Anda di halaman 1dari 51

PADA SEMINAR ASPEK HAM DALAM

PENEGAKAN HUKUM DI LAUT

OLEH :
SUNARYO, SH

BAGIAN HUKUM - DITJEN HUBLA 1


JAKARTA, 20 MEI 2009
TERWUJUDNYA PENYEDIAAN PELAYANAN DAN JASA TRANSPORTASI LAUT
YANG HANDAL (SERVICE EXELLENCE) SEBAGAI URAT NADI KEHIDUPAN
DAN SARANA PEMERSATU NEGARA KEPULAUAN REPUBLIK INDONESIA.

1. PERWUJUDAN USAHA DIBIDANG TRANSPORTASI LAUT YANG MAMPU


BERDAYA SAING (COMPETITIVE COMPETENT) DI ERA GLOBALISASI;
2. PERWUJUDAN TINGKAT KESELAMATAN DAN KEAMANAN SERTA KUALITAS
PELAYANAN JASA TRANSPORTASI LAUT YANG HANDAL DAN UNGGUL
(RELIABLE AND EXCELLENT SERVICES) ;
3. PERWUJUDAN KELEMBAGAAN DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
YANG ANTISIPATIF DAN ADAPTIF DENGAN PERKEMBANGAN LINGKUNGAN
STRATEGIS, KHUSUSNYA DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMIDAERAH;
4. PERWUJUDAN LINGKUNGAN LAUT BERSIH DAN BUDAYA HEMAT ENERGI
SERTA PEMANFAATAN TEKNOLOGI SECARA TEPAT GUNA;
5. PERWUJUDAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN MANAJEMEN
DIBIDANG TRANSPORTASI LAUT YANG BERKUALITAS DAN BERKOMPETEN
SERTA BERDAYA SAING TINGGI ;
6. PEMBERDAYAAN EKONOMI KERAKYATAN SERTA USAHA KECIL DAN
MENENGAH DIBIDANG TRANSPORTASI LAUT ;
7. PENINGKATAN KETERSEDIAAN / KECUKUPAN DAN KEHANDALAN
PRASARANA, SARANA DAN SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI LAUT, ANTARA
LAIN MELALUI PENCIPTAAN IKLIM USAHA YANG KONDUSIF BAGI
KEIKUTSERTAAN (KEMITRAAN) PELAKU EKONOMI/SWASTA DALAM
PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PRASARANA & SARANA
TRANSPORTASI LAUT.

BAGIAN HUKUM - DITJEN HUBLA 2


MERUMUSKAN DAN MELAKSANAKAN KEBIJAKAN DAN
STANDARISASI DI BIDANG PERHUBUNGAN LAUT.

1. PENYIAPAN PERUMUSAN KEBIJAKAN DEPARTEMEN


PERHUBUNGAN DI BIDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN
LAUT, PELABUHAN DAN PENGERUKAN, PERKAPALAN DAN
KEPELAUTAN, KENAVIGASIAN SERTA PENJAGAAN DAN
PENYELAMATAN;
2. PELAKSANAAN KEBIJAKAN DI BIDANG LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN LAUT, PELABUHAN DAN PENGERUKAN,
PERKAPALAN DAN KEPELAUTAN, KENAVIGASIAN SERTA
PENJAGAAN DAN PENYELAMATAN;
3. PERUMUSAN STANDAR, NORMA, PEDOMAN, KRITERIA DAN
PROSEDUR DI BIDANG PERHUBUNGAN LAUT;
4. PEMBERIAN BIMBINGAN TEKNIS DAN EVALUASI;
5. PELAKSANAAN ADMINISTRASI DIREKTORAT JENDERAL
PERHUBUNGAN LAUT

BAGIAN HUKUM - DITJEN HUBLA 3


LATAR BELAKANG

 Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki


perairan yang luas.
 Pemanfaatan laut dan pantai dilakukan melalui
kegiatan-kegiatan di pelabuhan, perairan teritorial
sampai dengan ZEE (kepelabuhanan, pelayaran,
eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam dan
hayati, penelitian, dll).
 Dalam kegiatan dilaut dan pantai diterapkan
berbagai peraturan perundang-undangan di bidang
kemaritiman nasional dan internasional (konvensi-
konvensi IMO, UN, ILO, dll)
LATAR BELAKANG
(lanjutan..)

