Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

OPERASIONAL PELABUHAN DI INDONESIA

DOSEN MATA KULIAH

HERI AZWANSYAH, ST., MT.


NIP. 197311302000121001

DISUSUN OLEH :
ALFI RIAN DINI
NIM. D1011161006

PRODI TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan berkat dan rahmat-Nya lah saya dapat meyelesaikan makalah yang berjudul
Operasional Pelabuhan ini dengan baik.

Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Heri Azwansyah, ST., MT. selaku dosen mata kuliah
Operasional Pelabuhan. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada orang
tua saya yang telah memberikan dukungan untuk meyelesaikan penulisan makalah
ini serta kepada teman-teman yang telah memberikan masukan kepada saya dalam
mengerjakan makalah ini.

Apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini baik dari segi isi maupun
dari cara penyusunan maka saya sangat mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan dan sebagai perbaikan makalah yang akan
datang.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita
semua.

Pontianak, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

I.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2

I.3 Tujuan Penulisan.......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Pelabuhan ................................................................. 3

II.2 Fungsi Pelabuhan ....................................................................... 4

II.3 Peran Pelabuhan ......................................................................... 6

II.4 Klasifikasi Pelabuhan ................................................................ 7

II.5 Kegiatan Operasi Pelabuhan....................................................... 8

II.6 Pengelolaan Pelabuhan di Indonesia .......................................... 14

II.7 Operasional Pelabuhan ............................................................... 15

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan ............................................................................... 16

III.2 Saran .......................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, karena memiliki luas laut dan
jumlah pulau yang besar. Panjang Pantai Indonesia mencapai 95.181 km, dengan
Luas Wilayah Laut 5,4 juta km², mendominasi total luas teritorial Indonesia sebesar
7,1 juta km². Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara yang
dikaruniai sumber daya kelautan yang besar termasuk kekayaan keanekaragaman
hayati dan non-hayati kelautan terbesar (KKP, 2010). Indonesia memiliki potensi
besar menjadi poros maritim dunia. Poros maritim merupakan sebuah gagasan
strategis yang diwujudkan untuk menjamin konektifitas antar pulau, pengembangan
industri perkapalan dan perikanan, perbaikan transportasi laut serta fokus pada
keamanan maritim.
Pembangunan poros maritim dunia harus dibarengi dengan pembangunan
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di sepanjang wilayah pesisir Alur Laut
Kepulauan Indonesia (ALKI), pulau-pulau kecil, dan wilayah perbatasan. Upaya itu
tidak lain ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghasilkan
produk dan jasa kelautan yang bernilai ekonomi, meningkatkan kontribusi sektor
kelautan perikanan bagi perekonomian, serta menciptakan lapangan kerja dalam
jumlah besar.
Dalam suatu negara maritim seperti halnya negara kita, peranan pelabuhan
sungguh sangat penting bagi kegiatan kemaritiman. Demikian juga bagi
kepentingan administrasi pemerintahan pada umumnya, serta dalam kegiatan
perdagangan melalui laut dan sebagainya, peranan semua institusi di pelabuhanan
sangatlah penting.Bidang kegiatan pelabuhan memang sangat luas sekali, meliputi
pelayanan terhadap kapal, pelayanan terhadap barang dan masih banyak lagi jenis-
jenis pelayanan lainnya. Di Indonesia, dengan kondisi natural yang memiliki
wilayah perairan dengan luas laut 81.000 km lebih dominan dibandingkan dengan
daratan menciptakan suatu tingkat ketergantungan yang relatif tinggi terhadap daya
dukung transportasi laut dalam proses perdagangannya.

1
Pelabuhan menjadi bagian dari rantai perdagangan melalui laut dan memliki
peran penting dalam menunjang kegiatan kemaritiman.Perdagangan melalui laut
pada prinsipnya merupakan aliran tiga proses pergerakkan yaitu transportasi darat
yang mengangkut komoditas dari pemilik barang menuju sebuah tempat dari pihak
keagenan kargo ataupun jasa penyimpanan barangsebelum dibawa dan ditanganidi
area pelabuhan untuk dinaikkan ke atas palka kapal.
Dalam hal ini pelaksanaan pelabuhan sangatlah penting untuk menunjang
kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal dan barang, keselamatan
dan keamanan berlayar, tempat perpindahan intra dan/atau antar moda dalam
perdagangan melalui laut.

