan

merupakan penyakit yang fatal). Beberapa jenis ikan yang menjadi sumber ciguatera :

Lutjanus monostigma,L.bohar (“red snapper”), Gynmothorax javanicus (‘moray eel’),

Epinephalus fuscoguttatus, Variola louti (“grouper”) dan Sphyraena picuda

(“baraccuda”) ciguatoxin, berhasil mengisolasi dan mengindentifikasi senyawa yang

menyusun ciguatoxin. Diperkirakan penyusunnya adalah suatu lipida yang tidak

umum (unusual) dan senyawa Nitrogen dengan BM sekitar 1500.

Ciguatoxin memiliki sifat farmakologi terutama berpengaruh terhadap saraf

perifel dan sentral, meningkatkan permeabilitas membrane sel otot dan saraf terhadap

ion Na dan bersifat anticholinesterase.

2. Paralitic shellfish poison ( Saxitoxin )

45
Senyawatosik utama dari paralytic shellfish poison adalah saxitoxin yang

bersifat neurotoxin. Keracunan toxin ini dikenal denga istilah “Paralytic shellfish

poisoning” (PSP). Keracunan ini disebabkan karena mengkonsumsi kerang – kerangan

yang memakan dinoflagetlata yang beracun. Dinoflagelata sebagai agen saxitoxin

dimana zat terkonsentrasi didalamnya. Kerang – kerangan menjadi beracun disaat

kondisi lingkungan sedang melimpah dinogflagelata yang beracun yang disebut

pasang merah atau ‘red tide’.

Di Jepang bagian selatan ditemukan spasies kepiting (Zosimus aeneus) yang

mengakumulasi dalam jumlah besar saxitoxin dan telah dilaporkan menyebabkan

kematian pada manusia yang mengkomsumsinya. Jenis plankton yang memproduksi

saxitoxin adalah alexandrium catanella dan A.tamarensis. pyrodinium

bahamense,bertanggung jawab terhadap beberapa keracunan di Papua New

Guinea,Brunei dan Negara-negara Asian bagian barat lainnya. Organisme tersebut

menyebabkan ‘red tide’ karena ‘blooming’, meracuni kerang – kerangan. Komponen

toksin yang utama adalah saxitoxin dan gonyautoxin. Gymnodium catenatum,

dilaporkan sebagai sumber saxitoxin di Mexiko, Spanyol, Tasmania dan Jepang, juga

pada perairan pesisir Thailand dengan tingkat toksik yang rendah.

Jika dilihat dari sifat kimianya, saxitoxin bersifat larut dalam air dan methyl

alkohol,sedikit larut dalam methyl alkohol dan asam asetat tetapi tidak larut dalam

pelarut organic. Saxitoxin dapat dihidrolisis dengan asam, stabil terhadap panas dan

tidak rusak dengan proses pemasakan. Saxitoxin memiliki rumus kimia

C1H017N703.2HC1.

46
Bebecara pengolahan yang sudah dilakukan untuk mengurangi racun saxitoxin :

a. Toksin saxitoxin dapatditurun dengan pemanasan diatas 100 C.

b. Ozon dapat menurunkan keracunan saxitoxin pada kerang – kerangan yang

terkontaminasi racun tersebut, demikian pula perlakuan panas dapat menurunkan

daya racun didalam kerang – kerangan.

c. Menurunnya toksitasi pada remis patinopecten yessoensin terjadi selama proses

“retoriting” dan pada toksin terjadi penurunan kadarnya selama proses

penyimpan.

d. Kadar toksin saxitoxin menurun dengan semakin lamanya waktu pemanasan.

Semakin tinggi suhu pemanasan maka waktu yang diperluan untuk mengurangi

kadar toksin semakin cepat, dapat dilihat pada GAmbar 8. Pemanasan pada suhu

100 C selama 30 menit atau 60 menit, kandungan toksin meningkat dari 15

MU/gr homogenate, tetapi menurun secara linier pada waktu pemanasan

selanjutnya. Pola perubahan yang sama terhadap kadar toksin terjadi

dapemanasan suhu 110 dan 120 C terlihat pola perubahan toksisitas lebih cepat

dari pada pemanasan suhu 100 C.

3. Amnesis Shellfish Poison

47
Komponen utama dari amnesis shellfish poison adalah domoic

acid. Domoic acid merupakan asam amino nerutoksik, dimana

keracunannya dikenal dengan istilah “Amnesic Shellfish poisoning”.

Keracunan ini diakibatkan karena mengkomsumsi remis (“mussel”).

