DISUSUN OLEH :
ALFI RIAN DINI
NIM. D1011161006
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan berkat dan rahmat-Nya lah saya dapat meyelesaikan makalah yang berjudul
Operasional Pelabuhan ini dengan baik.
Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Heri Azwansyah, ST., MT. selaku dosen mata kuliah
Operasional Pelabuhan. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada orang
tua saya yang telah memberikan dukungan untuk meyelesaikan penulisan makalah
ini serta kepada teman-teman yang telah memberikan masukan kepada saya dalam
mengerjakan makalah ini.
Apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini baik dari segi isi maupun
dari cara penyusunan maka saya sangat mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan dan sebagai perbaikan makalah yang akan
datang.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita
semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pelabuhan menjadi bagian dari rantai perdagangan melalui laut dan memliki
peran penting dalam menunjang kegiatan kemaritiman.Perdagangan melalui laut
pada prinsipnya merupakan aliran tiga proses pergerakkan yaitu transportasi darat
yang mengangkut komoditas dari pemilik barang menuju sebuah tempat dari pihak
keagenan kargo ataupun jasa penyimpanan barangsebelum dibawa dan ditanganidi
area pelabuhan untuk dinaikkan ke atas palka kapal.
Dalam hal ini pelaksanaan pelabuhan sangatlah penting untuk menunjang
kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal dan barang, keselamatan
dan keamanan berlayar, tempat perpindahan intra dan/atau antar moda dalam
perdagangan melalui laut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
II.2. Fungsi Pelabuhan
b) Gapura (gateway)
Pelabuhan berfungsi sebagai gapura atau pintu gerbang suatu negara. Warga
negara dan barang-barang dari negara asing yang memiliki pertalian ekonomi
4
masuk ke suatu negara akan melewati pelabuhan tersebut. Dari fungsi pelabuhan
yang merupakan pintu gerbang suatu negara, citra negara sangat ditentukan dari
pelayanan, kelancaran serta kebersihan di pelabuhan tersebut. Pelayanan dan
kerbesihan di pelabuhan merupakan cermin dari negara yang bersangkutan.
Sebagai salah satu mata rantai transportasi dan Node asal sampai Node
tujuan barang. Pelabuhan punya fungsi link, unit kerja menjadi bagian sistem
transportasi laut dan transportasi lain yaitu udara, darat, kereta api dan sistem
perpipaan, khususnya yang berfungsi terminal penerima minyak dan gas untuk
operasi bangunan lepas pantai.
5
dari mata rantai angkutan darat dengan angkutan laut. Orang dan barang yang
diangkut dengan kereta api bisa diangkut mengikuti rantai transportasi dengan
menggunakan kapal laut. Barang-baranga yang diangkut dengan kapal laut akan
dibongkar dan dipindahkan ke angkutan darat seperti truk atau kereta api,
sebaliknya barang-barang yang diangkut dengan truk atau kereta api di pelabuhan
dibongkar dan dimuat ke kapal.
Biaya jasa di pelabuhan yang dikelola secara efisien dan profesional akan
menjadi rendah, sehingga bisnis pada sektor lain bertumbuh pesat. Pelabuhan
berperan sebagai focal point bagi perekonomian maupun perdagangan, dan menjadi
kumpulan badan usaha seperti pelayaran dan keagenan, pergudangan, freight
forwarding, dan angkutan darat.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009
bab II pasal 4 tentang kepelabuhanan, pelabuhan memiliki peran sebagai:
6
1. Simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hierarkinya.
2. Pintu gerbang kegiatan perekonomian.
3. Tempat kegiatan alih moda transportasi.
4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan.
5. Tempat distribusi, produksi, dan konsolidasi muatan atau barang, dan
mewujudkan wawasan nusantara dan kedaulatan negara.
7
II.5. Kegiatan Operasi Pelabuhan
1) Pemanduan
Demi menjaga keselamatan kapal dan muatan, pada saat kapal memasuki alur
pelayaran menuju kolam pelabuhan untuk berlabuh / merapat di dermaga, nakhoda
memerlukan advisor, yaitu seorang pandu. Pandu adalah seorang ahli
berpengalaman layar dan lulus sekolah pemanduan selama 1 tahun diadakan oleh
Direktorat Jendral Perhubungan Laut. Menurut Ordonasi Dinas Kepanduan 1927
(Loodsdients Ordonasi 62/1927), disebut bahwa pandu hanya sebagai advisor,
sedang tanggung jawab keselamatan kapal tetap pada nakhoda.
• Perairan Wajib Pandu
Perairan yang ditentukan Direktorat Jendral Perhubungan Laut di mana kapal
ukuran tertentu (150 GRT ke atas) yang akan keluar masuk atau mengadakan
gerakan tersendiri. Jika masih dalam perairan pandu maka harus gunakan pandu.
• Perairan Pandu Luar Biasa
Perairan yang ditentukan Direktorat Jendral Perhubungan Laut bahwa di perairan
tersebut boleh gunakan pandu/tidak. Biasanya perairan tersebut nantinya akan
dijadikan perairan wajib pandu.