I.2. Rumusan Masalah

1. Apa itu Operasional Pelabuhan?

2. Bagaimana Operasional Pelabuhan di Indonesia?

3. Apa saja Fungsi dan Peranan Pelabuhan?

I.3. Tujuan Penulisan

1. Mengetahuin tentang Operasional Pelabuhan khususnya di Indonesia.

2. Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester.

2
BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Pengertian Pelabuhan


Menurut peraturan pemerinatah RI No. 69 Tahun 2001 tentang
Kepelabuhanan, yang dimaksud pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan
dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan ekonomi diperguanakan sebagai tempat kapal
bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang
pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.

Sedangkan pengertian kepelabuhananadalah segala sesuatu yang berkaitan


dengan kegiatan penyelenggaraan pelabuhanan dan kegiatan lainnya dalam
melaksanakan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan
ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan berlayar,
serta tempat perpindahan intra dan antar moda traansportasi.

Menurut Peraturan Pemerintah RI No.69 Tahun 2001, yang ditetapkan oleh


presiden pada tanggal 17 Oktober 2001 di Jakarta, pemerintah daerah diberikan
peran dalam penyelenggaraan kepelabuhanan dan dan ditata serta diatur kembali
agar sejalan dengan otonomi daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2001 No. 127).

Pelabuhan sebagai prasarana transportasi yang mendukung kelancaran


sistem transportasi laut memiliki fungsi yang erat kaitannya dengan faktor-faktor
sosial dan ekonomi.Secara ekonomi,pelabuhan berfungsi sebagai salah satu
penggerak roda perekonomian karena menjadi fasilitas yang memudahkan
distribusi hasil-hasil produksi sedangkan secara sosial, pelabuhan menjadi fasilitas
publik dimana didalamnya berlangsung interaksi antar pengguna (masyarakat)
termasuk interaksi yang terjadi karena aktivitas perekonomian.Secara lebih luas,
pelabuhan merupakan titik simpul pusat hubungan (central) dari suatu daerah
pendukung (hinterland) dan penghubung dengan daerah di luarnya.

3
II.2. Fungsi Pelabuhan

Fungsi sebuah pelabuhan secara umum adalah sebuah fasilitas di ujung


samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang
kargo maupun penumpang.Sedangkan secara khusus pelabuhan memiliki paling
tidakada empat, yaitu sebagai tempat pertemuan (interface), gapura (gateway),
entitas industri(industri entity), dan mata rantai transportasi.

a) Tempat Pertemuan (interface)

Di pelabuhan terjadi pertemuan dua moda transportasi utama, yaitu darat


dan laut serta berbagai kepentingan yang saling tarkait.Pelabuhan berfungsi sebagai
tempat pertemuan (interface), maksudnya bahwa pelabuhan dengan segala
fasilitasnya yang tersedia dapat melakukan kegiatan pemindahan muatan dari
angkutan laut (kapal) keangkutan darat atau sebaliknya.

Di pelabuhan semua kepentingan bertemu, maka di pelabuhan akan berdiri


bank yang melayani pelayaran maupun kegiatan ekspor impor. Pelabuhan
merupakan tempat bagi instansi Bea Cukai untuk memungut bea masuk. Di
pelabuhan, syahbandar akan memeriksa keselamatan pelayaran. Selain itu, di
pelabuhan banyak berdiri perusahaan yang melayani pelayaran, seperti leveransir,
pemasok peralatan kapal, dan sebagainya.

Dalam fungsi interfance, pelabuhan umumnya berfungsi penyedia fasilitas,


bukan operator interfance, kecuali kegiatan petikemas dan sebagian kegiatan yang
dilaksanakan usaha terminalnya. Institusi operator interfance di Indonesia ialah
perusahaan bongkar muat (PBM/Stevedoring).

Sedangkan dalam kawasan pesisir, pelabuhan punya fungsi perantara


(interfance); pelabuhan menyediakan berbagai fasilitas dan pelayanan jasa yang
dibutuhkan untuk perpindahan moda angkutan darat ke kapal atau sebaliknya dalam
kegiatan perpindahan barang antar kapal (transhipment) skematis fungsi interfance.

b) Gapura (gateway)

Pelabuhan berfungsi sebagai gapura atau pintu gerbang suatu negara. Warga
negara dan barang-barang dari negara asing yang memiliki pertalian ekonomi

4
masuk ke suatu negara akan melewati pelabuhan tersebut. Dari fungsi pelabuhan
yang merupakan pintu gerbang suatu negara, citra negara sangat ditentukan dari
pelayanan, kelancaran serta kebersihan di pelabuhan tersebut. Pelayanan dan
kerbesihan di pelabuhan merupakan cermin dari negara yang bersangkutan.

