Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL

ANALISIS PENGAWASAN TERHADAP BARANG IMPOR PADA


BIDANG LALU LINTAS ANGKUTAN LAUT DAN KEPELABUHANAN
PADA KANTOR PELABUHAN X

MOH AFANDI
NIT : 18.43.092

KETATALAKSANAAN ANGKUTAN LAUT DAN KEPELABUHANAN

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA IV PELAYARAN


POLITEKNIK ILMU PELAYARAN MAKASSAR

TAHUN 2020
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI...........................................................................................i

BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................1

B. Rumusan Masalah .....................................................................3

C. Tujuan Penelitian .......................................................................4

D. Manfaat Penelitian .....................................................................4

E. Hipotesis ....................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian ...........................................................................5

B. Fungsi pengawasan....................................................................8

C. Tindak lanjut pengawasan..........................................................12

D. Penanganan dan jenis muatan ..................................................14

BAB III METODE PENELITIAN

A. Daerah dan waktu penelitian.......................................................17

B. Metode pengumpulan data..........................................................17

C. Jenis dan sumber data................................................................17

D. Metode analisis............................................................................18

E. Sistematika penulisan .................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................19

i
LAMPIRAN ...........................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai negara
kesatuan yang terdiri dari beribu pulau, merupakan negara maritim
yang sangat penting dan strategis dalam hubungan antar negara.
Transportasi merupakan sarana untuk memperlancar roda
perekonomian, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dalam
rangka memantapkan perwujudan wawasan nusantara dan
meningkatkan ketahanan nasional serta mempercepat hubungan antar
negara.
Sarana angkutan laut merupakan salah satu sarana angkutan
dalam mendistribusikan barang ataupun sebagai alat transportasi
bagi manusia, baik dari ataupun kesuatu daerah/negara tertentu,
pelabuhan perlu dikelola dengan baik serta diawasi
penyelenggaraannya terutama terhadap pihak-pihak yang
memanfaatkan jasa pelabuhan seperti halnya Pelabuhan X.
Tujuan kegiatan Pelabuhan dapat dihubungkan dengan
kepentingan ekonomi, pemerintah dan lainnya. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 70 tahun 1996 tanggal 4 Desember 1996 tentang
Kepelabuhanan, pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan
dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat
kegiatan Pemerintah dan kegiatan ekonomi yang digunakan sebagai
tempat kapal sandar, berlabuh, naik turun penumpang dan bongkar
muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran
dan transportasi. Kepelabuhanan meliputi segala sesuatu yang
berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan pelabuhan dan kegiatan
lainnya dalam melaksanakan fungsi pelabuhan untuk menunjang
kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal,

1
penumpang dan/atau barang, keselamatan berlayar serta tempat
perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi. Oleh karena itu,
pelabuhan perlu dikelola dengan baik serta diawasi
penyelenggaraannya terutama terhadap pihak-pihak yang
memanfaatkan jasa pelabuhan seperti halnya Pelabuhan X.
Pelabuhan sebagai tumpuan tatanan kegiatan ekonomi dan
kegiatan Pemerintah yang merupakan sarana kegiatan bongkar muat
jasa pelabuhan sebagai penunjang penyelenggara segala kegiatan
angkutan laut dengan melihat berbagai kegiatan yang terjadi di
pelabuhan maka diperlukan suatu pengawasan yang ketat untuk
meningkatkan kualitas pelayanan pelabuhan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 62
Tahun 2002 tentang organisasi dan tata kerja Kantor Administrator
Pelabuhan pada pasal 10 bahwa Bidang Lalu Lintas Angkutan Laut
dan Kepelabuhanan mempunyai tugas melaksanakan pengawasan
kelancaran lalu lintas dan angkutan laut dan kegiatan penunjang
angkutan laut, pembinaan tenaga kerja bongkar muat dan
pemantauan pelaksanaan tarif serta penilikan fasilitas dan pelayanan
jasa pelabuhan, salah satu fungsi dari Bidang Lalu Lintas Angkutan
Laut dan Kepelabuhanan adalah melaksanakan pengawasan impor
sebagai upaya meningkatkan kinerja operasional pelabuhan. Kegiatan
pengawasan yang dilaksanakan oleh Bidang Lalu Lintas Angkutan
Laut dan Kepelabuhanan diharapkan untuk mengefektifitaskan
pelayanan kepada pengguna jasa pelabuhan, baik terhadap angkutan
barang dari dan ke kapal maupun penumpang angkutan laut. Hal itu
dilakukan demi menjaga keamanan barang dan penumpang baik yang
naik maupun turun dari kapal, menjaga citra Pelabuhan X sekaligus
untuk mencegah terjadinya kerugian negara akibat penyelundupan-
penyelundupan yang senantiasa terjadi dan berbagai aspek lainnya
yang perlu diperhatikan atau pengawasan secara lebih intensif demi
optimalisasi pelayanan pelabuhan.

