Anda di halaman 1dari 7

482 SEBATIK 2621-069X

PENERAPAN ELEMEN ISM CODE UNTUK MENUNJANG KESELAMATAN


PELAYARAN PADA KM PANTOKRATOR
Mika Patayang1) dan Rakhel Lia2)
1,2
Kemaritiman, Politeknik Negeri Samarinda.
1,2
Jl Batu Cermin Sempaja Ujung, Samarinda, 75119.
E-mail : m.patayang81@gmail.com1), rakhel.l@gmail.com2)

ABSTRAK
Tingginya tingkat kecelakaan kapal merupakan indikasi perlunya perhatian terhadap penerapan system manajemen code
pada sebuah perusahaan pelayaran. Oleh karena itu keselamatan dalam berlayar merupakan hal yang sangat penting dalam
dunia pelayaran. Kenyamanan crew di atas kapal dalam beraktivitas sangat berpengaruh terhadap efektivitas kerja crew
tersebut. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan crew merasa nyaman dan aman berada diatas kapal, diantaranya
kapal dan perlengkapannya harus dipelihara dan diusahakan selalu baik dan berfungsi dengan baik. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah elemen pada ISM CODE khususnya elemen 10 tentang kapal dan perlengkapannya harus
dipelihara dan diusahakan selalu baik dan berfungsi. Semua peralatan/perlengkapan yang penting bagi keselamatan harus
selalu terpelihara dan diyakini akan berfungsi dengan baik melalui pengujian secara teratur/berkala. Pada penelitian ini
menggunakan metode studi kasus dimana data diperoleh melalui observasi, wawancara terhadap crew kapal KM
Pantokrator dan melakukan pemeriksaan terhadap dokumen yang berhubungan dengan elemen 10 (pemeliharaan kapal dan
perlengkapannya) dimana kapal dan perlengkapannya harus dipelihara dan diusahakan selalu baik dan berfungsi,
manajemen kapal harus selalu menaati semua ketentuan serta perlengkapan alat keselamatan harus memenuhi jumlah dan
kondisi yang telah ditentukan sesuai dengan pada ISM CODE. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh data bahwa pada
KM Pantokrator telah menerapkan elemen 10 ISM CODE untuk menunjang keselamatan pelayaran berupa adanya
kelengkapan alat keselamatan dan kondisi alat keselamatan yang berfungsi dengan baik, dokumen-dokumen berupa fire
control plan, muster list, emergensi prosedur, nautikal publication, dan jadwal perawatan perlengkapan kapal. Dengan
diterapkannya elemen 10 dari ISM CODE maka diharapkan keselamatan dalam pelayaran dapat ditingkatkan.

Kata Kunci: Keselamatan, Pelayaran ,Kapal, crew, Perusahaan, ISM CODE.

1. PENDAHULUAN Keselamatan pelayaran itu ditentukan oleh banyak


Peningkatan kesejahteraan hidup merupakan faktor, bukan hanya ditentukan oleh satu faktor saja.
dambaan bagi pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia. Misalnya kecanggihan kapal dan peralatan-peralatan
Hal ini dapat terwujud jika seluruh komponen aspek modern yang melengkapinya namun juga sangat
dapat dikembangkan dan di tingkatkan peranannya tergantung kepada berbagai faktor, seperti kemampuan
secara maksimal. Keberadaan Negara kita Indonesia sumber daya manusia, peralatan di darat, koordinasi yang
yang merupakan negara kepulauan yang dihubungkan dilaksanakan selama sebelum dan selama pelayaran
oleh laut maka keberadaan moda transportasi laut yaitu berlangsung serta memperhitungkan rambu-rambu laut
kapal merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena dan faktor penumpang sangat berperan untuk
itu pemerintah harus mampu membuat suatu regulasi mewujudkan hal tersebut (Ar, 2015). Tingginya tingkat
agar keselamatan pelayaran dapat terwujud. Ketentuan kecelakaan kapal mengakibatkan banyaknya kerugian
dasar mengenai pelayaran tersebut telah diatur dalam UU yang ditimbulkan baik secara moril maupun materil,
No 17 Tahun 2008 tentang pelayaran nasional. Salah satu kerugian moril seperti banyaknya crew kapal dan
isi dari pasal-pasal UU No. 17 Tahun 2008 tentang penumpang yang tewas dalam kecelakaan kapal tersebut
pelayaran adalah keselamatan pelayaran. Keselamatan dan akibat kecelakaan kapal juga berdampak negatif
pelayaran yang dimaksud adalah kelaiklautan kapal terhadap ekosistem laut.
(Utomo.dkk., 2017). Secara keseluruhan termasuk di Akibat tingginya tingkat kecelakaan kapal
dalam pasal 1 ayat 32 sampai ayat 44 UU no. 17 Tahun mendorong pemerintah untuk membuat suatu regulasi
2008, sementara pasal 1 ayat 34 khusus berisi yang diharapkan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan
keselamatan kapal yaitu keadaan kapal yang memenuhi kapal. Salah satu regulasi yang diterapkan bahwa setiap
persyaratan material, konstruksi, bangunan, permesinan perusahaan pelayaran harus dapat menerapkan sistem
dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta ISM CODE dalam pengoperasian kapal (Kritis, Kapal
perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan and Pt, 2010). Penelitian ini dilakukan pada kapal
radio, elektronik kapal, yang dibuktikan dengan sertifikat penumpang KM Pantokrator, dimana kapal ini berlayar
setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian. dari pelabuhan Samarinda-Kalimantan Timur menuju
SEBATIK 1410-3737 483