 Penegakan peraturan perundang-undangan


dilakukan oleh berbagai instansi terkait antara lain :
Ditjen Hubla, Polri, TNI-AL, Bea Cukai, Dep.
Kelautan dan Perikanan, Imigrasi, Karantina, KLH,
Diknas, Migas.
DASAR HUKUM

BAGIAN HUKUM - DITJEN HUBLA 6


DASAR HUKUM PENEGAKAN HUKUM DIBIDANG
PELAYARAN

1. UU RI No. 17 Tahun 1985 tentang


Ratifikasi UNCLOS 1982.
2. UU RI No. 6 Tahun 1996 tentang
Perairan Indonesia.
3. UU RI No. 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran.
4. KEPPRES No. 47 Tahun 1980 tentang
Pengesahan Internasional Convention
For the Safety of Life at Sea 1974.
LEGALITAS (INTERNASIONAL)
United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) III/1982 yang telah
diratifikasi dengan UU No. 17/ 1985, dan telah berlaku sejak 1996,

Article 107, Ships and aircraft which are entitled to seize on account of piracy

A seizure on account of of piracy may be carried out only by warships or military aircraft, or
other ships or aircraft clearly marked and identifiable as being on government service and
authorized to that effect.

Article 111 p.5, Right of hot pursuit

The right of hot pursuit may be exercised only by warships or military aircraft, or other ships or
aircraft clearly marked and identifiable as being on government service and authorized to
that effect.

Article 224, Exercise of powers of enforcement

The powers of enforcement aginst against foreign vessels under this Part may only be
exercised by officials or by warships, military aircrafts, or other ships or aircraft clearly marked
and identifiable as being on government service and authorized to that effect.
LEGALITAS (INTERNASIONAL)
Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) III/1982 yang telah diratifikasi
dengan UU No. 17/ 1985, dan telah berlaku sejak 1996,
BAHASA INDONESIA
Article 107, Kapal atau Pesawat Udara yang Berhak Menyita Karena Perompakan

Suatu penyitaan karena perompakan hanya dapat dilakukan oleh kapal perang atau pesawat udara
militer, atau kapal atau pesawat udara lain yang secara jelas diberi tanda dan dapat dikenal
sebagai dalam dinas pemerintahan dan yang diberi wewenang untuk melakukan hal demikian.

Article 111 p.5, Hak Pengejaran Seketika

Hak pengejaran seketika dapat dilakukan hanya oleh kapal-kapal perang atau pesawat udara
militer atau kapal-kapal atau pesawat udara lainnya yang diberi tanda yang jelas dan dapat dikenal
sebagai kapal atau pesawat udara dalam dinas pemerintah dan berwenang untuk melakukan tugas
itu

Article 224, Pelaksanaan Wewenang Untuk Pemaksaan Pentaatan

Wewenang untuk pemaksaan penataan terhadap kendaraan air asing menurut Bab ini hanya dapat
dilaksanakan oleh pejabat-pejabat atau oleh kapal-kapal perang, pesawat udara militer, atau kapal
laut lainnya atau pesawat udara yang mempunyai tanda jelas dan dapat dikenal yang berada dala
dinas pemerintahan dan berwenang melakukan tindaka-tindakan itu.
LEGALITAS - (NASIONAL)
ORDONANSI LAUT TERIROTIAL DAN LINGKUNGAN MARITIM (TERRITORIALE
ZEE EN MARITIEME KRINGEN ORDONNANTIE), SBLD. 1939 NOMOR 22
ORDONANSI LAUT TERRITORIAL DAN LINGKUNGAN MARITIM 1939

Pasal 13
Untuk pentaatan atas Ordonansi ini dibebankan kepada Komandan Kapal
Perang TNI-AL, Komandan Pangkalan Udara TNI-AL, Komandan Kapal
Gouvernements Marine (Armada Pemerintah/ Kesatuan Penjaga Laut dan
Pantai/KPLP), Komandan Kapal Perambuan dan Penerangan Pantai, Perwira-
Perwira yang berada di bawah Komandan-Komandan tersebut yang untuk itu
diberikan surat perintah, Syahbandar, Pandu, Perwira-Perwira KPLP yang yang
diserahi tugas memimpin Kapal-Kapal Daerah, dan mereka yang ditunjuk oleh
Komandan Penguasa Laut.
Juga Pejabat Bea dan Cukai untuk kasus-kasus bea dan cukai.
Pasal 14
Selain dari mereka yang pada umumnya melakukan pengusutan (sekarang
penyidikan) maka pejabat-pejabat tersebut pada Pasal 13 juga berwenang
melakukan pengusutan terhadap pelanggaran-pelanggaran aturan ordonansi ini.
PENEGAKAN HUKUM DI LAUT

