KEPELABUHANAN
Oleh :
BAMBANG ISTIDJAB
Program Studi S1
ITL TRISAKTI
I. PENDAHULUAN
PERANAN TRANSPORTASI LAUT
2
PELAYARAN
Pelayaran adalah satu kesatuan sistem
,
yang terdiri
, atas :
.
Angkutan di Perairan
Kepelabuhanan
11
PERAN, FUNGSI, JENIS DAN HIERARKI PELABUHAN
UTARA
PELABUHAN KOMERSIAL DAN NON
KOMERSIAL
Pelabuhan non komersial adalah pelabuhan
yang diusahakan tidak komersial dan dikelola
oleh unit penyelenggara pelabuhan. Pendapatan
pelabuhan non komersial diatur berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
sekarang adalah UU No. 20 Tahun 1997. PPN 6
Tahun 2009 dan Permenhub No. 45 Tahun 2009.
Pelabuhan Komersial adalah pelabuhan yang
diusahakan secara komersial
PENGERTIAN TERMINAL
Terminal adalah suatu tempat untuk
menampung kegiatan yang berhubungan
dengan transportasi yang berfungsi untuk
mempermudah pelayanan dan pengaturan serta
pengawasan kegiatan Bongkar Muat dan turun
naik sementara.
TERMINAL KHUSUS DAN TERMINAL UNTUK
KEPENTINGAN SENDIRI
Terminal khusus adalah terminal yang terletak di luar
Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan
Kepentingan pelabuhan yang merupakan bagian dari
pelabuhan terdekat untuk melayani kepentingan
sendiri sesuai dengan usaha pokoknya.
Terminal untuk Kepentingan Sendiri adalah terminal
yang terletak di dalam Daerah Lingkungan Kerja dan
Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang
merupakan bagian dari pelabuhan untuk melayani
kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya.
TERMINAL KHUSUS DAN TERMINAL UNTUK
KEPENTINGAN SENDIRI (Lanjutan)
Untuk menunjang kegiatan tertentu di luar Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah
Lingkungan Kepentingan pelabuhan laut serta pelabuhan sungai dan danau dapat
dibangun dan dioperasikan terminal khusus untuk kepentingan sendiri guna
menunjang kegiatan usaha pokoknya.
Dengan demikian terminal khusus :
• Ditetapkan menjadi bagian dari pelabuhan terdekat ;
• Wajib memiliki Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan
tertentu; dan
• Ditempatkan instansi Pemerintah yang melaksanakan fungsi keselamatan dan
keamanan pelayaran, serta instansi yang melaksanakan fungsi pemerintahan sesuai
dengan kebutuhan.
Terminal khusus hanya dapat dibangun dan dioperasikan dalam hal:
• Pelabuhan terdekat tidak dapat menampung kegiatan pokok instansi pemerintah
atau badan usaha; dan
• Berdasarkan pertimbangan ekonomis dan teknis operasional akan lebih efektif dan
efisien serta lebih menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran.
TERMINAL KHUSUS DAN TERMINAL UNTUK
KEPENTINGAN SENDIRI (Lanjutan)
Terminal khusus dapat juga digunakan untuk menunjang usaha
anak perusahaan sesuai dengan usaha pokok yang sejenis dan
pemasok bahan baku dan peralatan penunjang produksi untuk
keperluan badan usaha yanng bersangkutan.
Yang dimaksud dengan usaha pokok yaitu meliputi bagian,
pertambangan, energi, kehutanan, pertanian, perikanan,
industri, pariwisata, serta dok, dan galangan kapal.
Selain kegiatan usaha pokok, terminal khusus dapat dibangun
dan dioperasikan untuk menunjang kegiatan pemerintahan,
penelitian, pendidikan, dan pelatihan serta sosial.
Pengelolaan terminal khusus dapat dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah provinsi, pemerintah Kabupaten/Kota, atau badan
usaha sebagai pengelola terminal khusus.
TERMINAL KHUSUS DAN TERMINAL UNTUK
KEPENTINGAN SENDIRI (Lanjutan)
PERSYARATAN
• TEKNIS KEPELABUHANAN
• KELESTARIAN LINGKUNGAN
MENTERI
• PELABUHAN UTAMA
• PELABUHAN PENGUMPUL
PENYELENGGARA
PELABUHAN IZIN GUBERNUR
• PELABUHAN PENGUMPAN
PEMBANGUNAN
REGIONAL
BUPATI/ WALIKOTA
• PELABUHAN PENGUMPAN
LOKAL
• PELABUHAN SUNGAI &
DANAU
PEMBANGUNAN PELABUHAN
Lanjutan
PEMBANGUNAN PELABUHAN
• OTORITAS PELABUHAN
• UNIT PENYELENGGARA PELABUHAN
• BADAN USAHA PELABUHAN
MELALUI KONSESI ATAU BENTUK LAINNYA DARI OP
PENGEMBANGAN PELABUHAN
PERSYARATAN
• TEKNIS KEPELABUHANAN
• KELESTARIAN LINGKUNGAN
MENTERI
• PELABUHAN UTAMA
• PELABUHAN PENGUMPUL
PENYELENGGARA
PELABUHAN IZIN GUBERNUR
• PELABUHAN PENGUMPAN
PENGEMBANGAN
REGIONAL
BUPATI/ WALIKOTA
• PELABUHAN PENGUMPAN
LOKAL
• PELABUHAN SUNGAI &
DANAU
KONSESI
Konsesi adalah pemberian hak oleh penyelenggara
pelabuhan kepada Badan Usaha Pelabuhan untuk
melakukan kegiatan penyediaan/atau pelayanan jasa
kepelabuhanan dalam jangka waktu dan kompensasi
tertentu
Untuk kegiatan penyediaan dan/atau pelayanan jasa kapal,
penumpang dan barang yang dituangkan dalam bentuk
perjanjian dengan melalui mekanisme pelelangan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan untuk
jangka waktu konsesi disesuaikan dengan pengembalian
dana investasi dan keuntungan yang wajar.
