Anda di halaman 1dari 7

Latihan Soal Smester Ganjil 2020-2021

Kenautikaan II

Nama : Burhani Sulton


NPT : 19.16.114039.1124
Tingkat : II C
Dosen Pengampu : Capt. Yohan Paul Barkey
1. Sebutkan Biaya Pemanfaat Sarana Bantu Navigasi Pelayaran di kenakan kepada siapa
dan dalam pasal ?
2. Sebutkan isi Pasal 44 PP no 5 Tahun 2010 ?
3. Sebutkan isi Pasal 49 PP no 5 Tahun 2010 ?
4. Sebutkan isi Pasal 16 PP no 5 Tahun 2010 ?
5. Sebutkan isi Pasal 85 PP no 5 Tahun 2010 ?
6. Sebutkan isi Pasal 18 UU no 17 Tahun 2008 ?
7. Sebutkan isi Pasal 9 UU no 17 Tahun 2008 ?
8. Sebutkan isi Pasal 80 UU no 17 Tahun 2008 ?
9. Sebutkan isi Pasal 32 UU no 17 Tahun 2008 ?
10. Sebutkan isi Pasal 14 UU no 17 Tahun 2008 ?
11. Sebutkan letak nama pada nomor peta laut ?
12. Sebutkan letak keterangan Tahun penerbitan pada peta laut beserta Contoh ?
13. Sebutkan terdapat didalamnya bagian bagian apa apa saja pada peta laut ?
14. Sebutkan dan gambarkankan minimal 10 simbol yang terdapat dalam peta laut ?
15. Sebutkan kegunaan mawar pedoman/mawar kompas dalam peta laut ?

JAWABAN
1. Biaya Pemanfaatan Sarana Bantu Navigasi ialah Biaya yang dikenakan kepada kapal
kapal yang berlayar di Indonesia yang merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak.
Biaya pemanfaatan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dipungut oleh Bendahara penerimaan yang ditunjuk oleh Menteri pada saat
kapal tiba di pelabuhan atau terminal khusus. Ketentuan mengenai jenis dan tarif
biaya pemanfaatan Sarana Bantu NavigasiPelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah tersendiri.
Biaya Pemanfaatan Saran Bantu Navigasi di atur dalam Peraturan Mentri
Perhubungan No PM 25 Tahun 2011 Pasal 48 & PP 5 Tahun 2010 Pasal 44.

2. Isi Pasal 44 PP no 5 Tahun 2010 Berbunyi :


 Kapal yang berlayar di perairan Indonesia dikenai biaya
pemanfaatan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran yang
merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak.
 Biaya pemanfaatan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dipungut oleh Menteri pada saat kapal tiba di pelabuhan atau
terminal khusus.
 Biaya pemanfaatan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dikenakan
bagi:
a. kapal perang;
b. kapal negara;
c. kapal rumah sakit;
d. kapal yang memasuki suatu pelabuhan khusus untuk keperluan pertolongan
atau kapal yang memberi pertolongan jiwa manusia;
e. kapal yang melakukan percobaan berlayar; dan
f. kapal swasta yang melakukan tugas pemerintahan.
 Ketentuan mengenai jenis dan tarif biaya pemanfaatan
Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan
Pemerintah tersendiri.

3. Isi Pasal 49 PP no 5 Tahun 2010 berbunyi :


 Pemilik dan/atau operator kapal bertanggung jawab pada setiap kerusakan
dan/atau hambatan fasilitas alurpelayaran sungai dan danau yang disebabkan
oleh pengoperasian kapalnya.
 Tanggung jawab pemilik dan/atau operator kapal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berupa kewajiban untuk segera memperbaiki atau mengganti fasilitas
alurpelayaran sungai dan danau sehingga fasilitas tersebut dapat berfungsi
kembali seperti semula.
 Perbaikan dan penggantian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
dalam batas waktu paling lama 14 (empat belas) hari kalender sejak kerusakan
terjadi.
 Apabila dalam batas waktu 14 (empat belas) hari kalender sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) perbaikan atau penggantian tidak dilakukan, Menteri
melakukan perbaikan atau penggantian fasilitas alur-pelayaran sungai dan
danau dengan biaya yang dibebankan kepada pemilik dan/atau operator kapal.

