Anda di halaman 1dari 27

Keselamatan Pelayaran Kapal

Disusun oleh :
Akbar Septian Wicaksono (0421040033)

PRODI D4 TEKNIK KELISTRIKAN KAPAL


JURUSAN TEKNIK KELISTRIKAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2023
1. Latar Belakang

Keselamatan pelayaran merupakan masalah dan tanggung jawab


bersama yang harus ditanggulangi oleh semua pihak khususnya bagi
mereka yang berkecimpung di dalam dunia pelayaran, hal ini tentu
memberikan dampak yang sangat besar terutama masalah keselamatan
jiwa di laut serta kapal dan muatannya yang sangat mempengaruhi
kepercayaan para pemakai jasa transportasi laut. Masalah ini tentunya
menjadi perhatian utama para pelaku bisnis pelayaran juga International
Maritime Organization (IMO) yang berkedudukan sebagai sebuah
organisasi maritim internasional di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) yang bertanggung jawab dalam bidang ini sesuai dengan misinya
yaitu “Safer Shipping Cleaner Ocean”.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi masalah ini
termasuk dengan diadakannya beberapa konvensi oleh IMO tentang
keselamatan pelayaran ini, termasuk dengan diberlakukannya berbagai
peraturan sebagai pengaplikasian dari konvensi yang telah diadakan
seperti konvensi tentang STCW pada tahun 1978 dan diamandemen
tahun 1995, SOLAS 1974, Collision Regulation 1972, MARPOL 1974,
International Load Line Convention 1966, yang bertujuan untuk
menciptakan dunia pelayaran yang lebih aman dan laut yang lebih bersih.
Dalam pekerjaan apapun manusia selalu memegang peranan paling
penting dimana apabila sumber daya manusia berkedudukan sebagai
manager

menentukan sukses atau tidaknya sebuah pekerjaan ditentukan oleh


manajerial yang dilakukan untuk membuat perencanaan,
mengorganisasikan, menempatkan, dan mengendalikan anak buahnya
untuk kesuksesan pekerjaannya.
Begitupun dalam dunia pelayaran dimana manusia memegang peranan
sangat penting terutama dalam watchkeeping atau penjagaan baik ketika
dalam pelayaran atau ketika berada di pelabuhan, sehingga diatur
sedemikian rupa supaya kondisi manusia ini dapat tetap dalam kondisi
prima untuk dapat menjalankan tugasnya baik dalam dinas jaga ataupun
rest period. Walaupun demikian, tetap saja manusia masih menjadi
penyebab utama dari kecelakaan pelayaran yang terjadi sampai saat ini
disamping penyebab lainnya seperti faktor alam dan faktor teknis.
Melihat pentingnya masalah di atas, maka dalam makalah ini
mengangkat tema di atas dan membahas tentang permasalahan
bernavigasi yang baik terutama ketika cuaca buruk yang dapat
mengganggu amannya suatu pelayaran dan suksesnya operasional kapal
maka dipilihlah judul, yaitu Evaluasi Kemampuan Bernavigasi Perwira di
Km. Armada Papua saat Menghadapi Cuaca Buruk. Hal ini bertujuan
untuk dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan kapal di laut khususnya
pada saat keadaan cuaca yang kurang baik, serta dapat meningkatkan
kemampuan Perwira kapal dalam melaksanakan prosedur ketika
bernavigasi dalam keadaan cuaca buruk.

Keamanan pelayaran sangat penting bagi ekonomi global, karena


lebih dari 90% perdagangan dunia dilakukan dengan kapal. Terlepas dari
manfaat transportasi laut, operasi pelayaran maritim dihadapkan pada
berbagai risiko yang menimbulkan ancaman signifikan terhadap kapal,
awak kapal, kargo, dan lingkungan. Organisasi Maritim Internasional
(IMO) memainkan peran penting dalam memastikan keselamatan dan
keamanan pelayaran internasional. Melalui berbagai peraturan,
perjanjian, dan konvensi internasional, IMO berupaya meminimalkan
kecelakaan pelayaran, mencegah pencemaran laut, dan meningkatkan
keamanan maritim. Esai ini akan mengkaji keselamatan pengiriman,
dengan fokus khusus pada peran IMO dalam mempromosikan praktik
pengiriman yang aman dan terjamin.

2. Landasan Teori

1. Keselamatan Pelayaran

Menurut Aulia Windyandari (2011) Indonesia merupakan Kepulauan


Maritim yang memiliki keunikan tersendiri dalam sistem transportasi
laut, namun demikian dalam aspek teknik dan dan ekonomi perlu dikaji
lebih mendalam, karena umur armada kapal saat ini banyak yang sudah
tua, sehungga dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan yang tidak
terduga, dan dapat mempengaruhi keselamatan kapal. Kondisi kapal
harus memenuhi persyaratan material, konstruksi bangunan, permesinan,
dan pelistrikan, stabilitas, tata susunan serta perlengkapan radio /
elektronika kapal dan dibuktikan dengan sertifikat, tentunya hal ini
setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian.
Wiji Santoso, dkk (2013) menyebutkan bahwa keselamatan pelayaran
adalah segala hal yang ada dan dapat dikembangkan dalam kaitannya
dengan tindakan pencegahan kecelakaan pada saat melaksanakan kerja di
bidang pelayaran. Dalam UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran,
Pasal 1 butir 33 menyatakan bahwa keselamatan dan keamanan pelayaran
adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan
keamanan yang menyangkut angkutan di perairan, kepelabuhan, dan
lingkungan maritim. Pasal 1 butir 33 menyatakan bahwa kelaiklautan
kapal adalah keadaan kapal memenuhi persyaratan keselamatan kapal,
pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis muat,
pemuatan, kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang, status
hukum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari
kapal, dan manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan
tertentu.