2
Fungsi pengawasan oleh Bidang Lalu Lintas Angkutan Laut dan
Kepelabuhanan pada arus barang impor sangat perlu dilakukan
sebagai bagian dari peningkatan kualitas pelayanan pelabuhan
khususnya dalam memberikan petunjuk-petunjuk dalam
mengendalikan masalah yang dihadapi khususnya demi kalancaran
arus barang impor.
Fungsi pengawasan tersebut tidak dimaksudkan untuk mencari
celah-celah kesalahan dari penyelenggara pelayanan barang impor,
akan tetapi lebih berorientasi pada upaya peningkatan kualitas
pelayanan Pelabuhan X mengingat arus barang impor melalui
pelabuhan X cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Kegiatan
pengawasan terhadap arus barang impor merupakan suatu tuntutan
terhadap arus barang impor dari Pelabuhan X yang cukup tinggi.
Dari uraian diatas, maka untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan khususnya dalam menjaga citra Indonesia khususnya
pelabuhan X maka kegiatan pengawasan impor mutlak dilakukan.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk
meneliti pengawasan terhadap barang impor pada Bidang Lalu Lintas
Angkutan Laut dan Kepelabuhanan Kantor Administrator Pelabuhan
X.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang dipaparkan diatas, maka
penulis merumuskan pokok permasalahan :
1. Bagaimana penyelenggaraan pengawasan barang impor yang
dilakukan oleh Bidang Lalu Lintas Angkutan Laut dan
Kepelabuhanan Kantor Administrator Pelabuhan X
2. Bagaimana perkembangan barang impor di Pelabuhan X.
3. Pengawasan yang dilakukan oleh Bidang Lalu Lintas Angkutan
Laut dan Kepelabuhanan Kantor Administrator Pelabuhan X,
apakah sudah berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku.

3
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penyelenggaraan pengawasan terhadap barang
impor dalam rangka kelancaran arus barang oleh Bidang Lalu
Lintas Angkutan Laut dan Kepelabuhanan Kantor Administrator
Pelabuhan X.
2. Membandingkan hasil pengawasan yang dilakukan oleh Bidang
Lalu Lintas Angkutan Laut dan Kepelabuhanan Kantor
Administrator Pelabuhan X terhadap hipotesis penelitian.
3. Untuk mengetahui perkembangan barang impor di Pelabuhan X
dari tahun 2018 sampai 2020.

D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi Administrator Pelabuhan X dalam
pengawasan barang impor dari hasil penelitian.
2. Sebagai bahan masukan bagi para pembaca dan bahan referensi
bagi peneliti lain yang berminat mengkaji topik yang sama.