4. Isi Pasal 16 PP no 5 Tahun 2010 berbunyi :


 Pemerintah menetapkan Alur Laut Kepulauan Indonesia dan tata cara
penggunaannya untuk perlintasan yang sifatnya terus menerus, langsung, dan
secepatnya bagi kapal asing yang melalui perairan Indonesia.
 Penetapan Alur Laut Kepulauan Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan memperhatikan:
a. ketahanan nasional;
b. keselamatan berlayar;
c. eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam;
d. jaringan kabel dan pipa dasar laut;
e. konservasi sumber daya alam dan lingkungan;
f. rute yang biasanya digunakan untuk pelayaran
internasional;
g. tata ruang laut; dan
h. rekomendasi organisasi internasional yang berwenang.
 Semua kapal asing yang menggunakan Alur Laut Kepulauan Indonesia dalam
pelayarannya tidak boleh menyimpang kecuali dalam keadaan darurat.
 Menteri mengawasi lalu lintas kapal asing yang melintasi Alur Laut
Kepulauan Indonesia.
 Menteri menetapkan lokasi Sarana Bantu NavigasiPelayaran dan
telekomunikasi-pelayaran untuk
melakukan pemantauan terhadap lalu lintas kapal asing
yang melalui Alur Laut Kepulauan Indonesia.

5. Isi Pasal 85 PP no 5 Tahun 2010 berbunyi : Pemerintah wajib memberikan pelayanan


meteorology paling sedikit meliputi:
a. pemberian informasi mengenai keadaan cuaca dan laut serta prakiraannya;
b. kalibrasi dan sertifikasi perlengkapan pengamatan cuaca di kapal; dan
c. bimbingan teknis pengamatan cuaca di laut kepada awak kapal tertentu untuk
menunjang masukan data meteorologi.
(2) Pelayanan meteorologi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan pelayanan jasa informasi cuaca kelautandan dilaksanakan oleh stasiun
meteorologi maritim.

6. Isi Pasal 18 UU no 17 tahun 2008 berbunyi :


 Kegiatan angkutan sungai dan danau di dalam negeri dilakukan oleh orang
perseorangan warga negara Indonesia atau badan usaha dengan menggunakan
kapal berbendera Indonesia yang memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal
serta diawaki oleh Awak Kapal berkewarganegaraan Indonesia.
 Kegiatan angkutan sungai dan danau antara Negara Republik Indonesia dan
negara tetangga dilakukan berdasarkan perjanjian antara Pemerintah Republik
Indonesia dan pemerintah negara tetangga yang bersangkutan.
 Angkutan sungai dan danau yang dilakukan antara dua negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan oleh kapal berbendera
Indonesia dan/atau kapal berbendera negara yang bersangkutan.
 Kegiatan angkutan sungai dan danau disusun dan dilakukan secara terpadu
dengan memperhatikan intra-dan antarmoda yang merupakan satu kesatuan
sistem transportasi nasional.
 Kegiatan angkutan sungai dan danau dapat dilaksanakan dengan
menggunakan trayek tetap dan teratur atau trayek tidak tetap dan tidak teratur.
 Kegiatan angkutan sungai dan danau dilarang dilakukan di laut kecuali
mendapat izin dari Syahbandar dengan tetap memenuhi persyaratan
kelaiklautan kapal.

7. Isi Pasal 9 UU no 17 Tahun 2008 berbunyi :
 Kegiatan angkutan laut dalam negeri disusun dan dilaksanakan secara terpadu,
baik intra-maupun antarmoda yang merupakan satu kesatuan sistem transportasi
nasional.
 Kegiatan angkutan laut dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan trayek tetap dan teratur (liner) serta dapat dilengkapi dengan
trayek tidak tetap dan tidak teratur (tramper).
 Kegiatan angkutan laut dalam negeri yang melayani trayek tetap dan teratur
dilakukan dalam jaringan trayek.
 Jaringan trayek tetap dan teratur angkutan laut dalam negeri disusun dengan
memperhatikan:
a. pengembangan pusat industri, perdagangan, dan pariwisata;
b. pengembangan wilayah dan/atau daerah;
c. rencana umum tata ruang;
d. keterpaduan intra-dan antarmoda transportasi; dan
e. perwujudan Wawasan Nusantara.
 Penyusunan jaringan trayek tetap dan teratur sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan bersama oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan asosiasi perusahaan
angkutan laut nasional dengan memperhatikan masukan asosiasi pengguna jasa
angkutan laut.
 Jaringan trayek tetap dan teratur sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan
oleh Menteri.
 Pengoperasian kapal pada jaringan trayek tetap dan teratur sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) dilakukan oleh perusahaan angkutan laut nasional dengan
mempertimbangkan:
a. kelaiklautan kapal;
b. menggunakan kapal berbendera Indonesia dan diawaki oleh warga negara
Indonesia;
c. keseimbangan permintaan dan tersedianya ruangan;
d. kondisi alur dan fasilitas pelabuhan yang disinggahi; dan
e. tipe dan ukuran kapal sesuai dengan kebutuhan.
Pengoperasian kapal pada trayek tidak tetap dan tidak teratur sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh perusahaan angkutan laut nasional dan
wajib dilaporkan kepada Pemerintah.