Untuk menjamin keselamatan pelayaran sebagai penunjang


kelancaran lalu lintas kapal di laut, diperlukan adanya awak kapal yang
berkeahlian, berkemampuan dan terampil, dengan demikian setiap kapal
yang akan berlayar harus diawaki dengan awak kapal yang cukup dan
sesuai untuk melakukan tugasnya di atas kapal berdasarkan jabatannya
dengan mempertimbangkan besaran kapal, tata susunan kapal dan daerah
pelayaran. UU No. 17 Tahun 2008
tentang Pelayaran, Pasal 1 butir 40 awak kapal adalah orang yang bekerja
atau diperlukan di atas kapal oleh pemilik atau operator kapal untuk
melakukan tugas di atas kapal sesuai dengan jabatannya.

a. Revitalisasi Keselamatan Pelayaran

Meningkatkan keselamatan pelayaran dalam melakukan


transportasi di laut dan pendapatan masyarakat melalui pengembangan
Keselamatan Pelayaran meningkatkan daya saing melalui pengingkatan
produktifitas dan pengembangan industri hilir berbasis Keselamatan.
Meningkatkan penguasaan ekonomi nasional dengan mengikutsertakan
masyarakat dan pengusaha lokal;
Mendukung pengembangan wilayah;
Mengoptimalkan pengelolaan transportasi laut dalam menciptakan
Keselamatan Pelayaran secara berkelanjutan;
Meningkatkan kembali dan memfungsikan Sarana dan Prasarana
Navigasi
Pelayaran sesuai dengan fungsi dan karakter dari peralatan yang ada,
dalam
upaya peningkatan Keselamatan Pelayaran.

b. Peningkatan Faktor Keselamatan Kapal

Keselamatan kapal dipengaruhi oleh perlengkapan kapal, fungsi


kapal, beban muatan dan kecakapan pengemudi kapal. Agar keselamatan
penumpang dan awak kapal tetap terjaga, maka perlengkapan kapal harus
disesuaikan dengan standard keselamatan. Penggunaan kapal sesuai
fungsi utamanya, beban muatan tidak melebihi batas muatan yang
disyaratkan, pengemudi kapal benar-benar cakap melayarkan kapal dan
menguasai jalur pelayaran yang dilaluinya.
Pengawasan standar keselamatan kapal seyogianya dilakukan dengan
ketat pada saat pengajuan surat ijin pelayaran atau rekomendasi trayek,
selain itu juga perlu dilakukan razia secara temporari atau pemeriksaan
kelengkapan kapal secara erkala, termasuk penanganan pelanggaran
batas muatan kapal, terutama untuk kapal speedboat yang selama ini
mengangkut penumpang hingga di atas kap atap kapal. Pembekalan
pengetahuan pelayaran pada pengemudi kapal sangat diperlukan,
terutama yang berkaitan dengan penguasaan kapal yang dikemudikan,
serta jalur trayek yang dilaluinya. Hal ini dapat dilakukan dengan melalui
pendekatan kelembagaan seperti pendirian asosiasi, baik pemilik maupun
pengemudi dan awak kapal yang berkaitan langsung dengan pola dan
cara hidup pelaku angkutan sungai yang sebagian besar berbasis
tradisional. Sehingga setiap langkah sosialisasi yang dilakukan akan
menuju pada arah yang tepat dan dapat diterima semua pihak (Aulia
Windyandari, 2011).

c. Sistem Manajemen Perusahaan Pelayaran

HM. Thamrin. AR (2015) menyebutkan bahwa tugas wewenang


dan tanggung jawab perusahaan pelayaran yang diatur dalam ISM code
mempunyai cukupan luas, antara lain :
1. Kebijakan keselamatan dan perlindungan lingkungan.
2. Wewenang dan tanggung jawab perusahaan.
3. Wewenang dan tanggung jawab nahkoda.
4. Sumber daya dan personal.
5. Kesiapan menghadapi keadaan darurat.
6. Perawatan kapal dan peralatannya.
7. Dokumentasi, sertifikasi, vertifikasi dan pengawasan.

Tujuan sistem ISM code (International Safety Management code)


dalam keselamatan operasional kapal dan pencegahan kecelakaan kapal
untuk :
Memastikan keselamatan di laut;
Mencegah kecelakaan manusia/hilangnya nyawa/jiwa;
Menghindari kerusakan-kerusakan lingkungan yang di akibatkan
kecelakaan
dan pencemaran di laut;
Menjaga muatan barang yang di angkut dan konstruksi kapal.

Kesyahbandaran

Kata Syahbandar menurut etimologisnya terdiri dari kata Syah dan


Bandar. Syah berarti penguasa dan kata Bandar berarti : Pelabuhan dan
sungai yang digunakan sebagai tempat kepil atau tempat labuh, tempat
kepil pada jembatan punggah dan jembatan – jembatan muat, dermaga
dan cerocok dan tempat kepil lain yang lazim digunakan oleh kapal –
kapal, juga daerah laut yang dimaksudkan
sebagai tempat kepil kapal – kapal yang karena saratnya atau sebab lain,
tidak dapat masuk dalam batas – batas tempat kepil yang lazim
digunakan .
Berdasarkan pengertian di atas terlihat beberapa unsur yang
berhubungan langsung satu sama lainnya yaitu adanya penguasa
laut,sungai, dermaga, dan kapal. Atau dengan kata lain ada unsur
manusia (pengusaha/pemerintah) dan unsur sarana dan prasarana yaitu
laut dan sungai, dermaga dan kapal. Sarana dan prasarana harus diatur
dan di tata sedemikian rupa sehingga dapat menunjang kelancaran
lalulintas angkutan laut
a. Tugas, Fungsi dan Kewenangan Syahbandar
Syahbandar sebagai pejabat tertinggi dalam kepelabuhan tentunya
memiliki kewenanggan yang besar diberikan oleh aturan hukum
Indonesia, oleh UU Nomor 17 Tahun 2008 maka Syahbandar memiliki
tugas sebagai berikut :
Mengawasi kelaiklautan kapal, keselamatan, keamanan dan ketertiban
pelabuhan.
Mengawasi tertib lalu lintas kapal diperairan pelabuhan dan alur – alur
pelayaran.
Mengawasi kegiatan alih muat diperairan pelabuhan.
Mengawasi pemanduan, mengawasi kegiatan penundaan kapal.
Mengawasi kegiatan bawah air dan salvage.
Mengawasi bongkar muat barang berbahaya.
Mengawasi pengisian bahan bakar.
Mengawasi pengerukan dan rekalmasi.
Mengawasi kegiatan pembangunan fasilitas pelabuhan.
Dalam melakukan tugas yang dipercayakan sebagai pemimpin tertinggi
dipelabuhan maka syahbadar memiliki fungsi, yaitu :
1. Melaksanakan fungsi keselamatan dan keamanan dalam pelayaran
yang
mencakup, pelaksanaan, pengawasan, dan penegakkan hukum dibidang
angkutan perairan.
Syahbandar membantu tugas pencarian dan penyelamatan dipelabuhan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Syanbandar diangkat oleh menteri setelah memenuhi persyaratan
kompetensi dibidang keselamatan dan keamanan serta kesyahbandaran.
Dalam melaksanakan fungsi dan tugas diatas maka syahbandar memiliki
kewenangan sebagai berikut :
Mengkoordinasi seluruh kegiatan pemerintahan dipelabuhan.
Memeriksa dan menyimpan surat, dokumen, dan warta kapal.
Menerbitkan persetujuan kegiatan kapal dipelabuhan melakukan
pemeriksaan
kapal.
Menerbitkan surat persetujuan berlayar
Melakukan pemeriksaan kecelakaan kapal.
Melaksanakan sijil awak kapal.
Peran syahbandar dalam bidang pengawasan adalah sangat penting hal
ini
dapat dilihat dalam undang undang pelayaran Indonesia mengenai
keselamatan kapal ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari
syahbandar dalam pengawasannya yaitu:
Material kapal.
Konstruksi kapal.
Bangunan kapal.
Permesinan dan perlistrikan kapal.
Stabilitas kapal.
Tata susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong
dan
radio.
Elektornika kapal.