pelabuhan penumpang Pare-pare Sulawesi Selatan. dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder.
Kapal ini melakukan pelayaran setiap minggu dengan Data primer adalah data yang diperoleh langsung melalui
kapasitas penumpang 1000-1760 orang. Untuk menjamin pengamatan. Data sekunder adalah data yang diperoleh
keselamatan crew dan penumpang maka kondisi kapal dari perusahaan, dinas Perhubungan, dan studi pustaka
harus dipastikan laiklaut pada saat melakukan pelayaran mengenai jenis dan alat keselamatan yang digunakan di
dan alat keselamatan harus dalam keadan yang baik atas kapal KM Pantokrator.
secara kualitas dan kuantitas. Diharapkan dengan
diterapkannya elemen ISM CODE diatas kapal 3.1. Keselamatan Pelayaran
penumpang KM Pantokrator maka crew dan penumpang Keselamatan pelayaran Peraturan Safety Of Life At
dapat merasa aman diatas kapal dan pelayaran dapat Sea (SOLAS) adalah peraturan yang mengatur
berjalan dengan baik (Terhadap and Kapal, 2015). keselamatan maritim paling utama dengan tujuan untuk
meningkatkan jaminan keselamatan hidup di laut yang
2. RUANG LINGKUP dimulai sejak 1914, mengingat saat itu banyak terjadi
Dalam penelitian ini permasalahan mencakup: kecelakaan kapal yang menelan banyak korban jiwa
1. Cakupan permasalahan dalam penelitian ini yaitu (Pelabuhan and Perak, 2018). Pada tahap permulaan,
meneliti tentang kelengkapan alat keselamatan di atas dimulai dengan fokus pada peraturan kelengkapan
kapal dan kondisi alat keselamatan dipastikan dalam navigasi, kekedapan dinding penyekat kapal serta
keadaan yang baik, dokumen prosedur dan jadwal peralatan berkomunikasi, kemudian berkembang pada
perawatan kapal dan peralatannya, serta dokumen- konstruksi dan peralatan lainnya. Modernisasi
dokumen keselamatan pada KM Pantokrator. peraturan SOLAS sejak 1960 adalah menggantikan
2. Pada penelitian ini hanya fokus meneliti pada Konvensi 191 dengan SOLAS 1960. Sejak saat itu,
penerapan elemen 10 dari ISM CODE mengenai alat peraturan mengenai desain untuk meningkatkan faktor
keselamatan, jadwal dan prosedur perawatan serta keselamatan kapal mulai dimasukan seperti: Desain
dokumen keselamatan pada kapal KM Pantokrator . konstruksi kapal, Permesinan dan instalasi listrik,
3. Rencana hasil yang didapatkan dari penelitian ini Pencegah kebakaran, Alat-alat keselamatan, Alat
adalah informasi tentang kelengkapan alat komunikasi dan keselamatan navigasi. Adapun, usaha
keselamatan, baik secara jumlah dan fungsinya penyempurnaan peraturan tersebut dengan cara
berjalan dengan baik, dilakukannya prosedur mengeluarkan peraturan tambahan (amandement) hasil
perawatan serta memiliki dokumen-dokumen konvensi IMO yang dilakukan secara berturut-turut
keselamatan, sehingga dari hasil penelitian ini dapat pada 1966, 1967, 1971 dan 1973. Namun usaha untuk
memberikan masukan kepada pihak yang berwenang memberlakukan peraturan- peraturan tersebut secara
agar kapal yang tidak menerapkan elemen 10 dari internasional kurang berjalan sesuai dengan yang
ISM CODE untuk tidak diberikan ijin berlayar. diharapkan, terutama karena hambatan prosedural,
yaitu: diperlukannya persetujuan 2/3 dari jumlah
3. BAHAN DAN METODE negara anggota untuk meratifikasi peratruran
Metode yang penulis digunakan dalam penelitian ini dimaksud, ternyata sulit dicapai pada waktu yang
adalah studi kasus. Studi kasus yaitu mempelajari kasus diharapkan. Selanjutnya pada rentang 1974, dibuat
tertentu pada obyek yang terbatas. Dalam hal ini adalah konvensi baru SOLAS 1974, yakni pada setiap
penerapan elemen 10 ISM CODE dikapal penumpang amandemen diberlakukan sesuai target waktu yang
KM Pantokrator. Uraian hasil penelitian dilakukan secara sudah ditentukan, kecuali ada penolakan dari 1/3
deskriptif yaitu menguraikan hasil penelitian secara jumlah negara anggota atau 50 % dari pemilik tonnage
terinci dan sitematis. Kapal Penumpang KM Pantokrator yang ada di dunia(Rahman dkk., 2017). Beberapa
yang menjadi objek penelitian adalah kapal penumpang fasilitas keselamatan yang terdapat diatas kapal meliputi:
yang memiliki rute dari pelabuhan Samarinda di 1. Life Boy digunakan sebagai pelampung untuk
Kalimantan Timur ke pelabuhan Pare-pare di Sulawesi penumpang apabila tetjadi kecelakaan, tersedia
Selatan yang melakukan pelayaran satu kali seminggu. sebanyak 13 buah.
Gross Tonnage: 5920 dan Length Overall x Breadth 2. Life Jacket merupakan jaket pelampung yang
Extreme: 109.2m × 15.03m, serta kapasitas penumpang dikenakan oleh setiap penumpang apabila dalam
1760 orang. Data penelitian diambil di kapal KM kondisi darurat kapal mengalami kecelekaan. Alat
Pantokrator yang sedang sandar di pelabuhan Samarinda, tersebut disediakan pada tiap -tiap ruang penumpang
dimana data diperoleh dengan melakukan observasi, dengan jumlah sesuai dengan jumlah penumpang,
wawancara terhadap crew dan melakukan pemeriksaan untuk penggunaan alat terse but terlebih dahulu
terhadap dokumen keselamatan kapal . Jenis dan sumber dilakukan peragaan cara penggunaan.
data yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif 3. Fire Plant merupakan peta denah evakuasi keadaan
dan kuantitatif. Data dikumpulkan dalam bentuk tabel darurat alat tersebut terdapat pada di dinding dan
isian tentang ketersediaan dan kondisi alat keselamatan, diletakan pada suatu tempat yang mudah terjangkau.
jadwal dan prosedur perawatan, dan dokumen
keselamatan pelayaran. Adapun data yang digunakan
484 SEBATIK 2621-069X

