Anda di halaman 1dari 7

ISSN 2337-6686

ISSN-L 2338-3321

MANAJEMEN KESELAMATAN MARITIM DAN UPAYA


PENCEGAHAN KECELAKAAN KAPAL KE TITIK NOL
(ZERO ACCIDENT)

HM. Thamrin. AR
Akademi Maritim Djadajat
E-mail: thamrinaroba@yahoo.com

Abstrak: Faktor-faktor yang sangat dominan untuk keselamatan pada kapal dan pencegahan kecelakaan kapal adalah: (1) sumber daya
manusia, (2) konstruksi kapal itu sendiri serta (3) perawatan kapal yang rutinitas wajib dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang
berlaku. Salah satu kondisi juga turut mempercepat kecelakaan kapal-kapal di Indonesia adalah para pemilik atau owner tersebut hampir
semuanya membeli kapal bekas atau second hand, dimana risiko membeli kapal-kapal bekas tersebut akan menimbulkan hight coast atau biaya
tinggi karena perawatan kapal bekas biayanya dapat mencapai 50 % dari harga kapal baru. Tujuan penulisan adalah: (1) Ingin mengetahui upaya
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kapal laut, (2) Ingin mengetahui cara meningkatkan Sumber Daya Pelaut yang baik. Penelitian ini
menggunakan metode analisis deskriptif eksploratif. Hasil penelitian adalah: (1) Perbaiki manajemen yang terkait dengan etos kerja para aparat
yang bertugas, melakukan koordinasi dengan berbagai pihak seperti BMG, angkatan laut, polisi udara, bea cukai, dan pihak yang terkait lainya.
Segera dilakukan registrasi ulang dan audit nasional terhadap kapal-kapal Indonesia yang masih beroperasi, pemberian kredit lunak terhadap
pembelian kapal-kapal baru sehingga kapal-kapal tua yang sudah tidak laik melaut diganti dengan kapal-kapal yang lebih bagus dan dirancang
sesuai perkembangan standardisasi internasional. Dengan adanya koordinasi ini, kegiatan monitoring dan kontrol akan menjadi lebih mudah
sehingga kecelakaan dapat diantisipasi. (2). Pelatihan sumber daya pelaut anak buah kapal (ABK), perwira kapal (officer and crew), di laksanakan
dengan sungguh-sungguh dan tanggungjawab serta mempunyai keterampilan dan keahlian dengan berdasarkan sertifikat yang mereka miliki
baik Nahkoda, Perwira, dan anak buah kapal.

Kata kunci: keselamatan, kecelakaan kapal dan zero accident.

Abstract: Factor of safety of the ship and the prevention of accidents aboard the factors that have a very dominant is human resources and
construction of the ship itself as well as routine maintenance of the ship which shall be implemented in accordance with the procedures and
regulations. One factor also accelerate the crash as ships Indonesia and the owner or the owner of the ship almost all of them bought second-
hand vessels or second hand, the risk of buying the ships former will lead to high coast or high costs due to the treatment used ships can cost
up to 50% of the price of new vessels. The purpose of this paper is: (1) How to prevent accidents of ships. (2) How to Improve Resource good
sailor. The method used descriptive analysis It can be concluded that, (1) Fix the management associated with the work ethic of the officers
on duty, coordinating with various parties such as BMG, navy, air police, customs, and parties other related. Immediate re-registration and
the national audit against ships Indonesia, which is still in operation, the provision of soft loans for the purchase of new vessels so that the
old ships that are not feasible to sail replaced by ships better and designed according to the development of international standardization. Given
this coordination, monitoring and control will be easier so that accidents can be anticipated. (2). Training resources sailor crew (ABK), the
ship's officers (officers and crew), implemented in earnest and responsibility and has skill and expertise on the basis of certificates that they
have a good Master, officers and crew.

Key words: safety, vessel accidents and zero accident.

PENDAHULUAN berbagai jenis kapal, ukuran serta beragam muatan.