Konsesi(Lanjutan)
• Salah satu mekanisme hukum yang mengatur bagaimana
otorita pemerintah dapat memberikan hak kepd badan usaha
tertentu untuk melakukan kegiatan usaha jasa tertentu di
daerah khusus milik/ yang dikuasai pemberi konsesi
• Mengharuskan adanya investasi pengadaan prasarana dan
sarana yg dilakukan oleh penerima konsesi (pembangunan
atau rehabilitasi atau modernisasi )
• Dibawah kontrak/perjanjian jangka panjang (15 tahun lebih)
• Biasanya dalam rangka kerja sama kemitraan antara
pemerintah dan swasta (Public Private Partnership)
• Penunjukannya pada umumnya melalui lelang
Konsesi(Lanjutan)
• OP/UPP memberikan konsesi dalambentuk lainnya
kepada BUP untuk melakukan jasa kepelabuhanan.
Yg dimasud dengan bentuk lainnya adalah persewaan
tanah, gudang dan lapangan penumpukan
• Jangka waktu konsesi ditentukan dgn
mempertimbangkan pengembalian investasi, dan
keuntungan yg wajar
• Apabila perjanjian konsesi berakhir, fasilitas pelabuhan
hasil konsesi harus diserahkan kepada OP (BOT)
Konsesi(Lanjutan)
Perjanjian konsesi sekurang2 nya harus berisikan :
Cakupan usahanya
Jangka waktu konsesi
Formula tarif awal dan penyesuaian tarif
Hak dan kewajiban pihak2, termasuk pembebanan resiko kepada
pihak2 dengan alokasi resiko yang didasarkan atas prinsip efesiensi dan
alokasi resiko yg proportional
Standar kinerja pemberian jasa dan prosedur penanganan pengaduan
dari masyarakat
Pengenaan sangsi apabila pihak2 tidak memenuhi perjanjian usahanya
Penyelesaian sengketa
Pemutusan kontrak atau pengakhiran kontrak usaha
Sistim hukum yg di digunakan dlm perjanjian ini adalah sistim hukum
Indonesia
Force majeur K. Perubahan
IV. PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI PELABUHAN
MENTERI
• PELABUHAN UTAMA
• PELABUHAN
PENGUMPUL
GUBERNUR
IZIN
PENYELENGGARA • PELABUHAN
PELABUHAN PENGOPERASIAN PENGUMPAN REGIONAL
BUPATI/ WALIKOTA
PERSYARATAN • PELABUHAN
• PEMBANGUNAN SELESAI
PENGUMPAN LOKAL
• KESELAMATAN & KEAMANAN PELAYARAN • PELABUHAN SUNGAI &
• TERSEDIANYA FASILITAS UNTUK MENJAMIN
KELANCARAN ARUS PENUMPANG & BARANG DANAU
• MEMILIKI SISTEM PENGELOLAAN LINGKUNGAN
• TERSEDIANYA PELAKSANA KEGIATAN KEPELABUHANAN
• MEMILIKI SISPRO
• SDM
PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI PELABUHAN
(lanjutan)
Kegiatan di pelabuhan:
• Kegiatan pemerintahan
• Kegiatan Pengusahaan
Dilaksanakan oleh organisasi-organisasi yang ada di
pelabuhan
Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi:
• Menjaga keselamatan dan keamanan pelayaran
• Melakukan pengaturan, pembinaan, pengendalian, dan
pengawasan
• Melaksanakan kegiatan keimigrasian, kepabeanan, dan
kekarantinaan
PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI PELABUHAN
OTORITAS
OTORITAS INSTANSI BADAN
BADAN USAHA
USAHA
PELABUHAN/ INSTANSI
PELABUHAN/ PELABUHAN/
PELABUHAN/
SYAHBANDAR
SYAHBANDAR UNIT
UNIT SESUAI
SESUAI UNIT
PENYELENGGARA UNIT
PENYELENGGARA PERUNDANG-
PERUNDANG- PENYELENGGA
PENYELENGGA
PELABUHAN
PELABUHAN
UNDANGAN
UNDANGAN RA
RA PELABUHAN
PELABUHAN
PENGATURAN,
PENGATURAN,
KESELAMATAN
KESELAMATAN PEMBINAAN
PEMBINAAN
DAN
DAN PENGENDALIAN
PENGENDALIAN -KEIMIGRASIAN
-KEIMIGRASIAN PENGUSAHAAN
PENGUSAHAAN
KEAMANAN
KEAMANAN -- KEPABEANAN
KEPABEANAN PELABUHAN
PELAYARAN
DAN
DAN PENGAWASAN
PENGAWASAN
-- KARANTINA PELABUHAN
PELAYARAN KEG.
KEG. KARANTINA
KEPELABUHANAN
KEPELABUHANAN
TUGAS POKOK DAN FUNGSI OTORITAS PELABUHAN
Penerima hak
Mengatur lalu lintas pengelolaan Menyediakan &
kpl keluar masuk tanah pelb dan memelihara basic
pelabuhan perairan infrastructure
Mengawasi
Mengatur dan Menyusun Rencana
penggunaan DLKr
mengawasi Induk Pelabuhan
dan DLKp
penggunaan lahan
daratan dan perairan
64
TUGAS POKOK DAN FUNGSI
SYAHBANDAR
Mengawasi kelaiklautan kapal, keselamatan, keamanan, dan ketertiban di
pelabuhan
Mengawasi tertib lalu lintas kapal di perairan pelabuhan dan alur pelayaran
Mengawasi alih muat di perairan pelabuhan
Mengawasi kegiatan salvage dan pekerjaan bawah air
Mengawasi kegiatan penundaan kapal
Mengawasi pemanduan
Mengawasi bongkar muat barang berbahaya serta limbah berbahaya dan
beracun
Mengawasi pengisian bahan bakar
Mengawasi ketertiban embarkasi dan debarkasi penumpang
Mengawasi pengerukan dan reklamasi
Mengawasi kegiatan pembangunan fasilitas pelabuhan
Melaksanakan bantuan pencarian dan penyelamatan
Memimpin penanggulangan pencemaran dan pemadaman kebakaran di
pelabuhan
Mengawasi pelaksanaan perlindungan lingkungan maritim
KEWENANGAN SYAHBANDAR
Pelayanan Terminal
JENIS JASA Konvesional
Pelayanan Jasa Barang KEPELABUHANAN Plelayanan bongkar muat
(Dermaga dan Penumpukan) barang/peti kemas yang
dilaksanakan pelabuhan
sebagai PBM
Pelayanan TBL
Pengusahaan Perlatan
Pemanfaatan peralatan
mekanik dan non mekanik
milik pelabuhan
pemanfaatan tanah,
pemanfaatan bangunan, dan
pelayanan listrik
PELAYANAN JASA TERKAIT B.U.P.
PENYEDIAAN FASILITAS PENAMPUNGAN LIMBAH
PENYEDIAAN DEPO PETI KEMAS
PENYEDIAAN PERGUDANGAN
JASA PEMBERSIHAN DAN PEMELIHARAAN GEDUNG KANTOR
INSTALASI AIR BERSIH DAN LISTRIK
PELAYANAN PENGISIAN AIR TAWAR DAN MINYAK
PENYEDIAAN PERKANTORAN UNTUK KEPENTINGAN PENGGUNA JASA
PENYEDIAAN FASILITAS GUDANG PENDINGIN
PERAWATAN DAN PERBAIKAN KAPAL
PENGEMASAN DAN PELABELAN
FUMIGASI DAN PEMBERSIHAN/PERBAIKAN KONTAINER
ANGKUTAN UMUM DARI DAN KE PELABUHAN
TEMPAT TUNGGU KENDARAAN BERMOTOR
KEGIATAN INDUSTRI TERTENTU
KEGIATAN PERDAGANGAN
KEGIATAN PENYEDIAAN TEMPAT BERMAIN DAN REKREASI
JASA PERIKLANAN; DAN/ATAU
PERHOTELAN, RESTORAN, PARIWISATA, POS DAN TELEKOMUNIKASI
RAPAT DAN PENYANDARAN KAPAL
Dalam proses pelayanan kapal dan barang diawali
dengan rapat yang diselenggarakan satu kali dua puluh
jam sebelum kapal tiba bertempat di kantor otoritas
Pelabuhan utama /PT .Pelabuhan Indonesia (persero) /
Kantor kesyahbandaran dan otoritas Pelabuhan yang
dihadiri oleh para agen pelayaran dan dipimpin oleh
pejabat yg berwenang untuk mengambil keputusan
pelayanan kapal dan barang antara lain di putuskan
apakah kapal tersebut dapat langsungke dermaga atau
harus labuh dahulu.
RAPAT DAN PENYANDARAN
KAPAL(LANJUTAN)
Bagi kapal yang langsung masuk ke dermaga:
• Control tower akan memerintahkan kapal untuk
menunggu di gerbang break water,menunggu
pandu untuk memandu kapal ke dermaga.
• Pandu dan tug boat dalam proses menjemput
kapal.
• Pandu naik kapal dan memandu kapal ke dermaga
• Tug boat menarik /mendorong kapal yang di
pandu
RAPAT DAN PENYANDARAN
KAPAL(LANJUTAN)
Bagi kapal yang harus labuh :
• control tower akan memerintah kapal untuk
menunggu du gerbang break water ,menunggu
pandu untuk mamandu kapal ke dermaga.
• Pandu dan tug boat dalam proses menjemput.
• Pandu naik kapal dan memandu kapal ke dermaga.