Pelabuhan berfungsi pintu gerbang perdagangan (gateway), artinya


pelabuhan melaksanakan prosedur dan peraturan yang harus diikuti kapal yang
singgahi pelabuhan. Selain itu juga berfungsi sebagai gerbang keluar masuk barang.
Sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia semula menetap 4 gateway port
:Tanjung Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Makassar. Hingga pada
perkembangan terakhir ada 112 pelabuhan yang terbuka untuk perdagangan luar
negeri, sehingga akhirnya memiliki 112 pintu gerbang.

c) Entitas Industri(Industri Entity)


Dengan berkembangnya industri yang berorientasi ekspor maka fungsi
pelabuhan menjadi sangat penting. Dengan adanya pelabuhan, hal itu akan
memudahkan industri mengirim produknya dan mendatangkan bahan baku. Dengan
demikian, pelabuhan berkembang menjadi suatu jenis industri sendiri yang menjadi
ajang bisnis berbagai jenis usaha, mulai dari transportasi, perbankan, perusahaan,
leasing peralatan dan sebagainya.
Fungsi dari pelabuhan sebagai entitas industri (industri entity) dikarenakan
pelabuhan dapat miliki kawasan industri(industrial estate/zone) lengkap
denganjaringan & jasa transportasi. Dalam fungsi ini, pelabuhan dapatmendorong
tumbuh dan kembang perdagangan, transportasi, pelayaran, bahkan mampu
menstimulasi perkembangan industri (hinterland) reversibel (dapat balik).
d) Mata-Rantai Transportasi

Sebagai salah satu mata rantai transportasi dan Node asal sampai Node
tujuan barang. Pelabuhan punya fungsi link, unit kerja menjadi bagian sistem
transportasi laut dan transportasi lain yaitu udara, darat, kereta api dan sistem
perpipaan, khususnya yang berfungsi terminal penerima minyak dan gas untuk
operasi bangunan lepas pantai.

Pelabuhan merupakan bagian dari rantai transportasi. Di pelabuhan berbagai


moda transportasi bertemu dan bekerja. Pelabuhan laut merupakan salah satu titik

5
dari mata rantai angkutan darat dengan angkutan laut. Orang dan barang yang
diangkut dengan kereta api bisa diangkut mengikuti rantai transportasi dengan
menggunakan kapal laut. Barang-baranga yang diangkut dengan kapal laut akan
dibongkar dan dipindahkan ke angkutan darat seperti truk atau kereta api,
sebaliknya barang-barang yang diangkut dengan truk atau kereta api di pelabuhan
dibongkar dan dimuat ke kapal.

Dalam jaringan transportasi, pelabuhan miliki fungsi penghubung (link),


perantara dua kawasan (interfance), pintu gerbang arus barang (gateway) dan
kawasan perdagangan bebas (free-port) dalam kawasan industri (industrial estate).

II.3. Peran Pelabuhan


Dalam kedudukan pelabuhan sebagai sub sistem terhadap pelayaran, dan
mengingat pelayaran sendiri adalah pembawa bendera mengikuti pola perdanganan
(ship follow the trade), maka pelabuhan menjadi salah satu unsur penentu terhadap
aktivitas perdagangan. Pelabuhan yang dikelola secara efisien akan mendorong
kemajuan perdagangan, bahkan industri di daerah belakang akan melaju dengan
sendirinya.
Apabila diamati perkembangan historis beberapa kota metropolitan terlebih
negara kepulauan seperti indonesia, maka pelabuhan turut membesarkan kota yang
dimaksud. Pelabuhan menjadi pemicu bertumbuhnya jaringan jalan raya, jaringan
rel kereta api, dan pergudangan tempat distribusi ataupun konsolidasi barang
komoditas. Jaringan sarana dan prasarana tranportasi darat menjadikan pelabuhan
sebagai titik simpul intramoda transportasi darat dan antarmoda transportasi darat
– laut.

Biaya jasa di pelabuhan yang dikelola secara efisien dan profesional akan
menjadi rendah, sehingga bisnis pada sektor lain bertumbuh pesat. Pelabuhan
berperan sebagai focal point bagi perekonomian maupun perdagangan, dan menjadi
kumpulan badan usaha seperti pelayaran dan keagenan, pergudangan, freight
forwarding, dan angkutan darat.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009
bab II pasal 4 tentang kepelabuhanan, pelabuhan memiliki peran sebagai:

6
1. Simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hierarkinya.
2. Pintu gerbang kegiatan perekonomian.
3. Tempat kegiatan alih moda transportasi.
4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan.
5. Tempat distribusi, produksi, dan konsolidasi muatan atau barang, dan
mewujudkan wawasan nusantara dan kedaulatan negara.