Dalam pelayanan pandu di pelabuhan yang miliki alur pelayaran umumnya
dibagi dua, yaitu pandu Bandar yang memandu kapal di kolam pelabuhan ke batas
luar perairan wajib pandu, atau sebaliknya.
Tarif pemanduan didasarkan besar kapal (GRT, Gross Register Ton), jauh dekat
jarak pemanduan/lama waktu pemanduan dan faktor sulit tidaknya alur pelayaran.
Super intenden pandu dijabat oleh Administrasi Pelabuhan atau sekarang yang
dikenal sebagai Syahbandar. Atas saran pandu dapat beri dispensasi bebas tanpa
pandu kepada kapal yang melayari / mengadakan olah gerak tersendiri di perairan
wajib pandu dengan ketentuan pada saat tidak ada pandu, nakhoda sudah sering
keluar masuk perairan wajib pandu dimaksud. Pemberian dispensasi hanya sekali
pelayaran baik keluar /masuk.
Saat ini kapal yang dibebaskan tarif jasa pemanduan :
8
• Kapal Perang Republik Indonesia & kapal Negara Republik Indonesia untuk
tugas pemerintah / Negara.
• Kapal penyeberangan (Ferry) yang secara tetap & teratur berlayar kurang dari
24 jam di perairan wajib pandu.
2) Penundaan
Penundaan yang dimaksud adalah pekerjaan mendorong, menarik atau
menggandeng kapal yang berolah gerak untuk bertambat / melepas dari tambatan,
jembatan, pelampung, dolphin, kapal lain dengan pergunakan kapal tunda.
Penundaan disediakan sebagai alat bantu pandu. Pelayanan jasa pandu, tunda,
kepil dan telekomunikasi adalah rangkaian pelayanan tidak bisa dipisah dengan
pertimbangan keselamatan terhadap kapal keluar masuk pelabuhan, panjang kapal
tertentu harus pergunakan tunda sebagai sarana bantu pandu.
Dengan pertimbangan kekuatan arus, angin, cuaca, kedalaman kolam, serta
kondisi kapal yang ditunda, pandu dapat pertimbangkan jumlah serta daya kapal
tunda yang digunakan. Nakhoda kapal tunda merupakan penanggungjawab umum
terhadap pengoperasian kapal tunda sesuai perintah yang diberikan oleh pandu,
begitu juga juragan kapal kecil bertanggung jawab atas pelaksanaan perintah dari
pandu untuk mengambil tali kapal.
9
1. Pandu membawa Surat Perintah Tugas dan Dokumen bukti pelayanan yang
akan ditandatangani nakhoda.
2. Koordinasi Pandu - petugas Kade Meter di terminal untuk presisi posisi
penyandaran kapal.
3. Petugas Kade dan Pandu mencatat waktu ikat tali pertama kapal di dermaga
sebagai titik awal penetapan waktu tambat (Berthing Time)
4. Sebelum pandu meninggalkan kapal, bukti pelayanan Pandu atau sertifikat
Pandu ditandatangani Nakhoda/perwira yang mewakili.
5. Nakhoda kapal tunda membuat laporan pelayanan tunda yang mencatat waktu
awal, akhir dan rute pelayanan.
b. Tatalaksana Kapal Keluar
1. Pandu melaksanakan Visual Inspection atas kondisi kapal dan membuat
dokumentasi yang perlu bagi keselamatan pelayaran.
2. Pandu berkoordinasi dengan petugas kade untuk mencatat data yang sama
perihal waktu lepas tali terakhir.
3. Sertifikat Pandu dibuat dan ditandatangani Nakhoda/perwira menjelang pandu
merampungkan tugas dan turun dari kapal.
4. Nakhoda kapal tunda membuat laporan pelayanan tunda yang mencatat waktu
awal, akhir dan rute pelayanan.
3) Operasi Labuh
10
• Air di kolam pelabuhan, relatif tidak bergelombang dan arusnya relatif
tenang.
Untuk menutup biaya perawatan kolam maka pada kapal yang menggunakan
perairan dipungut biaya labuh. Uang labuh dihitung berdasar besarnya kapal (GRT)
sejak kapal masuk sampai dengan meninggalkan perairan pelabuhan, kapal kecil ≤
3.5 GRT, kapal hanya melintasi perairan tersebut, kapal pemerintah (kapal perang,
kapal bea cukai, dll) tidak untuk kapal niaga. Kapal baru dibuat, selama di
pelabuhan tidak menaikkan / menurunkan barang atau penumpang. Kapal mati yang
ditempatkan di lokasi tertentu.
4) Operasi Tambat
Tambatan adalah bangunan fasilitas pelabuhan untuk merapatnya kapal, bisa
dibuat dari beton, besi/kayu, pelampung, breasting dolphin, maupun pinggiran
pantai. Pihak pelabuhan harus dapat memberikan tempat tambat bagi kapal untuk
melakukan bongkar muat dengan lancar, tertib dan aman. Biasanya tambatan
dibedakan untuk tempat tambat kapal Samudera, kapal Nusantara maupun untuk
pelayaran rakyat.
