ISSN-L 2338-3321
HM. Thamrin. AR
Akademi Maritim Djadajat
E-mail: thamrinaroba@yahoo.com
Abstrak: Faktor-faktor yang sangat dominan untuk keselamatan pada kapal dan pencegahan kecelakaan kapal adalah: (1) sumber daya
manusia, (2) konstruksi kapal itu sendiri serta (3) perawatan kapal yang rutinitas wajib dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang
berlaku. Salah satu kondisi juga turut mempercepat kecelakaan kapal-kapal di Indonesia adalah para pemilik atau owner tersebut hampir
semuanya membeli kapal bekas atau second hand, dimana risiko membeli kapal-kapal bekas tersebut akan menimbulkan hight coast atau biaya
tinggi karena perawatan kapal bekas biayanya dapat mencapai 50 % dari harga kapal baru. Tujuan penulisan adalah: (1) Ingin mengetahui upaya
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kapal laut, (2) Ingin mengetahui cara meningkatkan Sumber Daya Pelaut yang baik. Penelitian ini
menggunakan metode analisis deskriptif eksploratif. Hasil penelitian adalah: (1) Perbaiki manajemen yang terkait dengan etos kerja para aparat
yang bertugas, melakukan koordinasi dengan berbagai pihak seperti BMG, angkatan laut, polisi udara, bea cukai, dan pihak yang terkait lainya.
Segera dilakukan registrasi ulang dan audit nasional terhadap kapal-kapal Indonesia yang masih beroperasi, pemberian kredit lunak terhadap
pembelian kapal-kapal baru sehingga kapal-kapal tua yang sudah tidak laik melaut diganti dengan kapal-kapal yang lebih bagus dan dirancang
sesuai perkembangan standardisasi internasional. Dengan adanya koordinasi ini, kegiatan monitoring dan kontrol akan menjadi lebih mudah
sehingga kecelakaan dapat diantisipasi. (2). Pelatihan sumber daya pelaut anak buah kapal (ABK), perwira kapal (officer and crew), di laksanakan
dengan sungguh-sungguh dan tanggungjawab serta mempunyai keterampilan dan keahlian dengan berdasarkan sertifikat yang mereka miliki
baik Nahkoda, Perwira, dan anak buah kapal.
Abstract: Factor of safety of the ship and the prevention of accidents aboard the factors that have a very dominant is human resources and
construction of the ship itself as well as routine maintenance of the ship which shall be implemented in accordance with the procedures and
regulations. One factor also accelerate the crash as ships Indonesia and the owner or the owner of the ship almost all of them bought second-
hand vessels or second hand, the risk of buying the ships former will lead to high coast or high costs due to the treatment used ships can cost
up to 50% of the price of new vessels. The purpose of this paper is: (1) How to prevent accidents of ships. (2) How to Improve Resource good
sailor. The method used descriptive analysis It can be concluded that, (1) Fix the management associated with the work ethic of the officers
on duty, coordinating with various parties such as BMG, navy, air police, customs, and parties other related. Immediate re-registration and
the national audit against ships Indonesia, which is still in operation, the provision of soft loans for the purchase of new vessels so that the
old ships that are not feasible to sail replaced by ships better and designed according to the development of international standardization. Given
this coordination, monitoring and control will be easier so that accidents can be anticipated. (2). Training resources sailor crew (ABK), the
ship's officers (officers and crew), implemented in earnest and responsibility and has skill and expertise on the basis of certificates that they
have a good Master, officers and crew.
di atas kapal, (5) prosedur untuk siap dan tanggap dalam pemilik kapal (owner), (4) penanggungjawab barang,
keadaan darurat, (6) prosedur untuk internal Audit dan bongkar/muat (B/M), (5) stabilitas kapal. Dengan demikian
ditinjau ulang manajemen. keamanan dan keselamatan kapal dan jiwa manusia, dapat
Kecelakaan kapal susah diprediksi dan dapat terjadi selamat.
dimana saja. Oleh sebab itu untuk menghadapi musibah Penemuan dan penelitian kecelakaan yang terjadi
di tengah laut sebelum kapal meninggalkan pelabuhan, di seluruh negeri ini, dapat dilaksanakan dengan keakuratan
Kapal wajib melaksanakan persiapan-persiapan dan data, dan dijadikan dasar untuk penelitian lebih lanjut
persyaratan sebagai berikut: (1) mengikuti peraturan yang berasal dari hasil pemeriksaan Port State Control
International Manajemen code (ISM code), (2) pengetesan (PSC). Statistik sebelumnya menggambarkan kesan yang
cara operasinya kemudi darurat, (emergency Rudder), (3) kurang akurat, dimana kecelakaan di laut ditampilkan
pengecekan beroperasinya GPS (Global Potitioning dalam persentase armada nasional. Dengan demikian
System), (4) kek kelaikan sekoci (David) penolong terdapat anggapan bahwa armada yang lebih banyak
diturunkan dan dinaikan, (5) cek Jangkar dan rantai jangkar dianggap buruk, karena mereka yang mengendalikan
dalam keadaan baik, (6) persiapan penerimaan Pilot kapal dan diperkirakan dapat menimbulkan kecelakaan
(pandu),dan menurunkan Pilot, (7) cek smoke detector di dalam jumlah besar. Hal tersebut adalah karakteristik
anjungan untuk mengantisipasi kebakaran di palka-palka, daripada kecelakaan atau accident prone yang merupakan
(8) sebelum berlayar Peta-peta mulai dari tempat tolak bentuk penyimpangan dan system pemeriksaan PSCnya
sampai ketempat tujuan sudah dikoreksi dan up date, (9) pun menyimpang.
pemeriksaan generator, tes running atau tidak, (10) Kecelakaan tersebut merupakan gabungan dari
pengecek lampu-lampu jalan dan lampu-lampu darurat, kejadian yang tidak diperkirakan dan kejadian yang
(11) mengetes darurat mesin Induk, (12) hasil Internal sistimatis, kemudian terhadap gabungan itu harus
audit dan Manajemen review, (13) pengopersian Oil Water diterapkan, PSC menyeleksi kapal terhadap penyimpangan
sparator (OWS), (14) menengecek tutup palka dan dan bukti sistimatis.
peralatan bongkar muat juga alat elektronik. Di Indonesia yang melakukan penyelidikan tentang
Sebaiknya pemerintah aktif berpartisipasi dan bekerja kecelakaan kapal laut adalah KNKT(Komie Nasional
sama dengan berbagai asosiasi, akademisi serta pusat Keselamatan Transportasi). Tentang data-data kapal dalam
penelitian kecelakaan kapal kemudian membentuk forum kecelakaan dan penyebabnya. Dalam hal melakukan
penyelidikan kecelakaan di laut sendiri yang dapat penyelidikan dengan cara menggunakan PSC sangat
menyusun berbagai aturan kebijakan. berhati-hati apabila telah menentukan penyebabnya harus
Di samping itu diperlukan pelatihan sumber daya dikaji ulang oleh para penyelidik yang lainnya untuk
pelaut yang di laksanakan secara bersungguh-sungguh dipastikan bahwa penyebab inilah yang ditemukan dengan
dan bertanggungjawab untuk anak buah kapal (ABK), kesepakatan dan secara ilmiah serta pengamatan yang
perwira kapal (officer and crew), seperti pelatihan BST pasti barulah dengan keputusan dari pimpinan. Hasilnya
(Basic Standard Trainning). Keterampilan dan keahlian di informasikan kepada masyarakat, Pemerintahan, Owner,
tersebut merupakan dasar sertifikat yang harus di miliki dan kepada penegak hukum apakah di mahkamah
baik Nahkoda, Perwira, dan anak buah kapal. pelayaran atau jika ada unsur-unsur tindak pidananya
Pelatihan ini bertujuan untuk: (1) anak buah kapal maka seorang PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil)
agar terampil dalam menghadapi bahaya apapun di atas membuat berita acara pemeriksaan (BAP) dditeruskan ke
kapal, (2) para perwira terutama Nakhoda yang Polisi Republik Indonesia (Polri) selaku KORWAS untuk
bertanggung jawab selaku pemimpin kapal, (3) perwakilan ditindak lanjuti.
