Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Saintara Vol. 2 No.

2 Maret 2018

PERAN SYAHBANDAR DALAM KESELAMATAN PELAYARAN

Dedeh Suryani, Aprilia Yudi Pratiwi, Sunarji, Andi Hendrawan


Dosen Akademi Maritim Nusantara Cilacap

ABSTRACT
Safety of shipping is very important and occupies a central position in all aspects of the shipping
world. Aspects inherent in the safety of shipping include characteristics of attitudes, values, and
activities concerning the importance of the fulfillment of safety and security requirements relating
to transport in waters and ports.
This paper discusses the role of syahbandar in the cruise shelter. Safety of shipping is an integral
part of the role of syahbandar, the study of this article is a literature review or library research.
The results show that the role of syahbandar is very important in the safety system of shipping
Keywords: Syahbandar, cruise shelter, role

PENDAHULUAN Keselamatan pelayaran merupakan hal yang


sangat penting dan menduduki posisi sentral
Indonesia sebagai Negara kepulauan yang dalam segala aspek di dunia pelayaran.
terbesar dengan 17 (tujuh belas) ribuan pulau Aspek yang melekat pada keselamatan
hanya bisa terhubungkan dengan baik dengan pelayaran meliputi karakteristik sikap, nilai,
system transportasi multi moda. Angkutan dan aktivitas mengenai pentingnya
laut merupakan salah satu moda transportasi terpenuhinya persyaratan keselamatan dan
tersebut, selain memiliki peran sebagai keamanan yang menyangkut angkutan di
sarana pengangkutan yang secara Nasional perairan dan kepelabuhanan. Pengabaian atas
dapat menjangkau seluruh wilayah melalui keselamatan pelayaran cenderung
perairan sehingga dapat menunjang, meningkatkan biaya ekonomi dan
mendorong, dan menggerakkan pertumbuhan lingkungan seperti penurunan produksi,
daerah yang memiliki potensi sumber daya timbul biaya medis, terjadi polusi dan
alam yang besar dalam upaya meningkatkan penggunaan energi yang tidak efisien.
dan memeratakan pembangunan dan Rendahnya keselamatan pelayaran ini dapat
hasilnya(N, 2015) di aklnbatkan oleh lemahnya manajemen
berdasarkan data dari Tahun 2011 - 2014 sumber daya manusia (pendidikan,
banyak terjadi musibah atau kecelakaan kompetensi, kondisi kerja, jam kerja) dan
kapal laut berbendera Indonesia. Hal ini manajemen proses .
terjadi karena dengan semakin bertambahnya Keselamatan merupakan bagian integral pada
jumlah penduduk dunia yang secara otomatis manajemen perusahaan pelayaran secara
berdampak pada peningkatan kebutuhan umum untuk mendukung kondisi kerja diatas
ekonomi masyarakat, termasuk pula semakin kapal yang lebih baik. Manajemen tidak
banyak kegiatan angkutan melalui darat, banya mengaitkan kapal dengan
udara dan laut(Thamrin, 2015)

