Anda di halaman 1dari 21

CARTER YANG MENGUNTUNGKAN

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6

NAMA:MUHAMAD YUSRAN 1722167


NAMA:RONALDUS IRAI 1722192
NAMA:PAULUSKARTINO MOLAN 1722178
NAMA:RAHMAD BINTARA AJI 1722182
NAMA:MUJIONO SETIAWAN 1722170
NAMA:SAVINDRA 1722194
Jenis-Jenis Kontrak dan Persewaan Kapal

Di dalam usaha pelayaran, terdapat empat macam jenis kontrak yang


biasa digunakan. Masing – masing jenis kontrak tersebut memiliki kelebihan
dan kekurangan. Untuk itu perlu dilakukan analisa yang disertai dengan
praktik langsung agar diperoleh keuntungan maksimal. Jenis kontrak atau
pencharteran yang dipilih harus disesuaikan dengan kebutuhan dan pemilihan
yang paling menguntun gkan bagi kedua belah pihak baik itu pencharter
ataupun owner . Secara umum ada 4 jenis sistem persewaan, antara lain
Voyage Charter

Sewa kapal berdasarkan perjalanan (voyage charterparty) adalah suatu


kontrak untuk mengangkut barang-barang tertentu dalam suatu perjalanan
(voyage) yang sudah ditentukan atau dalam serangkaian perjalanan. Seperti
halnya sewa kapal berdasarkan waktu, pemilik kapal tetap mempertahankan
hak kepemilikan atas kapal dan mempekerjakan nahkoda dan awak kapal.
Time Charter

Sewa kapal berdasarkan jangka waktu (time charterparty) adalah suatu kontrak
berdasarkan mana nahkoda dan awak kapal menjalankan pekerjaannya untuk suatu
jangka waktu tertentu sebagai imbal balik dari pembayaran sewa. Berdasarkan suatu
time charterparty, pemilik kapal tetap mempertahankan hak kepemilikan atas kapal dan
nahkoda serta awak kapal dipekerjakan oleh pemilik kapal tersebut. Akan tetapi, pihak
yang menyewa berhak untuk menentukan bagaimana kapal akan digunakan asalkan
penggunaan itu masih dalam batas-batas yang telah disetujui di dalam perjanjian.
Dalam time charterparty, risiko keterlambatan ada pada pihak yang menyewa. Sewa
kapal biasanya mengatur kejadian-kejadian tertentu yang terjadinya salah satu kejadian
itu akan menyebabkan sewa kapal berakhir, yaitu pihak yang menyewa tidak lagi
bertanggung jawab atas sewa kapal selama jangka waktu itu. Kejadian-kejadian tersebut
termasuk kerusakan mesin kapal, tidak cukupnya awak kapal, mogok, dan lain-lain.
Bareboat Charter
Sewa kapal berdasarkan demise (Bareboat charterparty)
adalah kontrak untuk menyewa kapal sebagai chattel. Pihak yang
menyewa menjadi pemilik kapal untuk sementara waktu dalam
segala hal (kecuali terhadap pemilik kapalnya). Nahkoda dan
awak kapal adalah karyawannya. Untuk menentukan apakah
suatu sewa kapal adalah suatu demise charterparty, hal ini
merupakan masalah penafsiran yang ditentukan dengan merujuk
pada ketentuan-ketentuan sewa kapal. Indikasi penting lainnya
adalah apakah nahkoda (master) adalah karyawan pemilik kapal
atau pihak yang menyewa. Pihak yang menyewa mempunyai hak
penguasaan atas kapal.
Consecutive Voyage Charter/Contract of Affreigment (COA)
 Sistem pencharteran dimana penyewaan kapal untuk beberapa
pelayaran secara berturut – turut