E. Hipotesis
Berdasarkan uraian rumusan masalah maka hipotesis penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut :
Diduga “ Pengawasan terhadap barang impor oleh Bidang Lalu
Lintas Angkutan Laut dan Kepelabuhanan Kantor Administrator
Pelabuhan X kurang efektif“.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

1. Pengawasan atau Controlling


Berbicara tentang pengawasan atau controlling, orang sering
salah pengertian. Secara naluriah manusia pada umumnya merasa
tidak senang terhadap pengawasan yang dilakukan sehingga
pengawasan dirasakannya sebagai suatu yang menyentuh haknya
yang bersifat pribadi, sebagai hal yang menyentuh rasa, harga
dirinya karena seolah-olah ia tidak dipercaya oleh pihak yang
melakukan pengawasan.
Perkataan pengawasan berasal dari kata “pengawas“ yang kata
dasarnya “awas“. Menurut W.J.S Poerwadarminta (1996:58) awas
artinya “dapat melihat dengan baik, tajam penglihatan atau tajam
tiliknya“. Sedangkan istilah pengawasan dalam menajemen adalah
“controlling“ sehingga para ahli atau sarjana telah menyamakan
controlling dengan pengawasan. Akan tetapi ada juga yang tidak
setuju dengan penyamaan tersebut dengan alasan bahwa
controlling lebih luas pengertiannya dari pada pengawasan dimana
pengawasan hanya kegiatan-kegiatan mengawasi saja dan
melaporkan hasil kegiatan pengawasan tersebut.
Hal senada dikemukakan oleh Sondang P. Siagian (1997:135)
bahwa : “Pengawasan adalah proses pengamatan daripada
pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar
supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan sebelumnya“.

5
LAN RI (1994:145) merumuskan pengawasan sebagai berikut :
“Tanggung jawab setiap pimpinan untuk mencegah sedini mungkin
terjadinya penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, kesalahan
dan kegagalan dan mencapai tujuan dalam pelaksanaan tugas
organisasi“.
Dari beberapa pendapat diatas, maka pengawasan pada
hakikatnya merupakan kegiatan pimpinan atau unit kerja suatu
organisasi dalam mengendalikan, meluruskan dan memperbaiki
serta mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan,
pemborosan dan penyelewengan pelaksanaan tugas organisasi
sesuai rencana yang ditentukan.

2. Impor
Dewasa ini hampir tidak ada lagi suatu negara didunia ini yang
benar-benar dapat memenuhi kebutuhannya dari hasil produksi
negaranya sendiri. Semua negara saling ketergantungan satu
dengan yang lain baik itu negara-negara adidaya maupun negara-
negara kecil, baik negara-negara ekonomi maju maupun negara-
negara sedang berkembang bahkan negara-negara terbelakang
sekalipun secara langsung maupun tidak langsung saling
membutuhkan baik dalam pertukaran barang-barang maupun
pertukaran dalam bidang jasa.
Dari uraian singkat diatas dapat diambil kesimpulan batapa
pentingnya perdagangan internasional terlebih-lebih pada era
globalisasi, tingkat kebutuhan manusia semakin meningkat diabad
modern yang tidak mungkin semua kebutuhan dapat dipenuhi oleh
produksi dalam negeri, sehingga kita hidup didunia saling
ketergantungan baik memenuhi kebutuhan secara individu maupun
memenuhi kebutuhan pada tingkat yang lebih kompleks dan besar
yaitu kebutuhan antar negara.

6
Seperti kita ketahui bahwa perdagangan internasional pada
dasarnya sama dengan perdagangan dalam negeri dimana disitu
akan terjadi adanya transaksi jual beli, jual dikenal dengan istilah
ekspor sedangkan beli dikenal dengan istilah impor.
Berbicara mengenai impor berarti kita membahas tentang
perdagangan internasional, karena impor terkait dengan sistem
perdagangan antar negara. Menurut Undang-Undang Nomor 10
tahun 1995 tentang Kepabeanan pada pasal 1 butir 13, impor
adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah Pabean.
Daerah. Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi
wilayah darat, perairan dan ruang udara diatasnya, serta tempat-
tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen
yang didalamnya berlaku undang-undang ini.