 Penegakan hukum di laut dilaksanakan oleh berbagai instansi


berwenang sesuai dengan legalitas dan untuk kepentingan sektor
masing-masing.
 Karena tumpang tindihnya peraturan perundang-undangan,
lemahnya sumber daya manusia dan keterbatasan sarana
prasarana, serta kemampuan penegakan hukum di laut, sehingga
masih banyak terjadi pelanggaran dan kejahatan serta musibah di
laut, antara lain :
- Pencurian dan pengrusakan rambu-rambu navigasi
- Perompakan dan pencurian diatas kapal
- Pembuangan limbah dari kapal
- Pelanggaran lalulintas kapal di alur pelayaran dan
ALKI
- Proses penyidikan pelanggaran belum tertangani
secara proporsional
PENEGAKAN HUKUM DI LAUT

- Illegal Logging
- Penyelundupan
- Illegal Fishing
- Perusakan lingkungan laut
- Adanya ancaman teroris di laut.
- Dan pelanggaran lain terhadap peraturan
perundang- undangan nasional dan konvensi
internasional di bidang perkapalan dan pelayaran
ANCAMAN-
ANCAMAN DI
BIDANG MARITIM

BAGIAN HUKUM - DITJEN HUBLA 13


Contoh-contoh kejadian
Serangan terhadap Achille Lauro (1985)

BAGIAN HUKUM - DITJEN HUBLA 14


Contoh-contoh kejadian
Serangan terhadap USS Cole (2000) di Aden

BAGIAN HUKUM - DITJEN HUBLA 15


Contoh-contoh kejadian

Serangan terhadap MT Limburg (2002)


Di Yaman

BAGIAN HUKUM - DITJEN HUBLA 16


Perompakan & Pembajakan

BAGIAN HUKUM - DITJEN HUBLA 17


Penumpang Gelap

BAGIAN HUKUM - DITJEN HUBLA 18


KEWENANGAN GAKKUM DITJEN HUBLA

 MELAKUKAN INSPEKSI & PATROLI PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI


PELABUHAN DAN PERAIRAN,
 MELAKUKAN TINDAKAN KOREKTIF TERHADAP PELANGGARAN
PERATURAN DI BIDANG PELAYARAN,
 MELAKUKAN PENYIDIKAN DAN TINDAKAN HUKUM YANG SAH LAINNYA,
 MELIMPAHKAN HASIL PENYIDIKAN KEPADA PENUNTUT UMUM,
 MENERBITKAN SP3,
 MELAKUKAN EKSEKUSI PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN.
 MELAKUKAN PEMERIKSAAN/PENGUSUTAN KECELAKAAN KAPAL,
 MENGHENTIKAN, MENAIKI, MEMERIKSA KAPAL DI PERAIRAN INDONESIA
(YANG DICURIGAI MELANGGAR PERATURAN DI BIDANG PELAYARAN)
 MELAKUKAN PENGUSIRAN KAPAL ASING YANG BERLAYAR DI LUAR ALKI,
 MELAKUKAN PENGEJARAN SEKETIKA ( HOT PERSUIT),
 MENAHAN (DETENTION) KAPAL ASING YANG TIDAK MEMENUHI
PERSYARATAN.

BAGIAN HUKUM - DITJEN HUBLA 19


PELAKSANA PENEGAKAN HUKUM
 DI DALAM WILAYAH  DI LUAR WILAYAH
KERJA PELABUHAN KERJA PELABUHAN
 DILAKSANAKAN OLEH  DILAKSANAKAN OLEH
ADPEL Cq. SYAHBANDAR SARANA PANGKALAN
(KEPMENHUB NO 62
TAHUN 2002); PENJAGAAN LAUT DAN
PANTAI (KEPMENHUB
 PENGAWASAN THD KAPAL
UNTUK MEMENUHI NO. 65 TAHUN 2002).
ATURAN AGAR TIDAK  KEWENANGAN
MELAKUKAN PENEGAKAN HUKUM DI
PENCEMARAN, SEPERTI LAUT (BERDASARKAN
MELAKUKAN PERATURAN NASIONAL
PEMBUANGAN MINYAK DAN INTERNASIONAL
SELAGI BERLABUH ATAU
YANG BERLAKU.
SANDAR DI PELABUHAN
BAGIAN HUKUM - DITJEN HUBLA 20
LEMBAGA PENEGAKAN HUKUM DIBIDANG
KESELAMATAN DAN KEAMANAN
TRANSPORTASI
Pada prinsipnya penegakan hukum dibidang keselamatan dan
keamanan transportasi telah tertuang dalam peraturan Perundang-
Undangan dari masing-masing subsektor yaitu pada proses
penyidikan dan juga atas sanksi pidana pelanggaran / kejahatan.