3. Undang – Undang Keselamatan Kapal

Demikian juga dalam rangka mengatur sarana dan prasarana di Bidang


Keselamatan Pelayaran, maka ada beberapa perangkat peraturan yang
mengatur tentang keselamatan kapal antara lain:
a. Nasional
1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. 2.
Scheepen Ordonansi 1953 (SO. 1935) .
3. Scheepen Verordening 1935 (SV. 1935). b. Internasional
(Safety of life at Sea) 1974 diperbaiki dengan Amandemen 1978 berlaku
bagi semua kapal yang melakukan pelayaran antara pelabuhan-pelabuhan
di dunia. Ordonansi dan peraturan tersebut mengatur antara lain:
Instansi yang melakukan pengawasan terhadap laik laut suatu kapal.
Mengatur persyaratan konstruksi bangunan kapal.
Mengatur persyaratan kelengkapan kapal.
Mengatur persyaratan alat-alat radio komunikasi kapal.
Mengatur persyaratan daerah pelayaran suatu kapal .
Mengatur persyaratan navigasi kapal.
Mengatur tatacara pemuatan di kapal.
Mengatur persyaratan stabilitas kapal.
Mengatur persyaratan permesinan dan kelistrikan.
Mengatur tentang muatan berbahaya.
Mengatur persyaratan kapal nuklir.
Mengatur persyaratan untuk Nahkoda, perwira deck, dan mesin kapal
serta
awak kapal.
Mengatur bentuk sertifikat keselamatan pelayaran.
b. Indikator Syahbandar
Menurut Randy Y.C. Aguw : 2013 indikator syahbandar yaitu : 1.
Mengawasi kelaiklautan kapal.
2. Melaksanakan sijil awak kapal.
3. Menerbitkan surat persetujuan berlayar.
3. Sistem Komunikasi
Menurut Aulia Windyandari (2011) sistem komunikasi adalah yang
menolong kapal untuk mengatasi kesulitan dalam komunikasi, dalam hal
tukar- menukar ID, posisi, kecepatan dan data vital lainnya dengan kapal
terdekat atau stasiun pelabuhan melalui sistem tran-ponder standart.
Pertukaran data oleh AIS terjadi secara automatic dan sampai dengan
jelas ke tujuan. AIS akan membantu dengan jangkauan yang luas dalam
menjamin keselamatan pelayaran.
Teknologi terbaru sistem komunikasi kapal di laut dinamakan
(Automatic Identification System) (AIS). Sistem ini menolong kapal
untuk mengatasi kesulitan dalam komunikasi, dalam hal tukar-menukar
ID, posisi, kecepatan dan data vital lainnya dengan kapal terdekat atau
stasiun pelabuhan melalui sistem tran- ponder standart. Pertukaran data
oleh AIS terjadi secara automatic dan sampai dengan jelas ke tujuan. AIS
akan membantu dengan jangkauan yang luas dalam menjamin
keselamatan pelayaran (Aulia Windyandari, 2011).
Konsep dari AIS ini ditemukan oleh seorang Swedis bernama Hakan
Lans yang ditemukan pertengahan tahun 1980 dengan teknik jeniusnya
yang spontan, diuumumkan sebagai alat komunikasi yang menggunakan
transmitter dalam jumlah banyak untuk mengirimkan data dengan cepat
melebihi channel radio melalui sinkronisasi data tranmisi sesuai waktu
standart yang telah ditentukan. AIS dirancang dalam operasi meliputi:
a. Informasi dari kapal ke kapal untuk menghindari tabrakan.
b. Informasi tentang kapal dan muatan ketika memasuki daerah pantai.
c. Alat pengatur lalu lintas yang diintegrasikan dengan Vessel Traffic
System (VTS).
AIS mempunyai peranan yang paling penting, dalam tukar-menukar
laporan data kapal. Pada proses ini kapal mentrasfer data perlengkapan
AIS kapal lain meggunakan gelombang VHF. Keunikannya, proses ini
berlangsung independen antar kapal tanpa menggunakan stasiun
transmisi. Adapun informasi yang disampaikan oleh AIS ini adalah :
Data statistik : nomor IMO, tipe kapal, panjang kapal, lokasi dari posisi
antena di kapal.
Data (dynamic) : posisi kapal sesuai indikasi yang akurat, waktu pada
UTC, (speed overground), status navigasi, laju gerakan kapal.
Data pelayaran yang terkait : tinggi sarat kapal, (type cargo hazard),
ETA. Sistem komunikasi di Kapal tidak hanya mempergunakan kode-
kode
internasional saja seperti kode morse, kode bendera (Sympahore) dan
lampu- lampu navigasi yang hanya dipergunakan pada saat tertentu saja.
Saat ini , komunikasi di Kapal, antar kapal, maupun antara kapal dengan
stasiun pemancar
di darat mempergunakan radio.
Radio komunikasi yang dipergunakan di Kapal tidak berbeda dengan di
daratan. Sinyal yang dipancarkan oleh transmitter, kemudian dipantulkan
oleh salah satu lapisan atmosfir bumi yang memantulkannya ke pesawat
penerima / receiver. Dalam era modern ini, peranan dari atmosfir dapat
digantikan oleh satelit komunikasi yang menangkap sinyal yang
dipancarkan oleh transmitter untuk kemudian dipancarkan ulang kembali
menuju ke pesawat penerima. Penggunaan satelit ini sangat efisien,
karena satelit tidak dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang tidak menentu.
Untuk memudahkan pemakaian jasa satelit dalam komunikasi pelayaran,
dibuat penyeragaman kode-kode pada keadaan bahaya dan yang penting
berhubungan dengan keselamatan pada saat berlayar (Safety Of Life at