Latar belakang penulisan ini adalah bahwa pada Kapal laut merupakan sarana angkutan atau moda
akhir abad 20 dan awal abad 21, berdasarkan data dari transportasi laut yang dibutuhkan untuk memuat atau
Tahun 2011 - 2014 banyak terjadi musibah atau kecelakaan membongkar berbagai macam barang-barang keperluan
kapal laut berbendera Indonesia. Hal ini terjadi karena ekonomi baik dari daerah Utara sampai ke Timur di
dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dunia seluruh pelabuhan di Indonesia. Kegiatan ini untuk
yang secara otomatis berdampak pada peningkatan meningkatkan dan mensejahterakan masyarakat provinsi,
kebutuhan ekonomi masyarakat, termasuk pula semakin kota, kecamatan dan daerah terpencil.
banyak kegiatan angkutan melalui darat, udara dan laut. Untuk melaksanakan semua kebijakan di bidang
Di samping itu akibat banyaknya pengusaha melakukan keselamatan, Perusahaan harus memiliki Sistem
kegiatan di laut, antara lain dengan bertambah armada Manajemen Keselamatan (Safety Manajemen System)
kapal sehingga lalu lintas semakin ramai dan penuh yang merupakan fasilitas bagi seluruh personel di darat

Jurnal Ilmiah WIDYA 110 Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015


Manajemen Keselamatan Maritim dan Upaya Pencegahan
HM. Thamrin. AR, 110 - 116 Kecelakaan Kapal ke Titik Nol (Zero Accident)

dan di laut. Perusahaan membangun sistem ini dengan mengangkut kendaraan.


mengikuti petunjuk (guidekines) dan contoh-contoh
dokumen yang disediakan International Safety Penyebab Musibah/Kecelakaan Kapal
Management Code (ISM code.). Sebuah kapal dikatakan Berbagai penyebab tejadinya musibah di atas kapal
laik laut (sea wortheness), apabila terpenuhinya persyaratan antara lain karena: (1) kesalahan manusia (human error),
material, kontruksi, bangunan, permesinan dan elektronika (2) kerusakan permesinan kapal, (3) faktor eksternal dan
kapal, yang semuanya dibuktikan dengan sertifikat asli. internal, misalnya kejadian kebakaran dan tubrukan, (4)
Sebelum melakukan pelayaran, harus diketahui petunjuk- faktor alam atau cuaca, (5) gabungan dari seluruh
petunjuk tentang bagaimana melakukan pertolongan penyebab tersebut. Pada umumnya, musibah yang
kecelakaan kapal, akibat tubrukan, kandas, tenggelam, mungkin terjadi pada kapal adalah akibat: (1) bertubrukan
kebakaran, senggolan dan force major atau kecelakaan (collision) dengan kapal lain, (2) kandas (stranded /
alam, prosedur perawatan kapal antara lain: (a) yang grounded), (3) tenggelam akibat cuaca buruk (bedweather),
sudah waktunya kapal naik dok, (b) perawatan tahunan, (4) terbakar (fire), (5) kerusakan mesin (engine black