4. Life raft berfungsi seperti sekoci yang digunakan Keselamatan pengoperasian kapal dan Pencegahan
dengan melempar kelaut dan akan mengembang, Pencemaran ( ISM - Code ) 3. Sertifikat keselamatan
didalamnya terdapat oksigen. Kapal Penumpang ( Passanger Ship Safety Certifikate )
5. Rakit dengan kapasitas untuk 12 orang sebagai alat Sertifikat Keselamatan Kapal Penumpang diterbitkan
angkut penumpang diatas air yang digunakan berdasarkan pemeriksaan teknis atas kelengkapankapal
dalam kondisi darurat apabila terjadi kecelakaan termasuk kelengkapan keselamatan yang harus tersedia
kapal, alat tersebut, tersedia sebanyak 14 buah. diatas kapal berdasarkan ketentuan yang
6. Sekoci merupakan perahu kecil yang dilengkapi berlaku.(Kalu, Kaparang E and Modaso O J, 2017)
dengan mesin motor, tersedia satu unit. Ada 13 elemen yang tercantum dalam International
7. Top Deck (Muster station) merupakan tempat Safety Management Code diantaranya:
berkumpul/evakuasi penumpang pada keadaan 1. Umum
darurat, tempat ini terdapat dilantai atas kapal dan 2. Kebijakan Keselamatan dan Perlindungan
merupakan ruang terbuka. Lingkungan
8. Alat pemadam kebakaran dan perlengkapannya. 3. Tanggung jawab dan Wewenang Perusahaan
9. Disamping beberapa fasilitas keselamatan yang telah 4. Designated Person
disebutkan diatas, untuk mengamankan kendaraan 5. Tanggung jawab dan Wewenang Master
diatas kapal dipasang suatu alat yang bemama 6. Sumber Daya dan Tenaga Kerja
Tali Lasing yang berguna unuk mengikat kendaraan 7. Pengembangan Rencana Operasi Kapal
terutama kendaraaan besar seperti truk agar tidak 8. Kesiapan Menghadapi Keadaan Darurat
bergerak bila terjadi guncangan. 9. Pelaporan dan Analisa Non Conformity, Kecelakaan
10. Diatas kapal disediakan pula tabung alat pemadam dan Kejadian Berbahaya
kebakaran bila diatas kapal terjadi kebakaran kecil, 10. Pemeliharaan Kapal dan Perlengkapannya
alat ini berjumlah 11 buah dan diletakan di 11. Dokumentasi
beberapa tempat yang mudah terjangkau. (Santara ., 12. Verifikasi, Tinjauan Ulang dan Evaluasi Perusahaan
2014). 13. Sertifikasi, Verifikasi dan Pengawasan.
Tujuan ISM Code adalah untuk menjamin keselamatan
3.2. ISM CODE dilaut, mencegah kecelakaan dan hilangnya jiwa manusia
ISM Code atau kependekan dari International Safety serta menghindari kerusakan lingkungan khususnya
Management Code adalah standar internasional Sistem lingkungan laut dan hilangnya harta benda. Penerapan
Manajemen Keselamatan untuk pengoperasian kapal ISM CODE pada semua pihak yang terlibat dalam proses
secara aman dan usaha pencegahan pencemaran di laut. pelayaran baik pemerintah, perusahaan dan lingkungan
Tujuan dari penerapan ISM Code adalah menjamin dan kesemuanya itu bersatu untuk menciptakan
keselamatan di laut untuk menghindari kecelakaan yang pelayaran yang aman sehingga keselamatan pelayaran
dapat menimbulkan korban jiwa serta kerusakan kapal dapat tercapai.(Safety and Code, 2014).
yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan di laut. Beberapa alasan untuk menjalankan ISM Code yaitu:
ISM Code merupakan produk IMO (International ISM Code menjadikan kapal sebagai tempat yang aman
Maritime Organization) yang akhirnya diadopsi oleh untuk bekerja;
SOLAS (Safety of Life at Sea) pada tahun 1. ISM Code melindungi laut dan lingkungan/ wilayah
1994.(Rahman dkk., 2017) . Disamping persyaratan perairan.
teknis dan non teknis, dalam manajemen keselamatan 2. ISM Code mendefinisikan tugas secara jelas dan
pelayaran ada beberapa persyaratan atau kelengkapan ISM Code adalah hukum.
administrasi yang harus dipenuhi diantaranya : 1. 3. Dengan diterapkannya ISM CODE di dunia
Dokumen Penyesuaian Manajemen Keselamatan ( pelayaran maka akan melindungi crew kapal,
Document Of Compliance ) Merupakan audit dari perusahaan dan lingkungan (Rahman dkk., 2017).
Sistem Manajemen Keselamatan Perusahaan yang Kapal yang telah memenuhi persyaratan manajemen
telah memenuhi ketentuan dari Koda Manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal
Intemasional untuk Keselamatan Pengoperasian Kapal akan diberi sertifikat. Dalam pemenuhan persyaratan
dan Pencegahan Pencemaran (ISM-Code), dokumen Sistem Manajemen Keselamatan akan diberikan
tersebut berlaku selama 5 ( lima) tahun dan wajib sertifikat diantaranya dokumen Penyesuaian Manajemen
dilakukan verfikasi secara berkala setiap 1 (satu) tahun Keselamatan (Document of Compliance/DOC) untuk
sekali. 2. Sertifikat Manajemen Keselamatan (Safety perusahaan dan Sertifikat Manajemen Keselamatan
Man- agement Certificate ) Sertifikat Manajemen (Safety Management Certificate/SMC) untuk kapal.
Keselamatan diterbitkan oleh Menteri Perhubungan Faktor yang sangat berperan dalam penerapan elemen
berdasarkan Konvensi Intemasional tentang ISM CODE adalah faktor pengawasan, dimana faktor
KeselamatanJiwa di Laut 1974, sertifikat diterbitkan pengawasan ada dua yaitu pengawasan internal meliputi
setelah dikakukan audit Sistem Manajemen Kualifikasi SDM Pengawas, Jumlah SDM pengawas,
Keselamatan perusahaan yang telah memenuhi Cara Pengawasan, Anggaran Pengawasan, Prosedur
ketentuan dari Koda Manajemen Intemasional untuk Pengawasan Internal serta Peralatan pengawasan dan
SEBATIK 1410-3737 485