Sea / SOLAS Code) dengan menggunakan (International Maritime
Satelite Organization) (INMAR-SAT).
Adapun beberapa macam komunikasi mempergunakan radio, sebagai
berikut :
Komunikasi Pasif : Dimana pesawat radio yang digunakan hanya terdiri
dari pesawat penerima/ receiver saja. Hal ini mengakibatkan radio hanya
dapat difungsikan untuk mendengarkan laporan cuaca dari stasiun
pemancar di
sekitar kawasan itu.
Komunikasi Aktif : Dimana pesawat radio yang digunakan selain
dilengkapi
dengan receiver, juga dilengkapi dengan transmitter. Hal ini
memungkinkan untuk berkomunikasi dua arah dengan stasiun pemancar
maupun dalam berkomunikasi antar kapal serta mengirimkan keadaan
bahaya (S.O.S).
Adapun peralatan komunikasi yang biasa dipergunakan di Kapal yaitu: a.
Wireless Telegraph
Sistem ini merupakan sistem yang pertama kali dipergunakan delam
sistem radio komunikasi di lautan. Dengan menggunakan HF dan MF
band, sistem ini perlu didukung oleh stasiun-stasiun di kawasan pantai.
Hal ini mengakibatkan penyampaian informasi dengan menggunakan
media ini kurang begitu diminati, karena kalah cepat dengan
penyampaian informasi via satelit yang berkembang sangat pesat akhir-
akhir ini.
b. Radio telephone
Peralatan ini menggunakan frekuensi VHF, HF, MF dan satelit-
band. Radio VHF memiliki jangkauan yang terbatas tetapi relative bersih
dari kehilangan suara maupun gangguan suara lainnya. Sedangkan untuk
mengatasi keterbatasan jangkauan dapat diantisipasi dengan mengakses
ke jaringan telefon internasional maupun via satelit. Sedangkan Radio
HF dan MF dipergunakan untuk komunikasi dengan jarak yang lebih
jauh.
c. Telex
Peralatan ini menggunakan frekuensi HF, MF dan satelit-band. Pesan
yang akan dikirim dituliskan dalam suatu terminal untuk kemudian
dikirimkan dengan gelombang berfrekuensi HF, MF maupun satelit-band
sebagai gelombang pembawa untuk kemudian dipancarkan via satelit
menuju ke penerima dan akan tertulis seperti aslinya secara otomatis.
Penyampaian informasi dengan menggunakan peralatan ini hampir
melebihi penyampaian info lewat radio.
4. Pemanduan
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. 24 KM Tahun 2002
tentang Penyelenggaraan Pemanduan, Bab I pasal 1 ayat 1, “Pemanduan
adalah kegiatan dalam membantu Nahkoda kapal, agar navigasi dapat
dilaksanakan dengan selamat, tertib dan lancar dengan memberikan
informasi tentang keadaan perairan setempat yang penting demi
keselamatan kapal dan lingkungan.
Haryono, dkk (2012) menyebutkan bahwa di dalam melaksanakan jasa
pandu, semua kegiatannya diatur di dalam peraturan yang telah
ditetapkan oleh Menteri Perhubungan. Semua itu diharapkan agar
kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar. Peraturan yang berkaitan
dengan jasa pandu adalah Keputusan Menteri Perhubungan No. 24 Tahun
2002 tentang penyelenggaraan pemanduan, antara lain Penyelenggaraan
Pemanduan, pasal 7 ayat 1 “Setiap kapal yang berukuran tonnase kotor
GT 500 atau lebih yang berlayar di perairan wajib pandu, wajib
menggunakan pelayanan jasa pemanduan”. Pasal 9 ayat 1, Penyelenggara
pemanduan dalam menyelanggarakan pemanduan wajib :
Menyediakan petugas pandu yang memenuhi persyaratan.
Menyediakan sarana bantu dan prasarana pemanduan yang memenuhi
persyaratan.
Memberikan pelayanan pemanduan secara wajar dan tepat.
Melaporkan apabila terjadi hambatan dalam pelaksanaan pemanduan
kepada
pengawasan pemanduan.
Melaporkan kegiatan pemanduan setiap 3 (tiga) bulan kepada Direktur
Jendral.
a. Sistem dan Prosedur Pemanduan Kapal
Pengertian pemanduan kapal menurut Diktat PT. Pelabuhan Indonesia III
(Persero) Cabang Tanjung Perak adalah : “Pemanduan kapal adalah
kegiatan pandu dalam membantu Nahkoda kapal, agar navigasi dapat
dilaksanakan dengan selamat, tertib dan lancar dengan memberikan
informasi tentang keadaan perairan setempat yang penting demi
keselamatan kapal, penumpang dan muatannya sewaktu memasuki alur
pelayaran menuju dermaga”.
1. Perencanaan Pemanduan
Kepala Sub Dinas Perencanaan Pemanduan bertugas:
a. Menerima PPKB (Permintan Pelayanan Kapal dan Barang) dari agen
pelayaran yang telah ditetapkan oleh petugas PPSA (Pusat Pelayanan
Satu Atap) dan telah ada bukti pengesahan pembayaran dari petugas
Uper/Non uper;
Mengevaluasi dan mengoreksi kebenaran data-data kapal dan bukti
pembayaran yang telah disyahkan;
Merencanakan dan menetapkan jam pelayanan pemanduan;
Menandatangani PPKB yang telah ditetapkan kepada agen pelayaran.
Kepala Satuan Pelaksana Perencanaan Pelayanan Pemanduan bertugas:
Menerima PPKB dan menuliskannya ke dalam Daftar Rencana Harian
Gerakan Kapal dan pelaksanaannya.
Menginformasikan ke kapal sehubung dengan rencana pelayanan
pemanduan melalui Menara Pengawas Kepanduan.
Kepala Satuan Pelaksana Pelayanan Telepon dan Radio bertugas :
Menerima informasi rencana pelayanan pemanduan untuk diteruskan
kepada kapal yang akan dilayani, jika kapal yang dilayani siap. Kepala
Dinas Pemanduan bertugas:
Membuat Surat Perintah Kerja (SPK) pandu bandar dan
menandatanganinya
kemudian diserahkan kepada pandu yang bersangkutan, untuk
selanjutnya diteruskan kepada kepala sub dinas operasi sarana
pemanduan untuk penyiapan sarana yang dibutuhkan, jika kapal yang
akan dilayni tidak siap.
Pelaksanaan pelayanan pemanduan dibatalkan dan apabila ada kapal
telah siap pihak pelayaran membuat PPKB baru.
Kepala Sub Dinas Operasi Sarana Pemanduan bertugas :
Menerima SPK dari pandu kemudian menentukan sarana bantu
pemanduan, sarana bantu berupa : kapal tunda, motor pandu, motor kepil,
mobil angkutan pandu. Sesuai dengan keperluan kapal dan Peraturan
Pemerintah (SK. Menteri Nomor 66 Tahun 1994).
2. Pelaksanaan Pemanduan
Pandu melaksanakan tugas sesuai nomor urut jaga dan SPK yang telah
diterima;
Sarana bantu pemanduan disiapkan, pandu menuju ke kapal untuk
melaksanakan pelayanan pemanduan;
Sarana bantu pemanduan melaksanakan tugasnya;
Setelah pelayanan pemanduan selesai dilaksanakan, pandu
menyelesaikan
administrasi pemanduan;
Administrasi pemanduan selesai, pandu dan saran bantu kembali ke
pangkalan divisi kepanduan untuk stand-by tugas berikutnya.
b. Pemanduan
Untuk kepentingan keselamatan, keamanan berlayar, perlindungan
lingkungan maritim, serta kelancaran berlalu lintas di perairan, pelabuhan
dan terminal khusus serta perairan tertentu dapat ditetapkan sebagai
perairan pandu (Peraturan Menteri Nomor PM 53 Tahun 2011). Adapun
perairan pandu antara lain :
1. Perairan Wajib Pandu
Adalah perairan yang ditentukan pemerintah Dirjenla dimana kapal-kapal
dengan ukuran tertentu tertentu (sekarang ditentukan ukur 150 GRT ke
atas) yang akan keluar masuk ataupun mengadakan gerakan tersendiri.
Jika masih dalam perairan pandu tersebut maka harus menggunakan jasa
pandu. Perairan wajib pandu diklasifikasikan dalam :
a. Perairan Wajib Pandu Kelas I;
b. Perairan Wajib Pandu Kelas II;
c. Perairan Wajib Pandu Kelas III.
2. Perairan Pandu Luar Biasa
Adalah perairan yang ditentukan oleh pemerintah Direktur Jendral
Perhubungan Laut bahwa di perairan tersebut boleh menggunakan pandu
atau tidak. Biasanya perairan tersebut nantinya akan dijadikan perairan
wajib pandu.
Haryono, dkk (2012) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan pelayanan
pandu di pelabuhan yang memiliki alur pelayaran pada umumnya dibagi
dua, yaitu pandu bandar yang memandu kapal-kapal di kolam pelabuhan
dan pandu laut yang memandu kapal-kapal dari kolam pelabuhan ke
batas luar perairan wajib pandu, atau sebaliknya.
Tugas lain dari pandu adalah membantu syahbandar dalam tugas-tugas
keselamatan pelayaran dan juga mengawasi serta mengamati alur
pelayaran, baik dari pendangkalan maupun pencemaran perairan. Di
negara kita pandu adalah pegawai PT. (Persero) Pelabuhan dan negara
lain pandu bisa sari perusahaan swasta (pandu swasta).
Tarif pemanduan didasarkan pada besarnya kapal yang dipandu (GRT,
Gross Register Ton), jauh dekatnya jarak pemanduan atau lama waktu
pemanduan dan faktor sulit tidaknya alur pelayaran. Super interden
Pandu saat ini dijabat oleh Administrator Pelabuhan. Atas saran pandu
dapat memberikan dispensasi bebas tanpa pandu kepada kapal-kapal
yang melayani atau mengadakan olah gerak tersendiri di perairan wajib
pandu dengan ketentuan pada saat ini tidak ada pandu, nahkoda sudah
sering kali keluar masuk perairan wajib pandu dimaksud. Pemberian
dispensasi hanya untuk satu kali pelayaran baik keluar ataupun masuk.
Saat ini kapal-kapal yang dibebaskan dari tarif jasa pemanduan sebagai
berikut :
Kapal rumah sakit dalam keadaan perang;
Kapal perang Republik Indonesia dan kapal negara Republik Indonesia
untuk
tugas pemerintah/negara;
Kapal yang masuk ke pelabuhan untuk meminta pertolongan
kemanusiaan;
Kapal penyeberangan (Ferry) yang secara tetap dan teratur berlayar
kurang dari
24 jam di perairan wajib pandu.
Untuk dapat mendapatkan tugas pemanduan dengan baik diperlukan
sarana penunjang yaitu motor pandu yaitu kapal untuk menjemput atau
mengantar pandu di tengah laut, kapal tunda yaitu untuk membantu
menyandarkan kapal, maupun untuk mengawal pada alur pelayaran
sempit, dan regu kepil (regu kepil darat dan regu kepil laut) untuk
membantu mengikat/ melepas tali kapal. Untuk
mengukur tungkat keberhasilan pelayanan pandu atau kinerja operasional
pandu, ada dua macam waktu tunggu (waiting time) dan waktu olah
gerak kapal approach time. Waktu tunggu pelayanan pandu, dihitung
sejak permintaan pandu sampai dengan pandu naik kapal. Sedang
approach time adalah jumlah jam yang digunakan pelayanan pemanduan,
sejak kapal bergerak dari lego jangkar sampai ikat tali di tambatan atau
sebaliknya.