(c) perawatan emergency, (d) perawatan perempat tahun. out/breakdown), dan (6) kapal bersenggolan dengan kapal
Selain itu perlu campur tangan dan asosiasi pelayaran lainnya.
untuk saling bahu membahu dan selalu meningkatkan
keselamatan serta mencegah kecelakaan kapal seminimal Upaya Mencegah Terjadinya Kecelakaan Kapal Laut
mungkin. Kecelakaan di laut yang terjadi dan diperlakukan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui: (1) sebagai sebuah rahasia dengan beberapa alasan. Untuk
Upaya mencegah terjadinya kecelakaan kapal laut. (2) itu perlu diperhatikan upaya pencegahan kecelakaan kapal
Bagaimana meningkatkan kualitas SDM Pelaut yang baik. dengan memperoleh masukan dari berbagai pihak antara
Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka dan lain akademisi, para ahli analisis kecelakaan dan
sumber informasi lainnya dengan pendekatan deskriptif, pertolongan.
eksploratif. Untuk mencapai tujuan keselamatan, di perlukan
upaya sebagai berikut: (1) menyediakan praktek yang
PEMBAHASAN aman dalam operasional kapal dan lingkungan kerja, (2)
Musibah atau Kecelakaan Kapal membangun perlindungan terhadap semua resiko yang
Menurut kamus bahasa Indonesia, musibah berarti di identifkasi, (3) terusmenerus meningkatkan
kejadian yang menyedihkan yang menimpa yang keterampilan manajemen keselamatan personal darat dan
merupakan malapetaka atau bencana. Jadi, Musibah kapal Onboard/ di kapal.
adalah peristiwa yang menyedihkan atau malapetaka / Setiap perusahaan sangatlah penting untuk
bencana yang menimpa kapal itu sendiri beserta awak mengembangkan, menerapkan dan mempertahankan
dan muatannya. Untuk itu dibutuhkan koordinasi yang Sistem Manajemen Keselamatan yang meliputi: (1)
tepat dan cepat antara awak kapal dan petugas di darat, kebijakan keselamatan dan perlindungan lingkungan, (2)
termasuk ketika melibatkan kapal kapal niaga lainnya, prosedur pelaporan kecelakaan kapal dan penyimpangan
TNI AL dan Badan SAR Nasional (Basarnas) dalam hal dari ketentuan kode, (3) petunjuk dan prosedur untuk
memberikan pertolongan dan evakuasi penumpang. memastikan keselamatan operasi kapal dan perlindungan
Kejadian musibah ini, di sisi lain dapat dijadikan pelajaran lingkungan, perkerja di atas kapal benar-benar menaati
yang sangat berharga bahwa kapal untuk penumpang peraturan Internasional maupun perundang-undang Negara
tidak cocok dan sebaiknya tidak digabung dengan Bendera kapal yang bersangkutan, (4) menentukan tingkat
bermacam-macam muatan angkutan barang, termasuk Otoritas garis komunikasi antar personil darat (DPA) dan