• Tug boat menarik/mendorong kapal yang di pandu
RAPAT DAN PENYANDARAN
KAPAL(LANJUTAN)
Dari pertemuan itu di tetapkan tanggal dan jam
pelayanan serta lokasi dimana kapal akan
bersandar.semua hasil rapat akan segera
diinformasikan ke syahbandar.
Proses perdebatan biasanya terjadi dalam
penetapan penyandaran kapal,selanjutnya
setelah proses yang begitu alot dan mendapatkan
hasil yang disepakati maka pejabat yang
berwenang mengeluarkan PPKB (permintaan
pelayanan kapal dan barang.
RAPAT DAN PENYANDARAN KAPAL(LANJUTAN)
Tenaga buruh
Crane kapal
Masalah lashing/unlashing
Membuka palka
Alat bantu bongkar
KEGIATAN BONGKAR / MUAT
STEVEDOORING
Penyelenggara:
Menteri Perhubungan untuk sistem informasi pelabuhan
pada tingkat nasional
Gubernur untuk sistem informasi pelabuhan pada
tingkat provinsi
Bupati/Walikota untuk sistem informasi pelabuhan pada
tingkat kabupaten/kota.
SISTEM INFORMASI PELABUHAN (LANJUTAN)
TERIMA KASIH
119
PENJELASAN
KINERJA PELABUHAN
Indicator Output (Kinerja Pelayanan Kapal & Brang dan Produktivits B/M Barang)
Indicator output merupakan indikator yang erat kaitannya dengan informasi
mengenai besarnya throughput lalu lintas barang (daya lalu) yang melalui suatu
peralatan atau fasiltas pelabuhan dalam periode waktu tertentu, antara lain :
• Fasilitas Dermaga/Tambatan
Berth output yang lazim disebut Berth Throughput (BTP) atau daya lalu
dermaga/tambatan adalah jumlah ton/m3 barang atau TEUS/Boxes petikemas
dalam satu periode (Bulan/Tahun) yang melewati tiap meter panjang
dermaga/tambatan yang tersedia.
Formula
Jumlah Ton/m3 barang/TEUS/Boxes Petikemas satu periode
Panjang Dermaga/Tambatan yang tersedia
Satuan : Ton/m3 per meter panjang atau TEUS /Boxes per meter panjang
• Fasilitas Gudang
Daya lalu gudang penumpukan (shed Throught Put/STP) atau daya lalu gudang
penumpukan adalah jumlah Ton/m3 barang dalam waktu tertentu yang
melewati tiap meter persegi luas efektif gudang.
KINERJA PELABUHAN (LANJUTAN)
Formula :
Jumlah barang Ton/m3 yang masuk gudang dalam periode tertentu
Luas efektif gudang
Fasilitas Lapangan Penumpukan
Daya lalu lapangan penumpukan (Open Storage Trouhght Put) atau
daya lalu lapangan penumpukan (OSTP) adalah jumlah Ton/m3
barang dalam waktu tertentu yang melewati tiap meter persegi luas
efektif lapangan.
Formula
Jumlah brg ton/m3 yang masuk lapangan dlm perode tertentu
Luas efektif lapangan
Kapal (Ship Output)
Jumlah/banyaknya barang yang dibongkar muat per kapal per jam,
dimana seluruh gang buruh alat-alat yang dioperasikan dihitung sebagai
output kapal yang bersangkutan. Adapun ship output terdiri dari :
• Kecepatan bongkar muat kapal di Pelabuhan atau jumlah ton/m3
atau Box B/M per kapal selama dipelabuhan dalam periode
tertentu/Ton Per Ship Hour in Port (TSHP)
KINERJA PELABUHAN (LANJUTAN)
Formula :
Jumlah B/M per kapal
Jumlah TRT (Trun Round Time) per kapal
atau
Jumlah B/M pada periode tertentu
Jumlah TRT kapal pada periode tertentu
• Ton Gang Jam Bersih atau Ton Gang Jam Netto adalah jumlah Ton Gang Jam dari waktu efektif di
tambatan.
Formula:
Jumlah B/M kapal pada periode tertentu
Jumlah Gang jam waktu efektif
atau
Jumlah B/M
kapal Jumlah Gang x Jumlah ETY (Efective Time/Operation Time)
KINERJA PELABUHAN (LANJUTAN)
Indikitor Service (Kinerja Trafik)
• Indikator service (pelayanan) pada dasarnya
merupakan indikator yang erat kaitannya
dengan informasi mengenai lamanya waktu
pelayanan kapal selama di dalam daerah
lingkungan kerja pelabuhan.
• Waktu pelayanan kapal selama berada di
dalam daerah lingkungan kerja pelabuhan,
terbagi atas 2 (dua) bagian, yaitu waktu kapal
berada di perairan dan waktu kapal sandar di
tambatan.
KINERJA PELABUHAN (LANJUTAN)
Waktu pelayanan di perairan adalah sejak kapal berada di lego jangkar sampai
ikat tali di tambatan dan sebaliknya. Adapun komponen-komponen waktu
pelayanan di perairan adalah:
• Waiting Time (WT) atau waktu tunggu karena pelayanan Pelabuhan sejak kapal
di perairan pelabuhan waiting time d\sm\ adalah dikarenakan menunggu
pelayanan tambatan, tunggu pelayanan pandu atau tunda. Waiting rtmejuga
disebut waiting time net dihitung dalam satuan jam.