pengawasan external yang meliputi Kualifikasi SDM Owner Superitendant (OS) menyiapkan dan menyusun
Pengawas, Prosedur Pengawasan External.(Anjas dkk, Rencana Kegiatan Pemeliharaan kapal atau Plan
2019). Maintenance System (PMS) berdasarkan informasi: a.
Jenis Survey, b. Last docking report, c. Outstanding class
3.3 Perawatan Kapal recommendations, d. Due date class items. e. Informasi
Pengertian Perawatan adalah: ”Memelihara kapal terakhir dari Ship Board Management. f. Kumpulan
agar selalu dalam keadaan yang siap operasional dan permasalahan dari running repair yang masih ada.
dapat memenuhi jadwal pelayaran kapal yang telah Perkiraan waktu pelaksanaan docking repair
ditentukan tepat pada waktunya”.(Kapal and Ad, no diperhitungkan secara cermat dan ditetapkan lama waktu
date)”. Perawatan adalah gabungan dari suatu kegiatan- pelaksanaannya dengan memperhatikan volume
kegiatan yang bertujuan untuk menjaga atau pekerjaan yang direncanakan.(Kapal and Ad, no date)
mengembalikan suatu peralatan menjadi seperti sediakala
pada kondisi yang baik untuk dapat dipergunakan 2. Rencana Kerja Running Repair.
kembali. Lebih lanjut pengertian perawatan adalah suatu Rencana kerja running repair, pemeliharaan kapal
usaha kegiatan untuk merawat suatu materil atau mesin direncanakan berdasarkan pertimbangan: tidak
agar supaya materil atau mesin itu dapat dipakai secara mengganggu operasi kapal dan ketersediaan peralatan
produktif dan mempunyai umur yang lama. Menurut kerja, material/suku cadang serta tetap harus
pasal 309 ayat (1) KUHD, “kapal” adalah semua alat memperhitungkan waktu pelaksanaannya.
berlayar, apapun nama dan sifatnya.(Utomo dkk., 2017). Pelaksanaan Running Repair ini diselesaikan
Termasuk didalamnya adalah: kapal karam, mesin berdasarkan Plan Maintenance System yang telah
pengeruk lumpur, mesin penyedot pasir, dan alat disusun dan ditetapkan.(Demmatacco dkk, 2013)
pengangkut terapung lainnya. Meskipun benda-benda Owner Superintendant (OS) bertanggung jawab atas
tersebut tidak dapat bergerak dengan kekuatannya kelancaran pelaksanaannya dan setiap saat berkordinasi
sendiri, namun dapat digolongkan kedalam “alat dengan Bagian Pengadaan untuk memastikan material,
berlayar” karena dapat terapung/mengapung dan peralatan maupun sparepart yang dibutuhkan telah
bergerak di air. Menurut Undang-Undang Nomor 17 tersedia sebelum pekerjaan Running Repair
Tahun 2008 tentang Pelayaran, “kapal” adalah kendaraan dilaksanakan. Tingkat kepentingan terhadap kualitas
air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan perawatan dan reparasi kapal yang paling berpengaruh
dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, berturut-turut adalah pekerjaan penggantian pelat pada
ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya lantai car deck dan ruang bawah car deck, pekerjaan
dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, penggantian pondasi, pekerjaan replating pada bagian
serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak lambung kapal, kemudian pekerjaan pada cleaning tangki
berpindah-pindah. Peraturan Pemerintah Nomor 47 serta pekerjaan pada as propeller, lalu pekerjaan
Tahun 1857 mengenai 2 (dua) macam kapal laut, yaitu penggantian sekat dan pekerjaan penggantian beam pada
kapal laut biasa dan kapal niaga. “Kapal niaga ialah kapal.(Hidayah and Ahmadi, 2017).
setiap kapal laut yang digerakkan secara mekanis dan Standar perawatan kapal terdiri atas 4 yaitu:
yang digunakan untuk mengangkut barang dan/atau 1) Standar perawatan/ pemeliharaan bagian dek.
orang untuk umum dengan pungutan biaya. Untuk 2) Standar perawatan/ pemeliharaan bagian mesin.
menjaga kapal agar dapat beroperasi maka perawatan 3) Standar perawatan/ pemeliharaan bagian radio.
kapal merupakan hal yang harus dilakukan. 4) Standar perawatan/ pemeliharaan alat-alat
Pemeliharaan Kapal adalah kegiatan perawatan dan keselamatan.(Terhadap and Kapal, 2015)
perbaikan kapal yang dilaksanakan sendiri atau pihak
lain baik pada masa operasi atau diluar masa operasi 4. PEMBAHASAN
kapal, dalam rangka mempertahankan kelayakan kapal Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di kapal
sehingga dapat beroperasi secara maksimal. Para pemilik KM PANTOKRATOR mengenai kelengkapan alat
kapal pada saat ini dalam melakukan penjadwalan keselamatan dan berfungsi dengan baik, jadwal dan
pemeliharaan kapal menggunakan sistem yang bernama prosedur perawatan kapal dan perlengkapannya serta
Planned Maintenance System. (Oktalisa, Matondang and dokumen keselamatan. Kelengkapan alat keselamatan
Ishak, 2013). Sistem perawatan dan pemeliharaan kapal diatas kapal KM Pantokrator seperti yang ditunjukkan
terbagi atas dua yaitu pada tabel 1, terlihat bahwa jumlah alat keselamatan
diatas kapal berupa life jacket sebanyak 2000 buah,
1. Rencana Kerja Docking Repair sedangkan kapasitas penumpang maksimal KM
Schedule docking repair disusun dan ditetapkan Pantokrator 1760. Menurut regulasi SOLAS Jumlah life
berdasarkan masa laku surat-surat kapal atau sesuai jacket untuk anak-anak adalah 10 % dari jumlah
dengan ketentuan Badan Klasifikasi dan Pemerintah. keseluruhan penumpang yang ada di kapal. (SOLAS
Sesuai regulasi schedule docking dilaksanakan setiap 2 Chapter III,Regulasi 7.2). Setiap kapal harus membawa
tahun untuk Annual Survey dan setiap 5 tahun untuk life jacket tidak kurang dari 5% dari jumlah personil
Special Survey. yang ada di atas kapal. (SOLAS Chapter III,Regulasi
486 SEBATIK 2621-069X