pengawasan, penyesuaian, perawatan, perluasan dan terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu
peningkatan. sebagai tempat kegiatan Pemerintahan dan kegiatan pengusahaan
yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun
Saat ini, teknologi kapal laut tanpa awak kapal yang penumpang, dan/atau bongkar muat barang,berupa terminal
banyak/personilnya beragam ada kapal yang sudah canggih dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamtan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang
dan sudah mempersiapkan secara ekonomis anak buah pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda
kapal/crew kapal, perwira dan Nakhoda dengan jumlah transportasi".
yang sangat sedikit. Mereka menggunakan sistem General
Pourpose Crew (GPC), artinya crew deck dan crew engine Tujuan kapal memiliki bendera kebangsaan (Flag
adalah sama, seperti jika berada dalam pelayaran di laut state) atau disebut negara bendera, terhadap keselamatan
bebas maka crew deck dapat bekerja di engine room maritim adalah agar pengawasan pelabuhan setempat dan
membantu kegiatan para perwira engine, dan crew deck pihak kapal yang bertanggung jawab dapat meningkatkan
(GPC). Hal ini sangat ekonomis dan saling menguntungkan pemeriksaan kapal tersebut. Tugas pengawas pelabuhan
kedua belah pihak, dimana owner mendapat keuntungan, setempat menggunakan Port State Control (PSC) adalah
dan crew/abk mendapatkan imbalan yang cukup besar. memonitor penerapan peraturan keselamatan dan kegiatan
Di samping itu, tidak semua kapal memiliki seperti GPC lain di kapal serta standar yang diberlakukan (termasuk
crew, terutama kapal-kapal berbendera/ Flags state, pihak-pihak yang bertanggung jawab atas kecelakaan di
bendera kemudahan, seperti panama, Belize, Greec, dan laut) di atas kapal tentang usaha keselamatan (keselamatan
kapal berbendera Indonesia, dan lain-lain. kapal dari sejak bertolak sampai pelabuhan tujuan).
Dengan definisi ini, area (waktu) kapan dan dimana
Sistem Manajemen Perusahaan Pelayaran sejumlah kecelakaan terjadi diluar pelabuhan termasuk
Tugas wewenang, dan tanggung jawab perusahaan tugas Port state Contro, dan juga kapal yang berulang
pelayaran yang diatur dalam ISM code mempunyai kali dengan melalui system poin melanggar konvensi-
cakupan luas, antara lain: (1) kebijakan Keselamatan dan konvensi International harus diberikan semacam hukuman,
Perlindungan Lingkungan, (2) wewenang dan Tanggung berupa penghapusan kapal tersebut dari daftar registrasi
Jawab Perusahaan, (3) wewenang dan tanggung Jawab kapal, Forgoting discount atau pengurangan pajak di
Nakhoda, (4) sumber daya dan personal, (5) kesiapan pelabuhan. Port State control (PSC) dengan nama
menghadapi keadaan darurat, (6) perawatan kapal dan Maritime Safety Surveilance Force (MSSF), harus di isi
Peralatanya, (7) dokumentasi, Sertifikasi, verifikasi dan dengan orang-orang yang cukup dan cakap, terlatih dan
Pengawasan staf yang berpengalaman (Haralambides,1998) dengan
Tujuan sistem ISM code (International Safety menggunakan kriteria yang sama dari pemeriksaan
Management code) dalam keselamatan operasional kapal keselamatan. Keputusan yang sama untuk kekurangan
dan pencegahan kecelakaan kapal untuk: (1) memastikan yang serupa harus diambil alih oleh PSC selaku pemeriksa,
Keselamatan di Laut, (2) mencegah kecelakaan PSC telah meningkatkan sistem keselamatan maritime
manusia/hilangnya nyawa/jiwa, (3) menghindari keusakan- secara signifikan sejak pertengahan 1998, saat mengambil
kerusakan lingkungan yang diakibatkan kecelakaan dan alih penerapan International Safety ISM code,
pencemaran di laut, (4) menjaga muatan barang yang di menggunakan terminologi perusahaan untuk menyebutkan
angkut dan konstruksi kapal. Perusahaan Pelayaran atau Operator kapal yang
berkedudukan sebagai Pemilik kapal, Penyewa kapal
Pengawas Kepelabuhanan (charterer), Perusahaan lain yang bertindak selaku agen
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia no. atau perwakilan, kantor pusat maupun kantor cabang.