Liner Charter
Merupakan system pencharteran berdasarkan rute, tujuan
dan arah angin. Liner charter berpengaruh pada komoditas
atau barang apa yang akan diangkut. Dalam system charter ini
dihitung per container. Semua biaya mulai dari capital cost,
operational cost dan voyage cost ditanggung oleh pemilik
kapal. Contohnya pada transportasi laut untuk penumpang
dari Pelni
Bareboat Charter atau Demise Charter (Penyerahan
Milik)
Bareboat Charter adalah penyewaan kapal tanpa Nakhoda dan Anak Buah Kapal (ABK).
Jadi Charter harus melengkapi sendiri Nakhoda dan ABK tersebut, walaupun demikian kapal
masih dalam kondisi laik laut (Sea Worthy)
Harga sewa (Charter Free) jenis charter ini berdasarkan kepada setiap ton bobot mati
musim panas (Summer Deadweight Capacity) dan harus dibayar dimuka untuk setiap bulan
(satu jenis dengan Time Charter).
Semua biaya ekspoloitasi kapal ditanggung oleh Charter, termasuk biaya repair dan survey
kapal yang dilaksanakan secara periodik. Namun demikian charterer wajib mengembalikan
kapal setelah habis/selesai kontrak, sesuai dengan keadaan semula, kecuali karena terjadi
keausan normal.
Mengenai masalah asuransi kapal, juga menjadi tanggungan Charterer, kecuali sewaktu
negosiasi disepakati dalam Charter Party (C/P) bahwa biaya asuransi kapal (Polis Asuransi)
menjadi tanggungan Ship Owner.
Selama tegang waktu (Time Period) Bareboad Charter tersebut masih berlaku, Charterer
boleh menyewakan kembali (recharter/sublet charter) kepada pihak ketiga dan dalam hal ini
dia bertindak sebagai Ship Owner dan disebut Disponet Owners.
Pihak ketiga tidak bertanggung jawab kepada pemilik kapal asli. Dia
hanya bertanggung jawab kepada Dispnent Owner dan Ship Owner asli
menerima tanggung jawab hanya dari Disponent Owner saja.
Meskipun kapal boleh disewakan kepada pihak ketiga atau digunakan
sendiri oleh Charterer, masing-masing pihak harus mematuhi suatu
ketentuan, yaitu “Kapal hanya dapat digunakan untuk pelayaran yang sah
dan untuk mengangkut barang-barang (muatan) yang sah pula (the vessel
will be employed in lawful trade in carrying lawfull merchandise). Jika
ketentuan ini dilanggar, misalnya oleh Charterer digunakan mengangkut
barang terlarang/gelap (Contrabande), maka segala konsekwensi atas kapal
tersebut, menjadi tanggungan dan beban Charterer. Misalnya kapal disita
oleh petugas setempat. Charterer harus membayar ganti rugi kepada Ship
Owner atas kapal yang disita tersebut.
Jenis perjanjian ini beberapa penulis sepakat menggunakan kata
sewa-menyewa (bukan charter), karena kapal disewakan tanpa
perlengkapan apa pun, kecuali sekoci. Jadi kapal disewa dalam
keadaan kosong dan penyewa harus melengkapinya dengan awak
kapal, bahan bakar, asuransi dan perlengkapan lainnya. Oleh karena itu
penyewa harus bertindak seolah-olah dia pemilik kapal. Di pihak lain,
ada penulis yang menyamakan kedua pengertian tersebut dengan tetap
menggunakan kata carter.
Akibatnya, pengaturan mengenai perjanjian ini juga terdapat
perbedaan pendapat. Para penulis yang sepakat menggunakan kata
sewa menyewa berpendapat bahwa ketentuan mengenai ini tunduk
kepada aturan KUH Perdata (pasal 1320). Sebaliknya, para penulis
yang memasukkan perjanjian ini ke dalam golongan charter
menyatakan bahwa ketentuan untuk perjanjian ini sama dengan time
charter, karena perjanjian ini berlangsung untuk jangka waktu seperti
pada perjanjian time charter.
Pendapat tersebut timbul karena memang KUHD (yang
dijadikan dasar pengaturan bagi perjanjian ini) tidak mengatur
tentang bareboat charter. Sebagai konsekuensi dari perjanjian ini
adalah pihak penyewa memiliki kewajiban-kewajiban, seperti :
Mengadakan hubungan perjanjian kerja dengan awak kapal
Mengembalikan kapal kepada pemilik dalam kondisi sama
ketika dia mulai menyewa
Dapat menyewakan kapal tersebut kepada pihak ketiga
BAREBOAT CHARTER
Nomor :003/BBC-NSS/VIII/2011
Pada hari ini selasa,Tanggal 19 oktober 2018,di Jakarta,telah ditandatangani bersama surat
perjanjian Sewa Meyewa Kapal,antara :
I. Nama : muhamad yusran
Jabatan : KUASA DIREKSI.PT.NESITOR SAKTI SEGARA
Alamat : Wisma Pengerukan 1st Jl.Berdikari No.6.Jakarta Utara
Bertindak untuk dan atas nama perusaan tersebut Wakil dari Pemilik Kapal selanjutnya disebut: PIHAK
PERTAMA
II. Nama :mujiono setiawan
Jabatan : KUASA DIREKSI.PT.Buana Laut Lepas
Alamat : Jl.Kenanga No.14.Jakarta Utara
Bertindak dan atas nama perusaan tersebut sebagai Penyewa atau yang sama
kedudukannya,selanjutnya disebut :
PIHAK KEDUA
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA telah bersepakat mengadakan perjanjian sewa meyewa kapal de
ngan ketentuan yang mengikat masing-masing pihak sesuai dengan pasal-pasal sebagai berikut :
Pasal 1
NAMA DAN TYPE KAPAL
Nama :Triyono
Type : Motor Tanker Sebagaimana Ship’s Particular terlampir