22.2). Berdasarkan aturan diatas menunjukkan bahwa melaksanakan ”Perawatan dan Perbaikan Mesin Kapal”.
jumlah life jacket telah memenuhi aturan ISM CODE Untuk setiap perawatan yang dilakukan diatas kapal
berdasarkan aturan dari SOLAS. (Terhadap and Kapal, setiap crew harus mengikuti SOP yang telah ada.
2015). Untuk jumlah life boy yang ada diatas kapal itu Perawatan yang dilakukan dikapal KM Pantokrator
ditentukan berdasarkan panjang dari kapal tersebut meliputi perawatan harian, perawatan periodik, dan
menurut SOLAS regulasi 22.1 Life Boy (Pelampung perawatan berkalah. Perawatan harian yang dilakukan
Penolong) untuk kapal barang minimal 8 buah meliputi pemeriksaan pada pipa-pipa, pemeriksaan dan
sedangkan untuk kapal penumpang tergantung dari pencatatan parameter (temperatur, tekanan, laju aliran)
panjang (p) kapal: p < 200 ft minimal 8 buah, p 200 ft yang biasanya dilakukan pada mesin induk dan mesin
s.d.400 ft minimal 12 buah, p 400 ft s.d 600 ft minimal bantu, perawatan terhadap sirkulasi air pendingin.
18 buah, p 600 ft s.d.800 ft minimal 32 buah, dan p > Perawatan periodik adalah perawatan yang dilakukan
800 ft minimal 32 buah.(Riantini and Subiyanto, 2017). menurut batas waktu yang ditentukan dan biasanya
Dari shippartikuler panjang KM Pantokrator 357,6 ft, mengikuti petunjuk dari buku manual. Perawatan
maka jumlah life boy yang harus dimiliki KM periodik ini biasanya dilakukan setiap 50-250 jam kerja.
Pantokrator minimal 12 buah dan pada tabel 1 jumlah Adapun jenis-jenis perawatan periodik yang dilakukan
life boy pada KM Pantokrator ada 12 buah. Adanya dikapal KM Pantokrator adalah sebagai berikut :
keberadaan alat pemadam api ringan merupakan salah 1) Membersihkan saringan bahan bakar.
satu bagian penting dalam menunjang keselamatan 2) Membersihkan elemen saringan minyak pelumas
dalam pelayaran. Dari tabel 1 terlihat jumlah APAR 3) Penggantian minyak pelumas
(Alat Pemadam Api Ringan) di kapal KM Pantokrator 30 4) Pemeriksaan air pendingin.
buah. Hal tersebut sudah sesuai dengan jumlah APAR Perawatan setiap 500-1000 jam kerja, pmeriksaan
yang harus dimiliki KM Pantokrator sebanyak 27 buah dan perawatan yang dilakukan antara lain :
menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi 1) Mengganti elemen saringan bahan bakar
Nomor PER 04/MEN/1980, ketentuan-ketentuan 2) Mengganti elemen saringan oli
pemasangan APAR satu dengan yang lainnya tidak 3) Periksa clearence katup kepala silinder.
boleh melebihi 15 meter (dengan kata lain jarak antar Perawatan berkala adalah perawatan yang dilakukan
APAR 15 meter) dari luas bangunan yang akan secara teratur atau rutin diantaranya adalah :
dilindungi. Untuk hidran dilihat dari gross tonase (GT) 1) Memeriksa minyak pelumas setiap kali sebelum