II.4. Klasifikasi Pelabuhan

Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani


kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan
laut dalam negeri dan internasional dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat
asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan
jangkauan pelayanan antarprovinsi.

Pelabuhan Pengumpul adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani


kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam
jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang,
serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi.

Pelabuhan Pengumpan adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani


kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam
jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan Pelabuhan
Pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta
angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan provinsi.

Pelabuhan Laut adalah pelabuhan yang dapat digunakan untuk melayani


kegiatan angkutan laut dan/atau angkutan penyeberangan yang terletak di laut atau
di sungai.

Pelabuhan sungai dan Danau adalah pelabuhan yang digunakan untuk


melayani angkutan sungai dan danau yang terletak di sungai dan danau.

7
II.5. Kegiatan Operasi Pelabuhan

1) Pemanduan
Demi menjaga keselamatan kapal dan muatan, pada saat kapal memasuki alur
pelayaran menuju kolam pelabuhan untuk berlabuh / merapat di dermaga, nakhoda
memerlukan advisor, yaitu seorang pandu. Pandu adalah seorang ahli
berpengalaman layar dan lulus sekolah pemanduan selama 1 tahun diadakan oleh
Direktorat Jendral Perhubungan Laut. Menurut Ordonasi Dinas Kepanduan 1927
(Loodsdients Ordonasi 62/1927), disebut bahwa pandu hanya sebagai advisor,
sedang tanggung jawab keselamatan kapal tetap pada nakhoda.
• Perairan Wajib Pandu
Perairan yang ditentukan Direktorat Jendral Perhubungan Laut di mana kapal
ukuran tertentu (150 GRT ke atas) yang akan keluar masuk atau mengadakan
gerakan tersendiri. Jika masih dalam perairan pandu maka harus gunakan pandu.
• Perairan Pandu Luar Biasa
Perairan yang ditentukan Direktorat Jendral Perhubungan Laut bahwa di perairan
tersebut boleh gunakan pandu/tidak. Biasanya perairan tersebut nantinya akan
dijadikan perairan wajib pandu.
Dalam pelayanan pandu di pelabuhan yang miliki alur pelayaran umumnya
dibagi dua, yaitu pandu Bandar yang memandu kapal di kolam pelabuhan ke batas
luar perairan wajib pandu, atau sebaliknya.
Tarif pemanduan didasarkan besar kapal (GRT, Gross Register Ton), jauh dekat
jarak pemanduan/lama waktu pemanduan dan faktor sulit tidaknya alur pelayaran.
Super intenden pandu dijabat oleh Administrasi Pelabuhan atau sekarang yang
dikenal sebagai Syahbandar. Atas saran pandu dapat beri dispensasi bebas tanpa
pandu kepada kapal yang melayari / mengadakan olah gerak tersendiri di perairan
wajib pandu dengan ketentuan pada saat tidak ada pandu, nakhoda sudah sering
keluar masuk perairan wajib pandu dimaksud. Pemberian dispensasi hanya sekali
pelayaran baik keluar /masuk.
Saat ini kapal yang dibebaskan tarif jasa pemanduan :

• Kapal rumah sakit dalam keadaan perang.

8
• Kapal Perang Republik Indonesia & kapal Negara Republik Indonesia untuk
tugas pemerintah / Negara.

• Kapal masuk pelabuhan minta pertolongan kemanusiaan.

• Kapal penyeberangan (Ferry) yang secara tetap & teratur berlayar kurang dari
24 jam di perairan wajib pandu.

Untuk melaksanakan tugas pemanduan dengan baik perlu sarana penunjang


yaitu kapal penjemput/pengantar pandu di tengah laut, kapal tunda untuk bantu
sandarkan kapal, maupun untuk kawal pada alur pelayaran sempit, dan regu kepil
(kepil darat dan laut) untuk membantu mengikat/melepas tali kapal.

2) Penundaan
Penundaan yang dimaksud adalah pekerjaan mendorong, menarik atau
menggandeng kapal yang berolah gerak untuk bertambat / melepas dari tambatan,
jembatan, pelampung, dolphin, kapal lain dengan pergunakan kapal tunda.
Penundaan disediakan sebagai alat bantu pandu. Pelayanan jasa pandu, tunda,
kepil dan telekomunikasi adalah rangkaian pelayanan tidak bisa dipisah dengan
pertimbangan keselamatan terhadap kapal keluar masuk pelabuhan, panjang kapal
tertentu harus pergunakan tunda sebagai sarana bantu pandu.
Dengan pertimbangan kekuatan arus, angin, cuaca, kedalaman kolam, serta
kondisi kapal yang ditunda, pandu dapat pertimbangkan jumlah serta daya kapal
tunda yang digunakan. Nakhoda kapal tunda merupakan penanggungjawab umum
terhadap pengoperasian kapal tunda sesuai perintah yang diberikan oleh pandu,
begitu juga juragan kapal kecil bertanggung jawab atas pelaksanaan perintah dari
pandu untuk mengambil tali kapal.

Tarif penggunaan kapal tunda untuk membantu pandu dihitung berdasarkan


besarnya kapal yang ditunda (GRT) dan lamanya penggunaan kapal tunda,
sedangkan besar kecilnya tenaga kapal tunda tidak mempengaruhi besar kecilnya
biaya yang dibebankan. Lamanya penggunaan kapal tunda dihitung sejak kapal
tunda berangkat dari pangkalan sampai kembali lagi ke pangkalan.

Adapun tatalaksana kapal keluar dan masuk dari/ke pelabuhan, yaitu:


a. Tatalaksana Kapal Masuk

9
1. Pandu membawa Surat Perintah Tugas dan Dokumen bukti pelayanan yang
akan ditandatangani nakhoda.
2. Koordinasi Pandu - petugas Kade Meter di terminal untuk presisi posisi
penyandaran kapal.
3. Petugas Kade dan Pandu mencatat waktu ikat tali pertama kapal di dermaga
sebagai titik awal penetapan waktu tambat (Berthing Time)
4. Sebelum pandu meninggalkan kapal, bukti pelayanan Pandu atau sertifikat
Pandu ditandatangani Nakhoda/perwira yang mewakili.
5. Nakhoda kapal tunda membuat laporan pelayanan tunda yang mencatat waktu
awal, akhir dan rute pelayanan.
b. Tatalaksana Kapal Keluar
1. Pandu melaksanakan Visual Inspection atas kondisi kapal dan membuat
dokumentasi yang perlu bagi keselamatan pelayaran.
2. Pandu berkoordinasi dengan petugas kade untuk mencatat data yang sama
perihal waktu lepas tali terakhir.
3. Sertifikat Pandu dibuat dan ditandatangani Nakhoda/perwira menjelang pandu
merampungkan tugas dan turun dari kapal.
4. Nakhoda kapal tunda membuat laporan pelayanan tunda yang mencatat waktu
awal, akhir dan rute pelayanan.
3) Operasi Labuh

Pelabuhan memiliki daerah kerja di daratan dan juga di perairan. Batas di


daratan adalah garis pantai dan di perairan adalah titik-titik koordinat di laut yang
telah disahkan oleh Menteri Dalam Negeri atau minimal ditentukan oleh
pemerintah daerah provinsi. Perairan pelabuhan khususnya berupa kolam
pelabuhan harus dapat digunakan untuk berlabuh kapal dengan aman sambil
menunggu pelayanan berikutnya.
Pihak pelabuhan harus menjamin penggunaan kolam labuh kapal dengan aman,
oleh sebab itu:

• Kolam harus cukup luas.

• Pihak pelabuhan harus mengatur kapal yang berlabuh supaya tidak


mengganggu alur pelayaran.

10
• Air di kolam pelabuhan, relatif tidak bergelombang dan arusnya relatif
tenang.

• Kedalaman kolam harus cukup untuk kapal-kapal yang berkunjung ke


pelabuhan tersebut.

Untuk menutup biaya perawatan kolam maka pada kapal yang menggunakan
perairan dipungut biaya labuh. Uang labuh dihitung berdasar besarnya kapal (GRT)
sejak kapal masuk sampai dengan meninggalkan perairan pelabuhan, kapal kecil ≤
3.5 GRT, kapal hanya melintasi perairan tersebut, kapal pemerintah (kapal perang,
kapal bea cukai, dll) tidak untuk kapal niaga. Kapal baru dibuat, selama di
pelabuhan tidak menaikkan / menurunkan barang atau penumpang. Kapal mati yang
ditempatkan di lokasi tertentu.

4) Operasi Tambat
Tambatan adalah bangunan fasilitas pelabuhan untuk merapatnya kapal, bisa
dibuat dari beton, besi/kayu, pelampung, breasting dolphin, maupun pinggiran
pantai. Pihak pelabuhan harus dapat memberikan tempat tambat bagi kapal untuk
melakukan bongkar muat dengan lancar, tertib dan aman. Biasanya tambatan
dibedakan untuk tempat tambat kapal Samudera, kapal Nusantara maupun untuk
pelayaran rakyat.