8. Isi pasal 80 UU no. 17 Tahun 2008 berisi tentang :


1. Kegiatan pemerintahan di pelabuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79
meliputi:
a. pengaturan dan pembinaan, pengendalian, dan pengawasan kepelabuhan;
b. keselamatan dan keamanan pelayaran; dan/atau
c. kepabeanan;
d. keimigrasian;
e. kekarantinaan.
2. Selain kegiatan pemerintahan di pelabuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdapat kegiatan pemerintahan lainnya yang keberadaannya bersifat tidak tetap.
3. Pengaturan dan pembinaan, pengendalian, Dan pengawasan kegiatan
kepelabuhanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh
penyelenggara pelabuhan.
4. Fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran sebagaimana dimaksud ayat (1)
huruf b dilaksanakan oleh Syahbandar. ngsi kepabeanan, keimigrasian, dan
kekarantinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, huruf d, dan huruf e
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

9. Isi pasal 32 UU no. 17 Tahun 2008 adalah :


1. Usaha jasa terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) dilakukan oleh
badan usaha yang didirikan khusus untuk itu.
2. Selain badan usaha yang didirikan khusus untuk itu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) kegiatan bongkar muat dapat dilakukan oleh perusahaan angkutan laut
nasional hanya untuk kegiatan bongkar muat barang tertentu untuk kapal yang
dioperasikannya.
3. Selain badan usaha yang didirikan khusus untuk itu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) kegiatan angkutan perairan pelabuhan dapat dilakukan oleh perusahaan
angkutan laut nasional.
4. Kegiatan tally yang bukan tally mandiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31
ayat (2) huruf e dapat dilakukan oleh perusahaan angkutan laut nasional,
perusahaan bongkar muat, atau perusahaan jasa pengurusan transportasi, terbatas
hanya untuk kegiatan cargodoring, receiving/delivery, stuffing, dan stripping peti
kemas bagi kepentingannya sendiri.

10. Isi pasal 14 UU no. 17 Tahun 2008 adalah :


Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan angkutan laut khusus diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

11. Nama peta (Title of the chart) :


Ini dicetak di tempat yang paling baik dan nyata dan tidak menutupi keterangan-
keterangan penting maupun daerah lalulintas (route-route pelayaran utama) dari peta.
Nomor peta (number of the chart) :
Ini dicetak pada sudut kanan bawah dan sudut kiri atas dari peta

12. Letak tahun penerbitan peta adalah di luar garis batas peta, di bagian bawah, di
tengah. Contohnya : Published at the Admiralty 30th March, 1965.

13. Bagian-bagian yang terdapat pada peta laut adalah :


 Nomor peta, ditulis di sudut kiri atas dan sudut kanan bawah di luar garis peta
 Judul peta, ditulis di tempat yang tidak mengganggu alur pelayaran
 Skala peta,ditulis di bawah Judul peta/di bawah satuan kedalaman laut
 Satuan kedalam peta, ditulis di sudut kiri atas dan kanan bawah di luar garis
peta, biasa dalam satuan meter, depa, atau kaki.
 Koreksi peta, ditulis di kiri bawah peta
 Penerbit peta, ditulis ditengah-tengah bagian bawah dari peta, tepat di luar
garis peta
 Edisi peta, ditulis disamping sebelah kanan dari penerbit peta, di luar garis
peta
 Mawar Kompas, dibagian yang tidak mengganggu keterangan dan detail peta.
 Region sistem pelampungan, ditulis di bawah judul peta, tepat di bawah skala
peta.
 Garis lintang dikiri dan kanan secara horizontal.
 Garis bujur di atas dan bawah secara vertical Dan lain-lain
14. Simbol pada peta laut meliputi :
 Koral atau batu karang dibawah surutan, simbolnya wilayah dengan garis
putus-putus dan tanda (+) di dalamnya serta tulisan kr.
 Garis batas daerah berbahaya, simbolnya wilayah dengan garis putus-putus
dan tanda (+) di dalamya.
 Daerah terlarang, simbolnya persegi panjang putus-putus.
 Rambu suar, simbol lingkaran ungu dengan bintang didalamnya.
 Stasiun pandu, simbol lingkaran dengan belah ketupat didalamnya.
 Stasiun penjaga pantai, simbol garis horizontal memotong bentuk oval.
 Rintangan, simbol lingkaran putus-putus.
 Pusaran air, simbol seperti pusaran air.
 Daerah gawat, simbol oval putus-putus.
 Batas berlabuh, simbol garis putus-putus.
15. Mawar Pedoman (compass rose) adalah gambar yang menampilkan orientasi arah-
arah penting, seperti utara, selatan, timur dan barat pada sebuah peta maritim atau
gambaran grafis maritim lainnya dalam pelayaran. Istilah ini juga digunakan untuk
pemberian derajat yang terdapat pada kompas magnetik tradisional. Saat ini
penggunaan dan ide mawar kompas yang terdapat atau yang ditampakkan pada
hampir semua sistem navigasi, termasuk grafik bahari, sistem NDB dan VOR,
beberapa set GPS dan yang menyerupainya.

Anda mungkin juga menyukai