dari kapal menurut SOLAS Chapter II-2, Regulasi 10.2, mesin start.
Kapal harus dilengkapi dengan pompa pemadam, fire 2) Mengganti minyak pelumas sesudah dipakai 250
mains, hydran dan hoses. Tekanan pada hidran untuk jam kerja, kecuali mesin yang masih baru atau
kapal passenger, lebih dari 4000 GT => 0.4 N/mm2 dan selesai direparasi besar-besaran (over haul).
urang dari 4000 GT => 0.3 N/mm2. Dari tabel 1 dapat Penggantian minyak pelumas dilakukan setelah 60 jam
dilihat bahwa tekanan hydran pada KM Pantokrator pertama. Penggantian minyak pelumas dilakukan dangan
dengan GT 5920 sudah sesuai dengan ketentuan yaitu terlebih dahulu membuang minyak pelumas yang lama
sebesar 0,4N/mm2. (Riantini and Subiyanto, 2017) dengan jalan membuka baut pembuangnya pada waktu
Untuk dokumen keselamatan, manajemen KM motor masih panas atau setelah motor berhenti bekerja.
Pantokrator telah melengkapi semua dokumen Disamping itu minyak pelumas juga harus dikeluarkan
keselamatan yang telah dipersyaratkan. Karena dengan dari dalam saringan dan pendingin minyak pelumas.
tidak lengkapnya dokumen keselamatan maka ijin Apabila diperlukan ganti kertas saringannya.dengan
berlayar dari kapal tidak akan diterbitkan oleh pihak adanya jadwal perawatan yang telah dibuat maka
yang berwenang yaitu syahbandar . Menurut Undang- regulasi perawatan diatas kapal dapat dilakukan dengan
Undang Pelayaran no. 17 tahun 2008, kapal dinyatakan teratur sehingga seluruh komponen baik itu komponen
laik laut apabila sudah dilengkapi dengan sertifikat mesin, komponen alat navigasi dan komponen alat-alat
Keselamatan Kapal, sertifikat pencemaran dari kapal, keselamatan dipastikan telah dilakukan perawatan
sertifikat Garis Muat dan pemuatan, Gross Akta, Surat sedangkan dengan adanya prosedur perawatan itu
Laut/Pas Besar/Pas Kecil/Pas Sungai dan danau, mengidentifikasi bahwa perawatan yang dilakukan
sertifikat Manajemen Keselamatan dan Pencegahan terhadap komponen-komponen telah dilakukan dengan
Pencemaran dari Kapal serta Sertifikat Manajemen baik dan benar serta untuk lebih memudahkan
Keamanan Kapal yang sesuai dengan daerah mengontrol pekerjaan yang akan dilakukan selanjutnya.
pelayarannya. Dokumen keselamatan yang ada di kapal Jadwal dan prosedur perawatan pada kapal KM
KM Pantokrator dapat dilihat pada tabel 2. Pantokrator dapat dilihat pada tabel 3.
Untuk prosedur dan jadwal peawatan pada sebuah
kapal merupakan hal yang sangat penting karena dengan
adanya prosedur dan jadwal perawatan maka pekerjaan
diatas kapal dapat di kontrol dan lebih efisien. Dalam
SOLAS 1974/1978 Chapter II Part C, D, E, dengan jelas
menegaskan bahwa semua kapal dari Negara IMO harus
SEBATIK 1410-3737 487