Permasalahan, saat ini penegakan hukum atas keselamatan dan


keamanan transportasi / angkutan laut menjadi tidak jelas, karena
sifatnya menjadi multi instansi yang melakukan penegakan hukum.

Didalam Undang-Undang Pelayaran ada 3 (tiga) penyidik yang


dapat menangani tindak pidana pelayaran:
1.PPNS Ditjen Hubla
2.POLRI
3.TNI AL
BAGIAN HUKUM - DITJEN HUBLA 22
UU No. 2/2002 UU No. 34/2004
Ttg KEPOLISIAN RI Ttg TNI

UU No.32/2004 UU No. 22/2001


Ttg PEMDA Ttg MIGAS

UU No. 32/2005
Ttg VISA,IZIN DEPHUB UU No. 31/2004
MASUK DAN Ttg PERIKANAN
KEIMIGRASIAN DITJEN HUBLA
DIT. KPLP

ADPEL Permasalahan2:
BID/SEKSI GAMAT
-Armed Sea Robbery
UU 17/2008 TTG PELAYARAN - Maritime Terorrisme
UU No. 17/2006 --Piracy
Ttg KEPABEANAN PERATURAN PELAKSANAANNYA
- Illegal Logging

- Illegal Fishing

UU No. 23/1997 - Illegal Mining


Ttg PENGELOLAAN UU No. 41/1999
LINGK. HIDUP Ttg KEHUTANAN - Illegal Migrant

- Penyelundupan
BAGIAN HUKUM - DITJEN HUBLA -People Smuggling 23
SARANA BANTU PERLINDUNGAN
WASPAM EKPLORASI & NAVIGSI LINGKUNGAN LAUT
EKPLOITASI
KESPEL KAPAL NIAGA GAKUM DILAUT

SAR MARITIM

PAMTIB LALIN PELAYARAN

SELALU SIAP MELAKSANAKAN MULTI MISI


ORGANISASI NASIONAL YANG EFISIENSI DAN
STRATEGIC
KESPEL KPL NIAGA

GAKUM MARITIM
SBN

PAMTIB LALIN PELAYARAN

WASPAM
EKPLOITASI&EKSPLORASI,
SALVAGE, PBA
SAR

PERLINDUNGAN LINGLAUT
KETENTUAN PIDANA
PENEGAKAN HUKUM DI LAUT
DALAM UNDANG-UNDANG NO 17 TAHUN 2008
TENTANG PELAYARAN
BAB XIX