Toksin ini diproduksi oleh alga laut Nitshia pungens dimana melalui

rantai makanan mengakibatkan remis mengandung racun tersebut.

Domoic acid mengikat reseptor glutamat diotak mengakibatkan rangsangan terus

menerus pada sel-sel saraf dan akhirnya terbentuk luka. Korban mengalami sakit

kepala, hilang keseimbangan, menurunnya system saraf pusat termasuk hilangnya

ingatan dan terlihat bingung dan gejala sakit perut seperti umumnya keracunan

makanan. Telah dilaporkan toksin tersebut juga dapat mengakibatkan kematian.

Kerusakan otak yang ditimbulkan oleh racun ini bersifat tidak dapat pulih

(“irreversible”). Struktur domoic adalah C15H21O6N dengan berat molekul 311.

4. Neurotoksic Shillfish Poison ( Brevitoxin )

Komponen utama dari neurotoxic shellfish poison adalah brevitoxin. Keracunan

yang disebabkan oleh toksin Brevitoxin disebut “Neurotoxic sheiifish poisoning”.

Keracunan ini diakibatkan mengkomsumsi kerang – kerangan dan tiram. Toksin ini

diproduksi oleh alga laut Ptychdiscusbrevis dimana melalui rantai makanan

mengakibatkan kerang dan tiram mengandung racun tersebut.

5. Diarretic Shellfish Poison

Komponen utama diarrhetic shellfish poison adalah okadaic acid. Komponen

yang lain adalah pectenotoxin dan yessotoxin. Keracunan yang disebabkan oleh toksin

48
Okadic acid ini disebut “Diarrhetic shellfish poisoning”. Keracunan ini diakibatkan

mengkomsumsi kepah(mussel) dan remis (scallop). Toksin ini diproduksi oleh alga

laut Dinophysis fortii dimana melalui rantai makanan mengakibatkan remis

mengandung racun tersebut.

C. Patofisiologi

Keracunan ikan dan tmbuhan laut terjadi melalui 2 mekanisme yaitu :

1. Cara pertama disebut istilah Ciguatera poisoning, hal ini terjadi pada saat anda makan

ikan atau tumbuhan laut hal yang disebut dengan ikan baru karang atau reef yaitu ikan

yang tinggal diair tropis yang hangat yang telah memakan makanan beracunb tertentu.

Racun tidak jau pergi pada saat ikan telah dimasak atau dibekukan,

2. Cara kedua adalah scombbroid poisoining, yaitu subtasi seprti histamine adalah yang

terbentuk gidalam beberapa ikan dan tumbuhan laut pada saat mereka menbdapatkan

kondisi terlalu hangat setelah ditangkap. Histamine adalah suatu bahan kimia yang

bertindak seprti layaknya alarm yang membiarkan sistem kekebalan anda mengetahui

bahwa ada infeksi atau peradangan atau benda asing menyerang bagian tubuh anda.

Jika anda makan ikan yang tidak dengan layak atau dengan baik didinginkan setelah

penangkapan anda mungkin akan nereaksi keracunan histamine yang dilepaskan

kedalam tubuh anda.

Amina biogenik ( histamine terbentuk melalui dekomposisi bakteri dari histidin

bebas. Histidin merupakan asam amino alami yang ditemukan dalam jaringan otot ikan

yang hidup diprairan tropis dan subtropis. Timbulnya histamine disebabkan penanganan

ikan yang tidak baik selama penangkapan, penanganan dan penyimpanan.

49
Histamine berkembang setelah ikan mati dan akan meningkat jika ikan terlalu

diluar air setelah kematian dan tidak cukup pendinginannya segera setelah di atas kapal.

Histamine pada suhu diatas 16 derajat ( 60 derajat F ) pada kondisi kontak dengan udara,

akan konfersi menjadi histamine melalui enzim dekarbosilae histidin yang dihasilkan

oleh bakteri nyang ada dalam insang dan usus, antara lain bakteri morganilla morganii.

Kondisi inilah yang merupakan salah satu alasan mengapa ikan harus disimpan ditempat

suhu rendah.

Produksi histamin pada ikan dapat terjadi cukup cepat. Dalam suatu kejadian ,

tingkat ambang racun yang diacapai hanya setelah tiga sampai empat jam penyimpanan

suhu kamar. Semakin besar suhu, seamkin tinggi tingkat histamine yang dapat dihasilkan.

Kandungan lebih 50 mg/100g daging ikan dianggap berpotensi berbahaya. Di Canada,

ikan impor ditolak jika mengandung histamine lebih dari 10mg/100g daging ikan.