3. Angkutan Laut

Pada dasarnya pengertian angkutan laut adalah memindahkan


suatu benda dari suatu tempat ketempat lain dengan
mempergunakan alat atau sarana angkutan yang diperlukan.

Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia – Balai Pustaka 2002,


pengangkutan adalah usaha membawa, mengantar atau
memidahkan orang atau barang dari suatu tempat ketempat lain.

Dari kedua definisi diatas, maka angkutan laut didefinisikan


setiap kegiatan angkutan dengan menggunakan kapal untuk
mengangkut penumpang, barang dan/atau hewan dalam suatu
perjalanan atau lebih dari satu pelabuhan kepelabuhan lain yang
diselenggarakan oleh perusahaan angkutan laut. Dengan demikian
didalam kegiatan tersebut terdapat 3 unsur pokok, yaitu :

a) Kapal sebagai
alat angkut.

7
b) Pelabuhan muat
dan pelabuhan bongkar.

c) Pelayaran
sebagai kegiatan perjalanan melalui air.

4. Analisis
Analisis adalah proses pencarian jalur keluar (pemecahan
masalah) yang berangkat dari dugaan akan kebenarannya,
penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan
bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk mendapatkan
pengertian yang tepat dan pemahaman makna keseluruhan. (Tim
Prima Pena, 47-48, tanpa tahun).

B. Fungsi Pengawasan
Untuk lebih memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai
fungsi dasar manajerial, G.R.Terry (Sondang P. Siagian, 197:105)
yaitu “perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengawasan”.
Kedua pendapat diatas menempatkan pengawasan pada urutan
akhir dalam manajemen. Namun demikian tidak berarti bahwa fungsi
pengawasan dilaksanakan nanti setelah semua fungsi menajemen
berakhir.
Dalam pelaksanaan tugas umum pemerintah dan pembangunan
agar berhasil guna dan berdaya guna, maka perlu memperhatikan
fungsi pengawasan yang baik, seperti dikemukakan Maharuddin
Pangewa (1988:124) sebagai berikut :
1) Mencengah
penyimpangan-penyimpangan.
2) Memperbaiki
kesalahan-kesalahan penyalahgunaan serta penyelewengan.

8
3) Mempertebal rasa
tanggung jawab.
4) Mendidik pegawai
Hal senada dikemukakan oleh Djati Julitriarsa dan Johan
Suprihanto (1992:102-103) tentang fungsi pengawasan yaitu :
1) Untuk mencegah terjadinya berbagai penyimpangan atau
kesalahan-kesalahan.
2) Untuk memperbaiki berbagai penyimpangan atau kesalahan yang
terjadi.
3) Untuk memperbaiki rasa tanggungjawab.
Fungsi pengawasan yang dikemukakan oleh Donelly
(Sujamto(1986:87) bahwa ada tiga macam tipe atas dasar aktivitas
pengawasan yaitu : pengawasan pendahuluan, pengawasan pada
saat pekerjaan berlangsung dan pengawasan feedback.
Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis menarik kesimpulan
bahwa fungsi pengawasan berorientasi pada tiga hal yaitu:

1. Pengawasan pendahuluan
Pengawasan pendahuluan merupakan pengawasan awal yang
dilakukan sebelum pekerjaan dilaksanakan untuk mencegah
terjadinya deviasi-deviasi pada kualitas serta kuantitas sumber
daya yang digunakan pada suatu organisasi. Pengawasan
pendahuluan dilakukan sebelum rencana dilaksanakan sehingga
dapat digolongkan sebagai preminary control atau termasuk
kedalam pengawasan preventif. Pengawasan preventif
dimaksudkan pengawasan yang dilakukan sebelum terjadi
penyelewengan atau kesalahan dalam pelaksanaan tugas. Jadi
diadakan tindakan pencegahan agar jangan terjadi kesalahan-
kesalahan dikemudian hari. Dalam pengawasan pendahuluan ini
informasi diperoleh dari segi persiapan dan rencana.