33
Jurnal Saintara Vol. 2 No. 2 Maret 2018

produktifitasnya saja, namun perlu 2. Mengawasi tertib lalu lintas kapal di


meningkatkan pengawasan terbadap perairan pelabuhan dan alur-alur
kelayakan kapal dan kondisi kerja diatas pelayaran.
kapal secara memadai. Nakboda 3. Mengawasi kegiatan alih muat di
perairan pelabuhan.
Pemberlakuan Undang-Undang No.17 tahun 4. Mengawasi pemanduan mengawasi
2008,tentang pelayaran telah banyak kegiatan penundaan kapal.
mengalami perbaikan-perbaikan dalam 5. Mengawasi kegiatan pekerjaan
peningkatan yang akan mengangkat lebih bawah air dan salvage.
kesyahbandaran. Dan masalah keselamatan 6. Mengawasi bongkar muat barang
dan keamanan dalam pelayaran adalah berbahaya serta limbah bahan
merupakan tanggung jawab besar didalam berbahaya dan beracun.
kepelabuhan sebab persoalan yang terbesar 7. Mengawasi pengisian bahan bakar. h.
dalam kecelakaan kapal dalam pelayaran Mengawasi kegiatan penundaan
adalah persoalan kemampuan dan keahlian kapal.
seseorang dalam menjalankan tugas 8. Mengawasi ketertiban embarkasi dan
kesyahbandaran. debarkasi penumpang.
Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 9. Mengawasi pengerukan dan
2008, untuk melakukan kegiatan pelayaran reklamasi. k. Mengawasi kegiatan
setiap angkutan laut (kapal) memerlukan pembangunan fasilitas pelabuhan.
Surat Persetujuan Berlayar/Berlabuh (SPB) 10. Melaksanakan bantuan pencarian dan
yang di keluarkan oleh syahbandar agar dapat penyelamatan.
berlayar ataupun berlabuh.Agar dapat 11. Memimpin penanggulangan
memperoleh SPB, maka kapal yang akan pencemaran dan pemadam kebakaran
berlayar harus memenuhI beberapa di pelabuhan,dan
persyaratan, seperti syarat kelaiklautan kapal. 12. Mengawasi pelaksanaan
Setiap Surat Persetujuan Berlayar dapat di perlindungan lingkungan maritime
berikan oleh seorang syahbandar kepada Peran syahbandar secara khusus diatur
pengguna atau pemilik kapal apabila kapal dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun
tersebut telah memenuhi beberapa syarat 2008 Tentang Pelayaran. Sekalipun telah
penting seperti yang tercantum dalam Pasal ada peraturan yang mengatur tentang
117 Undang- Undang RI Nomor 17 Tahun peran seorang syahbandar dalam
2008 mengeluarkan surat persetujuan berlayar,
tidak jarang juga kita temui beberapa
kecelakaan transportasi laut yang
PERAN, FUNGSI DAN TANGGUNG disebabkan oleh kelalaian seorang
JAWAB SAYAHBADAR syahbandar dalam menjalankan tugas
Berdasarkan Undang No.17 tahun 2008 pasal kesyahbandarannya, yaitu dengan
207 ayat 1, maka Syahbandar memiliki tugas memberikan ijin pelayaran dan surat
sebagai berikut : kelaiklautan kapal kepada kapal yang
tidak layak untuk berlayar dan kapal yang
1. Mengawasi kelaiklautan tidak lulus uji klas oleh Biro Klasifikasi
kapal,keselamatan,keamanan,dan Indonesia.Kasus kapal yang sebenarnya
ketertiban di pelabuhan. tidak laiklaut namun mempunyai SPB
adalah kasus lama yang sering terjadi
berulang-ulang di Indonesia dan menjadi

