Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PENJELASAN TENTANG UU NO.17 TAHUN 2008 PADA


PM NO.57TAHUN 2015
TENTANG PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL

Disusun oleh
Nama : Ferdi Santoso
NPT : 22-401-008
Prodi : Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga (KPN)

Dosen pengampu: Marganda Sihite L.A.S


Mata Kuliah: Regulasi pelayaran nasional dan
konvensi internasional

AKADEMI MARITIM BELAWAN (AMB) MEDAN


TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang
telah melimpahkan nikmat taufik, serta hidayah-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Makalah PENJELASAAN UU NO17. TAHUN 2008 PADA
PM NO.57 TAHUN 2015 TENTANG PEMERIKSAAN KECELAKAAN
KAPAL tepat pada waktu. Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen
pembingbing kami yang selalu memberikan dukungan dan bimbinganya.
Makalah ini saya buat dengan tujuan untuk memenuhi nilai tugas, Tak
hanya itu kami juga berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Walaupun demikian, saya
menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan.
Maka dari itu, saya sangat menghaarapkan kritik dan saran untuk
kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya ini, saya berharap semoga makalah ini bisa memberikan
informasi dan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua, saya juga
mengucapkan terima kasih kepada para pembaca yang telah membaca
makalah ini hingga akhir

Medan, Oktober 2023

Penulis
Pembahasan
Sebab-Sebab Kecelakaan Transportasi Laut
Beberapa hal yang telah terjadi di bidang transportasi laut yang berkaitan
dengan musibah dan kecelakaan kapal dan gangguan keamanan di
laut/maritim, menunjukkan adanya kelemahan empat perangkat yang terlibat
dalam dunia transportasi secara umum yakni perangkat keras (hardware),
perangkat lunak (software), perangkat hidup (lifeware) dan perangkat
organisasi (organoware).
Van der Schaff (Universitas Teknologi Eindhoven, 1992), menjelaskan bahwa
situasi berbahaya yang mengarah pada kecelakaan merupakan hasil dari
kombinasi kegagalan teknis, manusia, dan organisasi. Dengan membuat sistem
pertahanan, seperti sistem keselamatan otomatis, prosedur keselamatan
standar, akan mencegah situasi ini mengarah ke timbulnya insiden dan
membuat sistem akan kembali ke keadaan normalnya.

Penjelasan praktis yang dapat membedakan ketiga hal tersebut adalah


sebagai berikut:
a. Kegagalan Teknis: berhubungan dengan kegagalan atau unjuk kerja
yang kurang optimal pada peralatan teknis yang digunakan selama
terjadinya insiden, atau kegagalan berhubungan dengan keadaan fisik
dimana insiden terjadi. , sebagai penjelasan yang mudah dipahami
bukan berarti secara otomatis sebagai bagian yang mudah
dikendalikan. Berdasarkan temuan yang didapati dalam investigasi
suatu kecelakaan, perbaikan pada sistem dapat mengurangi
kegagalan dengan penyebab yang serupa. Fokus pada perbaikan
teknis dapat dilihat dari jumlah insinyur yang bekerja di organisasi
berada. Insinyur desain dan perawatan merupakan bagian yang
penting dari suatu organisasi, bertanggung jawab untuk memelihara
dan memperbaiki keandalan dari sistem teknik. Secara bersama-sama
mereka menyediakan pengetahuan dengan dasar teknik (technical
knowledge based) pada organisasi.
b. Kegagalan Manusia: berhubungan dengan kesalahan yang dibuat
manusia sebagai pertahanan terakhir dari sistem pertahanan,
berhubungan langsung sebagai pemicu terjadinya insiden. Manusia
selalu memiliki kecenderungan untuk melakukan kesalahan. Selama
beberapa dekade, para peneliti khususnya bidang psikologi mencari
penyebab bagaimana dan mengapa manusia melakukan kesalahan

Dampak Kecelakaan Transportasi Laut


Kecelakaan transportasi laut dapat berakibat luas, yaitu:
- Menimbulkan korban jiwa yang tak ternilai.
- Menyebabkan gangguan psikologi bagi korban.
- Menimbulkan kerugian material, dan
- Menyebabkan kerusakkan lingkungan

Berdasarkan data dan mekanisme kejadian diatas, beberapa fakta yang


perlu dianalisis lebih jauh
Adalah:
1. Muatan tidak seluruhnya tercatat pada manives
2. Sebelum tenggelam, lambung kapal “robek” dan kapal kemasukkan air laut
3. Saat tenggelam , tidak terdapat peralatan keselamatan seperti life jacket
4. Adanya cuaca ekstrim di sepanjang alur pelayaran akibat badai Siklon Tropis
Guchol

Fakta-fakta tersebut mengisyaratkan bahwa terdapat kelalaian serius


pada semua pihak yang
berperan dalam menjamin keamanan dan keselamatan transportasi, baik
pemilik kapal, nakhoda dan awak kapal, maupun pengawas.

Pemilik kapal adalah pertahanan awal yang mesti menjamin keamanan


dan keselamatan transportasi. Sebagai pemilik modal, maka disamping tujuan
memperoleh laba yang besar, aspek keamanan dan keselamatan pun harus
diperhatikan. Tugas pertama-tama yang harus dilaksanakan oleh pemilik kapal
adalah memastikan kapal dalam kondisi “on” untuk berlayar. Artinya, aspek
perawatan/pemeliharaan harus menjadi tugas utama dari pemilik kapal. Fakta
saat kejadian yang mengungkap bahwa sebelum tenggelam, ternyata lambung
kapal robek dan akhirnya kemasukkan air serta ketiadaan life jacket,
memberikan bukti adanya kelalaian dari pihak pemilik kapal.
Pihak kedua yang berperan penting adalah awak kapal. Untuk menjamin
keselamatan pelayaran sebagai penunjang kelancaran lalu lintas kapal di laut,
diperlukan adanya nakhoda (awak kapal) yang berkeahlian, berkemampuan
dan terampil. Dengan demikian setiap kapal yang akan berlayar harus diawaki
oleh awak kapal yang cukup dan sesuai untuk melakukan tugasnya di atas
kapal Bagaimanapun kokohnya konstruksi suatu kapal dan betapapun
canggihnya teknologi baik sarana bantu maupun peralatan yang ditempatkan
di atas kapal tersebut kalau dioperasikan manusia yang tidak mempunyai
ketrampilan/keahlian sesuai dengan tugas dan fungsinya maka semua akan sia-
sia. Dalam kenyataannya 80% dari kecelakaan di laut adalah akibat kesalahan
manusia (human error).