Histamine tahan panas, sehinnga setelah terbentuk tidak dapat hilang oleh susu

memasak secara normal, sehinnga ikan yang dimasak secara benarpun dapat

menyebabkan keracunan. Tidak ada cara pencucian atau pemasakan yang dapat

menghilangkan atau menghancurkannya. Demikian juga, pembekuan tidak akan

mengurangi atau merusak histamine setelah terbentuk. Keberadaan histamine tidak bisa

dideteksi secara sensorik karena tidak berbau dan tidak berwarna.

Pembentukan histamin pada ikan dapat dikurangi secara gratis dengan

pendinginan secepat mungkin sampai 4 derat celcius ( internal ). Ingat bahwa ikan yang

lebih besar memakan waktu lama untuk mendinginkan dari pada ikan yang kecil.

Pengeluaran isi perut ( pengangkatan usus ) jadi ikan yang lebih besar adalah cara yang

50
baik untuk membantu menghilangkan bakteri yang menyebabkan pembentukan

histamine.

Pastikan rongga perut diisi dengan media pendingin agar bagian kritis pada ikan

ini dapat lebih cepat dingin. Pengeluaran isi perut harus dilakukan dengan hati – hati agar

tidak mencemari daging atau bagian ikan lainnya.

Bahkan pada ikan yang berbau normalpun, histamine dapat terjadi dan

menyebabkan penyakit jika ikan belum didinginkan dengan cepat, dan terus dijaga dalam

kondisi dingin. Pendiniginan ikan , sekaligus akan mencegah bakteri pembusuk lainnya

dari pembiakan dan akan membantu memastikan bahwa ikan dalam kondisi kualitas

tertinggi.

D. Manifestasi klinik

keracunan ikan dan tumbuhan laut, terutama yang ringan, sering terlewatkan

karena menyerupai atau rancu dengan reaksi alergi. Timbulnya gejala keracunan

histamine culup cepat, biasanya terjadi dalam waktu 10 menit sampai 4 jam setelah

mengkomsumsi ikan yang terkontaminasi. Serangan yang cepat inilah yang merupakan

salah satu alas an mengapa keracunan scombroid ini lebih sering dilaporkan , daripada

banyak keracunan makanan lain yang bereaksi jauh lebih lambat.

Gejala awal keracunan menunjukkan reaksi alergi seperti kemerahan pada

wajah/berkeringat, rasa panas-sensasi rasa pedas di mulut dantenggorokan, pusing, mual,

sakit kepala, denyut jantung meningkat ( berdebar ) dan gejala seperti flu.

51
Gejala awal tersebut dapat bertambah dengan ruam wajah ( keluar bintik–bintik

merah ) ruam badan seperti biduran, gatal – gatal, bengkak – bengkak, diare jangka

pendek, dank ram perut.

Dalam kasus terburuk, keracunan dapat menyebabkan penglihatan kabur,

gangguan pernafasan, dan pembekakan lidah. Gejala biasanya berlangsung sekitar tiga

jam, tetapi ada yang mengalami sampai beberapa hari. Dalam kasus yang jarang terjadi,

keracunan ini dapat menyebabkan kematian.

E. Komplikasi

1. Kejang

2. Koma

3. Henti jantung

4. Henti nafas ( Apneu )

5. Syok

F. Penatalaksanaan

Apabila terjadi kasusu keracunan, sebaiknya korban segera dibawah ke dokter

untuk diberikan pengobatan sesuai tingkat keparahannya. Tindakan pengobatan yang

mungkin diberikan antara lain pemberian obat antihistamin, cairan infus untuk

menggantikan cairan yang hilang karena muntah dan diare, obat untuk menghentikan

muntah, obat untuk reaksi alergi yang parah ( jika diperlukan ), dan bantuan pernapasan (

dalam kasus yang jarang terjadi ).

1. Penanganan pertama pada keracunan makanan

a. Kurangi kadar racun yang masih ada didalam lambung dengan memberi korban

minumair putih atau susu segera mungkin.

52
b. Usahakan untuk mengeluarkan racun dengan merangsang korban untuk muntah.

c. Usahakan korban untuk muntah dengan wajah menghadap kebawah kepala

menunduk lebih rendah dari badannya agar tidak tersedak.

d. Bawa segera keruang gawat darurat rumah sakit terdekat.

e. Jangan memberi minuman atau berusaha ,memuntahkan isi perut korban bila ia

dalam keadaan pinsang. Jangan berusaha memuntahkannya jika tidakm tahu racun

yang ditelan.

f. Jangan berusaha memuntahkan korban bila menelan bahan – bahan seperti anti

karat, cairan pemutih, sabun cuci, bensin, minyak tanah, tiner, srta pembersih

toilet.