34
Jurnal Saintara Vol. 2 No. 2 Maret 2018

suatu fenomena yang dianggap 5. Melakukan pemeriksaan kecelakaan


biasa.(Bayuputra, 2015; JViana I R br kapal.
Barus*, Paramita Prananingtyas, 2017) 6. Melaksanakan sijil awak kapal
Menurut Peraturan Bandar 1925 Pasal
Dalam melakukan tugas yang 1 ayat (1) dikatakan bahwa yang dimaksud
dipercayakan sebagai pemimpin dengan Syahbandar adalah Syahbandar Ahli,
tertinggi dipelabuhan maka Syahbandar
Pejabat Syahbandar dan Syahbandar Muda.
memiliki fungsi, yaitu:
Syahbandar dalam melaksanakan tugas dan
1. Melaksanakan koordinasi kegiatan fungsinya sebagai unsur pelaksana teknis
Pemerintahan di Pelabuhan yang melakukan pengawasan kapal di pelabuhan.
terkait dengan pelaksanaan Disamping Syahbandar ada pula petugas
pengawasan dan penegakan hukum yang ditunjuk oleh pemerintah, untuk
di bidang keselamatan dan mengawasi kapal-kapal asing yang dikenal
keamanan pelayaran. sebagai “Port State Control Officer” dan
2. Melaksanakan pengawasan dan pengawasannya meliputi:
pemenuhan kelaiklautan
kapal,sertifikasi keselamatan 1. Sewaktu kapal datang
kapal,pencegahan pencemaran dari Ada tiga tugas penting yang harus
kapal dan penetapan status hukum dilakukan oleh Syahbandar(Harbor Master)
kapal. ialah :
3. Melaksanakan
penyediaan,pengaturan,dan a. Menunjuk tempat sandar/labuh kapal
pengawasan lahan daratan dan b. Memberikan warta kapal untuk diisi dan
perairan pelabuhan,pemeliharaan ditandatangani oleh Nahkoda
penahanan gelombang,kolam c. Meneliti dokumen pelaut/surat-surat
pelabuhan,alur pelayaran dan kapal yang diterima dari
jaringan jalan serta Sarana Bantu Nahkoda(Randy Y.C. Aguw, 2013).
Navigasi Pelayaran.
4. Syahbandar membantu tugas 2. Sewaktu Kapal berada di Perairan Bandar
pencarian dan penyelamatan
Sewaktu kapal berada di perairan
dipelabuhan sesuai dengan
bandar, menunggu selesainya bongkar muat
ketentuan perundang-undangan
barang, embarkasi dan debarkasi penumpang,
Syahbandar mengawasi dengan ketat
Dalam melaksanakan fungsi dan
ditaatinya ketentuan-ketentuan peraturan
tugas diatas maka syahbandar memiliki
kewenangan sebagai berikut: bandar oleh Nahkoda/awak kapal antara lain:
a. Kapal tidak boleh berpindah tempat.
1. Mengkoordinasikan seluruh
kegiatan pemerintahan dipelabuhan b. Tidak boleh melakukan
2. Memeriksa dan menyimpan surat, perbuatanperbuatan yang dapat
dokumen, dan warta kapal menimbulkan bahaya kebakaran.
3. Menerbitkan persetujuan kegiatan c. Tidak boleh melakukan
kapal dipelabuhan melakukan perbuatanperbuatan yang dapat
pemeriksaan kapal menimbulkan
4. Menerbitkan surat persetujuan pencemaran dan kelestarian lingkungan
berlayar. d. Tidak boleh melakukan
perbuatanperbuatan yang dapat