Jurnal Ilmiah WIDYA 111 Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015


Manajemen Keselamatan Maritim dan Upaya Pencegahan
HM. Thamrin. AR, 110 - 116 Kecelakaan Kapal ke Titik Nol (Zero Accident)

di atas kapal, (5) prosedur untuk siap dan tanggap dalam pemilik kapal (owner), (4) penanggungjawab barang,
keadaan darurat, (6) prosedur untuk internal Audit dan bongkar/muat (B/M), (5) stabilitas kapal. Dengan demikian
ditinjau ulang manajemen. keamanan dan keselamatan kapal dan jiwa manusia, dapat
Kecelakaan kapal susah diprediksi dan dapat terjadi selamat.
dimana saja. Oleh sebab itu untuk menghadapi musibah Penemuan dan penelitian kecelakaan yang terjadi
di tengah laut sebelum kapal meninggalkan pelabuhan, di seluruh negeri ini, dapat dilaksanakan dengan keakuratan
Kapal wajib melaksanakan persiapan-persiapan dan data, dan dijadikan dasar untuk penelitian lebih lanjut
persyaratan sebagai berikut: (1) mengikuti peraturan yang berasal dari hasil pemeriksaan Port State Control
International Manajemen code (ISM code), (2) pengetesan (PSC). Statistik sebelumnya menggambarkan kesan yang
cara operasinya kemudi darurat, (emergency Rudder), (3) kurang akurat, dimana kecelakaan di laut ditampilkan
pengecekan beroperasinya GPS (Global Potitioning dalam persentase armada nasional. Dengan demikian
System), (4) kek kelaikan sekoci (David) penolong terdapat anggapan bahwa armada yang lebih banyak
diturunkan dan dinaikan, (5) cek Jangkar dan rantai jangkar dianggap buruk, karena mereka yang mengendalikan
dalam keadaan baik, (6) persiapan penerimaan Pilot kapal dan diperkirakan dapat menimbulkan kecelakaan
(pandu),dan menurunkan Pilot, (7) cek smoke detector di dalam jumlah besar. Hal tersebut adalah karakteristik
anjungan untuk mengantisipasi kebakaran di palka-palka, daripada kecelakaan atau accident prone yang merupakan
(8) sebelum berlayar Peta-peta mulai dari tempat tolak bentuk penyimpangan dan system pemeriksaan PSCnya
sampai ketempat tujuan sudah dikoreksi dan up date, (9) pun menyimpang.
pemeriksaan generator, tes running atau tidak, (10) Kecelakaan tersebut merupakan gabungan dari
pengecek lampu-lampu jalan dan lampu-lampu darurat, kejadian yang tidak diperkirakan dan kejadian yang
(11) mengetes darurat mesin Induk, (12) hasil Internal sistimatis, kemudian terhadap gabungan itu harus
audit dan Manajemen review, (13) pengopersian Oil Water diterapkan, PSC menyeleksi kapal terhadap penyimpangan
sparator (OWS), (14) menengecek tutup palka dan dan bukti sistimatis.
peralatan bongkar muat juga alat elektronik. Di Indonesia yang melakukan penyelidikan tentang
Sebaiknya pemerintah aktif berpartisipasi dan bekerja kecelakaan kapal laut adalah KNKT(Komie Nasional
sama dengan berbagai asosiasi, akademisi serta pusat Keselamatan Transportasi). Tentang data-data kapal dalam
penelitian kecelakaan kapal kemudian membentuk forum kecelakaan dan penyebabnya. Dalam hal melakukan
penyelidikan kecelakaan di laut sendiri yang dapat penyelidikan dengan cara menggunakan PSC sangat
menyusun berbagai aturan kebijakan. berhati-hati apabila telah menentukan penyebabnya harus
Di samping itu diperlukan pelatihan sumber daya dikaji ulang oleh para penyelidik yang lainnya untuk
pelaut yang di laksanakan secara bersungguh-sungguh dipastikan bahwa penyebab inilah yang ditemukan dengan
dan bertanggungjawab untuk anak buah kapal (ABK), kesepakatan dan secara ilmiah serta pengamatan yang
perwira kapal (officer and crew), seperti pelatihan BST pasti barulah dengan keputusan dari pimpinan. Hasilnya
(Basic Standard Trainning). Keterampilan dan keahlian di informasikan kepada masyarakat, Pemerintahan, Owner,
tersebut merupakan dasar sertifikat yang harus di miliki dan kepada penegak hukum apakah di mahkamah
baik Nahkoda, Perwira, dan anak buah kapal. pelayaran atau jika ada unsur-unsur tindak pidananya
Pelatihan ini bertujuan untuk: (1) anak buah kapal maka seorang PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil)
agar terampil dalam menghadapi bahaya apapun di atas membuat berita acara pemeriksaan (BAP) dditeruskan ke
kapal, (2) para perwira terutama Nakhoda yang Polisi Republik Indonesia (Polri) selaku KORWAS untuk
bertanggung jawab selaku pemimpin kapal, (3) perwakilan ditindak lanjuti.