2. Pengawasan pada saat pekerjaan berlangsung.

9
Pengawasan pada saat pekerjaan berlangsung yaitu memonitor
pekerjaan yang berlangsung guna memastikan bahwa sasaran itu
akan dicapai dengan baik. Pengawasan yang dilakukan oleh
atasan ini bertujuan untuk mengetahui sudah sampai dimana
rencana itu sudah dilaksanakan dan bagaimana pelaksanaan
pekerjaan tersebut, apakah ada kemajuan atau tidak.
Dalam pengawasan ini ingin mengetahui sudah sampai
dimanakah rencana itu dilaksanakan, kemudian adakah kemajuan
atau tidak, bila ada kemacetan sampai dimana kemacetan itu dan
apa sebab masalahnya.
Maksud dari pada pengawasan ini adalah :
a. Untuk mengetahui jalannya pekerjaan apakah lancar atau tidak.
b. Untuk memperbaiki kesalahan yang sama atau timbulnya
kesalahan-kesalahan yang baru.
c. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan kerja sesuai dengan
program seperti yang telah digariskan dalam perencanaan atau
tidak.
Fungsi pengawasan ini dimaksudkan agar pelaksanaan
pekerjaan berlangsung dengan baik. Dalam pengawasan saat
pekerjaan berlangsung, sumber informasinya adalah kegiatan atau
pekerjaan yang sedang berlangsung dan arus tindakan korektifnya
ditujukan untuk menyempurnakan kegiatan atau pekerjaan yang
sedang berlangsung itu agar diperoleh nantinya sesuai dengan
rencana.

3. Pengawasan feedback
Pengawasan feedback ini bertujuan untuk mencocokkan antara
perencanaan yang telah disusun dengan rencana kerja dan hasil
yang telah dicapai. Pengawasan feedback ini dapat digolongkan
sebagai pengawasan represif yaitu pengawasan setelah rencana
sudah dijalankan, dapat diukur hasil-hasil yang telah dicapai

10
dengan alat pengukur yang sesuai dengan standar yang telah
ditentukan sebelumnya.
Dalam pengawasan feedback ini, informasi diperoleh dari hasil
pekerjaan yang telah selesai dikerjakan, baik yang telah selesai
seluruhnya maupun yang baru sebagian. Sedangkan tindakan
korektifnya yang bersifat umpan balik itu ditujukan untuk
penyempurnaan pekerjaan-pekerjaan yang sedang berlangsung.
Menurut Sondang P. Siagian (1997:137) bahwa terdapat
beberapa sasaran utama yang perlu dicapai, yaitu :
1) Bahwa melalui pengawasan pelaksanaan tugas-tugas yang
telah ditentukan sungguh-sungguh sesuai dengan pola yang
telah digariskan dalam rencana.
2) Bahwa struktur serta hirarki organisasi sesuai dengan pola yang
telah ditentukan dalam rencana.
3) Bahwa seseorang sungguh-sungguh ditempatkan sesuai
dengan bakat, keahlian dan pendidikan serta pengalamannya.
4) Bahwa penggunaan alat-alat diusahakan agar supaya sehemat
mungkin.
5) Bahwa sistem/prosedur kerja tidak menyimpang dari garis-garis
kebijaksanaan yang telah tercermin dalam rencana.
6) Bahwa tidak terdapat penyimpangan atau penyelewengan
dalam penggunaan kekuasaan, kedudukan terutama keuangan.
Dari rumusan diatas , maka dapat disimak bahwa pengawasan
harus berkaitan langsung dengan kebijaksanaan dan strategi yang
telah dirumuskan dan ditetapkan dengan keputusan yang telah
diambil, rencana yang telah disusun dan program kerja yang telah
dibuat. Memang tidak mungkin melakukan pengawasan tanpa
membandingkannya dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Dalam melaksanakan fungsi pengawasan itu hendaknya
memperhatikan norma pengawasan. Menurut Sujamto (1987:16)