Idealnya persentase penggunaan tambatan harusnya ≤60% tapi umumnya di


pelabuhan-pelabuhan besar Indonesia ≥65% (Tanjung Perak diperkirakan sebagian
dermaga 80%) hingga akibatkan kapal-kapal antri bertambat. Untuk perlancar
bongkar dan muat / kurangi antrian kapal, ditempuh beberapa kebijaksanaan misal
kapal akan tambat harus serahkan manifes bongkar dan rencana muat, sertifikat
kran kapal untuk melihat kemampuan serta kehandalan kran kapal, serta
Cranesequencelist, atau dokumen tentang urutan pembongkaran barang.

Dari data tersebut, pihak pelabuhan menentukan lama bertambat, hingga tidak
ada alasan perlambat bongkar muat dan sanksi bila tidak tepat waktu kapal
dikeluarkan. Untuk jamin ketertiban dan kelancaran bongkar muat tiap hari, diawasi
supervisi dari pelabuhan, jika terjadi keterlambatan pihak kapal sudah

11
diperingatkan dahulu. Selain sanksi di atas, tambat diberikan batas waktu, bila
melebihi batas waktu, dikenakan tarif tambat 200% dari tarif dasar.

5) STS (ship to ship) Transfer


STS(ship to ship) Transfers adalah alih muatan langsung dari kapal ke kapal
dengan menggunakan pipa atau alat lainnya. Kegiatan ini dilakukan diperairan
sehingga kapal yang melakukan tidak bertambat ditambatan. Selain area perairan
STS transfers ada transfer Anchorage Area(TAA) adalah lokasi yang diperuntukan
untuk tempat berlabuh sementara yang ditetapkan berdasarka Notice to marine
(NTM).
Dalam kegiatan STS membutuhkan kondisi dan situasi yang tepat tidak
dalam kondisi sembarangan, peralatan dan perlengkapan kapal juga harus tepat
tersedia, staf darat yang bertugas di kantor pelayaran dan crew kapal harus
berpengalaman atau memiliki pengatuhan tentang STS.

6) Cargo Handling/Terminal Service


Cargo handling adalah kegiatan pelayanan terhadap muatan (keluar dan
masuk) yang melalui pelabuhan, yang meliputi bongkar/muat, pemindahan dari sisi
lambung kapal ketempat penimbunan / penyimpanannya, menyusun dan
meyimpanbarang tersebut serta menyerahkan kepada pemiliknya, atau sebaliknya
meenerima barang dari si pemilik, disusun dalam tempat penyimpanan,
dipindahkan dari tempat penyimpanan ke sisi kapal dan memuat serta menyusun
didalam ruangan muatan kapal, dengan pengertian bahwa melaksanakan semua
kegiatan itu dengan pengetahuan serta keahlian. Adapun kegiatan cargo handling
antra lain adalah:

1. Stevedoring
Stevedoring adalah pekerjaan membongkar barang dari kapal ke dermaga /
tongkang / truk atau memuat barang dari dermaga / tongkang / truk ke dalam kapal
sampai dengan tersusun dalam palka kapal dengan menggunakan derek kapal atau
derek darat.

2. Cargodoring
Cargodoring adalah pekerjaan melepaskan barang dari tali/jala–jala
(extackle) di dermaga dan mengangkut dari dermaga ke gudang/lapangan

12
penumpukan selanjutnya menyusun di gudang/lapangan penumpukan atau
sebaliknya.

3. Receiving/delivery
Receiving/delivery adalah pekerjaan memindahkan barang dari
timbunan/tempat penumpukan di gudang/lapangan penumpukan dan menyerahkan
sampai tersusun di atas kendaraan di pintu gudang/lapangan penumpukan atau
sebaliknya.

II.6. Pengelolaan Pelabuhan Di Indonesia

Pengelolaan kepelabuhanan Indonesia kombinasi 2 (dua) bentuk pola


pengelolaan yaitu tool-port &operating port. Jadi ada beberapa kelompok
pelabuhan (khususnya pelabuhan umum) secara tidak langsung menerapkan tool-
port di mana PT. Pelindo I-IV menyediakan dan menyiapkan sarana dan prasarana
jasa pelabuhan kemudian diserahkan kepada pihak ketiga untuk dikelola
berdasarkan pertimbangan teknis operasional dan bisnis.