2. Penanganan di Rumah Sakit

a. Tindakan emergency

Airrway : Bebaskan jalan nafas, klau perlu dilakukan inkubasi

Breathing : berian nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan

atau pernafasan adekuat

Circulasi : pasang infus bila keadaan penderita gawat darurat dan perbaiki

perfusi jaringan dan nadi. Infus dextrose 5% kec. 15 – 20 tts /

menit, nafas buatan, oksigen, hisap lender dalam saluran

pernafasan, hindari obata – obatan depresi saluran nafas. Jika perlu

respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan

dari mulut kemulut, sebab racun organo folsfat akan meracuni

lewat mulut pennolong. Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan

meniup face mask atau menggunakan alat bag – valve – mask.

53
3. Eliminasi

Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadr atau

dengan pemberian sirup ipecce 15 – 30 ml. dapat diylang setelah 20 menit bila tidak

berhasil. Katarsisi ( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga racun

telah sampai diusu halus dan besar. Kumbah lambung atau gatric lavage. Pada

penderita yang kesadarannya menurun, atau pada penderita yang tidak kooperatif.

Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam, setelah

keracunan. Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.

Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan

terjadi kurang dari 4 – 6 jam pada koma derajat sedang hingga berat tindakan kumbah

lambung sebaiknya dikerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon,

untuk mencegah aspirasi pneumonia.

4. Antidotum ( penawar racun )

Atropine sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi akhir pada

tempat penumpukan

a. Mula – mula diberikan bolus IV 1 – 2,5 mg

b. Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 – 10 – 15 menit da,pai timbul gejala –

gejala atropinisasi ( muka merah, mulit kering, takikardi, febris dan psikosis ).

c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 – 60 menit selanjutnya setiap 2 – 4

– 6 – 8 dan 12 jam.

d. Pemberian SA dihentikan miimal setelah 2 x 24 jam. Penghentian

yang ,mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan

kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.

54
Sedangkan tindakan lain yang diberikan adalah :

1. Tindakan emergensi, meliputi :

Airway : bebaskan jalan nafas, kalau perlu dilakukan inkubasi

Breating : berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan atau

pernafasan tidak adekuat.

Sirkulasi : pasang infus bila keadaan penderita gawat darurat dan perbaiki

perfusi jaringan

2. Resusitasi

Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan, periksa pernafasan dan

nadi. Infus Dextrose 5% kecepatan 15 – 20, nafas buatan,O2, hisap lendir dalam

saluran pernafasan, hindari obat – obatan depresan saluran nafas, kalau perlu

respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut

kemulut, sebab racun orga fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong.

Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan

alat bag – valve – mask.

3. Indentifikasi penyebab

Bila mungkin lakukan indentifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya

usaha mencari penyebab keracunan tidak sampai menunda usaha – usaha

penyelamatan penderita yang harus segera dilakukan.

4. Mengurangi absorbs

Upaya mengurangi absorbs racun dari saluran cerna dilakukan dengan

meramgsang muntah, menguras lambung, mengabsorbsi racun dengan karbon aktif

dan membersihkan usus.

55
5. Meningkatkan eliminasi

Meningkatkan eliminasi racun dapat dilkukan dengan diuresis basa atau

asam, dosis multiple karbon aktif, dialysis dan hemoperfus.

G. Cara menghindari keracunan ikan dan tumbuhan laut

Untuk menghindari keracunan scombroid pada ikan dan tumbuhan laut sejak di

tempat pertama kali diambil adalah dengan mencegah produksi racun. Untuk itu harus

dilakukan pendinginan pada suhu 4 derajat Celsius, dan ikan segar harus segera

digunakan atau dimasak setelah waktu 48 jam pada suhu pendingin .

Untuk menghindari keracunan dikarenakancigutera poisoning, jangan memakan

ikan yang biasanya menjadi carier atau pembawa racun. Yang meliputi amberjack,

grouper, snapper, sturgeon ( ikan yang menghasilkan telur ), king mackerel ( ikan air

tawar ), barracuda and belut moray. Racun yang ada dalam ikan leb9ih terkonsntrasi

didalam organ dalam ikan, sehingga sebaiknya jangan pernah mengkomsumsinya.

56

Anda mungkin juga menyukai