11
norma pengawasan adalah : “Kaidah atau ukuran yang ditetapkan
oleh pihak yang berwenang yang harus diikuti dalam rangka
melaksanakan fungsi pengawasan agar dicapai mutu pengawasan
yang dikehandaki”.
Maka untuk lebih dapat memahami wujud-wujud atau isi norma
pengawasan, berikut dikemukakan oleh Sujamto (1987:17-18)
sebagai berikut :
1) Pengawasan tidak mencari kesalahan, yaitu tidak
mengutamakan mencari siapa yang salah, tetapi apabila
ditemukan kesalahan, penyimpangan dan hambatan supaya
segera dilaporkan sebab-sebab kesalahan dan bagaimana
memperbaikinya.
2) Pengawasan merupakan proses yang berlanjut yaitu
dilaksanakan terus menerus, sehingga dapat memperoleh hasil
pengawasan yang berkesinambungan.
3) Pengawasan harus menjamin adanya kemungkinan
pengambilan koreksi yang cepat dan tepat terhadap
penyimpangan dan penyelewengan yang ditemukan.
4) Pengawasan bersifat mendidik dan dinamis, yaitu dapat
menimbulkan kegairahan untuk memperbaiki, mengurangi atau
meniadakan penyimpangan disamping menjadi pendorong dan
perangsang untuk menertibkan dan menyempurnakan kondisi
obyek pengawasan.
Berdasarkan pada norma pengawasan itulah maka tujuan
pengawasan tidak diartikan untuk mencari kesalahan orang. Tetapi
dapat dipahami bahwa tujuan utama pengawasan adalah
mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi suatu
kenyataan. Norma pengawasan ini seharusnya diketahui dan
dilaksanakan oleh para atasan agar setiap pelaksanaan fungsi
pengawasan itu berjalan secara efisien dan efektif.

12
C. Tindak Lanjut Pengawasan
Hasil pengawasan tidak akan ada artinya tanpa tindak lanjut.
Tindak lanjut pengawasan penting artinya bagi pendayagunaan hasil
pengawasan. Temuan-temuan oleh atasan dari hasil pemantauan,
pemeriksaan dan evaluasi terhadap bawahannya. Temuan-temuan itu
hanya bermanfaat bagi tujuan pengawasan bilamana diiringi dengan
tindak lanjut oleh pimpinan yang mengembangkan fungsi
pengawasan. Sehubungan dengan itu, tindak lanjut dapat berupa
dilakukannya kegiatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka
memperbaiki kesalahan, kekeliruan dan penyimpangan.
Berkenaan dengan tindak lanjut tersebut, Hadari Nawawi (1993:85)
membedakan dalam dua macam yaitu : “Tindak lanjut ke dalam dan
tindak lanjut ke luar“.

1) Tindak lanjut kedalam


Tindak lanjut ke dalam kegiatan utamanya berbentuk
bimbingan, pembinaan dan pengarahan untuk melakukan
perbaikan dan penyempurnaan kekeliruan yang ditemukan,
termasuk terhadap fungsi pengendalian agar efektivitas dan
efesiensi penyelenggaraan tugas-tugas dapat bertambah baik.
2) Tindak lanjut ke luar
Berusaha menyelesaikan masalah yang dilaporkan atau
diinformasikan, baik secara individual maupun secara keseluruhan
sesuai dengan peraturan yang berlaku, serta langkah-langkah
penyelesaian melalui proses hukum sesuai sifat dan jenis
kesalahan yang telah dilakukan.
Tindak lanjut pengawasan ini berguna untuk berbagai hal seperti :
a) Memperbaiki dengan cara memberikan bimbingan dan
pembinaan sebagai tindakan-tindakan yang berlangsung dapat
dilaksanakan oleh setiap atasan

13
b) Memperbaiki dengan cara menyusun program atau
mengirim karyawan atau pegawai untuk mengikuti pendidikan
dan latihan sesuai dengan keperluan.
c) Memperbaiki rumusan kebijakan, perintah , perencanaan
dan pembagian tugas atau pekerjaan baik yang bersifat
operasional maupun strategis.

