Anda di halaman 1dari 12

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pelayaran merupakan bagian dari sarana transportasi laut sebagaimana
amanat Undang-Undang No.17 Tahun 2008 menjadi suatu yang sangat strategis
bagi wawasan nasional serta menjadi sarana vital yang menunjang tujuan
persatuan dan kesatuan nasional.
Pelayaran atau angkutan laut merupakan bagian dari transportasi yang
tidak dapat dipisahkan dengan bagian dari sarana transportasi lainnya dengan
kemampuan untuk menghadapi perubahan ke depan, mempunyai karakteristik
karena mampu melakukan pengangkutan secara massal. Dapat menghubungkan
dan menjangkau wilayah satu dengan yang lainnya melalui perairan, sehingga
mempunyai potensi kuat untuk dikembangkan dan peranannya baik nasional
maupun

internasional

sehingga

mampu

mendorong

dan

menunjang

pembangunan nasional demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai


dengan mandat Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945.
Namun demikian sistem keselamatan dan keamanan menjadi faktor
penting yang harus diperhatikan dan sebagai dasar dan tolok ukur bagi
pengambilan keputusan dalam menentukan kelayakan dalam pelayaran baik
dilihat dari sisi sarana berupa kapal maupun prasarana seperti sistem navigasi
maupun sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya. Banyak contoh kasus
terjadinya kecelakaan laut yang disebabkan dilanggarnya standar keamanan yang

Universitas Sumatera Utara

ada dan dalam hal ini lembaga yang khusus menangani keselamatan di bidang
pelayaran adalah Direktorat Keselamatan Penjagaan Laut Pantai atau biasa
disingkat KPLP Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Tugas pokok dari
Direktorat KPLP Ditjen Perhubungan Laut sesuai dengan Keputusan Menteri
No.KM.24 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perhubungan antara lain :
1. Melaksanakan perumusan kebijakan
2. Bimbingan teknis dan evalusi di bidang pengamanan
3. Patroli, penanggulangan musibah dan pencemaran
4. Tertib Perairan dan pelabuhan
5. Salvage

dan

pekerjaan

bawah

air

serta

sarana

penjagaan

dan

penyelamatan
Dari berbagai jenis tugas dan pekerjaan yang berkaitan dengan penjagaan
dan penyelamatan di laut sangat didominasi pada masalah kemampuan sumber
daya manusia yang didukung oleh sarana teknologi pelayaran, sehingga telah
mendorong pemerintah melakukan berbagai kebijakan dalam mengatur masalah
pelayaran atas sistem angkutan laut berstandar internasional oleh karena kondisi
peraturan yang sekarang perlu dilakukan perbaikan sesuai dengan kemajuan dan
perkembangan teknologi, perangkat modern serta sistem navigasi lebih maju
sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan kelancaran dalam sistem angkutan
laut, apalagi jika dikaitkan dengan masyarakat pengguna jasa laut masih relatif
besar (massal) yang menghubungkan daerah kepulauan yang satu dengan

Universitas Sumatera Utara

lainnya. Namun demikian berbagai kebijakan dan peraturan yang dibuat jika
tidak didukung pelayanan yang baik tentunya akan mengkhawatirkan mengenai
keselamatan di bidang pelayaran, baik bagi nakhoda, awak kapal penumpang,
maupun alat transportasinya.
Berbagai masalah kehidupan tentang pelayaran menjadi latar belakang
penulis untuk melakukan penelitian dan kajian berkaitan dengan penyusunan
tesis. Hal-hal krusial yang menarik untuk dikaji dengan harapan hasil penelitian
dapat digunakan atau minimal sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah
atau pihak-pihak terkait dalam mengambil kebijakan atau keputusan yang
berkaitan dengan pelayaran atau angkutan laut yang aman.
Selain permasalahan kebijakan tentang keselamatan dan keamanan
pelayaran sebagai lembaga pelayanan publik, tentunya kualitas pelayanan
kepada pihak-pihak terkait khususnya pelayanan di bidang kepelabuhanan sangat
berpengaruh

terhadap

Keselamatan

Pelayaran.