BAGIAN HUKUM - DITJEN HUBLA 26


Pengangkutan Barang Khusus
dan Barang Berbahaya
substansi sanksi
 Pasal 46  Pasal 294
“Pengangkutan barang Ayat (1) : Pidana penjara paling lama 3
berbahaya dan barang khusus (tiga) tahun atau denda paling
sebagaimana dimaksud dalam banyak Rp.400.000.000,00 (empat
Pasal 44 wajib memenuhi ratus juta rupiah);
persyaratan:
a. pengemasan, penumpukan, Ayat (2) : Jika mengakibatkan kerugian
dan penyimpanan di pelabuhan, harta benda, dipidana penjara paling
penanganan bongkar muat, serta lama 4 (empat) tahun dan denda
paling banyak Rp.500.000.000,00
penumpukan dan penyimpanan (lima ratus juta rupiah);
selama berada di kapal;
b. keselamatan sesuai dengan Ayat (3) : Jika mengakibatkan kematian
peraturan dan standar, baik seseorang dan kerugian harta
nasional maupun internasional benda, dipidana penjara paling lama
bagi kapal khusus pengangkut 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
barang berbahaya; dan banyak Rp.1.500.000.000,00 (satu
c. pemberian tanda tertentu milyar lima ratus juta rupiah)
sesuai dengan barang berbahaya
yang diangkut.
Pengangkutan Barang Khusus
dan Barang Berbahaya
substansi sanksi
 Pasal 47  Pasal 295
“Pemilik, operator, Pidana penjara paling
dan/atau agen perusahaan
angkutan laut yang lama 6 (enam) bulan dan
mengangkut barang denda paling banyak
berbahaya dan barang Rp.100.000.000,00
khusus wajib (seratus juta rupiah)
menyampaikan
pemberitahuan kepada
Syahbandar sebelum kapal
pengangkut barang khusus
dan/atau barang
berbahaya tiba di
pelabuhan.”
Keselamatan dan Keamanan Angkutan
Perairan
substansi sanksi
 Pasal 117 ayat (2)  Pasal 302
“Kelaiklautan kapal sebagaimana Ayat (1) : Pidana penjara paling lama
dimaksud pada ayat (1) huruf a wajib 3 (tiga) tahun atau denda paling
dipenuhi setiap kapal sesuai dengan banyak Rp.400.000.000,00 (empat
daerah-pelayarannya yang meliputi: ratus juta rupiah);
a. keselamatan kapal; Ayat (2) : Jika mengakibatkan
b. pencegahan pencemaran dari kerugian harta benda dipidana
kapal; penjara paling lama 4 (empat)
c. pengawakan kapal; tahun dan denda paling banyak
d. garis muat kapal dan pemuatan; Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah);
e. kesejahteraan Awak Kapal dan
kesehatan penumpang; Ayat (3) : Jika mengakibatkan
f. status hukum kapal; kematian seseorang dan kerugian
harta benda dipidana penjara
g. manajemen keselamatan dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
pencegahan pencemarandari kapal; denda paling banyak
dan
Rp.1.500.000.000,00 (satu miliar
h. manajemen keamanan kapal.” lima ratus juta rupiah).
Keselamatan dan Keamanan Pelabuhan
substansi sanksi
 Pasal 122  Pasal 303
“Setiap pengoperasian kapal dan Ayat (1) : Pidana penjara paling lama
pelabuhan wajib memenuhi 2 (dua) tahun dan denda paling
persyaratan keselamatan dan banyak Rp.300.000.000,00 (tiga
keamanan serta perlindungan ratus juta rupiah);
lingkungan maritim.” Ayat (2) : Jika mengakibatkan
kerugian harta benda dipidana
penjara paling lama 4 (empat)
tahun dan denda paling banyak
Rp.500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah);
Ayat (3) : Jika mengakibatkan
kematian seseorang dipidana
penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak
Rp.1.500.000.000,00 (satu miliar
lima ratus juta rupiah)
Keselamatan Kapal
substansi sanksi
 Pasal 128 ayat (2)  Pasal 304
“Pemilik, operator kapal, dan Pidana penjara paling lama 6
Nakhoda wajib membantu (enam) bulan atau denda
pelaksanaan pemeriksaan dan paling banyak
pengujian.” Rp.100.000.000,00 (seratus
juta rupiah)

 Pasal 305
 Pasal 130 ayat (1) Pidana penjara paling lama 6
“Setiap kapal yang memperoleh (enam) bulan atau denda
sertifikat sebagaimana dimaksud paling banyak
dalam Pasal 126 ayat (1) wajib Rp.100.000.000,00 (seratus
dipelihara sehingga tetap
memenuhi persyaratan juta rupiah)
keselamatan kapal.”
Keselamatan Kapal
substansi sanksi
 Pasal 131 ayat (1)  Pasal 306
Kapal sesuai dengan jenis, Pidana penjara paling lama 2
ukuran, dan daerah (dua) tahun dan denda paling
pelayarannya wajib dilengkapi banyak Rp.300.000.000,00 (tiga
dengan perlengkapan navigasi ratus juta rupiah)
dan/atau navigasi elektronika
kapal yang memenuhi
persyaratan.
 Pasal 307
 Pasal 131 ayat (2) Pidana penjara paling lama 2
Kapal sesuai dengan jenis, (dua) tahun dan denda paling
ukuran, dan daerah banyak Rp.300.000.000,00 (tiga
pelayarannya wajib dilengkapi ratus juta rupiah)
dengan perangkat komunikasi
radio dan kelengkapannya yang
memenuhi persyaratan.
Keselamatan Kapal
substansi sanksi
 Pasal 132 ayat (1)  Pasal 308
“Kapal sesuai dengan jenis, Pidana penjara paling lama 2
ukuran, dan daerahpelayarannya (dua) tahun dan denda paling
wajib dilengkapi dengan banyak Rp.300.000.000,00
peralatan meteorologi yang (tiga ratus juta rupiah)
memenuhi persyaratan.”