Jurnal Ilmiah WIDYA 112 Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015


Manajemen Keselamatan Maritim dan Upaya Pencegahan
HM. Thamrin. AR, 110 - 116 Kecelakaan Kapal ke Titik Nol (Zero Accident)

Penanggulangan Kecelakaan Kapal sebuah rambu.


Bila ada kejadian kecelakaan kapal, beberapa hal 3. Buku Olah Gerak Kapal; Nakhoda harus melihat
yang harus diperhatikan: (1) Cepat tanggap dan teliti bahwa segala catatan di buku olah gerak ditulis dengan
dalam kecelakaan kapal tersebut, (2) Jangan lupa tinta dan ditanda tangani oleh yang bertanggung jawab
mengumpulkan bukti-bukti otentik, (3) Nahkhoda, Perwira dan tidak ada yang dihapus. Untuk kapal-kapal yang
dan awak kapal pada awal mempertahankan keberadaan berteknologi cukup dengan mengambil salinan kertas
kapal dan tidak memperburuk situasinya. Mereka juga printer dari alat mesin printernya mesin ini merekam
harus melaporkan musibah/kecelakaan kapal yang terjadi setiap kegiatan olah gerak kapal di catat waktu mesin
dengan segera kepada pemilik, H & M, serta P & I club maju jam ataupun mundur.
kepda yang bersangkutan, tindakan ini jangan diremehkan
segera laporkan. Pengumpulan bukti Nakhoda sebuah Keamanan dan Keselamatan Operasi Kapal
kapal wajib membuat dan sudah siap mengumpulkan Dalam dunia pelayaran niaga kelaiklautan kapal
Menurut R.P.Suyono (2007:183-185), cepat tanggap dan (seaworthiness) diatur di dalam The hague-Visby Rules
teliti dalam musibah apabila sebuah kapal mendapat maupun The Hamburg Rules. Kelaiklautan kapal selaku
kecelakaan laporan-laporan bila kapalnya terlibat dalam pengangkut tegas dinyatakan sebagai kewajiban dari
suatu kecelakaan atau musibah sehingga kapal dan juga pengangkut (carrier) atau pemilik kapal (ship owner)
perusahaannnya berada dalam status hukum yang dapat dikatakan antara lain:
The carrrier should be bound before and at the beginning of
diselesaikan dengan mudah dan tidak berbeli-belit, berkat
the voyage to exercise due dilegence to: (a) make the ship
laporan Nakhoda yang akurat kepada semua pihak yang seaworthy, (b) properly man, equip and supply the ship, (c)
berkepentingan. Sebagai alat bukti atau Phisical evident make the holds,refrigerating and cool chambers, and all other
parts of the ship in which goods are carried,fit and safe for
dilampirkan sebagai berikut; their reception,carrieage and preservation.
1. Buku harian kapal (log book); Biasanya di kapal
terdapat beberapa buku harian atau log book seperti, buku Ketentuan ini diartikan sama dengan kapal laik laut
harian mesin, buku harian radio, buku harian harian (ship seaworthy), awak kapal laik laut (crew seaworthy),
geladak, buku harian jaga di anjungan,dan yang utama dan ruang muatan laik laut (cargo seaworthy) bagi pihak
adalah buku harian kapal, buku ini tidak ada coretan dan asuransi tidak akan menerima pertanggungan tanpa
tidak halaman yang hilang, salah penulisan harus diparaf dokumen bukti atas kelaiklautan ini. Uraian tersebut
dimana kesalahan menulis. Apabila kapal tersebut dikuatkan dengan analisis yang dilakukan oleh Hopkins
mengalami kecelakaan maka hal pertama mereka di minta dalam Lasse (2014:124), yang berpendapat bahwa
memperlihatkan buku harian kapal untuk dipelajari seperti seaworthiness berhubungan tingkat kelayakan struktur,
KNKT oleh petugas yang memiliki kewenangan, dan perlengkapan kapal, dan pengawakan kapal. Untuk
Nakhoda kapal harus meyakinkan serta menjawab sesuai kepentingan asuransi laut, kapal dikatakan laik laut.
kebenaran kejadian-kejadian yang sebenarnya, dan juga Demikian juga untuk keperluan kontrak pengangkutan,
para perwira dan Abk. kapal harus cargo wortthiness.
2. Peta pelayaran (Sailling Chart); Nakhoda harus Intervensi teknologi telah menjadikan serba otomatis,
yakin bahwa posisi kapal yang di peta tidak diubah dan yang terintegrasi dan teknologi utama buatan manusia
posisi yang ada sebelumnya tidak dihapus, karena banyak dapat ditemukan di atas kapal terbaru. Meskipun tujuan
pelanggaran kapal terjadi di alur pelayaran yang sempit klasik rekayasa otomatisasi ialah untuk menggantikan
dan dengan perantaraan seorang pandu. Nakhoda harus operator, perancang kapal memberikan apresiasi validitas
melihat bahwa posisi kapal melalui rambu-rambu dan prediksi awal yang menunjukkan bahwa sistem yang
tetap posisi-posisi dicatat di peta dan jarak ketika melalui sangat otomatis bahkan memerlukan manusia untuk

Jurnal Ilmiah WIDYA 113 Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015


Manajemen Keselamatan Maritim dan Upaya Pencegahan
HM. Thamrin. AR, 110 - 116 Kecelakaan Kapal ke Titik Nol (Zero Accident)