Pihak ketiga yang menjadi benteng pertahanan terakhir dalam hal


menjamin keamanan dan keselamatan transportasi laut adalah pengawas
(pemerintah). Pengawas yang bertanggungjawab atas
terlaksananya/terpenuhinya aturan-aturan (standar) keamanan dan
keselamatan transportasi. Banyak contoh kasus terjadinya kecelakaan laut
yang disebabkan oleh dilanggarnya standar keamanan. Lembaga yang khusus
menangani keselamatan di bidang pelayaran adalah Direktorat Keselamatan
Penjagaan Laut Pantai (KPLP) Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Tugas
pokok dari Direktorat KPLP Ditjen Perhubungan Laut sesuai dengan Keputusan
Menteri No.KM.24 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perhubungan antara lain :
a. Melaksanakan perumusan kebijakan
b. Bimbingan teknis dan evalusi di bidang pengamanan
c. Patroli, penanggulangan musibah dan pencemaran
d. Tertib perairan dan pelabuhan
e. Salvage dan pekerjaan bawah air serta sarana penjagaan dan penyelamatan
Pihak-Pihak yang Harus Bertanggung Jawab dalam Kecelakaan
Kapal
1. Syahbandar
Keselamatan pelayaran tidak terlepas dari peran Syahbandar karena
persoalan terbesar terjadinya kecelakaan pelayaran diawali dari
diabaikannya prosedur atau dengan kata lain Syahbandar tidak
melaksanakan tugas sebagaimana mestinya. Keberadaan Syahbandar
merupakan manisfestasi dari bentuk kehadiran Pemerintah dalam lalu
lintas laut sehingga selain hubungan hukum privat maka hubungan
hukum publik pun nyata ada dalam sistem transportasi laut, sehingga
seluruh aktifitas pelayaran diatur oleh pemerintah sebagaimana diatur
pada undang-undang Nomor 17 Tahun 2008

Dalam melaksanakan fungsi dan tugas diatas maka Syahbandar memiliki


kewenangan sebagai berikut: 1) mengkoordinasi seluruh kegiatan
pemerintahan dipelabuhan; 2) memeriksa dan menyimpan
surat,dokumen, dan warta kapal; 3) menerbitkan persetujuan kegiatan
kapal dipelabuhan melakukan pemeriksaan kapal; 4) menerbitkan surat
persetujuan berlayar; 5) melakukan pemeriksaan kecelakaan kapal; dan
6) melaksanakan sijil awak kapa

2. Tanggung Jawab Perusahaan Pelayaran


Dalam hubungan kerja di bidang transportasi laut, kita mengenal adanya
3 kelompok orang, yaitu pengusaha kapal atau perusahaan pelayaran,
nakhoda dan anak buah kapal, baik sebagai perwira kapal ataupun klasi.
Tiap-tiap orang yang terlibat bekerja dalam kapal harus bekerja sama
dengan baik agar tujuan dari pelayaran itu terpenuhi. Ketiga pihak yang
terlibat tersebut, umumnya terikat oleh suatu perjanjian tertentu, dan
harus memiliki izin tertentu untuk dapat bekerja sama dalam sebuah
usaha pelayaran. Ini tentu saja dimaksudkan agar tiaptiap pihak dapat
bekerja dengan penuh tanggung jawab, sesuai dengan apa yang telah
tertuang dalam surat izin ataupun perjanjian tersebut.
3. Peran KNKT dalam penanggulangan keselamatan pelayaran
Dalam ketentuan Pasal 256 tentang Investigasi Kecelakaan, Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran kapal dinyatakan
bahwa:
1. investigasi kecelakaan kapal dilakukan oleh Komite Nasional
Keselamatan Transportasi untuk mencari fakta guna mencegah
terjadinya kecelakaan kapal dengan penyebab yang sama;
2. investigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
terhadap setiap kecelakaan kapal; dan
3. investigasi yang dilakukan oleh Komite Nasional Keselamatan
Transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak untuk
menentukan kesalahan atau kelalaian atas terjadinya kecelakaan kapal.

PENUTUP
A. Simpulan

Disimpulkan bahwa jenis kecelakaan terbanyak adalah tubrukan dan


dugaan faktor penyebab kecelakaan kapal yang paling tinggi
prosentasenya adalah faktor manusia. Hal tersebut sejalan dengan hasil
penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa faktor terbesar
penyebab kecelakaan pelayaran adalah karena faktor manusia.

B. Saran

Dalam kaitannya dengan penyebab faktor kecelakaan pelayaran yang


diduga besar penyebabnya adalah dikarenakan sumber daya manusia,
baik karena kurangnya pengetahuan dan kompetensi SDM di atas kapal,
pelaksanaan dinas jaga yang sesuai prosedur dan aturan yang benar,
serta pengawasan oleh pihak-pihak terkait agar dapat menjaga dan
meningkatkan koordinasi dan komunikasi yang telah terjalin.

Anda mungkin juga menyukai