 Pasal 132 ayat (3)  Pasal 309


“Nakhoda yang sedang berlayar Pidana penjara paling lama 2
dan mengetahui adanya cuaca (dua) tahun dan denda paling
buruk yang membahayakan banyak Rp.300.000.000,00
keselamatan berlayar wajib (tiga ratus juta rupiah)
menyebarluaskannya kepada
pihak lain dan/atau instansi
Pemerintah terkait.”
Pengawakan Kapal
substansi sanksi
 Pasal 135  Pasal 310
“Setiap kapal wajib diawaki oleh Pidana penjara paling lama 2
Awak Kapal yang memenuhi (dua) tahun dan denda paling
persyaratan kualifikasi dan banyak Rp.300.000.000,00
kompetensi sesuai dengan
(tiga ratus juta rupiah)
ketentuan nasional dan
internasional.”

 Pasal 138 ayat (4)  Pasal 311


“Pemilik atau operator kapal Pidana penjara paling lama 2
wajib memberikan keleluasaan (dua) tahun dan denda paling
kepada Nakhoda untuk banyak Rp.300.000.000,00
melaksanakan kewajibannya
(tiga ratus juta rupiah)
sesuai dengan peraturan
perundangundangan.”
Pengawakan Kapal
substansi sanksi
 Pasal 145  Pasal 312
“Setiap orang dilarang Pidana penjara paling
mempekerjakan lama 2 (dua) tahun dan
seseorang di kapal denda paling banyak
dalam jabatan apa pun Rp.300.000.000,00
tanpa disijil dan tanpa (tiga ratus juta rupiah)
memiliki kompetensi
dan keterampilan serta
dokumen pelaut yang
dipersyaratkan.”
Garis Muat Kapal dan Pemuatan
substansi sanksi

 Pasal 149 ayat (1)  Pasal 313


“Setiap peti kemas Pidana penjara paling
yang akan lama 2 (dua) tahun dan
dipergunakan sebagai denda paling banyak
bagian dari alat angkut Rp.300.000.000,00
wajib memenuhi (tiga ratus juta rupiah)
persyaratan kelaikan
peti kemas.”
Status Hukum Kapal
substansi sanksi
 Pasal 158 ayat (5)  Pasal 314
“Pada kapal yang telah Pidana penjara paling lama 6
didaftar wajib dipasang (enam) bulan atau denda
paling banyak
Tanda Pendaftaran.”
Rp.100.000.000,00 (seratus
juta rupiah)

 Pasal 167  Pasal 315


“Kapal berkebangsaan Pidana penjara paling lama 1
Indonesia dilarang (satu) tahun atau denda paling
mengibarkan bendera banyak Rp.200.000.000,00
negara lain sebagai tanda (dua ratus juta rupiah)
kebangsaan.”
Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
substansi sanksi
 Pasal 316
 Pasal 174 Ayat (1) : Dengan sengaja .....
“Setiap orang dilarang a.jika dapat mengakibatkan bahaya bagi
merusak atau melakukan kapal berlayar, dipidana penjara paling
lama 12 (dua belas) tahun atau denda
tindakan apapun yang paling banyak Rp.1.500.000.000,00 (satu
mengakibatkan tidak miliar lima ratus juta rupiah);
berfungsinya Sarana Bantu b.jika dapat mengakibatkan kapal
Navigasi-Pelayaran serta tenggelam atau terdampar, dipidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun
fasilitas alur-pelayaran di dan/atau denda paling banyak
laut,sungai, dan danau.” Rp.2.000.000.000,00 (dua miliar
rupiah);atau
c.jika dapat mengakibatkan bahaya bagi
kapal dan matinya seseorang, dipidana
penjara seumur hidup atau paling lama 20
(dua puluh) tahun
Ayat (2) : Karena kelalaiannya, jika dapat
mengakibatkan bahaya bagi kapal
berlayar, dipidana penjara paling lama1
(satu) tahun atau denda paling banyak
Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
Alur dan Perlintasan
substansi sanksi
 Pasal 193 ayat (1)  Pasal 317
“Selama berlayar Nakhoda Pidana penjara paling
wajib mematuhi ketentuan lama 1 (satu) tahun dan
yang berkaitan dengan: denda paling banyak
a. tata cara berlalu lintas; Rp.200.000.000,00 (dua
b. alur-pelayaran; ratus juta rupiah)
c. sistem rute;
d. daerah-pelayaran lalu
lintas kapal; dan
e. Sarana Bantu Navigasi-
Pelayaran.”
Pemanduan
substansi sanksi