• Approach Time (AT) atau waktu atau jumlah jam yang dipergunakan selama
pelayanan pemanduan. Sejak kapal bergerak dari lego jangkar sampai ikat tali
di tambatan dan sebaliknya, Apabila selama di pelabuhan ada kegiatan kapal
pindah (shifting), maka jumlah jam yang terpakai untuk kapal bergerak menuju
lokasi tambatan lainnya diperhitungkan pula sebagai waktu antara yang
dinyatakan dalam satuan jam.
• Postpone Time (PI) atau waktu tertunda yang tidak bermanfaat selama kapal
berada di perairan pelabuhan antara lokasi lego jangkar sebelum/ sesudah
melakukan kegiatan yang dinyatakan dalam satuan jam. Penyebab adanya
Postpone time:
Karena kapal rusak atau hal lain yang karena kesalahan kapal di lokasi
perairan/rede.
Karena menunggu dokumen atau muatan, karena instansi lain di luar PT
Pelabuhan Indonesia (Persero).
Karena cuaca
KINERJA PELABUHAN (LANJUTAN)
• Waiting time (WT) adalah jumlah waktu
pelayanan kapal di perairan pelabuhan, sejak
kapal memasuki perairan pelabuhan (tempat
lego jangkar) dan sebaliknya yang dinyatakan
dalam satuan jam.
Waktu pelayanan di tambatan adalah dihitung
sejak ikat tali di tambatan sampai lepas tali atau
jumlah jam selama kapal berada di
tambatan.Apabila kapal tersebut melakukan
kegiatan pindah (shiftinglgeser), maka jumlah
jam dihitung secara, kumulatif dalam satu
kunjungan yang dinyatakan dalam satuan jam.
KINERJA PELABUHAN (LANJUTAN)
Adapun komponen-komponen waktu pelayanan kapal di tambatan adalah :
• Not Operation Time (NOT) atau waktu tidak kerja adalah jumlah jam yang
direncanakan kapal tidak bekerja selama berada di tambatan, termasuk waktu
istirahat dan waktu menunggu buruh, serta waktu menunggu akan lepas tambat
kapal dinyatakan dalam satuan jam.
• Effective time (ET)/peration Time (OT) atau waktu efektif adalah jumlah jam riil
yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan bongkar muat dinyatakan dalam
jam. Idle Time (IT ) atau waktu terbuang adalah jumlah jam kerja yang tidak
terpakai (terbuang) selama waktu kerja bongkar muat di tambatan
tidaktermasukjam istirahat, dinyatakan dalam satuan jam.
• Berth Working Time (BWT) adalah jam kerja bongkar muat yang tersedia selama
kapal berada di tambatan. Jumlah jam kerja tiap hari untuk tiap kapal
berpedoman pada jumlah jam yang tenaga kerja gang buruh tiap gilir kerja (shift)
tersebut tidak termasuk waktu istirahat.
• Berth Time ( BT ) atau waktu tambat skalar. Jumlah jam selama kapal berada di
tambatan, sejak kapal ikat tali sampai lepas tali di tambatan.
• Turn Round Time (TRT) atau waktu pelayanan kapal di Pelabuhan adalah jumlah
jam selama kapal berada di pelabuhan yang dihitung sejak kapal tiba di lokasi lego
jangkar sampai kapal berangkat meninggalkan lokasi lego jangkar (batas perairan
KINERJA PELABUHAN (LANJUTAN)
Indikator Utilisasi (Utilisasi Fasilitas Pelabuhan dan Alat
Produksi)
Indikator Utilisasi dipakai untuk mengukur sejauh mana
fasilitas dermaga dan sarana penunjang dimanfaatkan secara
intensif.Ada beberapa indikator Utilisasi yang penting yang
sering digunakan, antara lain :
• Fasilitas Dermaga/Tambatan
Tingkat Pemakaian Dermaga/Bertfc Occupancy Ratio (BOR).
Tingkat pemakaian dermaga adalah perbandingan antara
jumlah waktu pemakaian tiap dermaga yang tersedia dibagi
dengan jumlah waktu yang tersedia selama satu periode
(bulan/tahun) yang dinyatakan dalam prosentase. Untuk
perhitungan tingkat pemakaian dermaga/tambatan
dibedakan menurut jenis dermaga/tambatan dengan
alternatif sebagai berikut:
KINERJA PELABUHAN (LANJUTAN)
Dermaga yangTerbagi
Tambatan terbagi atas beberapa tempat tambatan (untuk satu/ beberapa kapal)
maka penggunaan tidak dipengaruhi o!eh panjang kapal, sehingga menggunakan
perhitungan :
Formula
Jumlah waktu terpakai x 100%
BOR(1) = ------------------------------------------
Jumlah waktu tersedia
Satuan: Prosentase (untuk periode tertentu)
Tambatan yang Terus Menerus (Continuous Berth)
Tambatan/Dermaga yang tidak terbagi atas beberapa tempat tambatan,
Perhitungan tingkat pemakaian tambatan didasarkan pada panjahg kapal (Length
Over All = LOA} ditambah 5 meter sebagai faktor pengamanan muka belakang,
sehingga perhitungannya adalah sebagai berikut:
Formula :
Jumlah (Panjang Kapal + 5) x Jumlah waktu tertambat
BOR(2) = ------------------------------------------------------------------------- x 100%
KINERJA PELABUHAN (LANJUTAN)
Tambatan yang Digunakan untuk Kapal Secara Susun Sirih
Tambatan yang dipergunakan untuk penambatan kapal secara
susun sirih adalah kapal yang tertambat tidak pada posisi
lambung kapal, panjang yang diperhitungkan tidak mengikuti
panjang kapal, melainkan panjang tambatan yang nyata
dipakai. Sehingga perhitungannya dengan rumus sebagai
berikut:
Formula
Jumlah (Panjang terpakai x waktu tambat)
BOR(3) = ----------------------------------------------------------------- x 100%
Panjang Tambatan tersedia x 24 x Hari kalender
KINERJA PELABUHAN (LANJUTAN)
Fasilitas Gudang dan Lapangan Penumpukan
- Tingkat Pemakaian Gudang Penumpukan {Shed Occupancy Ratio /SOR)
Tingkat pemakaian gudang penumpukan adalah perbandingan antara jumlah
pemakaian ruangan gudang penumpukan yang dihitung dalam satuan Ton hari
dan m3 hari dengan kapasitas penumpukan yang tersedia :
Formula :
Jumlah Ton x Dwell Time
(SOR)Ton/m3 = ----------------------------------------- x 100 %
Kapasitas Gudang tersedia
- Tingkat Pemakaian Lapangan Penumpukan (Yard occupancy ratio)
Tingkat pemakaian penumpukan/Open Storage Occupancy Ratio (OSOR) adalah
perbandingan antara jumlah pemakaian ruangan lapangan penumpukan yang
dihitung dalam satuan Ton hari dan m3 hari dengan kapasitas penumpukan yang
tersedia.
Formula :
jumlah ton x Dwell Time x 100% Kapasitas lapangan tersedia
Jumlah m3 x Dwell Time Kapasitas gudang tersedia
• YOR
PENYEDIAAN DAN PELAYANAN JASA PELABUHAN YG
DILAKUKAN OLEH BUP
JASA
PNP JASA Terminal penumpang dgn segala
TERHADAP kelengkapannya
:
Produksi Kapal
oJasa keselamatan navigasi (Port Dues) dipungut atas pemakaian
fasilitas berlayar berupa alur, vessel traffic control, break waters,
pasukan pemadam kebakaran, pengawasan pencemaran laut, dan
sekuriti maritim.
oJasa labuh (Anchorage) dikenakan atas pemanfaatan area labuh
jangkar ketika tiba, menunggu, atau berangkat.
oJasa pemanduan (Pilotage) dikenakan atas pemakaian jasa personel
pandu laut dan/atau pandu bandar.
oJasa penundaan (Towage) dikenakan atas pemakaian kapal tunda ketika
kapal mooring, shifting, dan unmooring.
oJasa pengepilan (Mooring/unmooring) dikenakan atas pemakaian
tenaga gang pengikat/pelepas tali kapal (mooring gang).
oJasa tambat (Berthage) dikenakan atas pemakaian fasilitas sandar,
tambatan atau jetty.
SUMBER-SUMBER PENDAPATAN PELABUHAN (Lanjutan)
Produksi Kargo
o Jasa dermaga (Wharfage) dikenakan atas barang melintasi dermaga.
o Jasa bongkar muat (Cargo handling) dikenakan atas kegiatan
bongkar, menggeser muatan di atas kapal, dan memuat.
o Jasa transfer ke gudang (Quay transfer) dikenakan atas pemindahan
barang dari/ke tempat penumpukan gudang atau lapangan.
o Jasa pergerakan ekstra (Extra movement) dikenakan atas gerakan
ekstra barang di tempat penumpukan.
o Jasa serah-terima (receiving and delivery) dikarenakan atas gerakan
menurunkan/menaikkan barang dari/ke atas truk di sisi gudang.
o Jasa gudang/lapangan (strorage) dikenakan atas pemakaian ruang
penumpang.
o Jasa persewaan alat (Handling equipment fee) sewa pemakaian alat
mekanis dan/atau non mekanis.
SUMBER DATA DAN INFORMASI
No Jenis Indikator Kinerja PT Pelabuhan Pengguna Jasa
1 Indikator Output
-BTP - Bukti pemakaian ruangan penumpang - Manifest
- Jumlah barang - DO
- Resi muat
- 1B
-S.T.P/Y.T.P -Fasilitas -Manifest
-Resi
- Ship Output - Bukti pemakaian ruang penumpukan -Muat
-Jurnal barang -1A
-2 A tambat/labuh
-Jumlah kapal
-Gang Output -Time Sheet -Tally sheet
-Time sheet PKG
(Pemberitahuan kerja Gilir)
2 -Indikator Service -2A tambat/labuh -1A
-2A pandu/tunda
3 -Indikator Utilisasi -1A
-BOR -2A tambat
-SOR/YOR -Fasilitas
-Bukti pemakaian ruang penumpukan - Idem No. 1
-Fasilitas
PENGOPERASIAN PELABUHAN (LANJUTAN)
Mengenai aspek keselamatan dan keamanan pelayaran terdiri dari :
• Kedalaman perairan minimal -6 meter LWS;
• Luas kolam cukup untuk olah gerak minimal 3 (tiga) unit kapal;
• Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran ;
• Stasiun Radio Operasi pantai;
• Prasarana, sarana dan sumber daya manusia pandu bagi terminal khusus yang perairannya telah
ditetapkan sebagai perairan wajib pandu; dan
• Kapal patroli apabila dibutuhkan ;
• Aspek teknis fasilitas kepalabuhanan
• Dermaga beton permanen minimal 1(satu) tambatan;
• Gudang tertutup; dan
• Peralatan bongkar muat;
• PMK 1 (satu) unit;
• Fasilitas bunker, dan
• Fasilitas pencegahan pencemaran ;
• Fasilitas kantor dan peralatan penunjang bagi instansi pemegang fungsi keselamatan dan
keamanan pelayaran, instansi bea cukai, imigrasi dan karantina; dan
• Jenis komoditas khusus.
Mengenai terminal untuk kepentingan sendiri adalah upaya peningkatan pelayanan kepada
pengguna jasa kepelabuhana.Pungutan tarif jasa kepelabuhan dilakukan oleh penyelenggara
pelabuhan yang bersangkutan dan memberlakukan ketentuan sistem dan prosedur pelayanan jasa
kepelabuhanan pada pelabuhan yang bersangkutan.
PENGERTIAN TOL LAUT
RKSP
/
PKK Kapal Masuk Kapal Keluar
Kapal Sandar
MANAJEMEN TERMINAL
MANAJEMEN PELABUHAN
DASAR HUKUM
3) PP NO 61/2009 TTG
KEPELABUHANAN
143
FORMULA PERHITUNGAN
KINERJA OPERASIONAL
PELAYANAN KAPAL
WT = WT PILOT + WT BERTH
WT PILOT
adalah selisi waktu antara waktu
Penetapan pelayanan pandu
degan waktu Pandu naik ke kapal
( pilot on board )
WT BERTH
adalah selisi waktu sejak kapal
ditetapkan untuk tambat sampai
Komponen PT :
dengan realisasi kapal tambat
Tunggu muatan
Tunggu dokumen
Tunggu Order Agen Kegunaan WT
Tunggu perbaikan/Repair Untuk mengetahui jumlah rata
Tunggu Berangkat - rata waktu tunggu kapal
Tender/melambung (Tidak bekerja)
Tnggu air pasang diperairan Kolam pelabuhan lokasi
Tunggu fumigasi Lego jangkar sampai pelayanan
Pemeriksaan oleh instansi terkait pemanduan dan pelayanan
fasilitas tambat
lanjutan
AT = TRT – ( WT + PT + BT )
APPROACH TIME ( AT )
adalah jumlah jam bagi kapal
Yang terpakai selama kapal
Berangkat dari lokasi lego jangkar
sampai ikat tali ditambatan atau
sebaliknya
TRT = PT + AT + WT + BT
lanjutan
BT = BWT + NOT
Komponen IT :
BWT = ET + IT Hujan
atau
Tunggu angkutan darat
= BT - NOT Tunggu muatan
Peralatan rusak
IT = BT – ( NOT + ET ) Kecelakaan kerja
atau Tunggu buruh
= BWT - ET
ET = BT – ( NOT + IT )
atau
Komponen NOT :
= BWT - IT Istirahat
Persiapan bongkar muat
NOT = BT – ( IT + ET ) (buka tutup palka)
atau Persiapan berangkat
= BT - BWT
lanjutan
ET : BT
EFEKTIF TIME ( ET )
FOTBSW =
----------------------------------------------- X 10
BERTHING TIME ( BT )
∑ ( PANJANG KAPAL + 5 ) X
WAKTU TAMBAT
BOR = ---------------------------- X 100 %
PANJANG DERMAGA X
WAKTU TERSEDIA
lanjutan
TON/M3 BARANG X
HARI DWELLING TIME
SOR =
----------------------------------------------------- X 100 %
KAPASITAS EFEKTIF
PENUMPUKAN DALAM TON/M3
lanjutan
YARD OCCUPANCY
RATIO
(YOR)
TEUS X HARI
YOR = ------------------------------------- X 100 %
TEUS KAPASITAS CY X HARI
DALAM 1 BULAN/TAHUN
WAKTU SIAP OPERASI
( Available Time/AvT )
adalah jumlah waktu (jam) yang tersedia untuk peralatan
dalam kondisi siap operasi ( siap gunakan )
AVALABLE TIME
AVAILABLITY = ---------------------------- X 100 %
POSSIBLE TIME
164
PERBANDINGAN KRITERIA PELABUHAN LAUT
(INTERNASIONAL) HUB, INTERNASIONAL DAN NASIONAL
2. Keberadaan 2. Dekat dengan jalur 2. Dekat dengan jalur pelayaran 2 Dekat dengan jalur
pelayaran internasional + internasional + 500 mil dan pelayaran nasional
500 mil; jalur pelayaran nasional + + 50 mil;
50 mil;
REGIONAL LOKAL
No URAIAN (Pelabuhan Pengumpan Primer) (Pelabuhan Pengumpan Sekunder)
1. Peran 1. a. Sebagai Pengumpan Pelabuhan 1. a. Sebagai pengumpan Pelabuhan
International hub, pelabuhan Internasional hub. pelabuhan
international, pelabuhan nasional internasional, pelabuhan nasional
dan pelabuhan regional
REGIONAL LOKAL
No URAIAN (Pelabuhan Pengumpan Primer) (Pelabuhan Pengumpan Sekunder)
2. Keberadaan 2. Dekat dengan jalur pelayaran antar 2. Pada lokasi yang tidak dilalui jalur
pulau + 25 mil transportasi laut reguler kecuali
keperintisan
5. Jarak 5. Jarak dengan pelabuhan regional lainnya 5. Jarak dengan pelabuhan lokal lainnya 5 –
20 – 50 mil 20 mil
PERKEMBANGAN PELABUHAN
PERKEMBANGAN PELABUHAN (LANJUTAN)
PERKEMBANGAN
PENYELENGGARAAN PELABUHAN KOMERSIAL
1 SEBELUM -1984 BPP ADPEL YA APBN & YA BELUM BELUM BELUM BELUM
SENDIRI
APBN
1996 – PERSERO HANYA DIREKSI & REKOMEN
4 SEKARANG (PT) REKO TIDAK APBN YA KOMISARIS YA DASI TIDAK
MENDASI
SENDIRI YA
PENGELOMPOKAN MANAJEMEN
PENYELENGGARAAN PELABUHAN
OPERATING/SERVICE PORT
ALUR & KOLAM, FASILITAS POKOK DAN FASILITAS HANDLING
DIMILIKI DAN DIKELOLA OLEH PEMERINTAH.
TOOL PORT
ALUR & KOLAM, FASILITAS POKOK DIMILIKI DAN DIKELOLA
OLEH PEMERINTAH,FASILITAS HANDLING DIMILIKI
PEMERINTAH DAN DIKELOLA OLEH SWASTA .
LAND LORD PORT
ALUR & KOLAM DIMILIKI DAN DIKELOLA OLEH PEMERINTAH,
FASILITAS POKOK DIMILIKI PEMERINTAH DIKELOLA SWASTA,
FASILITAS HANDLING DIMILIKI DAN DIKELOLA OLEH SWASTA
CONTOH PENGELOLAAN PELABUHAN DI DUNIA
EROPA
1 BELANDA ROTTERDAM KOTA SWASTA&PEMERINTAH TOOL
2 BELGIA ANTWERPEN PEMERINTAH SWASTA TOOL
3 JERMAN BREMEN KOTA SWASTA TOOL
HAMBURG PEMERINTAH SWASTA TOOL
4 INGGRIS FELIXSTOWE SWASTA SWASTA LAND LORD
LONDON PEMERINTAH PEMERINTAH OPERATING
AFRIKA
1 AFRIKA SELATAN CAPETOWN PEMERINTAH PEMERINTAH OPERATING
PORT ELIZABETH PEMERINTAH PEMERINTAH OPERATING
AMERIKA UTARA
1 AMERIKA SERIKAT CITY OF NEW YORK KOTA SWASTA TOOL
LOS ANGELES KOTA SWASTA TOOL
PORT AUTH OF NEWYORK PEMERINTAH SWASTA TOOL
PERENCANAAN PELABUHAN
PERSETUJUAN:
MENTERI
PERHUBUNGAN
REKOMENDASI:
OTORITAS GUBERNUR,
PELABUHAN BUPATI,
WALIKOTA
KAJIAN
STUDI YA
USUL KOMPETITIF
KELAYAKAN
FEASIBLE ? RENCANA PORT
WILAYAH
TIDAK
UNIT
PENYELENGGARA
PELABUHAN
PELABUHAN
LAUT
HAMBATAN PEMBANGUNAN
Wilayah daratan yang antara lain terdiri dari lokasi yang
direncanakan tepat di kaki atau bahkan di lereng bukit,
atau pelabuhan lama yang terdesak oleh perkembangan
kota di belakangnya sehingga perluasan fasilitas jasa
pelabuhan terpaksa ke arah perairan, atau didalam area
pelabihan terletak bangunan ibadah atau tempat
pemujaan terhadap tempat yang dikeramatkan;
Wilayah dasar perairan dilokasi mana bertemu arus,
gelombang dan sungai yang mempercepat naiknya
endapan lupur dan/atau pasir, atau terletak hamparan
karang/batu besar yang tidak terpecahkan sehinngga
aksebilitas bagi kapal sangat terbatas.
HUBUNGAN KERJA (HK) ANTARA OP DAN BUP SERTA PJTP
BOT
1. KONSESI
OP Lainnya
A. PARTNER
SHIP (HK KOMERSIAL)
BUP
BUP UPP
UPP
UPP
BUP
Kedalaman kolam pelabuhan
Arus kunjungan kapal
Setiap bulan paling lambat tanggal 5
Arus bongkar muat peti kemas dan barang
bulan berikutnya Arus penumpang
Meliputi arus kunjungan kapal, arus Kinerja operasional
bongkar muat peti kemas dan barang, Kinerja peralatan dan fasilitas
arus penumpang, kinerja operasional, Kedalaman alur
dan kinerja peralatan dan fasilitas. Perkembangan jumlah BUP yang mengoperasikan
terminal