Pasal 2
JANGKA WAKTU SEWA DAN PERPANJANGAN
Kondisi sewa kapal tankertersebut pada pasal 1 di surat perjanjian ini adalah dasar “The B
alaticand Internasional Maritime Council (BIMCO) General Time Charter Party”dan jangka
waktusewa meyewa kapal adalah pertiap enam (6) bulan terhitung sejak harridan tangg
al peyerahan(Delivery) kapal di Tanjung Priok – Jakarta, yang di buktikan dengan On hire
certificate dariIndependent Surveyor,On Hire di Tanjung Priok / Off Hire di Tanjung Priok.
Surat Perjanjian ini berlaku selama enam (6) bulan terhitung sejak tanggal peyerahan kap
al dandapat diperpanjang atas permintaan PIHAK KEDUA,dan atas persetujuan PIHAKPER
TAMA,dalam hal perpanjangan atas perpanjangan masa berlaku ini, PIHAK KEDUA harus
memberitahukan kepada PIHAK PERTAMA dalam tempo (14) hari sebelum tanggal berlak
unyamasa sewa.
Pasal 3
JENIS MUATAN DAN DAERAHOPERASI
Kapal tersebut pada Pasal 1 Perjanjian ini akan dioperasikan oleh PIHAK KEDUA
hanyadiperairan (Tanjung Priok – Merak) secara regular untuk mengangkut HIGH SPEED OIL
(HSD)dan tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah serta Undang-Undang yang
berlaku diIndonesia
Pasal 4
JAMINAN LEGALITAS MUATAN
1. Bahwa PIHAK KEDUA menjamin muatan yang akan diangkut dengan kapal milik PIHAK
PERTAMA tersebut adalah resmi dan bukan barang-barang yang bertentangan dengan
Undang – Undang maupun Peraturan Pemerintah RI serta tidak membahayakan.
2. PIHAK PERTAMA tidak bertanggung jawab atas segala resiko dantuntutan hokum yang
timbul Di atas manapun akibat barang-barang yang di angkutPIHAK KEDUA.
3. Bahwa apabila selama masa Pengoprasian Kapal terjadi persoalan hukum yang
disebabkan ketidakabsahan barang yang diangkut sehingga meyebabkan tidak
dapatdioperasikan Kapal tersebut ,maka PIHAK KEDUA wajib untuk membayar uang ganti
rugikepada PIHAK PERTAMA sampai dengan persoalan Hukum selesai.
4. Besarnya ganti rugi tersebut adalah sebesar nilai kontrak Rp.110.000.000,-
(Seratus Sepuluh Juta Rupiah) setiap bulan
Pasal 5
HARGA SEWA DAN JADWAL PEMBAYARAN
1. Harga Sewa Kapal yang tersebut pada Pasal 1 di Surat Perjanjian ini adalah :
Rp.110.000.000,- (Seratus Sepuluh Juta Rupiah).
2. Pembayaran sewa kapal 2 bulan pertama dilunasi,plus deposit 1 bulan,pada
saat penandatanganan Surat Perjanjian ini ,di Jakarta.
3. Jadwal pembayaran harga sewa Kapal untuk bulan-bulan selanjutnya dilunasi
pada setiap 7 (tujuh) hari sebelum habisnya masa bulan sewa barjalan.
4. Apabila PIHAK KEDUA terlambat melakukan pembayaran sewa kapal sesuai
dengankesepakatan bersama yang tertuang dalam perjanjian sewa kapal
ini,maka PIHAK KEDUA di beri kelonggaran waktu maksimum 1 (satu) minggu
untukmeyelesaikannya. Bilamana lebih dari 1 (satu) minggu belum juga di lunasi
makaPIHAK PERTAMA berhak mengajukan surat pemeritahuan dan peringatan
kepadaPIHAK KEDUA. Dan apabilaketerlambatan pembayaranmelebihi 15 hari