Pelayaran

di

bidang

Kepelabuhanan menjadi salah satu hal yang menarik untuk dibahas dan
dilakukan kajian oleh karena faktor kepentingan keselamatan pelayaran.
Pelayanan kepelabuhanan yang harus dilakukan oleh setiap pegawai
khususnya di lingkungan Direktorat KPLP merupakan hal yang sangat penting
karena tidak hanya menyangkut keamanan, namun terlebih lagi masalah
keselamatan jiwa bagi pengguna jasa angkutan atau pelayaran. Pelayaran dalam
hal waktu kerja maupun kedisiplinan dalam hal pengaturan-pengaturan yang
berkaitan dengan masalah angkutan, baik angkutan barang maupun penumpang
sesuai dengan konvnesi Internasional di bidang pelayaran (IMD). Untuk itu

Universitas Sumatera Utara

kebijakan Pemerintah harus dijalankan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan


didukung oleh loyalitas tentunya akan mendorong hasil yang diinginkan baik
oleh Pemerintah sendiri sebagai regulator maupun demi keselamatan para
penumpang dan barang.

1.2. Perumusan Masalah


Masalah-masalah yang biasa timbul berkaitan dengan pelayaran atau
sistem angkutan di Indonesia antara lain wilayah perairan, kebijakan pemerintah
keamanan dan keselamatan, sarana dan prasarana, sumber daya manusia,
kemajuan teknologi, pemeliharaan kapal, navigasi dan lain-lain. Berdasarkan
pengamatan dan kajian sementara terhadap permasalahan yang ada, penulis
mencoba melakukan identifikasi dengan memfokuskan pada masalah kebijakan
pemerintah di bidang pelayaran serta dari sisi pelayanan kepelabuhanan.
Oleh karenanya, berkaitan dengan kebijakan Pemerintah, Pelayanan
Kepelabuhanan serta Keselamatan pelayaran pada Direktorat KPLP Ditjen
Perhubungan Laut, dapat penulis rumuskan sebagai berikut :
1. Sejauh mana kebijakan pemerintah berpengaruh terhadap keselamatan
lingkungan pelayaran pada Direktorat KPLP Ditjen Perla ?
2. Bagaimana pelayanan kepelabuhanan yang dilakukan saat ini dapat
berpengaruh terhadap keselamatan lingkungan pelayaran pada Direktorat
KPLP Ditjen Perla ?

Universitas Sumatera Utara

3. Apakah kebijakan pemerintah dan pelayanan kepelabuhanan secara bersamasama

berpengaruh

terhadap

keselamatan

lingkungan

pelayaran

pada

Direktorat KPLP Ditjen Perla ?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan,
maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut untuk mengetahui :
1. Pengaruh kebijakan pemerintah terhadap keselamatan lingkungan pelayaran
pada Direktorat KPLP Ditjen Perla.
1. Pengaruh pelayanan kepelabuhanan yang dilakukan saat ini terhadap
keselamatan lingkungan pelayaran pada Direktorat KPLP Ditjen Perla.
2. Pengaruh kebijakan pemerintah dan pelayanan kepelabuhanan secara
bersama-sama terhadap keselamatan lingkungan pelayaran pada Direktorat
KPLP Ditjen Perla.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan dan
pertimbangan bagi para pimpinan di lingkungan Direktorat KPLP atau di
lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dalam menyusun atau
membuat berbagai kebijakan tentang keselamatan lingkungan pelayaran di
Indonesia, selain tentunya juga masalah SDM khususnya tentang Pelayanan
yang diterapkan.

Universitas Sumatera Utara

2. Memberikan informasi dan gambaran kepada pihak yang membutuhkan jasa


angkutan laut/pelayaran serta bagi pembaca dalam melakukan penelitian
lanjutan mengenai faktor yang mempengaruhi keselamatan lingkungan
pelayaran.