4. Penelitian Terdahulu
Tabel 1
Analisis ini
menggunakan Metode
Analisis Deskriptif
dan Kualitatif.
Hasil
KEBUTUHAN menyatakan
Kepatuhan
NAKHODA Penggunaan
Nakhoda dalam
MELAKUAKAN dalam pemeriksaan
pemeriksaan alat
PEMERIKSAAN BOAT boat adalah sebagai
keselamatan
Rinto BERDASARKAN panduan bagi para
Boat
B. CHECKLIST HARIAN nahkoda
berdasarkan
(2012) UNTUK agar tidak ada bagian-
Checklist harian
KESELAMATAN bagian peralatan
kapal terhadap
PELAYARAN DI keselamatan dan
keselamatan
PERUSAHAAN mesin boat yang
pelayaran.
PELAYARAN terlewatkan pada saat
inspeksi harian
sebelum memulai
pelayaran. Hasil
penelitian
menggambarkan
sebagian besar
kepatuhan nahkoda
dalam
penelitian bahwa
checklist

memeriksa boat
berdasarkan checklist
masih
rendah dimana para
responden melakukan
pencontrengan checklist
tanpa memeriksa
peralatan keselamatan dan
kondisi mesin boat
mengikuti poin-poin di
dalam checklist.
Perkembangan sistem
komunikasi untuk kapal di
Indonesia perlu dilakukan
peningkatan mengingat
semakin meningkatnya
Variabel :
Tantangan angka kecelakaan kapal di
Keselamatan
Sistem laut maupun di pelabuhan.
Pelayaran
Komunikasi Adanya automatis sistem
Indikator :
Aulia Laut di komunikasi harus
1. keamanan
Windyand Indonesia ditetapkan dengan
alur pelayaran.
ri, 2011 sebagai Faktor peraturan IMO maupun
2.Kelancaran
Pendukung SOLAS yang berlaku
lalu lintas kapal
Keselamatan internasional. Salah satu
3.Keamanan
Pelayaran. penemuan sistem
perairan
komunikasi di kapal adalah
AIS (Automatic
Identification System) yang
telah distandarisasi IMO
dapat diaplikasikan
pada kapal-kapal
Indonesia. Penelitian
lebih lanjut mengenai
sistem Komunikasi
kapal untuk menunjang
keselamatan dalam
pelayaran.
Berdasarkan uraian-
uraian sebelumnya
perihal pembahasan
permasalahan yang
diambil dari penelitian
langsung dan temuan
penelitian kemudian
Variabel : dianalisa sehingga
Sistem Pemanduan berhasil dipetik
Operasional Indikator : kesimpulan-kesimpulan
Pelayanan a.membantu sebagai berikut :
Pemanduan kelancaran kapal 1.Pandu dan nahkoda
terhadap keluar masuk alur serta pengguna jasa
Haryono,
Keselamatan pelayaran. sudah memahami
dkk,
Kapal di PT. b.Informasi peraturan setempat
2012
Pelabuhan keselamatan alur yang berlaku.
Indonesia III pelayaran 2.Kurangnya zona
(Persero) Cabang c.Mengambil labuh di kolam
Tanjung Perak tindakan demi pelabuhan Surabaya
Surabaya keselamatan 3.Kurangnya personil
berlayar. pandu dan sarana bantu
tunda sehingga
mengakibatkan
kelelahan (fatique)
4.Tidak ada pelabuhan
tambahan dalam
perkembangan masa
kini.

Riva’atula Penggunaan Alat Variabel : Berdasarkan


h Adaniah dan Perangkat Stasiun Radio penelitian
Wahab, Telekomunikasi Pantai Indikator
disimpulkan
2014 dalam Sistem : operasionalisasi
Navigasi Penyiaran berita
navigasi dan
Komunikasi cuaca komunikasi aktivitas
Aktivitas Perikanan pelayaranperikanan di Pelabuhan
di Pelabuhan Komunikasi
Perikanan Bitung
Perikanan Bitung koordinasi
masih kurang optimal.
dan pencarian dan
Sistem berjalan secara
pertolongan
parsial atau tidak
Penyebaran
terintegrasi dan tidak
informasimemadainya alat atau
keamanan dan
perangkat yang
keselamatan
dimiliki di masing-
pelayaranmasing pihak
mengakibatkan
terjadinya keterbatasan
dan perolehan
informasi yang saling
tumpang tindih.
Kondisi
hasil dapat bahwa
sistem
Metode Kepustakaan
(library research)
Variabel:
“TANGGUNG 1.Tanggung jawab
Syahbandar
JAWAB syahbandar sangatlah
Indikator:
SYAHBANDA penting karena
Rendy a.Aspek
RDALAM keamanan dan
Y.C. pengawasan
KESELAMATA keselamatan pelayaran
Aguw kelaik
NPELAYARAN adalah sudah menjadi
Tahun kapal.
DITINJAU DARI tugasnya. Tindakan –
(2013) b.Melaksanakan
UU PELAYARAN tindakan yang
sijil awak kapal
NO. 17 TAH N dilakukannya adalah /
dan
2008 TENTANG agar untuk
lautan
meningkatkan
pengawasan keamanan
dan keselamatan terhadap hal – hal
yang
berhubungan
pelayaran
2.Tugas pegawasan yang dilakukan
seorang syahbandar dalam rangka
pengaturan sarana dan prasarana
pelaksanaan operasional transportasi
c.Menerbitkan
PELAYARAN laut sangatlah penting. Seorang
surat persetujuan
”. syahbandar dalam tugasnya juga harus
berlayar
memastikan kesadaran pemakai jasa
transportasi laut seperti perusahaan,
pemilik kapal, awak kapal, untuk
mentaati hukum dan ketentuan
perundang – undangan yang berlaku
dibidang keselamatan pelayaran yang
pada umumnya masih rendah.
dengan

Pada umumnya penelitian terdahulu menggunakan beberapa


variabel yang berbeda, namun terdapat hubungan antara penelitian
terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dengan
bukti Variabel (Y) yaitu tentang Keselamatan Pelayaran. Disetiap
penelitian masing-masing penelitian terdahulu peneliti mengambil satu
variabel dan dikembangkan pada penelitian ini dengan tempat dan
sasaran responden yang berbeda. Berharap dengan pengembangan
penelitian ini terdapat perbedaan hasil dimana beberapa variabel yang
digunakan
dapat saling mempengaruhi dan menghasilkan kesimpulan yang baik dan
bermanfaat.

5.Hipotesis

Menurut Husein Umar (2003) hipotesis berfungsi sebagai


pegangan sementara atau jawaban sementara, yang menghendaki
pembuktian baik dalam kenyataan (emperical verification), percobaan
(experimentation), maupun praktik (implementation).
Sugiyono (2007) mengatakan dalam statistic, hipotesis dapat
diartikan sebagai pernyataan statistic tentang parameter popolasi.
Statistic adalah ukuran- ukuran yang dikenakan pada sampel, sedangkan
parameter adalah ukuran-ukuran yang dikenakan pada populasi. Jadi
hipotesis merupakan taksiran terhadap parameter populasi, melalui data-
data sampel.
Didalam usulan penelitian ini penulis menarik beberapa anggapan
sementara antara lain :
1. Diduga Syahbandar berpengaruh positif terhadap keselamatan
pelayaran
2. Diduga sistem komunikasi berpengaruh positif terhadap keselamatan
pelayaran.
3. Diduga pemanduan berpengaruh positif terhadap keselamatan
pelayaran.