17 tentang Pelayaran adalah: "Pelabuhan adalah tempat yang Menurut Lasse (2014:118), Keselamatan Pelayaran di
lingkungan Teritorial Pelabuhan dan Pemanduan kapal Keteledoran tersebut, sejumlah awak kapal mendapat
di bagian awal Bab VII dikemukakan adanya sanksi administratif oleh Mahkamah Pelayaran.
ketidakjelasan hubungan darat dengan kapal atau Lambannya bantuan terhadap Kapal Motor (KM)
kesenjangan antara manajemen di kantor pusat atau kantor Tampomas II juga mencerminkan lemahnya koordinasi
cabang dengan manajemen operasi di atas kapal. Hasil dalam langkah penyelamatan. Pada gambar 1, gambar
dari analisis atas kecelakaan kapal menjadi bukti 2, dan gambar 3 di bawah ini disajikan kecelakaan kapal
kesenjangan itu. Tapi ISM code hanya sedikit menyinggung di Indonesia.
aspek manajemen operasional ini. Memang, kedua sistem
manajemen berkolerasi satu terhadap yang lain.
Selanjutnya data kecelakaan laut kapal berbendera dengan berbagai pihak seperti BMG, angkatan laut, polisi
Indonesia disajikan pada Tabel berikut. udara, bea cukai, dan pihak yang terkait lainya, (c) segera
Tabel Kecelakaan Kapal Laut Berbendera Indoensia dilakukan registrasi ulang dan audit nasional terhadap
Tahun 2011 - 2014
NO BENCANA TANGGAL LOKASI
kapal-kapal Indonesia yang masih beroperasi, pemberian
1 Kpl Terbakar 3 Dec 2011 Pontianak kredit lunak terhadap pembelian kapal-kapal baru sehingga
2 Kpl Tenggelam 17 Dec 2011 Trenggalek kapal-kapal tua yang sudah tidak laik melaut diganti
3 Kpl Tenggelam 21 Dec 2011 Maluku Tenggara
4 Speed Boat 21 Jan 2012 Maluku Tengah dengan kapal-kapal yang lebih bagus dan dirancang sesuai
5 Kpl Tenggelam 29 Jan 2012 Minahasa Tenggara
6 Kpl Tenggelam 16 Juni 2012 Perairan laut alang perkembangan standardisasi internasional. (d) perlu adanya
7 Kpl Tenggelam 17 Juni 2012 Kab.Tanah tidung Kalsel
8 Kpl Tenggelam 19 Juni 2012 Teluk Semangka koordinasi ini, kegiatan monitoring dan kontrol.
9 Kpl Tenggelam 4 Juli 2012 Ds Mepa,kec Leksuda 2. Pelatihan sumber daya pelaut anak buah kapal (ABK),
10 Kpl Tenggelam 18 Juli 2012 Sungai Sangatta Kaltim
11 Kpl Tenggelam 28 Juli 2012 Pulau Banda, Maluku perwira kapal (officer and crew), di laksanakan dengan
12 Kpl Tenggelam 13 Sept 2012 Muara Pahu Kaltim
13 Kpl Tubrukan 26 Sept 2012 Selat sunda sungguh-sungguh dan tanggungjawab serta mempunyai
14 Kecelakaan Kpl laut 3 Jan 2013 Tanimbar Maluku Tenggara
15 Kpl Tenggelam 13 Juli 2013 Pulau Sangian Merak ketrerampilan dan keahlian dengan berdasarkan sertifikat
16 Kpl Tenggelam 27 Sept2013 Pantai cikole
17 Kpl Tenggelam 26 Nov 2013 Kab Kukar Kaltim yang mereka miliki baik Nahkoda, Perwira, dan Anak
18 Kpl Tenggelam 27 Nov 2013 Kab Kukar Kaltim Buah Kapal.