 Pasal 199 ayat (1)  Pasal 319


“Petugas Pandu wajib Pidana penjara paling
memenuhi persyaratan lama 2 (dua) tahun atau
kesehatan, keterampilan, denda paling banyak
serta pendidikan dan Rp.300.000.000,00 (tiga
pelatihan yang dibuktikan ratus juta rupiah)
dengan sertifikat.”
Kerangka Kapal
substansi sanksi
 Pasal 202 ayat (1)  Pasal 320
“Pemilik kapal dan/atau Nakhoda Pidana penjara paling lama 6
wajib melaporkan kerangka (enam) bulan dan denda
kapalnya yang berada di perairan paling banyak
Indonesia kepada instansi yang Rp.100.000.000,00 (seratus
berwenang.” juta rupiah)
 Pasal 203 ayat (1)
 Pasal 321
“Pemilik kapal wajib
menyingkirkan kerangka kapal Pidana penjara paling lama 1
dan/atau muatannya yang (satu) tahun dan denda paling
mengganggu keselamatan dan banyak Rp.200.000.000,00
keamanan pelayaran paling lama (dua ratus juta rupiah)
180 (seratus delapan puluh) hari
kalender sejak kapal tenggelam.”
Persetujuan Kegiatan Kapal di
Pelabuhan
substansi sanksi
 Pasal 216 ayat (1)  Pasal 322
“Kapal yang melakukan Pidana penjara paling
kegiatan perbaikan, lama 6 (enam) bulan atau
percobaan berlayar, denda paling banyak
kegiatan alih muat di Rp.100.000.000,00
kolam pelabuhan, (seratus juta rupiah)
menunda, dan bongkar
muat barang berbahaya
wajib mendapat
persetujuan dari
Syahbandar.”
Surat Persetujuan Berlayar
substansi sanksi
 Pasal 219 ayat (1)  Pasal 323
Ayat (1) : pidana penjara paling lama
“Setiap kapal yang berlayar 5 (lima) tahun dan denda paling
wajib memiliki Surat banyak Rp.600.000.000,00 (enam
Persetujuan Berlayar yang ratus juta rupiah);
dikeluarkan oleh Ayat (2) : jika mengakibatkan
Syahbandar.” kecelakaan kapal sehingga
mengakibatkan kerugian harta
benda, dipidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak
Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah);
Ayat (3) : jika mengakibatkan
kecelakaan kapal sehingga
mengakibatkan kematian, dipidana
penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak
Rp.1.500.000.000,00 (satu miliar
lima ratus juta rupiah)
Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran
dari Pengoperasian Kapal
substansi sanksi
 Pasal 227  Pasal 324
“Setiap Awak Kapal Pidana penjara paling
wajib mencegah dan lama 2 (dua) tahun dan
menanggulangi denda paling banyak
terjadinya pencemaran Rp.300.000.000,00
lingkungan yang (tiga ratus juta rupiah)
bersumber dari kapal.”
Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran
dari Pengoperasian Kapal
substansi sanksi
 Pasal 325
 Pasal 229 ayat (1)
Ayat (1) : Pidana penjara paling lama
“Setiap kapal dilarang 2 (dua) tahun dan denda paling
melakukan pembuangan banyak Rp.300.000.000,00 (tiga
limbah, air balas, kotoran, ratus juta rupiah);
sampah, serta bahan kimia Ayat (2) : jika mengakibatkan
rusaknya lingkungan hidup atau
berbahaya dan beracun ke tercemarnya lingkungan hidup,
perairan.” dipidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp.500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah);
Ayat (3) : jika mengakibatkan
kematian seseorang, dipidana
penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan denda paling banyak
Rp.2.500.000.000,00 (dua miliar
lima ratus juta rupiah)
Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran
dari Pengoperasian Kapal
substansi sanksi
 Pasal 229 ayat (2)  Pasal 326
“Dalam hal jarak pembuangan, volume Pidana penjara paling lama 2 (dua)