Tabel 1 Daftar dan Jumlah Alat Keselamatan. Tabel 3 Daftar Prosedur Kerja
jumlah kondisi Ketersediaan
Nama Alat Dokumen
(buah) Baik tidak ada tidak ada
Sekoci Prosedur Perawatan
Penyelamat 2 √ system pelumasan √
Ring Life Prosedur perawatan dan
Boy 10 √ perbaikan mesin utama √
Prosedur perawatan dan
Life Jaket 2000 √
perbaikan mesin bantu √
Inflatable
Perawatan system bahan
Life Raft 40 √
bakar √
Line
Perawatan dan perbaikan
Throwing
pipa-pipa √
Apparatus 5 √
Perawatan system
Appar 30 √ pendinginan √
Hydrant Prosedur dan perawatan
(0,4N/mm2) 20 √ alat-alat navigasi. √
Prosedur dan perawatan
Tabel 2 Daftar Dokumen Keselamatan alat komunikasi √
Prosedur perawatan alat
Ketersediaan
Dokumen keselamatan √
ada tidak ada Prosedur perawatan dan
Sertifikat Keselamatan perbaikan alat pemadam
Kapal √ kebakaran √
Sertifikat pencemaran
dari kapal √ 5. KESIMPULAN
Sertifikat Garis Muat √ Dari hasil penelitian yang dilakukan pada kapal KM
Sertifikat Klas yang Pantokrator mengenai alat-alat keselamatan (baik dari
terdiri dari Sertifikat jumlah dan berfungsi dengan baik), kelengkapan
Lambung (Hull) √ dokumen keselamatan pelayaran serta kelengkapan
Fire Control Plan √ jadwal dan prosedur perawatan yang dipersyaratkan
dapat disimpulkan bahwa penerapan elemen 10 ISM
Muster List √ CODE tentang perawatan kapal dan perlengkapannya
Emergensy Prosedur √ untuk menunjang keselamatan telah dilakukan dengan
Nautikal Publication √ baik oleh seluruh crew kapal maupun dari pihak
manajemen kapal KM Pantokrator.
Jadwal perawatan √
Mesin utama √ 6. SARAN
Pompa-pompa √
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan
penelitian untuk penerapan semua elemen yang ada
OWS √ dalam ISM CODE, khususnya pada kapal penumpang
Fres water generator √ agar keselamatan dalam berlayar dapat ditingkatkan.
Kompresor √
7. DAFTAR PUSTAKA
Alat keselamatan √
Anjas, G.dkk. (2019) ‘Analisis Penerapan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja ( K3 ) Pada Kapal Penumpang
di PT PELNI Semarang’, (2), pp. 2–3.
Ar, H. M. T. (2015) ‘PENCEGAHAN KECELAKAAN
KAPAL KE TITIK NOL ( ZERO ACCIDENT )’,
3.
Demmatacco, F. dkk. (2013) ‘Optimalisasi Sistem
Perawatan Dan Perbaikan Terencana Mesin
Produksi Berdasarkan Analisis Keandalan Pada
Pltd Hatiwe Kecil Kota Ambon’, Jurnal Rekayasa
Mesin, 4(2), pp. 141–146.
Hidayah, N. Y. and Ahmadi, N. (2017) ‘Analisis
Pemeliharaan Mesin Blowmould Dengan Metode
RCM Di PT. CCAI’, Jurnal Optimasi Sistem
488 SEBATIK 2621-069X

Industri, 16(2), p. 167. doi: Oleh : Korespondensi : dansville88@yahoo.com’,


10.25077/josi.v16.n2.p167-176.2017. I(3), pp. 277–284.
Kalu, Y., Kaparang E, F. and Modaso O J, V. (2017) Riantini, R. and Subiyanto, L. (2017) ‘Aplikasi
‘Studi tentang kesehatan dan keselamatan kerja di Penentuan Jumlah dan Peletakan Lifeboat dan
atas kapal pole and line yang berpangkalan di Liferaft pada Kapal Penumpang dan Kargo
Aertembaga Bitung’, Ilmu dan Teknologi Perikanan berdasarkan Ketentuan SOLAS’, 1509, pp. 201–
Tangkap, 2(6), pp. 212–216. 208.
Kapal, K. and Ad, T. N. I. (no date) ‘Pemilihan variabel Safety, I. and Code, M. (2014) ‘ISM Code’.
penentu perawatan permesinan kapal untuk Santara, A. G. dkk. (2014) ‘Peralatan Keselamatan Kerja
menaikkan keandalan kapal tni ad 1’, 1(2), pp. 123– Pada Perahu Slerek di PPN Pengambengan,
132. Kabupaten Jembrana, Bali Safety Equipment On
Kritis, P., Kapal, P. and Pt, B. (2010) ‘Analisis Slerek In Pengambengan Nusantara Fishing Port,
pengawasan..., Very Rastanto, FKM UI, 2010.’ Jembrana, Regency, Bali’, Jurnal IPTEKS PSP,
Oktalisa, P., Matondang, N. and Ishak, A. (2013) 1(1), pp. 53–68.
‘Perancangan Sistem Perawatan Mesin Dengan Terhadap, A. And Kapal, K. (2015) ‘Volume I Nomor 1,
Pendekatan Reliability Engineering Dan April 2015 (Danny Faturachman, dkk.)’, I(April),
Maintenance Value Stream Mapping (MVSM) pp. 14–21.
Pada PT XXX’, Jurnal Teknik Industri USU, 3(1), Utomo, H. Dkk. (2017) ‘SIAPA YANG
pp. 52–56. BERTANGGUNG JAWAB MENURUT
Pelabuhan, D. I. and Perak, T. (2018) ‘Implementasi ism HUKUM’, pp. 57–76.
code pada kapal kapal di pelabuhan tanjung perak’,
pp. 11–24.
Rahman, H. dkk (2017) ‘Determination of the Dominant
Factor Cause of Ship Accidents in Tanjung Priok

Anda mungkin juga menyukai