Pembuatan Timesheet
Tujuan dari pada penyusunan timesheet adalah untuk menentukan demurrage /
dispatch, mendapatkan gambaran perihal pemakaian waktu tiap-tiap hari untuk pemuatan /
pembongkaran. Timesheet yang demikian disusun atas dasar waktu yang sesungguhnya (actual
time) yang dipergunakan (actual timesheet) untuk tujuan administrasi dan analisa.
Adapun time sheet yang disusun untuk tujuan menentukan demurrage / dispatch atas
dasar time allowed tiap-tiap hari (allowed timesheet), tujuan terakhirnya adalah untuk
menentukan besarnya demurrage / dispatch money.
Dengan membandingkan time allowed dengan actual time, maka dapat diketahui apakah
dialami demurrage atau dispatch :
Actual time > time allowed, dialami demurrage;
Actual time < time allowed, dialami dispatch;
Dalam pembuatan timesheet dipedukan data-data mengenai pekerjaan dan keadaan lain yang
dapat diperoleh dari :
- Kejadian yang sebenarnya, yaitu tibanya kapal penyodoran NOR dan pekerjaan yang dilakukan
(statement of facts);
- Surat perjanjian charter dengan lampiran-Iampiran (backletters).
lkhtisar kejadian (statement of facts) menyediakan data-data untuk timesheet : tibanya kapal
(setelah diserahkannya NOR), pekerjaan bongkar muat yang dilakukan hingga selesai, mengenai
waktu-waktu mesin derek macet dan hujan turun, dicatat tanggal dan jamnya masing-masing
dengan teliti, teratur dan sistematis. Kejadian-kejadian yang sebenarnya diatas dihubungkan
dengan syarat-syarat yang tercantum didalam surat perjanjian charter sehingga dapat disusun
time allowed untuk tiap hari. Data-data untuk menyusun timesheet : tanggal / jam kapal tiba di
pelabuhan, didermagakan, diajukan NOR, banyaknya muatan, kecepatan bongkar muat,
mulainya laydays dan jumlahnya, mulainya pekerjaan bongkat-muat, waktu macetnya mesin
derek, waktu turunya hujan dan tanggal / jam berapa berakhirnya pekerjaan bongkar-muat. Pada
umumnya pencharteran atau penerima barang / wakilnya yang menyusun timesheet yang
tentunya diikuti dengan seksama oleh Nakhoda atau wakilnya, bahkan agen kapal turut dalam
penyusunan tersebut. Setelah timesheet selesai disusun, maka dokumen ini akan mengikat kedua
belah pihak yang bersangkutan setelah ditanda-tangani oleh :
- Nakhoda dan agen kapal, dan
- Pencharteran atau wakilnya
Dalam hal penyusunan time sheet diserahkan kepada kantor pusat dan kantor cabang hanya
menyiapkan statemant of facts, maka time sheet yang disusun pihak lain, belum mengikat
perusahaan.
F. Istilah - Istilah Charter
- Always safely afloat, untuk mencegah kapal dikirim ke tempat yang tidak aman (dangkal);
- Arrived ship, jika kapal telah tiba di tempat bongkar - muat, siap dan para pengirim / penerima
barang diberitahu serta laydays menurut C/P mulai berlaku;
- Berth charter, kapal dicharter untuk pemuatan “on the bearth” (tempat standar kapal);
- Certificate of delivery / redelivery, dokumen yang ditanda - tangani oleh nakhoda / pemilik
kapal yang mencantumkan tanggal penyerahan dan sisa bahan bakar;
- Clean charter, dimaksudkan untuk C/P yang tidak mencantumkan hal-hal yang luar biasa
(unusual terms);
- Consignment clause, penunjukan agen pemilik atau agen pencharter yang mengurus “inward
and outward business”;
- Convenient sped, dalam voyage charter untuk menghilangkan kontroversi mengenai kecepatan
kapal selama pelayaran;
- Custom of the port, nakhoda memperhatikan k~biasaan setempat;
- Deadfreight, uang tambang yang dibayar untuk muatan yang tidak dikapalkan;
- Notice of readiness, informasi dari nakhoda untuk pencharter bahwa kapal siap untuk memulai
pemuatan / pembongkaran;
- On hire survey - Off hire survey, dalam time charter sebagai syarat untuk penyerahan kapal
dalam keadaan yang baik (good order and condition);
- Open charter, suatu CIP yang tidak mencantumkan jenis muatan maupun pelabuhan tujuan;
- Prompt ship, kapal yang siap untuk membuat dalam jangka waktu yang relatif singkat;
- Safe berth - safe port, tempat yang dapat didatangi dengan aman dari segi nautis;
- Subletting, pihak pencharter diberikan hak untuk melakukan re - charter, namun tetap
bertanggung-jawab kapada nautis;
G. Kedudukan Konosemen dalam angkutan kapal dicharter
Nakhoda bekerja untuk kepentingan pencharteran dalam mengoperasikan kapal yang bertindak
sebagai Pengangkut sehingga tanggung-jawabnya adalah sebagai mana pertanggung-jawaban
pengangkut yang diatur dalam konosemen. Dokumen terakhir merupakan suatu pernyataan dari
Pengangkut bahwa barang telah diterima dan akan diserahkan di pelabuhan tujuan. Sedangkan
mengenai syarat pengangkutannya, konosemen menunjukkan kepada charter-party yang
bersangkutan.