Keselamatan jiwa di laut sangatlah diutamakan dalam dunia


kemaritiman. Hal ini dapat terlihat dari begitu besar perhatian negara–
negara dunia maritim untuk secara bersama–sama mengadakan Konvensi
Internasional tentang Keselamatan Jiwa di Laut (Safety Of Life At Sea)
pada tahun 1974 yang kemudian dikenal sebagai SOLAS 1974, di
London–Inggris. Konvensi ini yang kemudian menghasilkan ketentuan
dan peraturan yang digunakan sebagai acuan bagi kapal–kapal atau
perusahaan pelayaran di dalam menjaga dan melindungi jiwa para pelaut
yang bekerja di kapal.
Dalam dunia usaha maritim semua perusahaan pelayaran selalu
mengharapkan agar setiap pegawainya yang bekerja di darat dan diatas
kapal dapat bekerja dengan baik, dan mengetahui resiko yang dapat
terjadi apabila bekerja tidak sesuai dengan aturan yang berlaku.Upaya
standartrisasi pun terus digalangkan sebaik mungkin baik dari
peningkatan sumber daya maupun dari segi kompetensinya.
Sistem menejemen keselamatan merupakan salah satu faktor mutlak yang
harus dipenuhi, setiap pekerja diharapkan dapat bekerja dengan safety
dan dapat menyelesaikan tugasnya dengan hasil yang optimal pula.
Dengan sikap yang hati-hati dan tidak ceroboh dalam bertindak akan
membuat pihak lain tidak mengalami kekhawatiran.Banyak crew kapal
yang bekerja hanya sekedar memenuhi kewajiban sesuai tanggung
jawabnya, tanpa
memiliki kepedulian terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan
sekitanya.Ada yang mementingkan diri sendiri tanpa memperhatikan
keselamatan jiwa dan lingkungan sekitarnya.Bahkan, dikapal taruna
waktu melaksanakan praktek laut ada crew kapal yang sengaja
mengabaikan peringatan dan prosedur yang telah ditetapkan dan itu dapat
berakibat sangat fatal bagi crew itu sendiri maupun crew yang lainnya.
Tidak jarang suatu pekerjaan baik didarat maupun dikapal serta apapun
bentuknya, karena kurang memperhatikan keselamatan sehingga
menimbulkan korban.Akhirnya kemajuan yang dicapai menjadi kurang
berarti dan malah membahayakan kehidupan pekerjanya.Kecelakaan
selain menjadi hambatan- hambatan langsung, juga merupakan kerugian-
kerugian tidak langsung yakni kerusakan mesin dan peralatan kerja,
terhentinya pekerjaan dan proses produksi untuk beberapa saat,
kerusakan pada lingkungan kerja dan sebagainya.
Analisa kecelakaan memperlihatkan bahwa untuk setiap
kecelakaan ada faktor penyebabnya.Sebab-sebab tersebut bersumber
pada alat –alat mekanik dan lingkungan serta kepada manusianya sendiri.
Untuk mencegah kecelakaan, penyebab-penyebab ini harus dihilangkan.
Dari statistik diketahui bahwa 80 % dari semua kecelakaan dikapal
disebabakan oleh kesalahan manusia.Pada kenyataannya menunjukkan
bahwa 75-79 % dari kesalahan manusia tadi disebabkan oleh sistem
manajemen yang buruk.
Oleh karena itu pengaruh pemerintah serta organisasi-organisasi seperti
IMO,ILO ikut memeberikan tekanan terhadap perusahaan pelayaran
untuk lebih
memperhatikan segi keselamatan dari pada crewnya.Peraturan-peeraturan
yang terkait dengan keselamatan kerja di kapal antara lain:
Undang-undang no 1 tahun 1970, tentang keselamatan kerja.
SOLAS 1974, yaitu mengenai persyaratan keselamatan kapal.
STCW 1978 Amandemen . 1995, yaitu mengenai standar pelatihan bagi
para
pelaut.
Inernasioanl Safety Management Code, yaitu mengenai code manajemen
internasional untuk keselamatan pengoperasin kapal dan pencegahan
pencemaran.
Internasional Code of practice, yaitu mengenai petunjuk-petunjuk tentang
prosedur keselamatan kerja pada suatu peralatan, pengoperasian kapal
dan lain-lain.
Peraturan-peraturan ini secara global bertujuan untuk mencegah
dan atau
mengurangi kecelakaan dan akibatnya, serta menjamin keselamatan kerja
bagi semua crew di atas kapal.
Dalam pengoperasian kapal ditemukan banyak sekali pekerjaan-
pekerjaan baik yang ringan maupun berat yang beresiko terhadap
keselamatn crew. Dalam skripsi ini penulis mengamati aspek
keselamatan kerja crew di atas kapal MV.DK 01, dengan
mengungkapkan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya
kecelakaan pada crew sewaktu bekerja, dan akibat-akibat yang timbul
karena kecelakaan tersebut, serta upaya-upaya yang harus dilakukan
untuk meningkatkan keselamatan kerja bagi crew.
Masalah keselamatan dan kecelakaan pada umumnya sama tua
dengan kehidupan manusia.Demikian juga keselamatan kerja dimulai
sejak manusia bekerja.Manusia pada zaman dulu mengalami kecelakaan-
kecelakaan dan dari padanya, berkembang pengetahuan tentang
bagaimana kecelakaan agar tidak terulang.Keselamatan kerja merupakan
satu bagian dari keselamatan pada umumnya.Masyarakat harus dibina
mengenai keselamatan kearah yang lebih jauh.Proses pembinaan ini tidak
akan pernah ada habis-habisnya sepanjang kehidupan manusia. Dengan
tingkat keselamatan kerja yang tinggi akan memberikan ketenangan dan
kegairahan kerja yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan
produksi dan produktifitas serta memberikan iklim yang baik dalam
menimbulkan stabilitas sosial terutama di kalangan masyarakat
ketenagakerjaan.
Penulis mengamati bahwa sering terjadinya insiden atau
kecelakaan pada crew sewaktu bekerja diatas kapal baik di deck maupun
dikamar mesin, seperti tertimpa benda jatuh, terjepit oleh benda, terjatuh,
terkena arus listrik dan sebagainya yang disebabkan karena kurang
memperhatikan dan kurang mengutamakan prosedur keselamatan
lerja.Kecelakaan-kecelakaan tersebut dapat menyebabkan kerugian bagi
semua pihak mulai dari crew itu sendiri sampai pada tingkat
perusahaan.Kerugian itu berupa penderitaan dan kerugian yang bersifat
ekonomis, dalam bentuk luka/memar pada anggoata tubuh, cacat,
terhentinya pekerjaan untuk beberapa saat, dan kerusakan pada alat
kerja.Untuk itu setiap crew kapal harus dapat menerapkan prosedur
keselamatan pada saat bekerja, sesuai dengan SOP yang sudah
ditetaapkan oleh perusahaan.
Risiko Pengiriman Maritim Operasi pelayaran maritim dihadapkan
pada berbagai risiko, yang dapat mengakibatkan kecelakaan, korban jiwa
dan harta benda, kerusakan lingkungan, dan kerugian ekonomi. Beberapa
risiko yang dihadapi kapal antara lain: 1. Tabrakan: Ini terjadi ketika dua
atau lebih kapal bertabrakan, mengakibatkan kerusakan pada kapal,
cedera pada awak kapal, polusi, dan hilangnya nyawa dan muatan. 2.
Grounding: Saat kapal kandas, hal itu dapat menyebabkan kerusakan
pada lambung kapal, mesin, dan sistem lainnya, yang dapat membuatnya
tidak dapat dioperasikan. Grounding juga merupakan penyebab umum
tumpahan minyak, yang dapat membahayakan kehidupan laut dan
ekosistem. 3. Kebakaran dan Ledakan: Kebakaran dan ledakan di atas
kapal menimbulkan risiko yang signifikan bagi kapal dan awak kapal,
karena dapat menyebabkan kerusakan parah dan korban jiwa. 4.
Kegagalan Mesin: Kapal bergantung pada sistem mesin yang rumit untuk
beroperasi, dan kegagalan mesin dapat mengakibatkan waktu henti kapal,
kerugian ekonomi, dan risiko bagi awak kapal dan lingkungan. 5.
Pembajakan dan Perampokan Bersenjata: Tindakan perompakan dan
perampokan bersenjata terhadap kapal dapat mengakibatkan hilangnya
muatan, penculikan awak kapal, dan kerusakan kapal.

Peraturan IMO untuk Meningkatkan Keselamatan Pengiriman

International Maritime Organization (IMO) adalah badan khusus


Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bertanggung jawab untuk
mengatur pelayaran internasional melalui berbagai konvensi dan
peraturan. IMO memainkan peran penting dalam mempromosikan
praktik pelayaran yang aman dan terjamin dengan mengembangkan,
mengadopsi, dan menegakkan standar dan pedoman internasional untuk
kapal, awak kapal, dan perusahaan pelayaran. Beberapa peraturan IMO
yang berfokus pada peningkatan keselamatan pelayaran meliputi: 1.
Konvensi Internasional untuk Keselamatan Kehidupan di Laut (SOLAS):
Konvensi SOLAS adalah perjanjian internasional yang paling penting
untuk memastikan keselamatan kapal dagang. Konvensi SOLAS
menetapkan standar keselamatan minimum untuk kapal, termasuk
konstruksi, peralatan, pemeliharaan, dan pelatihan awak kapal. 2.
Konvensi Internasional tentang Standar Pelatihan, Sertifikasi, dan
Penjagaan untuk Pelaut (STCW): Konvensi STCW memberikan standar
minimum untuk pelatihan, sertifikasi, dan pengawasan untuk pelaut.
STCW bertujuan untuk memastikan bahwa pelaut terlatih, berkualitas,
dan kompeten untuk memenuhi persyaratan peran dan tanggung jawab
mereka di atas kapal. 3. Kode Barang Berbahaya Maritim Internasional
(IMDG): Kode IMDG memberikan pedoman untuk pengangkutan barang
berbahaya yang aman melalui laut. Kode IMDG menetapkan prosedur
untuk klasifikasi, pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan barang
berbahaya di atas kapal. 4. Code of Safe Practices for Ships Carrying
Timber Deck Cargoes: Code of Safe Practices for Ships Carrying Timber
Deck Cargoes memberikan pedoman untuk transportasi yang aman dari
muatan dek kayu di atas kapal. Kode tersebut bertujuan untuk
memastikan bahwa kapal yang membawa muatan geladak kayu
dirancang, diperlengkapi, dan dioperasikan dengan benar untuk
mencegah kecelakaan dan kerusakan muatan. 5. Konvensi Pencegahan
Pencemaran Laut dengan Membuang Limbah dan Bahan Lain
(MARPOL): Konvensi MARPOL bertujuan untuk mencegah
pencemaran laut dari kapal dengan mengendalikan pembuangan zat
berbahaya ke laut. MARPOL menetapkan peraturan untuk pengelolaan
limbah, sampah, minyak, dan zat berbahaya lainnya di atas kapal.

6. Kesimpulan

Keselamatan pelayaran sangat penting untuk ekonomi global dan


perlindungan lingkungan. Berbagai risiko yang terkait dengan operasi
pelayaran maritim menimbulkan ancaman signifikan yang memerlukan
peraturan, perjanjian, dan konvensi internasional untuk dimitigasi.
Organisasi Maritim Internasional (IMO) memainkan peran penting dalam
mempromosikan praktik pelayaran yang aman dan terjamin melalui
pengembangan, adopsi, dan penegakan berbagai konvensi dan peraturan.
Konvensi SOLAS, konvensi STCW, Kode IMDG, Kode Praktik
Keselamatan untuk Kapal yang Membawa Kargo Dek Kayu, dan
konvensi MARPOL adalah beberapa peraturan IMO penting yang
meningkatkan keselamatan pelayaran. Dengan upaya berkelanjutan untuk
menerapkan dan menegakkan peraturan ini, industri perkapalan dapat
terus menyediakan transportasi barang dan jasa yang efisien dan aman di
seluruh dunia.
7. Contoh Soal dan Jawaban

1. Peraturan dalam MARPOL 73/78 yang mengatur tentang


pencemaran oleh kotoran dari kapal di atur dalam...

a. Annex II

b. Annex III

c. Annex IV

d. Annex V

2. yang tidak termasuk faktor -faktor keselamatan pelayaran kapal


yaitu...

a. Alam

b. mekanis

c. material

d. Agama

4. Salah satu peraturan IMO penting dalam pelayaran kapal


adalah

a. konvensi STCW

b. permen no.13

c. ZEE

d. UU 76
5. Peran penting IMO dalam dunia perkapalan adalah...

a. Mengawasi harga jual ikan

b. Menegakkan standar dan hukum dan pelayaran

c. Menjadi algojo hukum laut

d. Penengah dalam hukum perairan


8. DAFTAR PUSTAKA

1. http://repository.stimart-amni.ac.id/336/2/BAB%20II.pdf

N SEPTIAN

2. http://repository.pip-
semarang.ac.id/700/2/12.%20BAB%201%20SHIDIQ.PDF

SS SHIDIQ

3. BAILEYS library of world

https://www.baileylibrary.org

Anda mungkin juga menyukai