D. Penanganan dan Jenis Muatan


Ada beberapa kegiatan dan syarat-syarat dalam menangani
muatan kapal laut di pelabuhan, baik muatan yang tiba dengan kapal
maupun muatan yang diangkut oleh kapal dari pelabuhan yang satu
ke pelabuhan yang lain.
Adapun kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah :
1. Bongkar atau muat barang dari atau ke kapal
2. Memindahkan muatan dari sisi kapal ke tempat penimbunan atau
tempat penyimpanan baik di lapangan ataupun di gudang.
3. Melaksanakan penimbunan baik di lapangan, gudang ataupun
kendaraan yang ada didarat atau perahu pada saat barang
diterima dari kapal atau dari alat angkut, dari darat (truk) ke
gudang/tempat penimbunan untuk dimuat di kapal.
Selanjutnya mengenai syarat-syarat yang diperlukan dalam
menangani muatan kapal adalah sebagai berikut :
1. Dikerjakan oleh tenaga kerja yang terampil
2. Ditunjang oleh peralatan yang cukup dan memadai
3. Pelaksanaan pekerjaan penanganan muatan yang baik
4. Adanya perincian tuntunan/petunjuk dan pengawasan
yang ketat.
5. Adanya kerjasama yang baik antara pihak yang satu
dengan pihak yang lain dalam proses pengangkutan muatan.

14
Dalam proses pengiriman muatan angkutan laut, ada berbagai
dokumen yang dipergunakan. Dokumen itu dapat digolongkan yaitu :
a. Dokumen muatan dari perusahaan pelayaran
b. Dokumen muatan dari pengirim
c. Dokumen muatan dari Pabean (Bea Cukai)
Dokumen muatan dari perusahaan pelayaran terbagi atas beberapa
jenis yaitu :
a. Resi gudang, yaitu dokumen yang merupakan
tanda terima barang oleh carrier dalam gudangnya.
b. Resi mualim, yaitu dokumen atau surat tanda
terima mualim 1 atas barang diatas kapalnya, resi tersebut
ditandatangani oleh muali 1 kapal.
c. Bill of Loading, suatu surat yang diberi tanggal
dan tanda tangan, dimana sipengangkut menerangkan bahwa dia
sudah menerima barang dengan maksud untuk diangkut ketempat
tujuan yang ditunjuk juga dengan perjanjian bagaimana penyerahan
akan dilakukan.
d. Delivery Order, yaitu merupakan surat perintah
untuk mengambil barang yang ada didalam gudang pengangkut
atau disamping kapal.
Dokumen muatan dari Importir terdiri dari :
a. Shipping Order, yaitu surat permintaan pengapalan barang dari
pihak pengirim untuk perusahaan pelayaran.
b. Packing List, yaitu suatu daftar yang menerangkan
secara terinci isi dari tiap colly.
c. Impor Lisensi, yaitu suatu surat izin yang dikeluarkan
oleh Departemen Perdagangan yang memperkenankan seseorang
untuk melakukan kegiatan impor.
d. Sertifikat asal, yaitu merupakan suatu dokumen yang
menerangakan bahwa barang-barang tersebut benar-benar buatan
negara yang bersangkutan.