dari taggal jatuh tempo maka PIH
AK KEDUA akan dikenakan denda sebesar 1,5 0/00 (satu komalima per-mil) perhari
dikalikan harga sewa kapal perbulan.
Pasal 6
KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA
1. Pihak Pertama mempunyai kewajiban terhadap hal-hal sebagai berikut :
a. Kondisi teknis kapal : Mesin Induk, Mesin Bantu, Pompa Cargo
peralatan / Perlengkapan Keselamatan dan Navigasi,dll,perbaikan dan
pergantian suku cadang kapal.
b. Surat-surat perjanjian dan sertifikat kapal termasuk
perpanjangan,peyesuaiandan audit yang terkait surat / sertifikat
kapaltersebut.
c. Asuransi Kapal (Hull & Machinery)
d. Docking dan seluruh biaya terkait pelaksanaan docking
Pasal 7
KEWAJIBAN PIHAK KEDUA
1. Pihak Kedua mempunyai kewajiban terhadap hal-hal sebagai berikut :
a. Peyediaan ABK termasuk membayar gaji,uang makan daninsentive
lainnya
b. Meyediakan BBM dan oli kapal sesuai kebutuhansecara teknis
c. Membayar biaya keagenan kapal disetiap pelabuhan danbiaya-biaya
terkait peyandraan kapal dan pengurus muatan.
d. Meyediakan kebutuhan air tawar untuk kebutuhan ABK,cuci tanki,Dll
e. Membayar biaya upah ABK untuk melaksanakan over hull/ pemelihara
mesin-mesin kapal.Sedangkan biaya perbaikan melibatkan pihak lain
(kontraktor) menjadi tanggungan PIHAKKEDUA
Pasal 8
SANKSI-SANKSI
Apabila PIHAK KEDUA melanggar ketentuan sebagaimana pasal 3 seperti
mengangkut Chemical/Barang berbahaya, serta mengoperasikan kapal
yang bertentangan dengan isi pasal 3 danatau di OPL Singapore / Di luar
Zona Exelcusive Ekonomi Indonesia(ZEE).
Atas dasar itu,PIHAK PERTAMA berhak membatalkan secara sepihak kontrak
Perjanjian Sewaini,dan kapal diyatakan Off Hire,Uang sewa kapal berikut
deposit yangtelah diterima PIHAKPERTAMA tidak dapat di tuntut oleh PIHAK
KEDUA dengan alasan apapun ,dan mutlak milikPIHAK PERTAMA.
Pasal 9
PERBEDAAN PENDAPAT / PERSELISIHAN
Apabila terjadi perselisihan pendapat dalam melaksanaan Surat Perjanjian
ini,kedua belah pihaksepakat meyelesaikan dengan cara musyawarah dan
kekeluargaan. Dalam hal peyelesaiandengan cara musyawarah dan
kekeluargaan tidak tercapai maka kedua belah pihaksepakatuntuk menunjuk
Badan Atminitrasi Nasional Indonesia (BANI) di Jakarta, untuk meyelesaikandan
memutuskan perselisihan tersebut menurut peraturan da tata cara yang di
tetapkan olehBANI yang diputuskan menigkat kedua belah pihak
Pasal 10
DASAR HUKUM
Surat Perjanjian diatur dan ditafsirkan bedasarkan peraturan perundangan
dan Hukum yangberlaku di Indonesia
PENUTUP

Surat perjanjian ini dibuat rangkap 2 diatas matrai yang cukup dan
berkekuatan Hukum yangsama serta di tanda tangani oleh kedua belah
pihak dalam keadaan sehat Jasmani dan Rohaniserta tanpa adanya
paksaan dari Pihak lain.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA


PT.NESITOR SAKTI SEGARA PT.BUANA LAUT LEPAS

Muhamad yusran mujiono setiawan


SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai