ABSTRAK
tujuan yang hendak dicapai oleh penulis yaitu untuk mengetahui kesiapan
penggunaan sarana bantu publikasi navigasi di anjungan untuk mencegah bahaya
kandas di MT.Anargya I. Penelitian dilaksanakan pada saat penulis melaksanakan
praktek laut selama 12 Bulan di kapal MT. Anargya I. Tipe penelitian ini
menggunakan metode deskriptif. Data diperoleh atas teknik pengamatan, dan teknik
wawancara, cara pengumpulan data dengan mengumpulkan pedoman wawancara
berupa pertanyaan yang akan diajukan kepada pihak yang terkait. Hasil penelitian
menunjukan bahwa Pelaksanaan Dinas Jaga di MT. Anargya I belum memenuhi
ketentuan yang berlaku yang ada diatas kapal dan Perusahaan, karena kurangnya
penggunaan alat navigasi secara maksimal dan jam istirahat yang kurang maksimal.
1. PENDAHULUAN
Laut sebagai bangunan yang terapung yang bergerak dengan daya dorong
pada kecepatan yang bervariasi melintas dengan berbagai wilayah pelayaran
dalam kurun waktu tertentu akan mengalami berbagai masalah yang
disebabkan oleh berbagai faktor seperti cuaca, keadaan alur pelayaran,
manusia, kapal dan lain-lain yang belum dapat diduga oleh kemampuan
manusia dan pada akhirnya menimbulkan gangguan pelayaran dari kapal.
Gangguan pada waktu kapal berlayar banyak dikarenakan faktor dari alam,
namun tidak menutup kemungkinan dapat disebabkan karena faktor dari kapal
itu sendiri. Oleh karena itu peningkatan bernavigasi harus ditingkatkan.
Gangguan apapun pada saat kapal belayar merupakan keadaan darurat adalah
keadaan di luar keadaan normal yang terjadi di atas kapal sehingga merugikan
pihak kapal dan mempunyai tingkat kecenderungan yang dapat
membahayakan jiwa manusia, harta benda dan lingkungan di mana kapal
berada. Seperti keadaan darurat kapal tubrukan. Kapal MT.Anargya I adalah
kapal tanker milik perusahaan PT.Maritim Indo Trans dengan kapasitas daya
angkut minyak 8300.42 M3 . Dalam hal melayari wilayah - wilayah tersebut
kapal selalu berhadapan dengan kemungkinan resiko kecelakaan. Dalam
mecermati terjadinya suatu kecelakaan kapal terdapat faktor penyebab utama
sehingga menimbulkan suatu accident atau kecelakaan, bukan hanya
kebakaran, tubrukan, tenggelamnya kapal tetapi juga kandasnya kapal. Yang
1
terjadi di kapal MT.Anargya I pada saat itu ialah hampir kandas saat kapal
melaksanakan olah gerak sandar di PLAJU palembang. Kandas merupakan
kecelakaan yang dapat menyebabkan situasi berbahaya tambahan yang lain
seperti tumpahan minyak, tenggelamnya kapal, kebakaran, rusaknya karang
atau flora karena hancur terkena lambung kapal. Meneliti kasus kandasnya
kapal adalah hal yang menarik dan menantang karena masalah ini belum
banyak diteliti, sehingga penulis ingin menguraikan tentang faktor-faktor
terjadinya kandas hingga cara pencarian solusi untuk pencegahan terjadinya
situasi kandas terjadi lagi di wilayah tersebut atau di tempat lain untuk
meminimalisir kerugian dan kerusakan yang harus di tanggung oleh crew kapal,
perusahaan dan lingkungan.
2. KAJIAN PUSTAKA
a) Temperatur udara
b) Massa udara
c) Cuaca dan Iklim
3
d) Kelembaban udara
e) Awan dan Kabut
f) Angin
g) Arus
h) Gelombang
i) Siklon Tropis
d. Aturan Internasional Keselamatan Pelayaran
Untuk mengendalikan keselamatan dalam dunia pelayaran,
secara Internasional diatur dengan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
a) International Convention for the Safety of Life at Sea (SOLAS)
1974, telah disempurnakan aturan ini menyangkut ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :
1) Konstruksi (struktur, stabilitas, permesinan dan instalasi
listrik, perlindungan api, detektor api dan pemadam kebakaran)
2) Komunikasi radio, keselamatan navigasi
3) Perangkat penolong, seperti pelampung, keselamatan
navigasi
4) Penerapan ketentuan-ketentuan tersebut untuk meningkatkan
keselamatan dan keamanan pelayaran termasuk di dalamnya
penerapan International Safety Management (ISM) Code dan
International Ship and Port Facility Security (ISPS) Code.
b) International Convention on Standards of Training, Certification
dan Watchkeeping for Seafarers, tahun 1978 dan terakhir diubah
pada tahun 1995
c) International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979
d) International Aeronautical and Maritime Search and Rescue
Manual (IAMSAR) dalam 3 jilid
e. Kerugian Mengabaikan Keselamatan
Dalam pelayaran bahaya seringkali mengintai para awak
kapal. Oleh karena itu setiap orang yang bekerja di kapal harus
memperhatikan keselamatan dari setiap pekerjaan yang dikerjakan.
1) Kerugian kepada korban
a) Jika seorang buruh meninggal dalam kecelakaan maka
keluarganya akan kehilangan pencari nafkah. Berapapun
4
besarnya uang ganti rugi, kehilangan keluarga tak dapat
diganti dan tak dapat diganti dengan apapun termasuk uang.
b) Jika seorang buruh cacat dalam pekerjaan, maka ia tidak
dapat lagi melakukan pekerjaan seperti sedia kala dan sukar
untuk mendapat kemajuan. Cacatnya akan menjadi handicap
(penghalang) untuk mencari pekerjaan lain, dalam artian lain
menderita secara fisik dan mental serta penghasilan menjadi
merosot.
2) Kerugian terhadap perusahaan
Tidak semua kecelakaan membawa korban jiwa manusia,
akan tetapi juga membawa kerugian, bagi perusahaan yang
mengalami kerugian antara lain :
a) Kerugian langsung
(a) Ongkos pertolongan pertama
(b) Ongkos perawatan dan pengobatan
(c) Pembayaran kerugian kalau buruh menderita cacat
(d) Pembayaran gaji buruh selama tidak dapat bekerja
(e) Biaya pembetulan mesin/alat produksi
5
3. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis didalam penyampaian
masalah adalah Deskriptif, untuk menggambarkan dan menguraikan objek yang
diteliti. Menurut Lexy J. Moleong (2002:6) Deskriptif adalah data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dengan
demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi
gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari
naskah wawancara, catatan-lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi,
catatan atau memo, dan dokumen resmi yang lainnya. Jadi dari uraian tersebut
dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif adalah tulisan yang berisi
pemaparan, uraian dan penjelasan tentang suatu objek sebagaimana adanya
pada waktu tertentu dan tidak mengambil kesimpulan yang berlaku secara
umum.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sesuai dengan judul yang diangkat yakni “Analisa Penggunaan Publikasi
Navigasi Sesuai Pemuktahiran Untuk Mencegah Bahaya Kandas Di
MT.Anargya I”, maka sebagai deskripsi data yang akan dianalisis pertama -
tama penulis akan menguraikan secara mendetail tentang keadaan yang
sesungguhnya yang terjadi di MT.Anargya I sehingga dengan deskripsi ini
penulis mengharapkan agar pembaca mampu dan bisa melihat serta
merasakan juga tentang semua yang terjadi dan yang penulis alami selama
12 bulan praktek berlayar di MT.Anargya I.
1. Publikasi
a) Peta Laut (Nautical Chart)
b) Almanac Nautika (Nautical Almanac)
c) Buku Kepanduan Bahari (Sailing Direction)
d) Daftar-Daftar:
(1) Daftar Suar (List of Lights)
(2) Daftar Pasang Surut (Tide Table)
(3) Daftar Arus Pasang (Tidal Stream Table)
(4) Daftar Ilmu Pelayaran (Navigational Table)
(5) Berita Pelaut (Notice to Mariners)
(6) Ocean Passage of The World
2. Prinsip umum tugas jaga
6
a. Prinsip – prinsip umum tugas jaga navigasi :
1) Pengaturan tugas jaga navigasi oleh Nakhoda.
2) Di bawah pengarahan dan bimbingan Nakhoda, para perwira
melaksanakan tugas jaga navigasi dan ikut bertanggung jawab atas
keselamatan pelayaran selama tugas jaga, khususnya tubrukan dan
kandas.
b. Pengaturan tugas jaga di laut :
Menentukan komposisi petugas jaga termasuk bawahan yang ikut serta
beberapa faktor harus menjadi pertimbangan :
d. Penyebab kecelakaan :
Dessler (1998:303) merangkum berbagai pendekatan dalam
menentukan penyebab terjadinya kecelakaan. Ia mengemukakan tiga
kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan di tempat kerja,
yaitu :
7
1) Kondisi tidak aman (Unsafe condition).
2) Tindakan yang tidak aman yang tidak memenuhi keselamatan
(Unsafe Human Acts).
3) Kejadian yang bersifat kebetulan.
2. Melaksanakan Tugas Jaga Navigasi
a. Perwira Tugas Jaga Navigasi Harus Selalu Mematuhi SOLAS 1974:
1) Mempertimbangkan untuk menempatkan seseorang untuk mengganti
kemudi otomatis dengan kemudi tangan dalam saat yang tepat untuk
mencegah bahaya yang akan timbul.
2) Pada waktu menggunakan kemudi otomatis tidak boleh membiarkan
situasi berkembang sampai pada tingkat berbahaya sedang bantuan
tidak dapat segera datang keanjungan.
3) Menyadari bahwa perum gema adalah alat yang sangat penting
untuk navigasi.
b. Tugas Jaga Menghadapi Bahaya Tubrukan:
1) Perwira jaga harus menguasai dan memahami Peraturan
Internasional untuk mencegah tubrukan di laut (COLREG) 1972.
2) Perwira jaga harus bertanggung jawab terhadap pelaksanaan semua
aturan dalam COLREG 1972, (aturan 2).
3) Perwira jaga harus melaksanakan pengamatan (look out) keliling
yang layak (aturan 5).
4) Perwira jaga harus menggerakkan kapal dengan kecepatan aman
(aturan 6).
5) Perwira jaga harus mengantisipasi dan mendeteksi adanya bahaya
tubrukan serta mengambil tindakan dengan tepat untuk menghindari
bahaya tubrukan.
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat serah terima jaga:
1) Tidak menyerahkan tugas jaga kepada orang yang tidak mampu /
sakit dll, dalam hal ini memberitahu Nakhoda.
2) Perwira pengganti harus yakin bahwa anggotanya benar-benar siap /
mampu melaksanakan tugas jaga dengan baik.
3) Semua petugas pengganti jaga telah menyesuaikan diri dengan
kegelapan(malam hari), apabila belum tidak boleh mengambil alih
tugas jaga.
8
4) Perwira pengganti telah yakin tentang berbagai hal yang harus
diketahui:
a) Perintah-perintah umum dan perintah khusus dari Nakhoda
berkaitan dengan navigasi kapal.
b) Posisi, haluan, kecepatan dan draft kapal.
c) Arus, cuaca, jarak tampak dan pengaruh terhadap haluan serta
kecepatan.
d) Prosedur menggunakan mesin induk, jika sistem yang digunakan
adalah bridge control untuk olah gerak.
3.Penerapan Prosedur Dinas Jaga
Di kapal prosedur dinas jaga yang telah digariskan diaturan
internasional yaitu STCW’95 terdapat sedikit penyimpangan didalam
pelaksanaannya. Adanya beberapa penyimpangan itulah yang akan
segera penulis ungkap dalam bab kali ini. Penulis akan menceritakan
keadaan dan kejadian yang sesungguhnya yang telah terjadi diatas kapal
tempat penulis melaksanakan praktek layar, yaitu MT. Anargya I.
a. Pelaksanaan Jam Jaga di Kapal
Pengaturan jam jaga di kapal diatur oleh Nahkoda sebagai
pemegang komando tertinggi di kapal. Namun sebagai pelaksana
hariannya ditunjuk Mualim I untuk mengatur jam jaga baik itu jam jaga
navigasi, saat kapal berlabuh jangkar maupun saat kapal di pelabuhan.
Dalam tiap- tiap jaga navigasi, saat kapal berlabuh maupun saat kapal
sandar di pelabuhan, Mualim I telah membuat suatu kelompok / grup
jaga yang terdiri dari satu orang Perwira dan satu orang Juru Mudi,
ditambah satu orang lagi Kadet Dek yang ditempatkan secara
bergantian sesuai keadaan yang terjadi.
b. Pelaksanaan Jam Kerja di Kapal
Mualian I juga berwenang mengatur sistem kerja diatas kapal,
baik itu kerja saat kapal di laut, saat kapal berlabuh hingga saat kapal
berada di palabuhan untuk melaksanakan muat bongkar. Disini Mualim
I memberikan beberapa aturan yang dirasakan sangat ketat dalam
menerapkan sistem kerja di kapal. Sistem kerja tersebut sangatlah
menyengsarakan sebagian ABK deck didalam melaksanakan suatu
pekerjaan di kapal. Menurut informasi dari salah satu seorang sumber,
bahwa Mualim I ini menerapkan sistem kerja yang dilakukan sesering
9
mungkin untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Tentunya
memuaskan bagi dirinya dimata perusahaan. Di hadapan perusahaan,
Mualim I ingin menunjukkan hasil pekerjaan mereka dengan bangga
dan dengan senang hati. Sepertinya ada maksud- maksud tertentu
yang diinginkan oleh Mualim I tersebut. ”Dia ingin mendapatkan banyak
pujian dan penghargaan dari bos (perusahaan)”, kata salah satu
sumber tadi menyebutkan. Dalam hal ini Mualim I tidak memandang
dari segi kemanusiaan jika sistem kerja yang mengikat kebebasan dan
menyengsarakan orang lain tetap diterapkan diatas kapal.
5. PENUTUP
a. Simpulan
Berdasarkan penelitian dan pengumpulan data yang telah dilakukan oleh
penulis maka di tarik kesimpulan yaitu publikasi navigasi di MT. Anargya I
masih kurang dimana buku-buku navigasi masi belum di gunakan
semuanya pada saat kapal melaksanakan pelayaran.
b. Saran
Penulis mengajukan beberapa saran menyangkut tentang simpulan
yang telah diambil atas permasalahan yang ada, yang sekiranya saran ini
dapat sebagai masukan guna memperbaiki sistem dinas jaga. Adapun
saran-saran yang diambil antara lain:
1. Agar tidak terjadi penyimpangan prosedur dinas jaga maka harus
mengikuti ketentuan dan peraturan pelaksanaan dinas jaga yang telah
ditetapkan sesuai dengan yang tetulis diatas kapal.
2. Nakhoda sebaiknya bertindak aktif dalam menggalang komunikasi serta
koordinasi antar perwira serta anak buah kapal, sebagai contoh
diadakannya pertemuan antar crew untuk membahas kerjasama yang
harus dilakukan guna menunjang keselamatan kerja di atas kapal.
10
6. DAFTAR PUSTAKA
Distrik Navigasi Kelas II Benoa.(2018). Telekomunikasi Pelayaran (online).
http://disnavbenoa.id/telkompel/.
Diakses pada tanggal 5 April 2019
International Maritime Organization, 1995, STCW Convention With Resolution
Of The 1995 Conference And Subsequent Amandement To The
Convention Code, London.
Nuavi.(2015). Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) (online).
http://towerkita.blogspot.com/2015/03/sarana-bantu-navigasi-
pelayaran-sbnp.html
Diakses pada tanggal 5 April 2019
PT. Pelabuhan Indonesia IV.(2002). Sistem Navigasi Kepelabuhanan. PT.
Pelabuhan Indonesia IV. Makassar
Supriono, H, & Sulistyo, A.(2014). Sistem Navigasi Elektronik.
Deepublis. Yogyakarta
Sugiyono.(2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D Edisi 23.
Bumi Aksara. Bandung
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Beta Offset. Yogyakarta
Tim Penyusun Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar. (2012). Pedoman
Penulisan Skipsi Politeknik Pelayaran Makassar.
Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar. Makassar
https://regional.kompas.com/read/2018/05/19/10293571/km-bukit-
raya-kandas-di-perairan-natuna-248-penumpang-dievakuasi
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211018153328-20-
709268/kapal-kandas-di-laut-lombok-timur-hancurkan-terumbu-
karang
https://news.okezone.com/read/2021/10/11/244/2484199/kmp- tunu-
pratama-kandas-di-perairan-gilimanuk-bali
11
.
12