pengawasan, penyesuaian, perawatan, perluasan dan terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu
peningkatan. sebagai tempat kegiatan Pemerintahan dan kegiatan pengusahaan
yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun
Saat ini, teknologi kapal laut tanpa awak kapal yang penumpang, dan/atau bongkar muat barang,berupa terminal
banyak/personilnya beragam ada kapal yang sudah canggih dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamtan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang
dan sudah mempersiapkan secara ekonomis anak buah pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda
kapal/crew kapal, perwira dan Nakhoda dengan jumlah transportasi".
yang sangat sedikit. Mereka menggunakan sistem General
Pourpose Crew (GPC), artinya crew deck dan crew engine Tujuan kapal memiliki bendera kebangsaan (Flag
adalah sama, seperti jika berada dalam pelayaran di laut state) atau disebut negara bendera, terhadap keselamatan
bebas maka crew deck dapat bekerja di engine room maritim adalah agar pengawasan pelabuhan setempat dan
membantu kegiatan para perwira engine, dan crew deck pihak kapal yang bertanggung jawab dapat meningkatkan
(GPC). Hal ini sangat ekonomis dan saling menguntungkan pemeriksaan kapal tersebut. Tugas pengawas pelabuhan
kedua belah pihak, dimana owner mendapat keuntungan, setempat menggunakan Port State Control (PSC) adalah
dan crew/abk mendapatkan imbalan yang cukup besar. memonitor penerapan peraturan keselamatan dan kegiatan
Di samping itu, tidak semua kapal memiliki seperti GPC lain di kapal serta standar yang diberlakukan (termasuk
crew, terutama kapal-kapal berbendera/ Flags state, pihak-pihak yang bertanggung jawab atas kecelakaan di
bendera kemudahan, seperti panama, Belize, Greec, dan laut) di atas kapal tentang usaha keselamatan (keselamatan
kapal berbendera Indonesia, dan lain-lain. kapal dari sejak bertolak sampai pelabuhan tujuan).
Dengan definisi ini, area (waktu) kapan dan dimana
Sistem Manajemen Perusahaan Pelayaran sejumlah kecelakaan terjadi diluar pelabuhan termasuk
Tugas wewenang, dan tanggung jawab perusahaan tugas Port state Contro, dan juga kapal yang berulang
pelayaran yang diatur dalam ISM code mempunyai kali dengan melalui system poin melanggar konvensi-
cakupan luas, antara lain: (1) kebijakan Keselamatan dan konvensi International harus diberikan semacam hukuman,
Perlindungan Lingkungan, (2) wewenang dan Tanggung berupa penghapusan kapal tersebut dari daftar registrasi
Jawab Perusahaan, (3) wewenang dan tanggung Jawab kapal, Forgoting discount atau pengurangan pajak di
Nakhoda, (4) sumber daya dan personal, (5) kesiapan pelabuhan. Port State control (PSC) dengan nama
menghadapi keadaan darurat, (6) perawatan kapal dan Maritime Safety Surveilance Force (MSSF), harus di isi
Peralatanya, (7) dokumentasi, Sertifikasi, verifikasi dan dengan orang-orang yang cukup dan cakap, terlatih dan
Pengawasan staf yang berpengalaman (Haralambides,1998) dengan
Tujuan sistem ISM code (International Safety menggunakan kriteria yang sama dari pemeriksaan
Management code) dalam keselamatan operasional kapal keselamatan. Keputusan yang sama untuk kekurangan
dan pencegahan kecelakaan kapal untuk: (1) memastikan yang serupa harus diambil alih oleh PSC selaku pemeriksa,
Keselamatan di Laut, (2) mencegah kecelakaan PSC telah meningkatkan sistem keselamatan maritime
manusia/hilangnya nyawa/jiwa, (3) menghindari keusakan- secara signifikan sejak pertengahan 1998, saat mengambil
kerusakan lingkungan yang diakibatkan kecelakaan dan alih penerapan International Safety ISM code,
pencemaran di laut, (4) menjaga muatan barang yang di menggunakan terminologi perusahaan untuk menyebutkan
angkut dan konstruksi kapal. Perusahaan Pelayaran atau Operator kapal yang
berkedudukan sebagai Pemilik kapal, Penyewa kapal
Pengawas Kepelabuhanan (charterer), Perusahaan lain yang bertindak selaku agen
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia no. atau perwakilan, kantor pusat maupun kantor cabang.
17 tentang Pelayaran adalah: "Pelabuhan adalah tempat yang Menurut Lasse (2014:118), Keselamatan Pelayaran di