pembuangan, dan kualitas buangan tahun dan denda paling banyak
telah sesuai dengan syarat yang Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta
ditetapkan dalam ketentuan peraturan rupiah)
perundangundangan, ketentuan pada
ayat (1) dapat dikecualikan.”
 Pasal 327
 Pasal 231 ayat (2)
Pidana kurungan paling lama 6 (enam)
“Untuk memenuhi tanggung jawab bulan dan denda paling banyak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta
pemilik atau operator kapal wajib rupiah)
mengasuransikan tanggung jawabnya.”
 Pasal 328
 Pasal 233 ayat (1) Pidana penjara paling lama 2 (dua)
“Pengangkutan limbah bahan tahun dan denda paling banyak
berbahaya dan beracun dengan kapal Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta
wajib memperhatikan spesifikasi kapal rupiah)
untuk pengangkutan limbah.”
Penutuhan Kapal
substansi sanksi
 Pasal 241 ayat (1)  Pasal 329
“Penutuhan kapal wajib Pidana penjara paling
memenuhi persyaratan lama 2 (dua) tahun dan
perlindungan denda paling banyak
lingkungan maritim.” Rp.300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah)
Kecelakaan Kapal Serta
Pencarian dan Pertolongan
 Pasal 244
ayat (3) : Nakhoda wajib melakukan tindakan
pencegahan dan penyebarluasan berita kepada
pihak lain apabila mengetahui di kapalnya, kapal
 Pasal 330
lain, atau adanya orang dalam keadaan bahaya.
ayat (4) : Nakhoda wajib melaporkan bahaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada:
Pidana penjara paling
a. Syahbandar pelabuhan terdekat apabila bahaya
terjadi di wilayah perairan Indonesia; atau
lama 3 (tiga) tahun
b. Pejabat Perwakilan Republik Indonesia terdekat
dan pejabat pemerintah negara setempat yang
atau denda paling
berwenang apabila bahaya terjadi di luar wilayah
perairan Indonesia. banyak
 Pasal 247 : “Nakhoda yang mengetahui kecelakaan Rp.400.000.000,00
kapalnya atau kapal lain wajib mengambil tindakan
penanggulangan, meminta dan/atau memberikan (empat ratus juta
pertolongan, dan menyebarluaskan berita
mengenai kecelakaan tersebut kepada pihak lain.”
atau
rupiah)
 Pasal 248 : Nakhoda yang mengetahui kecelakaan
kapalnya atau kapal lain wajib melaporkan kepada :
a. Syahbandar pelabuhan terdekat apabila
kecelakaan kapal terjadi di dalam wilayah perairan
Indonesia; atau
b. Pejabat Perwakilan Republik Indonesia terdekat
dan pejabat pemerintah negara setempat yang
berwenang apabila kecelakaan kapal terjadi di luar
wilayah perairan Indonesia.
Kecelakaan Kapal
substansi sanksi
 Pasal 246  Pasal 331
“Dalam hal terjadi kecelakaan
kapal sebagaimana dimaksud
Pidana penjara paling
dalam Pasal 245 setiap orang lama 1 (satu) tahun
yang berada di atas kapal atau denda paling
yang mengetahui terjadi banyak
kecelakaan dalam batas Rp.100.000.000,00
kemampuannya harus
memberikan pertolongan dan (seratus juta rupiah)
melaporkan kecelakaan
tersebut kepada Nakhoda
dan/atau Anak Buah Kapal.”
Pencarian dan Pertolongan
substansi sanksi
 Pasal 258 ayat (2)  Pasal 332
“Kapal atau pesawat udara Pidana penjara paling
yang berada di dekat atau lama 1 (satu) tahun dan
melintasi lokasi kecelakaan,
wajib membantu usaha
denda paling banyak
pencarian dan pertolongan Rp.200.000.000,00
terhadap setiap kapal (dua ratus juta rupiah)
dan/atau orang yang
mengalami musibah di
perairan Indonesia.”
TERIMA KASIH

BAGIAN HUKUM - DITJEN HUBLA 51

Anda mungkin juga menyukai