Secara mendasar, PT. Pelindo ditunjuk melayani jasa kepelabuhanan sesuai


UU Pelayaran dengan fungsi Operator Pelabuhan (port-operator). Fakta lapangan
menunjukkan berbagai fasilitas alur pelayaran, kolam sandar, dermaga,
pergudangan, serta fasilitas bongkar-muat disediakan oleh pemerintah melalui PT.
Pelindo, kemudian infrastruktur dan suprastruktur dipakai pihak ketiga dikenal
dengan Terminal Operator dilakukan perusahaan bongkar-muat, perusahaan
pelayaran di Indonesia, atau anak perusahaan dari PT. Pelindo sendiri.

Proses migrasi operasi jasa kepada pihak ketiga pada banyak aplikasi
timbulkan inefisiensi yang mereduksi kehandalan kepelabuhanan seperti penetapan
& perubahan biaya /biaya penanganan barang subjektif & sepihak. Sementara relasi
horizontal antar institusi pemerintah berkaitan penanganan jasa kepelabuhanan
secara eksis justru merupakan penyebab kontra-produktif kinerja kepelabuhanan
nasional. Banyak institusi miliki dan tetap pertahankan ego sektoral. Situasi ini
semakin memperbesar span of control proses manajemen penanganan barang dan
kapal di pelabuhan.

13
Karenanya jika persoalan operasi dan teknis timbul di problem spot maka
penanganan relatif sulit dan lambat. Efek yang terlihat & muncul ke permukaan
adalah inefisiensi, ekonomi biaya tinggi, potensi kongesti besar, sulit daya dukung
spasial pengembangan kewilayahan, serta minim ketersediaan finansial usaha
kepelabuhanan. Kemampuan pemasaran relatif minim akibat fungsi Pelindo sangat
pasif dan terkesan dilokalisir pada wilayah daerah, wilayah kerja dan perairan
sekitar pelabuhan saja, dan tidak langsung menstimulasi pergerakan barang di
region hinterland dan foreland.

Dari aspek tanggung jawab dan kewenangan pelaku usaha jasa kepelabuhan
adanya suatu pola yang cukup variatif. Faktor utama yang dipertimbangkan sebagai
fungsi variasi tanggung jawab dan kewenangan yaitu; infrastruktur (sarana fasilitas
bangunan dermaga dan pendukung), suprastruktur (peralatan bongkar muat), pola
operasi, dan penerapan tarif jasa yang dihasilkan.

Kelompok pelabuhan khusus dan pelabuhan tidak diusahakan dinyatakan


pelabuhan relatif radikal pengelolaan dibandingkan pelabuhan komersial.
Pelabuhan tidak diusahakan karena fungsi agen pelayan publik maka pengoperasian
tipe ini berkesan sebagai obligasi politik pemerintah kepada publik dalam
menunjang proses perdagangan daerah kurang komersial. Tidak ada pelaku selain
pemerintah, baik pusat maupun lokal (pusat dan kabupaten/kota).

Pengkutuban serupa (konteks beda) yaitu pada pelabuhan khusus, justru


memiliki kebebasan relatif lebih besar (tertutup) dari intervensi pemerintah maupun
publik dalam kewenangan dan tanggung jawab (pada aspek yg dipakai). Sedang
pelabuhan komersial berada diantara kedua radikalisme, ada keterlibatan dari
pemerintah, operator (PT. Pelindo), dan publik (pihak swasta) dalam kewenangan
dan tanggung jawab pengelolaan. Walau fakta lapangan, masih relatif rendah
partisipasi publik dalam proses pengelolaan pelabuhan komersial secara nasional.

14
II.7. Operasional Pelabuhan

Kegiatan Operasional Pelabuhan

1. Kegiatan operasional pelabuhan secara umum meliputi kegiatan arus


barang, waktu pelayanan kapal, rasio pemakaian fasilitas dermaga, biaya
bongkar muat barang. Ini sebagai dasar memperhitungkan efesiensi dan
efektifitas kegiatan operasional.
2. Arus barang merupakan jumlah tonase barang yang dibongkar dan dimuat
di terminal dalam kurung waktu tertentu. Kegiatan ini meliputi berth output,
throughput, ship output, dan labor output.
3. Waktu pelayanan kapal merupakan kegiatan yang berkaitan dengan waktu
menunggu ketersedian fasilitas, muatan, penyelesaian dokumen, dan jadwal
kerja pelabuhan, sehingga kapal tidak terlalu lama menunggu di pelabuhan.
4. Rasio pemakaian fasiltas dermaga adalah memperhitungkan kegiatan
bongkar muat yang berkaitan dengan kegiatan pada dermaga, gudang, dan
lapangan.
5. Biaya bongkar muat merupakan ukuran tingkat efisensi dari manajemen
operasional terminal general cargo. Mengukur rasio antara output dengan
sdm yang tersedia sebagai input. Terdapat 2 jenis biaya yaitu biaya tetap
(fixed cost) dan biaya variabel.