Dari data tersebut, pihak pelabuhan menentukan lama bertambat, hingga tidak
ada alasan perlambat bongkar muat dan sanksi bila tidak tepat waktu kapal
dikeluarkan. Untuk jamin ketertiban dan kelancaran bongkar muat tiap hari, diawasi
supervisi dari pelabuhan, jika terjadi keterlambatan pihak kapal sudah
11
diperingatkan dahulu. Selain sanksi di atas, tambat diberikan batas waktu, bila
melebihi batas waktu, dikenakan tarif tambat 200% dari tarif dasar.
1. Stevedoring
Stevedoring adalah pekerjaan membongkar barang dari kapal ke dermaga /
tongkang / truk atau memuat barang dari dermaga / tongkang / truk ke dalam kapal
sampai dengan tersusun dalam palka kapal dengan menggunakan derek kapal atau
derek darat.
2. Cargodoring
Cargodoring adalah pekerjaan melepaskan barang dari tali/jala–jala
(extackle) di dermaga dan mengangkut dari dermaga ke gudang/lapangan
12
penumpukan selanjutnya menyusun di gudang/lapangan penumpukan atau
sebaliknya.
3. Receiving/delivery
Receiving/delivery adalah pekerjaan memindahkan barang dari
timbunan/tempat penumpukan di gudang/lapangan penumpukan dan menyerahkan
sampai tersusun di atas kendaraan di pintu gudang/lapangan penumpukan atau
sebaliknya.
Proses migrasi operasi jasa kepada pihak ketiga pada banyak aplikasi
timbulkan inefisiensi yang mereduksi kehandalan kepelabuhanan seperti penetapan
& perubahan biaya /biaya penanganan barang subjektif & sepihak. Sementara relasi
horizontal antar institusi pemerintah berkaitan penanganan jasa kepelabuhanan
secara eksis justru merupakan penyebab kontra-produktif kinerja kepelabuhanan
nasional. Banyak institusi miliki dan tetap pertahankan ego sektoral. Situasi ini
semakin memperbesar span of control proses manajemen penanganan barang dan
kapal di pelabuhan.
13
Karenanya jika persoalan operasi dan teknis timbul di problem spot maka
penanganan relatif sulit dan lambat. Efek yang terlihat & muncul ke permukaan
adalah inefisiensi, ekonomi biaya tinggi, potensi kongesti besar, sulit daya dukung
spasial pengembangan kewilayahan, serta minim ketersediaan finansial usaha
kepelabuhanan. Kemampuan pemasaran relatif minim akibat fungsi Pelindo sangat
pasif dan terkesan dilokalisir pada wilayah daerah, wilayah kerja dan perairan
sekitar pelabuhan saja, dan tidak langsung menstimulasi pergerakan barang di
region hinterland dan foreland.
Dari aspek tanggung jawab dan kewenangan pelaku usaha jasa kepelabuhan
adanya suatu pola yang cukup variatif. Faktor utama yang dipertimbangkan sebagai
fungsi variasi tanggung jawab dan kewenangan yaitu; infrastruktur (sarana fasilitas
bangunan dermaga dan pendukung), suprastruktur (peralatan bongkar muat), pola
operasi, dan penerapan tarif jasa yang dihasilkan.
14
II.7. Operasional Pelabuhan
15
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya
dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
ekonomi diperguanakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun
penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra dan antar moda transportasi.
Pengelolaan pelabuhan merupakan suatu hal yang sangat kompleks.
Meskipun pemerintah telah dengan sangat baik menetapkan ketentuan
pengelolaannya, masalah masih tetap ada. Hal ini umumnya dikarenakan kurangnya
modal untuk mengembangkan pelabuhan yang ada. Sehingga menyebabkan kurang
baiknya kepengurusan pelabuhan, seperti buruknya fasilitas pelabuhan yang ada.
Prestasi pelabuhan di Indonesia juga tidak membanggakan. Kita masih
kalah jauh jika dibandingkan dengan negara – negara asia tenggara lainnya seperti
Singapura dan Malaysia. Oleh karena itu kita perlu untuk mengejar ketertinggalan
kita ini.
Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah memperbaiki fasilitas dasar
dari pelabuhan, yang selama ini selalu dikeluhkan. Peran serta pemerintah sangat
penting guna memastikan bahwa hal ini berjalan sebagaimana mestinya.
Dengan adanya kesadaran mengenai hal ini, niscaya akan tercipta pola
pengembangan pelabuhan yang berkesinambungan, yang mampu untuk
memperbaiki kinerja pelabuhan di Indonesia. Namun sekali lagi kami tekankan,
tahap perncanaan dan tahap pengawasan merupakan factor yang sangat
mempengaruhi terwujudnya hal ini.
Segala kegiatan arus barang, waktu pelayanan kapal, rasio pemakaian
fasilitas dermaga, biaya bongkar muat barang merupakan suatu operasional
pelabuhan yang diatur di dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 mengenai
Pelayaran.
16
III.2. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
18