Jurnal Ilmiah WIDYA 114 Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015


Manajemen Keselamatan Maritim dan Upaya Pencegahan
HM. Thamrin. AR, 110 - 116 Kecelakaan Kapal ke Titik Nol (Zero Accident)

lingkungan Teritorial Pelabuhan dan Pemanduan kapal Keteledoran tersebut, sejumlah awak kapal mendapat
di bagian awal Bab VII dikemukakan adanya sanksi administratif oleh Mahkamah Pelayaran.
ketidakjelasan hubungan darat dengan kapal atau Lambannya bantuan terhadap Kapal Motor (KM)
kesenjangan antara manajemen di kantor pusat atau kantor Tampomas II juga mencerminkan lemahnya koordinasi
cabang dengan manajemen operasi di atas kapal. Hasil dalam langkah penyelamatan. Pada gambar 1, gambar
dari analisis atas kecelakaan kapal menjadi bukti 2, dan gambar 3 di bawah ini disajikan kecelakaan kapal
kesenjangan itu. Tapi ISM code hanya sedikit menyinggung di Indonesia.
aspek manajemen operasional ini. Memang, kedua sistem
manajemen berkolerasi satu terhadap yang lain.

Teknologi, Ekonomi dan Crew dalam Perekrutan


Sumber Daya Manusia (SDM)
Ekonomi berurusan dengan teknologi ketika mereka
mengacu kepada produksi. Pada pengiriman, faktor
produksi, yang teruma adalah modal, tenaga kerja dan
bahan kebutuhan kapal dari sebuah perusahaan perkapalan
dan pelayaran harus peduli dengan pertanyaan bagaiaman
perusahaan atau kapal bisa meminimalkan biaya produksi Gambar 1. Mv. Livina Terbakar Di Perairan Tanjung Priok
2008
setiap ton/mil menggunakan bahan bakar (BBM),
mengingat harga masing-masing faktor produksi yang
lain mempengaruhi.
Kualitas pelayaran tertinggi yang mana perusahaan
perkapalan dan pelayaran dapat menghasilkan, secara
ekonomis menggunakan kapal dan crew (ABK), yang
bergantung kepada keadaan ekonomi teknologi fungsi
dari pengetahuan produksi yang sudah ada, dimana mesin
dan teknologi adalah yag menghasilkan produk yang khas
dengan keberadaannya teknologi pembuatan konstruksi
kapal memiliki identitas nasional dan juga para Gambar 2. Kapal Kandas/ Grounded
pengawakan kapal, ekonomi cendrung menganggap
pasokan keadaan seragam universal baik itu teknologi
maupun crew kapal persamaannya adalah teknologi yang
disediakan sama dengan keadaan tenaga kerja yang
disediakan.

Sejarah Hitam Maritim Indonesia


Tenggelamnya kapal Tampomas II dikenang sebagai
tragedi kemanusiaan yang sangat memilukan. Peristiwa
pada tanggal 27 januari 1981 itu merupakan sejarah paling
hitam bagi dunia maritim Indonesia. Musibah ini menelan Gambar 3. Saat Saat Terakhir Km. Tampomas.II, Terbakar
Di Perairan Masa Lembo, Korban Penumpang
korban 369 jiwa, baik penumpang maupun awaknya. 369 dan Anak Buah Kapal (Abk),

Jurnal Ilmiah WIDYA 115 Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015


Manajemen Keselamatan Maritim dan Upaya Pencegahan
HM. Thamrin. AR, 110 - 116 Kecelakaan Kapal ke Titik Nol (Zero Accident)