15
BAB III

PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya
dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
ekonomi diperguanakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun
penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra dan antar moda transportasi.
Pengelolaan pelabuhan merupakan suatu hal yang sangat kompleks.
Meskipun pemerintah telah dengan sangat baik menetapkan ketentuan
pengelolaannya, masalah masih tetap ada. Hal ini umumnya dikarenakan kurangnya
modal untuk mengembangkan pelabuhan yang ada. Sehingga menyebabkan kurang
baiknya kepengurusan pelabuhan, seperti buruknya fasilitas pelabuhan yang ada.
Prestasi pelabuhan di Indonesia juga tidak membanggakan. Kita masih
kalah jauh jika dibandingkan dengan negara – negara asia tenggara lainnya seperti
Singapura dan Malaysia. Oleh karena itu kita perlu untuk mengejar ketertinggalan
kita ini.
Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah memperbaiki fasilitas dasar
dari pelabuhan, yang selama ini selalu dikeluhkan. Peran serta pemerintah sangat
penting guna memastikan bahwa hal ini berjalan sebagaimana mestinya.
Dengan adanya kesadaran mengenai hal ini, niscaya akan tercipta pola
pengembangan pelabuhan yang berkesinambungan, yang mampu untuk
memperbaiki kinerja pelabuhan di Indonesia. Namun sekali lagi kami tekankan,
tahap perncanaan dan tahap pengawasan merupakan factor yang sangat
mempengaruhi terwujudnya hal ini.
Segala kegiatan arus barang, waktu pelayanan kapal, rasio pemakaian
fasilitas dermaga, biaya bongkar muat barang merupakan suatu operasional
pelabuhan yang diatur di dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 mengenai
Pelayaran.

16
III.2. Saran

Pelabuhan merupakan sarana yang penting dalam kelancaran perdagangan


melalui laut, maka dari itu pengelolaan dan pelayanan yang baik sangat diperlukan.
Untuk perkembangan lebih lanjut, Salah satu cara agar kegiatan operasional
pelabuhan dapat berjalan baik yaitu semua kegiatan yang dilakukan harus sesuai
prosedur, meliputi pelayanan terhadap kapal/barang, perawatan sarana dan
prasarana pendukung pelabuhan, serta pelatihan sumber daya manusia yang bekerja
di pelabuhan secara berkala agar pekerja dapat menangani pekerjaan yang ada
dengan lebih baik demi kelancaran kegiatan di pelabuhan itu sendiri.
Selain itu, kita sebagai generasi muda perlu untuk mengetahui sistem
pelabuhan di Indonesia. Sehingga nantinya kita dapat memperbaiki sistem
pelabuhan yang ada di Indonesia

17
DAFTAR PUSTAKA

Handoyo,2013.Sistem Pengawasan Perikanan Di Pelabuhan Perikananan


Nusantara Pekalongan.http://Pelabuhan-perikanan-pekalongan-
sistem-pengaasan.html.Diakses tanggal 10 Januari 2014.
Irpan,2013. Makalah Pelabuhan.http://contohmakalahpelabuhan.html.Di akses
pada tanggal 09 Januari 2014.

Juwita, 2012.Pelabuhan Dermaga dan Terminal.


http://febriantekniksipil.blogspot.com/2012/02/pelabuhan-
dermaga – dan-terminal.html. Di akses tanggal 10 Januari 2014.
KKP, 2010. Potensi Dan Permasalahan. Rencana Strategis Kementrian Kelautan
dan Perikanan 2011. Jakarta.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
pokok Kepegawaian. Jakarta.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2002 tentang Usaha
Perikanan. Jakarta.
Hadi Syamsul. 2016. Contoh Dan Kesimpulan Saran Yang Benar, (Online),
(http://www.seocontoh.web.id/2016/01/contoh-kesimpulan-dan-saran-
makalah.html)

Lasse. 2014. Manajemen Kepelabuhanan. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Lasse. 2015. Manajemen Bisnis Transportasi Laut. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Suyono, R.P. 2005. Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut.


Jakarta: Victory Jaya Abadi.

18

Anda mungkin juga menyukai