35
Jurnal Saintara Vol. 2 No. 2 Maret 2018

menyebabkan pendangkalan terhadap Syahbandar berwewenang untuk


alur pelayaran. menerapkan perundang-undangan yang
e. Tidak boleh melakukan bertujuan untuk :
perbuatanperbuatan yang dapat
mengganggu keamanan dan ketertiban 1. Terjaminnya kelancaran dan
umum serta terganggunya tertib hukum keselamatan keluar masuknya suatu
di Perairan Bandar. kapal.
f. Kesempatan kepada Syahbandar untuk 2. Terjaminnya keselamatan kelancaran
melakukan pemeriksaan di kapal dalam bongkar muat barang.
rangka pemeriksaan terus-menerus 3. Terjaminnya kelancaran dan ketertiban
mengenai segi keselamatan pelayaran. naik turun penumpang.
4. Terjaminnya tertib hukum dan
3. Sewaktu Kapal akan Berlayar.Kapal yang keamanan di dalam bandar.
akan berlayar meninggalkan pelabuhan 5. Terjaminnya kelestarian lingkungan di
harus mendapatkan surat ijin berlayar dalam bandar.
(port clearance) dari Syahbandar sesuai
Pasal 8 Peraturan Bandar 1925 Oleh karena itu peran Syahbandar
perlu ditingkatkan melalui
Sebelum diberikan surat ijin berlayar keterampilan nautis,teknis dan administrative
oleh Syahbandar perlu diselesaikan lebih serta disiplin kerja,peningkatan
dahulu hal-hal sebagai berikut: dedikasi terhadap pengembangan tugas
demi mewujudkan keselamatan kapal,barang
a. Perusahaan Pelayaran
dan jiwa di laut.
Semua kewajiban-kewajiban
Survei membuktikan bahwa dunia pelayaran
perusahaan/Nahkoda terhadap Bea Cukai,
menghadapi dilemma di mana kecelakaan
Kesehatan, Imigrasi, Perum Pelabuhan
sudah diselesaikan. kapal masih saja terjadi dalam jumlah yang
memprihatinkan,walupun teknologi
b. Pandu perkapalan dan komunikasi pelayaran sudah
Harus sudah diminta oleh perusahaan maju dan dapat di katakana telah canggih.
yang bersangkutan dan sudah siap untuk Untuk perlu di kaji dari berbagai faktor
melakukan pemanduan. kecelakaan dan mencari langkah-langkah
untuk mengurangi atau mengeliminasinya.
c. Nahkoda
Memberikan clearing declaration kepada Setiap kapal yang hendak melakukan
Syahbandar. pelayaran harus memiliki Surat Ijin Berlayar
(SIB) atau Surat Persetujuan Berlayar (SPB).
d. Syahbandar Harus meneliti: Dan Syahbandar sebelum memberikan SIB
1. Apakah dokumen lengkap dan masih atau SPB (port clearance) perlu meneliti
berlaku
kelengkapan dokumen kapal dan lain-lain,
2. Apakah Nahkoda dan awak kapal
dan jika tidak terdapat hal-hal yang
lengkap dan memenuhi syarat-syarat
bertentangan dengan peraturan, maka surat
ijazah yang ditentukan.
ijin berlayar dapat diberikan dan jika terdapat
3. Apakah awak kapal memiliki buku
hal-hal yang bersifat pelanggaran atau adanya
pelaut dan sertifikat
kekurangan pada kapal, surat ijin berlayar
4. Pengawasan tertib Bandar
tidak dapat diberikan, dan kepada Nahkoda
Untuk melaksanankan pengawasan
tertib Bandar dan keselamatan kapal,

36
Jurnal Saintara Vol. 2 No. 2 Maret 2018

atau perusahaan pelayaran diperintahkan dengan SOLAS 1960. Sejak saat itu,
untuk : peraturan mengenai desain untuk
meningkatkan faktor keselamatan kapal
a. Melengkapi kekurangan mulai dimasukan seperti: Desain konstruksi
b. Menurunkan muatan atau penumpang kapal, Permesinan dan instalasi listrik,
apabila lebih Pencegah kebakaran, Alat-alat keselamatan,
c. Menyelesaikan dokumen Alat komunikasi dan keselamatan navigasi.
apabila sudah tidak berlaku Adapun, usaha penyempurnaan peraturan
lagi tersebut dengan cara mengeluarkan peraturan
tambahan (amandement) hasil konvensi
Fungsi kesyahbandaran dilaksanakan IMO, yang dilakukan secara berturut-turut
oleh subseksi laik layar dan kepelautan yang pada 1966, 1967, 1971 dan 1973. Namun,
mempunyai tugas melakukan pengawasan usaha untuk memberlakukan peraturan-
laik layar dan kepelautan,ahli muatan di peraturan tersebut secara internasional
perairan pelabuhan,keselamatan kurang berjalan sesuai dengan yang
pengerukan,reklamasi dan pembangunan diharapkan, terutama karena hambatan
fasilitas pelabuhan sesuai dengan prosedural, yaitu: diperlukannya persetujuan
kewenangan serta menerbitakan surat 2/3 dari jumlah negara anggota untuk
persetujuan berlayar. Cara pengawasan meratifikasi peratruran dimaksud, ternyata
Syahbandar dalam melaksanakan tugas dan sulit dicapai pada waktu yang diharapkan.
fungsinya sebagai pelaksana di Selanjutnya, pada rentang 1974, dibuat
daerah/lapangan (portstate control) adalah konvensi baru SOLAS 1974, yakni pada
sebagai berikut: setiap amandemen diberlakukan sesuai target
waktu yang sudah ditentukan, kecuali ada
1. Pengawasan terhadap keselamatan
penolakan dari 1/3 jumlah negara anggota
kapal dan keselamatan berlayar
atau 50 % dari pemilik tonnage yang ada di
2. Pengawasan terhadap keluar masuk
dunia. Hal tersebut selaras dengan
dan gerakan kapal dalam Bandar.
kecelakaan tanker yang terjadi secara
3. Pengawasan terhadap
beruntun pada 1976 dan 1977, sehingga, atas
penataan/penertiban hukum-hukum
prakarsa Presiden Amerika Serikat, Jimmy
yang berlaku dalam bidang
Carter, diadakan konperensi khusus yang
perkapalan dan pelayaran
menganjurkan aturan tambahan terhadap
SOLAS 1974 agar perlindungan terhadap
KESELAMATAN PELAYARAN keselamatan maritim dapat menjadi lebih
Peraturan Safety Of Life At Sea (SOLAS) efektif. Selanjutnya, pada 1978, dikeluarkan
adalah peraturan yang mengatur keselamatan konvensi baru khusus untuk tanker yang
maritim paling utama dengan tujuan untuk dikenal dengan nama “Tanker Safety and
meningkatkan jaminan keselamatan hidup di Pollution Prevention (TSPP 1978)”
laut yang dimulai sejak 1914, mengingat, saat
merupakan penyempurnaan dari SOLAS
itu, di mana-mana banyak terjadi kecelakaan 1974, dengan lebih menekankan pada
kapal yang menelan banyak korban jiwa. perencanaan atau desain serta penambahan
Pada tahap permulaan, dimulai dengan fokus peralatan untuk tujuan keselamatan operasi
pada peraturan kelengkapan navigasi, dan pencegahan pencemaran perairan.
kekedapan dinding penyekat kapal serta Kemudian diikuti dengan tambahan
peralatan berkomunikasi, kemudian peraturan pada 1981 dan 1983 yang
berkembang pada konstruksi dan peralatan diberlakukan September 1984 dan Juli 1986.
lainnya. Modernisasi peraturan SOLAS sejak Adapun, peraturan baru Global Maritime
1960, adalah menggantikan Konvensi 1918

37
Jurnal Saintara Vol. 2 No. 2 Maret 2018

Distress and Safety Sistem (GMDSS) 1990 sekitarnya dengan batas-batas


adalah merupakan perubahan mendasar yang tertentu sebagai tempat kegiatan
dilakukan IMO pada sistem komunikasi pemerintahan dan kegiatan ekonomi
maritim dengan memanfaatkan kemajuan yang dipergunakan sebagai tempat
teknologi di bidang komunikasi, seperti kapal bersandar, berlabuh, naik
satelit dan akan diberlakukan secara bertahap turun penumpang dan atau bongkar
dari 1995 s.d 1999. Sementara, konsep dasar muat barang yang dilengkapi
Badan SAR di darat dan kapal-kapal yang dengan fasilitas keselamatan
mendapatkan berita kecelakaan kapal (vessel pelayaran dan kegiatan penunjang
in distress) akan segera disiagakan agar dapat pelabuhan serta sebagai tempat
membantu melakukan koordinasi perpindahan intra dan antar moda
pelaksanaan operasi SAR.(Lasse &
transportasi.
Darunanto, 2016)
e. Alur pelayaran adalah bagian dari
Unsur-unsur yang berhubungan dengan perairan yang alami maupun buatan
keselamatan pelayaran sesuai dengan yang dari segi kedalaman, lebar dan
Undang undang Nomor 17 Tahun 2008 hambatan pelayaran lainnya
tentang pelayaran adalah sebagai berikut: dianggap aman untuk dilayari.
f. Sarana bantu navigasi pelayaran
a. Pelayaran adalah segala sesuatu adalah sarana yang dibangun atau
yang berkaitan dengan angkutan di terbentuk secara alami yang berada
perairan, kepelabuhan serta di luar kapal yang berfungsi
keamanan dan keselamatannya. membantu navigator dalam
b. Kapal adalah kendaraan air dengan menentukan posisi atau haluan
bentuk dan jenis apapun, yang kapal serta memberitahukan bahaya
digerakkan dengan tenaga mekanik atau rintangan pelayaran untuk
tenaga angin atau ditunda, termasuk kepentingan keselamatan berlayar.
dengan kendaraan yang berdaya g. Telekomunikasi pelayaran adalah
dukung dinamis, kendaraan di setiap pemancaran pengiriman atau
bawah permukaan air, serta alat penerimaan tiap jenis tanda,
apung dan bangunan terapung yang gambar, suara dan informasi dalam
tidak berpindah-pindah. bentuk apapun melalui sistem
c. Perairan adalah perairan yang kawat, optik, radio atau sistem
meliputi laut wilayah, perairan elektromagnetik lainnya dalam
kepulauan, perairan pedalaman dinas bergerak pelayaran yang
sebagaimana yang dimaksud dalam merupakan bagian dari keselamatan
Undang-undang Nomor 4 Prp. 1960 pelayaran.
tentang Perairan Indonesia Undang- h. Pekerjaan bawah air adalah
undang Nomor 17 Tahun 1985 pekerjaan yang berhubungan
tentang Pengesahan United Nations dengan instalasi, konstruksi atau
Convention on the law of the sea kapal yang dilakukan di bawah air
(Konvensi Perserikatan yang bersifat khusus(JViana I R br
Bangsabangsa tentang hukum laut), Barus*, Paramita Prananingtyas,
serta perairan daratan. 2017; N, 2015).
d. Pelabuhan adalah tempat yang
terdiri dari daratan dan perairan di