15
e. Commersial invoice (faktur), yaitu merupakan surat
yang menyebutkan banyaknya barang dan harga dari barang itu
baik harga satuan maupun harga seluruhnya.
f. Sertifikat of inspection, yaitu suatu sertifikat oleh
surveyor (tidak berpihak) mengenai kualitas barang, ukuran, berat
masing-masing barang, keadaan pengapalan dan banyaknya isi
colly.
g. Certificate of insurance, yaitu polis yang dikeluarkan
asuransi yang menanggung barang-barang yang dikirim. Polis ini
menjadi jaminan bagi pembeli barang bahwa barang yang akan
dibelinya itu akan tiba dengan lengkap sebab bila terjadi suatu
malapetaka maka barang itu ditimpa bencana sehingga barang itu
harus ada penggantinya.
Dokumen muatan dari pabean (Bea Cukai) dapat digolongkan :
a. Pemberitahuan pemasukan/impor barang untuk dipakai
(PIUD),
yaitu dokumen pabean yang dipergunakan untuk melindungi atau
menyelamatkan pemasukan barang kedalam peredaran bebas.
b. Laporan pemeriksaan surveyor (LPS), yaitu dokumen yang
dibuat atas surveyor atas pemeriksaan barang-barang yang akan
memasuki peredaran bebas.
c. Pemberitahuan umum (PU), yaitu dokumen yang dipergunakan
untuk memberitahukan kepada Pabean atas barang-barang yang
akan dibongkar di pelabuhan itu serta barang-barang yang masih
ada di atas kapal termasuk perbekalan kapal.

16
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Daerah dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Pelabuhan X khususnya
Bidang Lalu Lintas Angkutan Laut dan Kepelabuhanan. Waktu
penelitian dilakukan selama kurang lebih 3 bulan yaitu bulan
September sampai Desember 2020.

B. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Metode Penelitian Lapangan (Field research)
Metode penelitian lapangan yaitu suatu penelitian yang
dilakukan dengan cara :
a. observasi, yaitu penelitian dengan
mengadakan pengamatan secara langsung pada Kantor
Pelabuhan X untuk memperoleh data yang lebih akurat.

17
b. Interview, yaitu dengan mengadakan
wawancara secara langsung dengan pimpinan dan beberapa
staf yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
2. Metode Penelitian Pustaka (Library research)
Penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan untuk
memperoleh informasi melalui literatur-literatur atau berbagai
referensi terkait dan relevan terhadap masalah yang diteliti.

C. Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu :
1. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari
pihak instansi Kantor Pelabuhan X berupa keterangan atau
informasi langsung dari pimpinan atau karyawan berkaitan dengan
penelitian ini.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak
langsung yaitu dari buku dan literature yang ada, antara lain :
Library Research (riset perpustakaan) dan data hasil laporan yang
terdapat dalam instansi itu.

D. Metode Analisis
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan jenis
deskriptif.dimana penulis menggunakan data – data berupa
penjelasan – penjelasan dari sumber data, dengan penelitian ini
penulis dapat melihat langsung pada situasi lapangan, sehingga
menghasilkan suatu pemikiran dengan tujuan memberikan penjelasan
tentang pengawasan barang impor di bidang laulu lintas angkutan laut
dan kepelabuhanan.

E. Sistemetika Penulisan

18
Sistematika penulisan dalam penyusunan skipsi ini terdiri dari 6
(enam) bab, yaitu sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian serta Hipotesis.
BAB II : Tinjauan Pustaka yang terdiri dari Pengertian Pengawasan,
Impor, Angkutan Laut, Analisis, Fungsi Pengawasan, Tindak
Lanjut Pengawasan, Penanganan dan Jenis Muatan.
BAB III : Metode Penelitian yang terdiri dari Daerah dan Waktu
Penelitian, Metode Pengumpulan Data, Jenis dan Sumber
Data, Metode Analisis, Sistematika Penulisan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Poerwardarmita, W.J.S. (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia


Jakarta:Balai Pustaka

Siagian, Sondang P, Prof Dr .MPA. (2006). Manajemen Sumber Daya


Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Kamus Besar Bahasa Indonesia – Balai Pustaka 2002,

Sujamto, 1986, Beberapa Pengertian Dibidang Pengawasan, Jakarta:


ghailah indah.

20

Anda mungkin juga menyukai