Selanjutnya data kecelakaan laut kapal berbendera dengan berbagai pihak seperti BMG, angkatan laut, polisi
Indonesia disajikan pada Tabel berikut. udara, bea cukai, dan pihak yang terkait lainya, (c) segera
Tabel Kecelakaan Kapal Laut Berbendera Indoensia dilakukan registrasi ulang dan audit nasional terhadap
Tahun 2011 - 2014
NO BENCANA TANGGAL LOKASI
kapal-kapal Indonesia yang masih beroperasi, pemberian
1 Kpl Terbakar 3 Dec 2011 Pontianak kredit lunak terhadap pembelian kapal-kapal baru sehingga
2 Kpl Tenggelam 17 Dec 2011 Trenggalek kapal-kapal tua yang sudah tidak laik melaut diganti
3 Kpl Tenggelam 21 Dec 2011 Maluku Tenggara
4 Speed Boat 21 Jan 2012 Maluku Tengah dengan kapal-kapal yang lebih bagus dan dirancang sesuai
5 Kpl Tenggelam 29 Jan 2012 Minahasa Tenggara
6 Kpl Tenggelam 16 Juni 2012 Perairan laut alang perkembangan standardisasi internasional. (d) perlu adanya
7 Kpl Tenggelam 17 Juni 2012 Kab.Tanah tidung Kalsel
8 Kpl Tenggelam 19 Juni 2012 Teluk Semangka koordinasi ini, kegiatan monitoring dan kontrol.
9 Kpl Tenggelam 4 Juli 2012 Ds Mepa,kec Leksuda 2. Pelatihan sumber daya pelaut anak buah kapal (ABK),
10 Kpl Tenggelam 18 Juli 2012 Sungai Sangatta Kaltim
11 Kpl Tenggelam 28 Juli 2012 Pulau Banda, Maluku perwira kapal (officer and crew), di laksanakan dengan
12 Kpl Tenggelam 13 Sept 2012 Muara Pahu Kaltim
13 Kpl Tubrukan 26 Sept 2012 Selat sunda sungguh-sungguh dan tanggungjawab serta mempunyai
14 Kecelakaan Kpl laut 3 Jan 2013 Tanimbar Maluku Tenggara
15 Kpl Tenggelam 13 Juli 2013 Pulau Sangian Merak ketrerampilan dan keahlian dengan berdasarkan sertifikat
16 Kpl Tenggelam 27 Sept2013 Pantai cikole
17 Kpl Tenggelam 26 Nov 2013 Kab Kukar Kaltim yang mereka miliki baik Nahkoda, Perwira, dan Anak
18 Kpl Tenggelam 27 Nov 2013 Kab Kukar Kaltim Buah Kapal.

Sejarah hitam KM Tampomas II merupakan pil pahit


Saran-saran
yang harus ditelan bangsa ini agar lebih kuat lagi
1. Pemilik kapal menunjuk DPA sebagai penghubung ke
membangun Industri maritim di tanah Air pada masa akan
kapal, berkoordinasi dengan baik dan Tegas.
datang. Kebangkitan dunia maritim Indonesia mendapatkan
2. Sumber daya pelaut baik yang dari pemerintahan
momentum baru dengan hadirnya pemerintah baru Joko
maupun dari kapal sungguh-sungguh menerapkan ISM-
Widodo dan M. Jusuf Kalla, Presiden Jokowi berkomitmen
code dan Sumber daya manusia ex pelaut yang mempunyai
membangun Tol Laut untuk menjamin konektivitas antar
sertifikat Port State Control (PSC), hendaknya periksalah
pulau. Komitmen ini merupakan angin segar bagi pelaku
kapal-kapal dengan jujur dan tanggung jawab.
usaha dunia maritim untuk bangkit kembali. Tidak hanya
mengembangkan Trasnportasi laut, pemerintah juga
DAFTAR PUSTAKA
bercita-cita mengembangkan industri perkapalan serta Haralambides, H.E.. The Economic and Social Impact of Port Reform.
29th PIANIC Congress, The Hague, September. 1998.
fokus pada keamanan maritim. Lasse, D.A, Keselamatan Pelayaran, dilingkungan teritorial Pelabuhan
dan Pemanduan Kapal Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2014.
Lasse, D.A, Manajemen Kepelabuhan, Nika. Jakarta 2012.
PENUTUP Lasse, D.A, Manajemen Peralatan aspek operasional dan Perawatan,
Raja Grafindo Persada Jakarta. 2012.
Kesimpulan R.P. Suyono, Shipping Pengangkutan Intermodal Eksport Import
Melalui Laut, Musibah Kapal, Pencegahan dan Penanganannya,
1. Upaya untuk mencegah kecelakaan kapal: (a) Keamana nPelabuhan. PPPM. Jakarta. 2007.
memperbaiki manajemen yang terkait dengan etos kerja Republik Indonesia. Undang-Undang, Nomor, 17 Tahun 2008, tentang
Pelayaran.
para aparat yang bertugas, (b) melakukan koordinasi https://www.google.com/intl/ms/safetycente

Jurnal Ilmiah WIDYA 116 Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015

Anda mungkin juga menyukai