38
Jurnal Saintara Vol. 2 No. 2 Maret 2018

KESIMPULAN Randy Y.C. Aguw. (2013). TANGGUNG


Peran Syahbandar dalam keselamatan JAWAB SYAHBANDAR DALAM
pelayaran sangat penting karena tugas fungsi KESELAMATAN PELAYARAN
dan wewenangnya sangat strategis. DITINJAU DARI UU PELAYARAN
Pentingnya tugas Syahbandar disuatu NO.17 TAHUN 2008 TENTANG
pelabuhan untuk menunjang tertibnya PELAYARAN. Lex Administratum,
administrasi pelayaran dan keselamatan 1(1), 57–71.
pelayaran, maka tugas tersebut harus Thamrin, H. M. (2015). Pencegahan
didukung oleh sumber daya manusia yang Kecelakaan Kapal Ke Titik Nol ( Zero
mempunyai disiplin dan kecakapan dibidang Accident ). Jurnal Ilmiah Widya, 3,
laut Peralatan yang menunjang juga sangat 110–116.
dibutuhkan agar tugas dan fungsi dari
syahbandar dapat maksimal.
Diperlukan peningkatan kompetensi dari
petugas atau pegawai pelabuhan sehingga
dapat meningkatkan perannya dalam
menunjang keselamatan pelayaran.

DAFTAR PUSTAKA

Bayuputra, T. B. (2015). LTINJAUAN


YURIDIS MENGENAI PERAN
SYAHBANDAR DALAM
KEGIATAN PELAYARAN
ANGKUTAN LAUT DI INDONESIA.
Lex et Societatis, III(1), 44–54.
JViana I R br Barus*, Paramita
Prananingtyas, S. M. (2017). TUGAS
DAN TANGGUNG JAWAB
SYAHBANDAR DALAM
KEGIATAN PENGANGKUTAN
LAUT DI INDONESIA.
DIPONEGORO LAW JOURNAL, 6(1),
1–13.
Lasse, D., & Darunanto, D. (2016).
PELATIHAN KESELAMATAN BAGI
ANAK BUAH KAPAL. Jurnal
Manajemen Bisnis Transportasi Dan
Logistik, 2(2), 257–266.
N, S. U. R. A. H. M. A. (2015).
SKELAIKLAUTAN KAPAL SEBAGAI
SYARAT PENERBITAN SURAT
PERSETUJUAN BERLAYAR DI
KANTOR KESYAHBANDARAN DAN
OTORITAS PELABUHAN KELAS II
PONTIANAK. UNIVERSITAS
TANJUNGPURA.

39

Anda mungkin juga menyukai