1.5. Landasan Teori


1.5.1. Kebijakan Pemerintah
Sesuai dengan sistem administrasi Negara Republik Indonesia kebijakan
dapat terbagi 2 ( dua) yaitu :
1. Kebijakan internal (manajerial), yaitu kebijakan yang mempunyai kekuatan
mengikat aparatur dalam organisasi pemerintah sendiri.
2. Kebijakan eksternal (publik), suatu kebijakan yang mengikat masyarakat
umum. Sehingga dengan kebijakan demikian kebijakan harus tertulis.
Pengertian kebijakan pemerintah sama dengan kebijaksanaan berbagai
bentuk seperti misalnya jika dilakukan oleh Pemerintah Pusat berupa Peraturan
Pemerintah (PP), Keputusan Menteri (Kepmen) dan lain-lain. Sedangkan jika
kebijakan pemerintah tersebut dibuat oleh Pemerintah Daerah akan melahirkan
Surat Keputusan (SK), Peraturan Daerah (Perda) dan lain-lain.
Dalam penyusunan kebijaksanaan/kebijakan mengacu pada hal-hal
berikut :
1. Berpedoman pada kebijaksanaan yang lebih tinggi.
2. Konsistensi dengan kebijaksanaan yang lain yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara

3. Berorientasi ke masa depan.


4. Berpedoman kepada kepentingan umum.
5. Jelas dan tepat serta transparan.
6. Dirumuskan secara tertulis.
1.5.2. Organisasi
Organisasi sebagai suatu aktivitas atau sebagai suatu proses yang
menentukan hubungan antara orang, pekerjaan dan sumber-sumber. Pimpinan
bertanggung-jawab mempersiapkan semua komponen tersebut untuk mencapai
hasil yang diharapkan secara efisien. Istilah organisasi sering juga dipakai di
bidang bisnis dan pemerintah misalnya teori organisasi dan bagan atau struktur
organisasi. Tujuan organisasi, pada dasarnya adalah memberikan tugas yang
terpisah dan berbeda kepada masing-masing orang dan menjamin tugas-tugas
tersebut terkoordinir menurut suatu cara yang dapat mencapai tujuan organisasi.
Organisasi itu sendiri bukanlah suatu tujuan tetapi merupakan alat untuk
mencapai tujuan.
Gibson, (1994) mendefinisikan organisasi sebagai: Kesatuan yang
memungkinkan masyarakat mencapai suatu tujuan yang tidak dapat dicapai
individu secara perorangan. Kemudian pendapat Harold (1989) tentang
organisasi adalah sebagai berikut : Organisasi adalah pengelompokan kegiatankegiatan yang perlu untuk mencapai tujuan, penugasan masing-masing kelompok
kepada seorang manajer dengan wewenang yang perlu untuk mengawasinya, dan

Universitas Sumatera Utara

pengadaan koordinasi horizontal dan vertikal dalam struktur perusahaan. Dari


pengertian yang diberikan oleh Harold di atas, pengorganisasian adalah
merupakan pembinaan dari pada hubungan wewenang untuk mencapai adanya
koordinasi yang terstruktur, baik secara vertikal maupun secara horizontal, di
antara posisi-posisi yang diserahi tugas-tugas tertentu untuk pencapaian tujuan
organisasi.
1.5.3. Pelayanan
Tujuan akhir dari seluruh penyelenggaraan pelayanan yang dilakukan
oleh perusahaan atau instansi pemerintah adalah untuk memberikan pelayanan
yang dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari adanya kontrak
sosial atas pembentukan sebuah negara/pemerintahan, bahwa negara dibentuk
karena adanya kehendak masyarakat agar pemerintah dapat menyelenggarakan
memenuhi kebutuhan masyarakat (pelayanan) yang tidak dapat dipenuhinya
sendiri.
Menurut Moenir (2002), pengertian pelayanan adalah: Kegiatan yang
dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material
melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi
kepentingan orang lain sesuai dengan haknya. Pelayanan adalah proses
pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung, inilah yang
dinamakan pelayanan. Sejalan dengan pendapat di atas, Lovelock (Hutagalung,
2007) menyebutkan bahwa: Pelayanan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
manusia untuk manusia dalam rangka memberi kebutuhan-kebutuhan serta
tujuan-tujuan sehingga membuat jadi puas.

Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya, Trilestari (2006) menyatakan bahwa: Pelayanan adalah


aktivitas/manfaat yang ditawarkan oleh organisasi atau perorangan kepada
konsumen atau dalam bisnis sering disebut customer (yang dilayani) yang
bersifat tidak terwujud dan tidak dapat dimiliki.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa
pelayanan merupakan upaya pemenuhan kebutuhan oleh seseorang atau
organisasi kepada orang atau organisasi lain sehingga pihak yang dilayani
memperoleh kepuasan atas pelayanan yang diterima baik secara fisik maupun
non fisik.
1.5.4. Keselamatan Lingkungan Pelayaran
Keselamatan

pelayaran

adalah

segala

hal

yang

ada

dan

dapat

dikembangkan dalam kaitannya dengan tindakan pencegahan kecelakaan pada


saat melaksanakan kerja di bidang pelayaran
Dalam UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 1 butir 32
menyatakan bahwa keselamatan dan keamanan pelayaran adalah suatu keadaan
terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan
di perairan, kepelabuhan, dan lingkungan maritim. Pasal 1 butir 33 menyatakan
bahwa kelaiklautan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan
keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan,
garis muat, permuatan, kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang,
status hokum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari
kapal, dan manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu.

Universitas Sumatera Utara

Keselamatan pelayaran telah diatur oleh lembaga internasional yang


mengurus atau menangani hal-hal yang terkait dengan keselamatan jiwa, harta
laut, serta kelestarian lingkungan. Lembaga tersebut dinamakan International
Maritime Organization (IMO) yang bernaung dibawah PBB. Salah satu faktor
penting dalam mewujudkan keselamatan serta kelestarian lingkungan laut adalah
keterampilan, keahlian dari manusia yang terkait dengan pengoperasian dari alat
transportasi (kapal) di laut, karena bagaimanapun kokohnya konstruksi suatu
kapal dan betapapun canggihnya teknologi baik sarana bantu maupun peralatan
yang ditempatkan di atas kapal tersebut kalau dioperasikan manusia yang tidak
mempunyai keterampilan/keahlian sesuai dengan tugas dan fungsinya maka
semua akan sia-sia. Dalam kenyataannya 80% dari kecelakaan di laut adalah
akibat kesalahan manusia (human error).
Untuk menjamin keselamatan pelayaran sebagai penunjang kelancaran
lalu lintas kapal di laut, diperlukan adanya awak kapal yang berkeahlian,
berkemampuan dan terampil, dengan demikian setiap kapal yang akan berlayar
harus diawaki dengan awak kapal yang cukup dan sesuai untuk melakukan
tugasnya di atas kapal berdasarkan jabatannya dengan mempertimbangkan
besaran kapal, tata susunan kapal dan daerah pelayaran. UU No. 17 Tahun 2008
tentang Pelayaran, Pasal 1 butir 40 awak kapal adalah orang yang bekerja atau
diperlukan di atas kapal oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas
di atas kapal sesuai dengan jabatannya.

Universitas Sumatera Utara

1.5.5. Manajemen Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia merupakan kunci bagi kelangsungan aktivitas
organisasi,

karena

pada

hakekatnya

organisasi

adalah

kumpulan

dari

sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut
Soedjadi (1993), kata kunci sumber daya manusia terletak pada kata daya
atau energi, yaitu kekuatan yang melekat pada manusia yang mempunyai
kompetensi untuk membangun. Kualitas Sumber daya manusia umumnya
diukur dari tingkat pendidikan, kompentensi, serta skill yang dimiliki. Unsurunsur manajemen ada enam, yaitu man, money, method, machines, materials,
market atau dikenal dengan the six M. Dari keenam unsur tersebut, unsur
man (manusia) menjadi sangat penting sehingga dipelajari secara tersendiri
dalam satu bidang ilmu yaitu dalam ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia.
Pentingnya unsur man ini disebabkan karena man-lah yang akan mengatur
unsur-unsur lainnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Oleh karena
unsur manusia dipandang sangat bernilai bagi sebuah organisasi, maka
berkembang menjadi suatu bidang ilmu manajemen yang disebut manajemen
sumber daya manusia atau disingkat MSDM yang merupakan terjemahan dari
man power management (Hasibuan, 2007).

Universitas Sumatera Utara

1.6. Kerangka Pemikiran


Sebagaimana telah diuraikan pada latar belakang sekaligus beberapa teori
yang mendasari pengaruh antara variable bebas kebijakan pemerintah dan
pelayanan pelayaran dengan variable terikat berupa keselamatan pelayaran,
maka dapat digambarkan kerangka pemikiran berikut ini.

Kebijakan Pemerintah
(X1)

Pelayanan
Kepelabuhan
(X2)

Keselamatan
Lingkungan Pelayaran
(Y)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai